Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Latar Belakang
Perkembangan pariwisata di era globalisasi ini telah membawa
kepada perubahan atau pergeseran motivasi wisatawan dalam memilih
obyek wisata. Salah satu perubahan atau pergeseran motivasi yang
tampak adalah kecenderungan wisatawan untuk meninggalkan produk-
produk standar berskala massal dan lebih memilih produk-produk unik
yang beragam dan bermutu tinggi (Weiler dan Hall, dalam Damanik
2003).
Pencarian obyek wisata yang unik dan beragam dengan kualitas
yang tinggi tadi mengakibatkan daerah-daerah baru, kawasan
pedalaman, atau desa-desa tradisional tidak luput dari sasaran
kunjungan wisatawan. Hal ini telah melahirkan pariwisata minat khusus
yang sangat menguntungkan bagi terpeliharanya lingkungan, budaya
dan mensejahterahkan masyarakat. Pariwisata minat khusus secara
perlahan mendorong berkembangnya atraksi wisata baru yang berbeda
dengan obyek konvensional, terutama yang berbasis resort besar.
Konsep pariwisata pedesaan oleh Ahimsa-Putra dan kawan-kawan
(2001), merupakan obyek dan daya tarik kehidupan desa dengan ciri-
ciri khusus masyarakatnya, panorama alam dan budayanya. Kemudian,
Damanik (2003), menegaskan bahwa pariwisata pedesaan memberikan
batas pada aktivitas masyarakat dan wisatawan di desa dan karena itu
identik dengan destinasi pariwisata.
1
Untuk menjadi sebuah desa wisata harus memiliki antara lain
aksesibilitas baik, memiliki obyek-obