Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

MANAJEMEN PARIWISATA TENTANG


KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

DEA NASRANI DJO NAGA : 2203020148


ANASTASYA YUNITA ATULOLON : 2203020143
PUTRI J.B. TEUF : 2203020140

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karuniaNya pada akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pariwisata. Makalah ini membahas
tentang “Kebijakan Pengembangan Pariwisata”.

Dalam penyusunan makalah ini kami menemukan berbagai kendala, hambatan, dan
tantangan tetapi dengan kerja keras dan penyertaan dari Tuhan Yang Maha Esa, kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Semua itu tidak terlepas dari dukungan, bantuan,
dan dorongan dari orang-orang yang berada di sekeliling kami. Oleh karena itu kami ingin
mengucapakan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami menyadari bahwa
masih terdapat banyak kekurangan maupun kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu kritik, saran dari pembaca sekalian sangat kami harapkan guna untuk memperbaiki
kualitas dalam penyusunan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca semua.

Kupang, 16 Februari 2024

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN……………………….………………………………….4

1.1. Latar Belakang…………….…………...….………………………………...4

1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………...4

1.3. Tujuan……………………………………………………………………….5

BAB II. PEMBAHASAN…………………………………………………….…….6

2.1. Perlunya Pengembangan Pariwisata………………………………………...6

2.2. Pengembangan Pariwisata Indonesia……………………………………….9

2.3. Kebijakan Terpadu Dalam Peningkatan Perolehan Devisa……………….19

2.4. Kebijakan Peningkatan Pengembangan Pariwisata……………………….23

2.5. Pengembangan Objek Dan Atraksi Wisata……………………………….29

BAB III. PENUTUP……………………………………………………………...39

3.1. Kesimpulan……………………………………………………………….39

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….40

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pariwisata merupakan sebuah industri yang multisektoral, karena dalam

pelaksanaannya memiliki keterkaitan langsung dengan berbagai bidang industri lainnya, baik

secara langsung maupun tidak langsung. Kebijakan pariwisata merupakan sebuah produk

dari proses yang sangat kompleks dan terkait dengan berbagai aspek. Kompleksitas

pariwisata disebabkan oleh berbagai perubahan besar pada level lokal, nasional dan

internasional. Dalam konteks perubahan besar tersebut lingkungan kebijakan pada pariwisata

menjadi media yang strategis bagi pemerintah untuk memasarkan potensi wisatanya. Pada

kondisi inilah kebijakan pariwisata menjadi sangat strategis dan penting dalam

pengembangan pariwisata, Pariwisata adalah industri yang multidimensi dan lintas sektoral.

Keterlibatan semua pihak dibutuhkan karena pariwisata bukan sektor yang berdiri sendiri.

Pertimbangan keterkaitan antar sektor dan penanganan pariwisata semakin rumit dalam

pengembangan suatu destinasi yang terpadu (Brawnwel dalam Theobald (ed), 2005: 406).

1.2. Rumusan Masalah

1. Kenapa perlu pengembangan pariwisata?

2. Bagaimana pengembangan pariwisata Indonesia?

3. Apa saja kebijakan terpadu dalam peningkatan perolehan devisa?

4
4. Apa saja kebijakan peningkatan pengembangan pariwisata?

5. Bagaimana pengembangan objek dan atraksi wisata?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui perlunya pengembangan pariwisata.

2. Untuk mengetahui pengembangan pariwisata Indonesia.

3. Untuk mengetahui kebijakan terpadu dalam peningkatan perolehan devisa.

4. Untuk mengetahui kebijakan peningkatan pengembangan pariwisata.

5. Untuk mengetahui pengembangan objek dan atraksi wisata.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perlunya Pengembangan Pariwisata

Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik secara

lokal, regional atau ruang lingkup nasional pada suatu negara sangat erat kaitannya dengan

pembangunan perekonomian daerah atau negara tersebut. Dengan kata lain, pengembangan

kepariwisataan pada suatu daerah tujuan wisata selalu akan diperhitungkan dengan

keuntungan dan manfaat bagi rakyat banyak.

Kita menyadari bahwa bila pada suatu daerah tujuan wisata industri pariwisatanya

berkembang dengan baik dengan sendirinya akan memberikan dampak positif bagi daerah

itu, karena itu dapat menciptakan lapangan kerja yang cukup luas bagi penduduk setempat.

Secara langsung dengan dibangunnya sarana dan prasarana kepariwisataan di daerah itu

maka tenaga kerja akan banyak disedot oleh proyek-proyek: pembuatan jalan jalan ke objek-

objek pariwisata, jembatan, pembangkit tenaga listrik, persediaan air bersih, pembangunan

tempat-tempat rekreasi, objek wisata, angkutan wisata, terminal dan lapangan udara,

perhotelan, restoran, biro perjalanan, butik, pusat perbelanjaan, souvenirshop, sanggar-

sanggar kesenian dan tempat hiburan lainnya. Dan bahkan bukan itu saja, dengan banyaknya

wisatawan yang mengunjungi daerah itu, secara tidak langsung akan timbul permintaan baru

akan hasil-hasil pertanian, peternakan, perkebunan, industri perabot rumah tangga, kerajinan

kecil dan pertenunan serta pendidikan untuk melayani wisatawan yang datang.

6
Uang yang dibelanjakan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata sangat besar

pengaruhnya bagi daerah tujuan wisata atau negara yang mengembangkan pariwisata sebagai

suatu industri. Tidak hanya akan dapat meningkatkan penerimaan devisa negara, pendapatan

nasional, penerimaan pajak, tetapi sekaligus akan memperkuat posisi neraca pembayaran

negara.

Alasan kedua pengembangan pariwisata itu lebih banyak bersifat non ekonomis.

Salah satu motivasi wisatawan yang datang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata

adalah untuk menyaksikan dan melihat keindahan alam dan termasuk di dalamnya cagar

alam, kebun raya, tempat bersejarah dan candi-candi, bangunan-bangunan kuno, perkebunan

dan sawah ladang.

Semuanya itu memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk pemeliharaan dan

perawatan. Dengan majunya pariwisata sebagai suatu industri, biaya yang besar untuk

perbaikan, pemeliharaan, restorasi dan pengembangan objek dan atraksi wisata akan dapat

diperoleh dari hasil kegiatan kepariwisataan. Demikian pula halnya dengan adat-istiadat,

kebiasaan dan upacara yang bersifat tradisional, upacara-upacara keagamaan, kesenian

daerah, semuanya itu merupakan daya tarik yang kuat bagi wisatawan asing. Akibat pesatnya

pembangunan di segala bidang termasuk pengembangan pariwisata sebagai suatu industri,

dikhawatirkan dengan masuknya wisatawan asing para penduduk setempat, adat istiadat, tata

cara hidup (the way of life), kesenian daerah serta pola-pola kebudayaan tradisional akan

menjadi hilang bersama berkembangnya pariwisata sebagai suatu industri.

7
Sesungguhnya, dengan adanya kegiatan kepariwisataan akan timbul hasrat dan

keinginan untuk memelihara semua aset wisata dimaksud. Industri pariwisata dikatakan

sebagai industri tanpa cerobong asap yang bebas dari polusi dan pencemaran lainnya.

Walaupun kegiatan kepariwisata-an banyak dipengaruhi oleh kemajuan teknologi,

transportasi dan komuni-kasi, tetapi tempat-tempat yang menjadi pemusatan wisatawan itu

selalu menghendaki suasana yang nyaman, bersih dan aman dan memiliki lingkungan yang

terpelihara sehingga tercipta suasana harmonis dan menyenangkan bagi semua pengunjung.

Alasan ketiga mengapa bidang pariwisata perlu dikembangkan adalah untuk

menghilangkan kepicikan berpikir, mengurangi salah pengertian, dapat mengetahui tingkah

laku orang lain yang datang berkunjung, terutama bagi masyarakat dimana proyek

kepariwisataan itu dibangun. Pertukaran pikiran dan adanya interaksi antara wisatawan yang

datang dengan penduduk setempat akan dapat membuka mata penduduk sekitarnya dalam

banyak hal. Perbedaan pandangan, penafsiran dan salah pengertian dapat dihilangkan melalui

kepariwisataan. Hal ini dapat terjadi, karena dalam bisnis pariwisata, mereka yang melayani

para wisatawan harus bersikap tanpa membedakan ras, bangsa dan agama. Jadi perbedaan

politik, aliran dan kepercayaan, salah pengertian, prasangka buruk akan dapat dihilangkan

melalui kegiatan kepariwisataan.

Hanya saja, dalam kenyataan hampir selalu kita jumpai kebiasaan wisatawan yang

kurang atau tidak berkenan di hati penduduk yang dikunjungi. Di antara kebiasaan jelek yang

terjadi antara lain adalah: cara berpakaian yang menyinggung perasaan, suka minum

8
minuman keras dan mabuk-mabukan, masuk rumah ibadah, mesjid, pura atau candi tidak

menurut aturan yang telah ditentukan.

Bila semuanya itu terjadi tentunya akan membuat penduduk setempat akan

menderita. Lama-kelamaan akan membuat terjadi keguncangan di kalangan penduduk. Kalau

int yang dibiarkanka pastilah kegagalan yang Penakita jumpai dalam pengembangan

pariwisata di daerah tersebut.

Disinilah pentingnya perencanaan dalam pengembangan pariwisata pada suatu

daerah tertentu. Para pengambil kebijakan hendaklah sebelumnya melakukan penelitian atau

pengkajian terhadap semua aspek yang berkaitan dengan pariwisata itu. Mulai dari potensi

yang dimiliki daerah tersebut, kebiasaan hidup masyarakat di sekitarnya, kepercayaan yang

dianutnya, sampai dengan tingkah laku atau kebiasaan wisatawan yang direncanakan akan

ditarik untuk berkunjung ke daerah tersebut.

2.2. Pengembangan Pariwisata Indonesia

Sesuai dengan instruksi No.9 Tahun 1969 dikatakan dalam pasal 2 bahwa tujuan

pengembangan kepariwisataan adalah :

1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara dan masyarakat

pada umumnya , perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan

industri- industri penunjang dan industri - industri sampingan lainnya

9
2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaaan indonesia

3. Meningkatkan persaudaraaan / persahabatan nasional dan internasional

Untuk menjamin pembinaan pengembangan yang efektif serta kontinu di tingkat

pelaksanaan baik yang diusahakan oleh pemerintah maupun pihak swasta, maka di sampinh

aparatur fungsional pemerintahan yang ada dibenzuk Badan pengembangan pariwisata

nasional (BAPPARNAS) atau dalan bahasa inggrisnya di sebut National Tourist

Development Board (NTDB). BAPPARNAS ini merupakan alat pembantu menteri

perhubungan dengan susunan keanggotaan yang terdiri dari kalangan pemerintahan dan

swasta dan diangkat oleh menteri perhubungan.

Di dalam pelaksanaan tugasnya BAPPARNAS mengadakan hubungan kerja dengan

Direktorat Jenderal Pariwisata.Kemudian di daerah -daerah tingkat 1 oleh Gubernur Kepala

Daerah provinsi yang bersangkutan dibentuk badaan pengembangan pariwisata daerah

(BAPPARDA) yaitu sebagai badan yang membantu gubernur untuk memberolan advis

tentang hal -hal yang berhubungan dengan kepariwisataan dimana anggotanya terdiri dari

unsur- unsur pemerintaj dan swasta yang di angkaz oleh Gubernur Kepala Daerah yang

bersangkutan. Selanjutnya menteri perhubungan dalam surat keputusannya No.

S.K.72/u/1969 tentang ketentuan-ketentuan pokok mengenai badan pengembangan

pariwisata menetapkan ketentuan-ketentuam pookok tentang BAPPARNAS DAN

BAPPARDA sebagai berikut:

10
A. SIFAT DAN KEDUDUKAN

1. badan pengembangan pariwisata meru pakan suatu badan pelenglak di dalam struktur.

Depertemen perhubungan struktur pemerintah daerah yang bwrsifat semi pemerintah dan

berkedudukan adminstratif dan otonom.

2. Anggota badan pengembangan pariwisata terdiri atas wakil pemerintah (pusat dan daerah)

dan masyarakat termasuk pengusaha dan para ahli yang komposisinya di tentukan oleh

mentri perhubungan

3. BAPPARNAS merupakan badan konsultatif terhadap mentri perhubungan dan

mempunyai kedudukan koordinatif dalam pelaksanaan bersama oleh pemerintah dan

masyarakat.

4. BAPPARNAS (tingkat 1 dan 2) merupakan badan konsultatif terhadap kepala daerah dan

mempunyai kedudukan koordinatif, dalam pelaksanaan pengembangan kepariwisataan di

daerah yang bersangkutan dan yang di selenggarakan bersama oleh pemerintah dan

masyarakat.

B. TUGAS BAPPERNAS

1. Mengadakan penelitian, riset,merumuskan dan mengusulkan kebijaksanaan

kepariwisataan pada tingkat nasional kepada mentri perhubungan sehingga tercapai suatu

koordinir dan terarah menuju pengembangan kepariwisataan Nasional secara menyeluruh.

11
2. Menggerakan dan mendayagunakan seluruh potensi nasional yang dapat di arahkan

menuju pengembangan kepariwisataan di indonesia.

3. Memberikan saran-saran kebijaksanaan mengembangkan kepariwisataan kepada mentri

perhubungan.

4. Mengkoordinir pelaksanaan usaha-usaha pengembangan kepariwisataan yang

diselenggarakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat di daerah yang bersangkutan

5. Dengan mempersetujukan mentri ikut serta dalam kerja sama internasional dan

keanggotaan badan badan kepariwisataan pada umumnya di luar negri.

C. TUGAS BAPPARDA

1. Mengadakan penelitian, riset, merumuskan dan mengusulkan kebijakan kepariwisataan

pada tingkat kepala-kepala daerah, sehingga tercapai suatu usaha yang terkoordinir dan

terarah menuju pengembangan kepariwisaan didaerah yang bersangkutan secara

menyeluruh.

2. Mengerakan dan mengadakan potensi didaerah yang dapat diarahkan menuju

pengembangan kepariwisaan didaerah yang bersangkutan.

3. Memberikan saran-saran kebijaksanaan pengembangan kepariwisaan didaerah kepada

gubernur atau kepala daerahnya.

12
4. Mengkoordinir pelaksanaan usaha-usaha pengembangan kepariwisaan yang

diselenggarakan bersama oleh pemerintah dan masyarakat didaerah yang ikut serta dalam

kerjasama antar daerah dan mewakili daerahnya pada tingkat pusat.

Dalam prakteknya bapparnas bertanggung jawab pada menteri perhubungan sekarang

menteri parpostel sedangkan bapparda bertanggung jawab pada gubernur didaerahnya

masing-masing. Seperti diketahui bahwa ketua bapparnas adalah dirjen pariwisata yang

diangkat dan diberhentikan oleh menteri perhubungan demikian pula ketua bapparda

diangkat dan diberhentikan oleh gubernur.Kalau bapparnas ketuanya merangkap jabatan

direktorat jenderal pariwisata maka bapparda ketuanya juga merangkap sebagai kepala dinas

pariwisata daerah (diparda) hal ini tidak lain adalah untuk keperluan teknis agar memudahkan

pekerjaan sehari hari agar jangan timbul stagnasi dalam hal hal yang perlu segera di

tanggulangi.

Dengan di bentuknya direktorat jenderal pariwisata dalam lingkungan kementerian

perhubungan, nampak bahwa pengembangan kepariwisataan lebih terarah dari yang sudah-

sudah. Berkat dorongan pemerintah dalam bentuk investasi dalam bidang prasarana

infrastruktur maupun sebagai perangsang kepada penanam modal/ pribumi maupun asing,

volume investasi disektor pariwisata semakin meningkat.

Nampak oleh kita dalam bidang ini banyak orang-orang yang mencoba mengadu

dalam usaha yang baru ini tetapi untuk melindungi para wisatawan dan kepercayaan luar

negeri kepada Indonesia dalam hal service dan nama baik bangsa maka pemerintah

13
mengeluarkan peraturan-peraturan untuk mengatur tentang persyaratan dan ijin usaha

pendirian perusahaan-perusahaan industri pariwisata yang di atur oleh menteri perhubungan

dan direktorat jenderal pariwisata seperti misalnya:

1. Surat keputusan menteri perhubungan No S.K. 242/u/69 tanggal 2 Desember 1969 tentang

pembinaan kepariwisataan Indonesia ( bina wisata Indonesia).

2. Surat keputusan menteri perhubungan No S.K. 72/U/1969 tanggal 20 Desember 1969

tentang ketentuan ketentuan pokok mengenai badan pengembangan pariwisata.

3. Surat keputusan menteri perhubungan No S.K./241/H/1970 tanggal 5 Agustus 1970

tentang peraturan pokok perusahaan hotel.

4. Surat keputusan menteri perhubungan No S.K. 242/H/1970 tanggal 5 Agustus 1970

tentang peraturan pokok pengusahaan perusahaan perusahaan perjalanan ( travel agency)

Dalam rangka menghadapi konferensi PATA yang diadakan di Jakarta awal April

1974, presiden memangil anggota dewan pertimbangan pariwisata nasional untuk dimintakan

pendapat dan saran saran yang selanjutnya akan di jadikan pedoman dalam penyelenggaraan

konferensi yang menyangkut nama baik bangsa.Rapat ini diselenggarakan pada Senin, 10

Januari 1972 di gedung bina graha yang di pimpin oleh presiden Suharto.

Pada kesempatan itu presiden mengharapkan kepada anggota dewan selalu

memperhatikan pembinaan dan perkembangan kepariwisataan di tanah air dengan

mendayagunakan potensi serta fasilitas yang ada . Selanjutnya presiden memberikan

14
petunjuk petunjuk tentang kebijaksanaan kebijaksanaan yang berhubungan dengan

kepariwisataan diantaranya yang terpenting adalah:

1. Pengembangan pariwisata harus diartikan didalam rangka peningkatan ekonomi nasional

sebagai salah satu industri penghasil devisa.

2. Didalam pembangunan pariwisata harus pula di arahkan supaya disamping sebagai

penghasil devisa, pariwisata dapat menampung dan meningkatkan tenaga kerja, dapat

diarahkan serta dimanfaatkan industri industri seperti handicraft, agriculture,peternakan

dan lain sebagainya.

3. Pemerintah harus senantiasa membantu pengembangan pariwisata agar dari sejak semula

diusahakan peraturan peraturan yang membatasi hal hal yang negatif terhadap tata

kehidupan masyarakat adat istiadat dan susila masyarakat membanjiri wisata asing.

4. Di dalam merencanakan peraturan, yang menyangkut kepariwisataan agar dari sejak

semula diusahakan peraturan yang membatasi hal hal yang negatif terhadap tata kehidupan

masyarakat adat istiadat dan susila masyarakat atas membanjirnya wisata asing.

5. Kepada pengatur keamanan pemerintah untuk mengambil tindakan tegas dan konkret atas

pelanggaran terhadap peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Dalam bidang ekonomi sektor pariwisata diharapkan dapat memberi arti dalam

meningkatkan produk domestik bruto (PDB) dan sekaligus peningkatan produk domestik

regional bruto (PDRB) KARENA itu, pariwisata dikembangkan secara intensif dengan

15
berpicak secara kemauan politik, pemerintah dan iklim usaha yang saling mendukung kearah

peningkatan kegiatan pariwisata sebagai suatu industri.

Menurut direktorat jenderal pariwisata keunggulan yang dimiliki Indonesia dalam

meningkatkan pengembangan kepariwisaan ditanah air diantaranya yang sangat menonjol

adalah :

1. Semakin meningkat perkembangan pariwisata dunia akhir akhir ini. Ditahun 1992

wisatawan internasional yang melakukan perjalanan wisata tercatat sebagai 450 juta

wisatawan di tahun 1991 dengan penerimaan devisa us $ 278 miliar. Ditahun 2000

menurut wto (world tourism organization) diperkirakan jumlah ini meningkat menjadi 637

juta dan 114 juta (17,9%) dari padanya di harapkan akan mengunjungi asia Pasifik

termasuk Indonesia.

2. Kebijakan deregulasi dan biokratisasinya yang di lakukan pemerintah dalam rangka

menciptakan iklim berusaha yang lebih baik, khususnya dalam sektor pariwisata.

3. Adanya kemudahan yang diberikan kepada wisatawan asing masuk ke dalam Indonesia

dengan memberikan kebijaksanaan bebas visa untuk berkunjung ke Indonesia.

4. Menguatnya mata usang asing terhadap nilai rupiah membuat biaya perjalanan wisatawan

di Indonesia untuk menjadi lebih murah.

5. Potensi pariwisata yang dimiliki sangat bervariasi,baik alam,seni budaya, maupun the way

of life penduduknya tersedia dan dapat dilihat sepanjang tahun tanpa di pengaruhi musim.

16
6. Mulai meningkatnya kegiatan promosi yang dilakukan di luar negeri dengan membawa

serta grup kesenian dari seluruh Nusantara secara bergantian.

7. Adanya stabilitas nasional yang mantap dan faktor keamanan yang terjamin bagi

wisatawan yang berkunjung ke Indonesia.

8. Semakin lengkap prasarana dan sarana yang mendukung kelancaran pengembangan

pariwisata hampir di semua DTW di Indonesia.

9. Keberhasilan perencanaan tahun kunjungan wisata tahun 1991 dan visit Asean tahun 1992.

10. Kerhasilnya pemerintah merencanakan kampanye sadar wisata bagi masyarakat

Indonesia sebagai tuan rumah yang menerima kedatangan wisatawan.

Begitu pentingnya pengembangan pariwisata di Indonesia maka pemerintah melalui

ketetapan MPR sekali lagi mempertegas untukk memperbaharui GBHN tahun sebagai

berikut:

1. Pengembangan pariwisata dilanjutkan dan tingkatkan dengan mengembangkan dan

memberdayakan sumber dan potensi kepariwisataan nasional menjadi kegiatan ekonomi

yang diandalkan untuk penerimaan kerja, memperluas dan memeratakan masyarakat

setempat,mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan alam dan nilai budaya

bangsa. Dalam pembangunan kepariwisataan tetap dijaga terpeliharanya kepribadian

bangsa dan kelestarian serta mutu lingkungan hidup , pembangunan kepariwisataan

dilakukan secara menyeluruh dan terpadu dengan sektor pembangunan lainnya serta

17
berbagai usaha kepariwisataan yang kecil yang menengah dan besar agar dapat saling

menunjang.

2. Pariwisata dalam negeri terus dikembangkan dan diarahkan untuk memupuk rasa cinta

pada tanah air dan bangsa serta menanamkan jiwa , semangat dan nilai nilai luhur bangsa

dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional disamping untuk

meningkatkan kegiatan ekonomi. Usaha pembinaan dan pengembangan kepariwisataan

dalam negeri ditujukan untuk meningkatkan kualitas kebudayaan bangsa

memperkenalkan kekayaan peningalan sejarah serta keindahan alam termasuk alam

bahari di berbagai daerah di seluruh pelosok tanah air . sehubungan dengan itu pelayanan

dan penyelenggaraan wisata untuk masyarakat terutama remaja dan pemuda perlu

ditingkatkan.

3. Dalam rangka pembangunan pariwisata perlu ditingkatkan langkah langkah yang terarah

dan terpadu dalam pengembangan obyek wisata serta kegiatan promosi dan

pemasarannya baik di dalam maupun luar negeri.

4. Kesadaran dan partisipasi dalam kegiatan pariwisata perlu ditingkatkan melalui usaha-

usaha penyuluhan dan pembinaan kelompok seni budaya, industri kerajinan,usaha- usaha

lain guna memelihara, memperkenalkan dan mengembangkan kebudayaan bangsa serta

dengan tetap menjaga citra kepribadian dan martabat bangsa.

18
2.3. Kebijakan Terpadu Dalam Peningkatan Perolehan Devisa

Pembangunan nasional jangka panjangtahap pertama selama 25 tahun sudah

berakhir.Selama periode tersebut ternyata peranan minyak bumi sangat dominan,terutama

sebagai pengasil devisa negara unutk membiayai pembangunan. Dalam pembangunan

nasional jangka panjang, tahap kedua tahun 1994-1998 kelihatannya minyal bumi tidak lagi

menjadi komodity andalan dalam perolehan devisa negara.Beberapa pakar mengatakan

bahwa minyak bumi dipeerkirakan secara ekonomis akan habis di tahun 2012.

Pada waktunya nanti Indonesia akan menjadi negara pengimpor minyak.Hal ini

tentunya terjadi bilamana indonesia tidak akan berhasil menemukan ladangladang minyak

baru, yang sudah pasti cepat atau lambat di indonesia nantinya akan jadi negara pengimpor

minyak bumi.

Salah satu komoditi prospektif adalah sektor pariwisata, yang diangap potensional

untuk di kembangkan di masa yang akan datang.Kunjungan wisman dan perolehan devisa

dari sektor ini semakin meningkat dari tahun ke tahun,sehingga saat ini menduduki peringkat

ketiga dalam menghasilkan devisa non-migas setelah kayu lapiss dan tekstil berikut garmen.

Dengan demikian harapan indonasia untuk menjadikan sektor pariwisata menjadi

penghasil devisa non-migas nomor satu bukan satu hal yang tidak mungkin.Hal itu setelah

kita memperhatikan program-program yang akan dilakukan ,setelah dirancangkan Dkade

Kunjungan Indonesia Tahun 1993- 2000 oleh presiden Suharto tanggal 21 oktober 1992.

19
Diperolehnya devisa dari sektor ekspor barang komoditi banyak berbeda dengan

dvisa diperoleh dari hasil industri pariwisata .Bila dalam hal komoditi devisa yang di peroleh

dari hasil ekspor ke luar negeri maka dalam hal indutri pariwisata caranya adalah dengan

mengusahakan agar wisatawan lebih banyak datang.

Secara sederhana masuknya devisa melalui kegiatan kepariwisataan di indonesia

dapat di gambarkan sebagai berikut:

1. Penerrimaan visa fee sewaktu wisatawaan akan berangkat ke indonesia pada kedutaan/

perwakilan indonesia di luar negeri.

2. Hasil penjualan tiket pesawat udara atau kapal laut (bila pesawat udara atau kapal laut

yang di gunakan adalah pesawat atau kapal yang dimiliki bangsa indonesia).

3. Biaya taxi/ coach bus untuk transfer dari lapangan udara ke hotel dan sebaliknya.

4. Sewa kantor hotel selama menginap pda beberapa kota yng dikunjungi.

5. Biaya makanan dan minuman pada bar dan restoran dalam maupun luar hotel.

6. Biaya tours dan sightseeing serta excursion pada kota yang dikunjungi.

7. Biaya taxi untuk transpootasi lokal untuk keperluan berbelanja dan keperluan pribadinya.

8. Pengeluaran untuk membeli barang-baramg souvernir serta barang lainnya.

9. Fee perpanjang visa ditempat / kota yang di kunjungi (bila diperluka) Dalam rangka untuk

meningkatkan devisa negara masih banyak aspek yang perlu di benahi, agar devisa yang

20
di harapkan betul yang di harapkan betul merupakan kenyataan dan diterima oleh

pemerintah dan rakyat indonesia.

Untuk mencapai tujuan ini tidak mudah dan untuk itu perlu seperangkat kebijaksaan

.Namun dalam mengambil kebijaksanaan jangan sampai terjadi kebijaksanaan yang satu

bertentengan dengan kebijaksanaan yang lain. Dengan perkataan lain, kebijaksaannan yang

hendak diterapkan harus dilaksankan secara terpadu, artinya kebijaksanaan yang satu

hendaknya dapat mendukung kebijaksannan yang lain.

Kita menydari bahwa pariwisata sebagai suatu industri sangat kompleks. Produk dan

pelayanaan yng dihasilkan secara terpisah,walaupun sudah dihasilkan dengan baik,bila tidak

didukung oleh kebijaksanaan yang tepat semua tidak akan ada artinya.

Sebagai contoh agar jangan terjadi kebocoran dalam industri pariwisata indonesia,

perlu diambil kebijaksanan terpadu sebagai berikut:

1. Agar semua wisatawan yang datang dan masuk Indonesia dibawa dng pesawat atau kapal

yang mengunakan bendera Indonesia.

2. Semua wisatawan menginap di hotel atau penginapan yang dimiliki modal dalam negri.

3. Semua perjalanan wisata seperti : sightseeing di selenggarakan oleh travel agent milik

bangsa indonesis.

4. Semua tenaga yang memberikan peleyanan bagi wisatawannya terdiri dari bangsa

Indonesia.

21
5. Agar pengusaha industri pariwisata memprkecil seminimal mungkin pemakaian barang

impor.

Peranan dan fungsi suatu organisasi kepariwisataaan yang ada baik berada didaerah

maupun berada di luar daerah atau tingkat nasional.Sebagai suatu organisasi yang diberi

tangung jawab dala pengembangan dan pembinaan kepariwisataan diwilayahnya, harus

menjalankan kebijaksanaan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnyxa

karena fungsi dan tugas suatu organisasi pariwisata pada umunya tidak lain adalah :

1. Berusaha memberikan kepuasaan kepda wisatawan kedaerah dengan segala fasilitas dan

potensi yang dimiliknya.

2. Melakukan koordinasi diantara bermacam-macam usaha,lembaga, instansi dan jabatan

yang ada dan bertujuan untuk mengembangkan industri pariwisata.

3. Mengusahakan memasyarkatan pengertian pariwisata pada orang banyak,sehigga mereka

mengerti dan mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata dikembangkan di suatu

industri .

4. Mengadakan program riset yang bertujuan untuk memperbaiki produk wisata dan

pengembangan produk bary guna dapat menguasai pasaran diwaktu yang akan datang.

5. Menyediakan semua perlengkapan dan fasilitas yang mendukung kegiatan pemaran

pariwisata sehingga dapat di atur strategi pemasaran untuk keseluruhan wilayah.

22
6. Merumuskan kebijaksaan tentang pengembangan kepariwisataan berdasarkan hasil

penelitian yang telah di lakukan secara teratur dan berencana.

2.4. Kebijakan Peningkatan Pengembangan Pariwisata

Banyak upaya dan usaha yang telah dilakukan pemerintah, cq. Departemen

PARPOSTEL untuk meningkatkan pengembangan pariwisata di Indonesia. Tujuannya tidak

lain adalah agar lebih banyak wisatawan datang, lebih lama tinggal dan lebih banyak

mengeluarkan dolarnya selama berkunjung di Indonesia. Untuk itu telah dikeluarkan

seperangkat kebijaksanaan, baik berupa Instruksi Presiden, Instruksi Menteri PARPOSTEL

atau Keputusan Menteri PARPOSTEL. Kebijaksanaan yang diambil itu mulai dari

penyelenggaraan Tahun Kunjungan Wisata 1991 (Visit Indonesia Year 1991)

Pada dasarnya kebijaksanaan tersebut lebih banyak diarahkan dan ditekankan dalam

rangka untuk mengambil langkah-langkah penyelengaraan beberapa kegiatan yang antara

lain meliputi:

1. Meningkatkan pemahaman seluruh lapisan masyarakat tentang manfaat pariwisata dalam

pembangunan.

2. Meningkatkan citra dan mutu pelayanan pariwisata nasional.

3. Meningkatkan penyelenggaraan promosi pariwisata Indonesia di luar negeri.

23
4. Memberi pengarahan dan petunjuk dalam pengembangan kepariwisataan dalam ruang

lingkup nasional

5. Mengadakan koordinasi dengan departemen terkait, lembaga-lembaga pemerintah,

pemerintah daerah, pihak swasta nasional dan organisasi masyarakat untuk menyerasikan

langkah dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata di Indonesia.

Selain itu, dengan semakin berkembangnya pembangunan pariwisata di Indonesia

yang dapat kita lihat dari meningkatnya jumlah wisatawan yang datang, meningkatnya

jumlah devisa yang diraih sektor pariwisata dan semakin banyak Daerah Tujuan Wisata

(DTW), maka untuk tertibnya pembangunan kawasan pariwisata dimaksud, Menteri

PARPOSTEL mengeluarkan Surat Keputusan No: KM. 59/PW.002/MPPT-85: tanggal 23

Juli 1985 mengeluarkan ketentuan tentang kegiatan Usaha Kawasan Wisata, sebagai

dirumuskan pada Bab II Pasal II Surat Keputusan No: 59/PW.002/ MPPT-85 tanggal 23 Juli

1985, yang isinya antara lain adalah sebagai berikut:

1. Mengusahakan lahan dengan luas sekurang-kurangnya 100 ha untuk keperluan

pembangunan usaha pariwisata dan menata serta membagi lebih lanjut dalam satuan-

satuan simpul (lingkungan tertentu) yang dituangkan dalam gambar rencana (site plan).

2. Membangun atau menyewakan satuan-satuan simpul (lingkungan tertentu) itu untuk

membangun usaha pariwisata meliputi hotel atau jenis penginapan lainnya, rumah makan

tempat rekreasi dan hiburan umum, serta usaha pariwisata lainnya sesuai gambar rencana

(site plan).

24
3. Melaksanakan pembangunan jalan, penyediaan air bersih dan listrik sesuai gambar

rencana (site plan)

4. Menentukan syarat-syarat di dalam kawasan pariwisata berkenaan dengan penyediaan

prasarandalam kawas, lingkungan hidup, tata bangunan, kesehatan umum, pencegahan

kebakaran dan lain-lain sepanjang persyaratan tersebut tidak bertentangan dengan

peraturan perundangan yang berlaku.

5. Melaksanakan dan atau mengawasi pembangunan usaha pariwisata agar sesuai dengan

persyaratan-persyaratan yang ditetapkan di dalam kawasan pariwisata serta peraturan

perundangan yang berlaku di bidang usaha masing-masing.

6. Membangun bangunan yang dipandang perlu untuk keperluan administrasi usaha kawasan

pariwisata.

Direktorat Jenderal Pariwisata telah membagi daerah kepulauan Indonesia atas 7

daerah tujuan wisata dan masing-masing daerah tujuan wisata dimaksud terdiri dari beberapa

provinsi yang termasuk di dalamnya, masing-masing adalah:

1. Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang termasuk kelompok A yang terdiri dari: Provinsi

Aceh, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Barat.

2. Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang termasuk dalam kelompok B yang terdiri dari:

Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, dan Bengkulu.

25
3. Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang termasuk kelompok C yang terdiri dari: Provinsi

Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.

4. Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang termasuk dalam kelompok D dan terdiri dari: Provinsi

Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Timor.

5. Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang termasuk kelompok E dan terdiri dari: Provinsi

Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.

6. Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang termasuk kelompok F dan terdiri dari: Provinsi

Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara.

7. Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang termasuk kelompok G dan terdiri dari: Provinsi

Maluku dan Irian Jaya.

Di samping DTW yang telah ada, dalam rangka pengembangan pariwi-sata di tanah

air, pemerintah membuka kawasan-kawasan wisata pada beberapa daerah yang kebetulan

memiliki potensi pariwisata alam dan di tahun 1990 pemerintah telah berhasil membangun 6

kawasan wisata dan kemudian di tahun 1991 meningkat menjadi 10 kawasan dan selanjut-

nya meningkat lagi di tahun 1992 menjadi 12 kawasan wisata. Masing--masing kawasan

tersebut adalah:

1. Bali Tourist Development Corporation (BTDC)

2. Manado Minahasa Tourist Development Corporation (MTDC)

3. Belitung Tourist Development Corporation (BTDC)

26
4. Lombok Development Corporation (LTDC)

5. Batu Raden Tourist Development Corporation (BRTDC)

6. Biak Tourist Development Corporation (BTDC)

7. Padang Tourist Development Corporation (PTDC)

8. Bintan Tourist Development Corporation (BTDC)

9. Krakatau-Lampung Tourist Development Corporation (KLTDC)

10. Goa Makasar Tourist Development Corporation (GMTDC)

11. Pangandaran Tourist Development Corporation (PTDC)

12. Nias Tourist Development Corporation (NTDC)

Kemudian dari kawasan wisata yang ada muncul beberapa resort yang dilengkapi

dengan hotel, sarana rekreasi, olah raga dan lapangan golf, sehingga semakin lengkaplah

sarana kepariwisataan di Indonesia. Di antara resort dimaksudkan adalah: Anai Resort dan

Gunung Padang/ Air Manih Resort di Sumatera Barat, Merak Belantung Resort di Lampung,

Batam dan Bintan Resort di Segitiga Sejori (Singapura, Johor, dan Riau), Bangka Belitung

Resort di Sumatera Selatan, Batu Raden Mountain Resort di Jawa Tengah, Tanjung Bunga

Resort di Lombok, Tasik Ria Resort di Manado Sulawesi Utara, dan Marauw Resort di Irian

Jaya (Biak).

27
Cukup banyak kebijaksanaan yang telah diambil oleh Menteri PARPOSTEL untuk

memberi kemudahan, kelancaran dan ketertiban, baik dalam pembangunan dan

pengembangan pariwisata, maupun peningkatan pelayanan kepada wisatawan yang

berkunjung ke Indonesia.

Di antara kebijaksanaan yang banyak itu ada satu yang kita anggap monu mental dan

bersejarah dalam kepariwisataan Indonesia, yaitu berhasilnya jajaran PARPOSTEL

meyakinkan DPR untuk mensahkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990

tentang Kepariwisataan. Walaupun Undang-Undang Kepariwisataan yang terdiri dari IX Bab

dan 40 Pasal itu masih dirasakan kelemahan-kelemahannya, seperti misalnya:

1. Pandangan yang kurang berimbang tentang dampak dan peranan wisata, yang terlihat

banyak dampak positifnya saja, sedangkan dampak yang bersifat non-moneter tidak

terlihat.

2. Rumusan atau definisi tentang pengertian pariwisata dirasakan mengambang dan bisa

meragukan pembacanya.

3. Penggalian dan pengolahan aspek-aspek kepariwisataan lebih banyak ditekankan pada segi

komersialnya dan dirasakan kurang mengajak atau mendorong keikutsertaan masyarakat.

4. Masalah peka yang sering dihadapi para praktisi pariwisata adalah polusi, seperti masalah

pembuangan limbah, lingkungan, pencemaran dan seni budaya, dirasakan kurang

mendapat perhatian.

28
Tetapi undang-undang ini sangat diperlukan untuk dijadikan pedoman dalam

pembangunan dan pengembangan pariwisata Indonesia, karena dari materi yang telah sempat

dirumuskan, kita dapat melihat:

1. Usaha pemerintah yang tidak kenal lelah dalam mengembangkan kegiatan pariwisata di

Indonesia.

2. Pariwisata sebagai suatu industri memberikan dampak yang sangat luas dalam kehidupan

masyarakat, lebih-lebih terhadap kehidupan sosial, seni budaya, politik dan ekonomi

nasional.

3. Sektor kepariwisataan keberadaannya bersifat sangat kompleks, untuk

mengembangkannya masih perlu ditelaah mengenai aspek-aspek pariwisata sebagai suatu

ilmu (tourism as a science), yang perlu ditinjau dari segala aspek disiplin ilmu.

4.5. Pengembangan Objek Dan Atraksi Wisata

PENGEMBANGAN PRODUK BARU

Pengembangan suatu produk pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan secara sadar

dan berencana untuk memperbaiki produk yang sedang berjalan atau menambah jenis produk

yang dihasilkan ataupun yang akan dipasarkan.

Umumnya suatu produk baru yang dihasilkan hendaklah sesuai dengan kebutuhan

konsumen. Jadi produk tersebut harus dapat dipasarkan. Oleh karena itu, produk baru tidak

29
mungkin dihasilkan secara kebetulan, tetapi harus melalui suatu riset dan analisa pasar.

Dengan kata lain, pengembangan produk baru harus ditinjau sebagai tanggung jawab

pengurus (management) tingkat atas. Dengan demikian, sifat produk baru yang dihasilkan

itu telah dipertimbangkan secara matang dan objektif. Di samping itu perlu dilakukan

modifikasi produk lama untuk dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar yang

berubah-ubah. Dengan cara demikian produk tersebut masih dapat diperluas pemakaiannya

sehingga dapat memperkuat posisinya dalam pasar yang telah ada.

Dalam rencana menghasilkan produk baru ada beberapa hal yang perlu diperhatikan,

yaitu:

1. Perkembangan potensial dari pasar produk baru yang akan diproduksi.

2. Struktur pasar dan keahlian dalam marketing untuk memasarkan produk baru tersebut.

3. Fasilitas keuangan, apakah cukup tersedia dana untuk mengembangkan produk baru

tersebut.

4. Situasi persaingan perlu ditinjau apakah posisi produk baru itu cukup kuat bersaing dengan

produk pesaing.

5. Produk baru yang dikembangkan tidak akan merusak produk yang telah ada dan tidak akan

merugikan perusahaan secara keseluruhan.

Di dalam kepariwisataan, pengembangan produk baru perlu menjadi pemikiran ahli-

ahli pariwisata, khususnya para pengelola yang langsung menangani sektor kepariwisataan

30
tersebut. Seperti kita ketahui, produk industri pariwisata itu sangat bervariasi dan bermacam-

macam sesuai dengan keinginan dan kemampuan wisatawan itu sendiri. Secara mikro

pengembangan produk dalam industri pariwisata dapat berupa:

1. Travel agents

Fasilitas perlengakapan kantor dan pelayanan pada relasi hendaklah diperbaharui

sedemikian rupa dalam periode tertentu, sehingga di samping dapat ditingkatkan

pelayanan yang baik bagi wisatawan juga perusahaan dapat bekerja secara efisien dan

ekonomis. Misalnya, kantor dilengkapi dengan teleks, TV show-room untuk

memperagakan macam/ tipe hotel, angkutan yang akan digunakan, objek yang akan

dilihat/ atraksi yang akan disaksikan di samping brochures atau leaflets yang biasanya

dicetak.

2. Tourist transportations

Dalam hal angkutan, yang penting adalah selain faktor comfortable dari seat yang

disediakan, juga faktor kecepatan yang dapat menghemat waktu bagi wisatawan tanpa

melupakan faktor keselamatan penumpang. Coach-bus yang dilengkapi dengan AC, sound

system, toilet serta adanya pemberian cold drink serta snack merupakan suatu

pengembangan produk untuk bus tersebut. Penciptaan supersonic transport (SST) seperti

airbus A340 atau MD Boeing 777 atau kursi sleeperette yang dapat digeser-geser ditambah

macam-macam servis yang dapat diberikan, seperti film, dan seterusnya. Selain itu kita

juga dapat melakukan free-booking untuk hotel dimana kita akan menginap melalui

31
maskapai penerbangan tersebut, seperti Swire Group pada Chathay Pacific. Dan banyak

pembaharuan-pembaharuan lainnya yang dapat meningkatkan pelayanan pada

penumpang.

3. Hotel

Promosi perhotelan sebagai tulang punggung industri pariwisata dan merupakan sarana

pokok yang penting sangat memerlukan pengembangan produk baru: Ada tiga sebab

mengapa suatu hotel dapat dikatakan daluwarsa (obsolete):

1) Location Obsolete

Maksudnya, suatu hotel sudah berkurang daya tariknya untuk dikunjungi tamunya,

bilamana tempat kedudukan (location) yang lama menjadi tidak strategis disebabkan

perubahan dan periumbuhan kota. Perpindahan airport dari Halim ke Cengkareng dapat

mempengaruhi hotel-hotel yang lokasinya dekat Halim Perdanakusumah/ Kemayoran.

2) Technological Obsolescence

Dengan adanya penemuan-penemuan baru (inovation) mengakibatkan hotel yang

didirikan 10-15 tahun terdahulu, perlengkapannya menjadi ketinggalan dan daluwarsa.

Hal ini akan mengakibatkan pengaruh yang besar terhadap kesan (image) orang untuk

menginap di hotel tersebut.

32
3) Kurang terpelihara

Hal ini sering terjadi. Suatu hotel menjadi ketinggalan, tidak diatur sebagaimana

mestinya, pemeliharaan tidak diperhatikan, tidak populer dalam masyarakat,

masalahnya adalah soal manajemen secara umum. Ini banyak terjadi pada hotel-hotel

milik pemerintah/ daerah.

Di samping hal-hal tersebut di atas, suatu hotel hendaklah

mengadakan/menciptakan produk baru yang dapat meningkatkan pelayanannya. Hal ini

dapat dilakukan dengan menambah/melengkapi servis yang telah ada, sehingga dapat

membantu penjualan secara keseluruhan. Kegiatan- kegiatan serupa ini dapat berupa:

1) Penyediaan coach-bus untuk transpor secara cuma-cuma ke dan dari Airport.

2) Penyediaan lunch-box untuk rombongan wisatawan yang mengadakan tour.

3) Menyediakan entertainment berupa traditional-dances bagi rombongan yang lebih

dari 15 orang.

4. Bar dan restoran

Dalam hal makanan dan minuman, yang penting ialah bahwa makanan yang

disediakan selain cocok dengan selera wisatawan yang bersangkutan hendaknya

pelayanan yang diberikan bersifat quick-service di samping harga yang memadai. Ada

yang berpendapat bahwa sebaiknya wisatawan disuguhkan makanan asli tempat yang

dikunjungi tanpa menyediakan makanan negeri asal wisatawan itu sendiri. Ini merupakan

33
suatu usul yang sangat ideal, tetapi ini hanya dapat dilakukan bilamana makanan daerah

tersebut telah diterima oleh para wisatawan pada umumnya, seperti sate, gado-gado dan

lain-lain. Kalau makanan dan minuman tersebut belum dikenal dan diterima, sebaiknya

makanan daerah tersebut dapat dijadikan sebagai perkenalan saja. Soal makanan sangat

sensitif juga, karena kalau perut terganggu maka tour yang akan diikuti tidak ada artinya

sama sekali. Jalan tengah, sebaiknya di samping makanan mereka sehari-hari juga

disediakan makanan daerah setempat.

5. Tour operator

Banyak tour operator dewasa ini menyelenggarakan sightseeing, tour dengan acara

dan objek yang itu-itu saja, tanpa menambah/mencari objek yang baru. Mungkin tour

operator yang termasuk golongan ini berpendapat bahwa wisatawan yang dilayani selalu

berganti-ganti. Jadi apa salahnya. Pendapat ini dapat dibenarkan untuk jangka pendek,

sedang untuk jangka panjang perlu dipikirkan lagi. Sebaiknya suatu tour opera- tor selalu

berusaha mengembangkan objek yang baru di samping objek-objek yang telah biasa, yang

berguna untuk rencana penjualan tour selanjutnya yang lebih bervariasi. Selain itu,

kebanyakan tour operator di Indonesia kurang memperhatikan kepuasan wisatawan.

Misalnya soal yang kecil-kecil saja: di luar negeri seperti di Tokyo, sementara kita diberi

guiding oleh pramuwisata, tour conductor sibuk memainkan kameranya pada wisatawan

yang menyaksikan objek-objek pariwisata, sehingga waktu tour berakhir para wisatawan

kagum, tercengang dan puas, karena setiap peserta diberi foto mereka selama tour yang

34
baru saja diselenggarakan. Bukan soal foto itu saja, wisatawan tambah gembira lagi,

karena mereka memperoleh foto tersebut tanpa tambahan bayaran satu yen-pun.

6. Tourist Objects

Objek pariwisata seperti kita ketahui, memiliki bermacam-macam hal yang dapat

dilihat, disaksikan, dilakukan atau dirasakan. Objek tersebut dapat berupa yang berasal

dari alam (natural tourist resources) dan dapat dilihat atau disaksikan secara bebas (pada

tempat-tempat tertentu harus bayar untuk masuk, seperti cagar alam, kebun raya dan lain

lain).

Objek pariwisata dan segala atraksi yang diperlihatkan merupakan daya tarik utama,

mengapa seseorang datang berkunjung pada suatu tempat, oleh karena itu keaslian dari objek

dan atraksi disuguhkan haruslah dipertahankan sehingga wisatawan hanya di tempat tersebut

dapat melihat dan menyaksikan objek/ atraksi tersebut.

Pada beberapa tempat di Indonesia ada keluhan dari tour leader luar negeri tentang

objek dan atraksi yang dijual, karena tidak ada perubahan. Ini perlu diperhatikan, walau

wisatawan yang datang merupakan suatu parade yang berkunjung silih berganti, tetapi tour

operator yang membawa rombongan wisatawan tersebut dapat dikatakan sudah merupakan

langganan tetap. Mereka yang mempromosikan kepada calon wisatawan pada tourist

generating countries dan mereka pulalah yang menjual langsung pada wisatawan tentang

objek yang mereka promosikan. Bilamana objek yang dipromosikan terbatas pada atraksi

yang terbatas, suatu saat dia akan menghentikan promosi objek kemudian memilih daerah

35
tujuan wisata yang lain. Tentu saja hal ini akan sangat merugikan daerah yang ditinggalkan.

Untuk memulai yang baru lagi akan memakan waktu yang relatif lama.

Dalam ilmu marketing, menandakan perubahan dalam, style produk yang dihasilkan

disebut kedaluwarsaan yang direncanakan (planned obsolessence). Tujuannya ialah untuk

memperbaharui dan menguasai pasar (to re-new dan re-sell the market) berhubung styling

sangat penting dalam penjualan maka styling yang baik adalah yang dapat menjamin

penjualan. Dalam kepariwisataan product-style yang baik misalnya:

1. Objek itu sendiri harus menarik untuk disaksikan maupun dipelajari.

2. Mempunyai kekhususan dan berbeda dari objek yang lain.

3. Prasarana menuju ke tempat tersebut terpelihara dan baik.

4. Tersedia fasilitas: something to see, something to do dan something to buy.

5. Kalau perlu dilengkapi dengan sarana-sarana akomodasi dan hal lain yang dianggap perlu.

Kesenian rakyat tradisional merupakan atraksi wisata yang sangat potensial untuk

konsumsi wisatawan. Indonesia yang terkenal dengan pariwisata budayanya (cultural

tourism) telah terbukti banyak menarik wisatawan. Hanya sayang pengelolaan kesenian

rakyat ini masih sangat dirasakan kelemahannya, baik organisasi ataupun cara penyajiannya.

Bali adalah satu-satunya daerah yang telah berhasil membuat sedemikian rupa, sehingga

kesenian rakyatnya dapat dengan mudah disaksikan dengan biaya yang relatif murah dan

dengan waktu relatif singkat.

36
Sesungguhnya di sinilah timbulnya apa yang kita kenal dengan istilah komersialisasi

kebudayaan, dimana penyajian sesuatu kesenian rakyat tidak dilakukan seperti yang biasa

hidup dalam masyarakat, tetapi disesuaikan dengan waktu dan daya beli wisatawan. Untuk

pengembangan atraksi wisata semacam ini, daerah-daerah lain harus lebih banyak belajar

dari masyarakat Bali. Daerah-daerah lain mempunyai atraksi wisata yang tidak kalah

menariknya dari apa yang dimiliki Bali, tetapi belum punya pengalaman untuk

mengelolanya. Misalnya, indang, tabut, randai, berburu babi secara adat, batagak penghulu

di daerah Sumatera Barat, semuanya ini masih belum sempat digarap atau dipromosikan

untuk tujuan kepariwisataan.

Atraksi wisata tidak hanya terbatas pada kesenian tradisional saja, tetapi banyak

atraksi lain yang cukup menarik untuk disuguhkan pada wisatawan. Misalnya permainan ular

(cobra shows), adu ayam (cock fighting), adu domba (ram fighting), perternakan ular (snake

farm) atau perternakan buaya (crocodile farm) dan lain-lain sebangsanya. Hal-hal yang

semacam ini hendaknya dikembangkan, diorganisir, disediakan fasilitasnya, sehingga dapat

dijadikan daya tarik bagi wisatawan. Kalau bisa lokasinya dapat diatur di sepanjang jalan

yang merupakan golden road dalam jalur lalu lintas pariwisata. Kalau di Jawa Barat, dapat

ditempatkan disepanjang Bogor- Puncak-Bandung atau Lembang-Subang atau dapat pula

Bandung- Sumedang-Cirebon.

Dengan demikian bus wisatawan yang membawa rombongan mudah melakukan

stop-over pada tempat-tempat dimana atraksi diadakan. Dengan demikian pemasaran dari

atraksi ini juga mudah dilakukan, karena mudah disinggahi oleh wisatawan asing maupun

37
wisatawan dalam negeri. Di samping itu untuk perencanaan tour yang lebih teratur,

hendaknya masing-masing grup atraksi wisata mengadakan kerja sama dengan para tour

operator yang ada, sehingga dengan demikian segala sesuatunya dapat dibicarakan dengan

mudah.

38
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Pengembangan suatu objek wisata membutuhkan proses yang cukup panjang dan

kompleks karena membutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk memikirkan dan

mengeksekusi kebijakan yang ditetapkan, oleh karena itu kita harus menjaga dan mengelola

dengan baik setiap tempat wisata yang ada.

39
DAFTAR PUSTAKA

H. Oka A, Yoeti. 2008. Perencanaan Dan Pengembangan Pariwisata. Edisi kedua.

PT.Pradya Paramita: Jakarta.

40

Anda mungkin juga menyukai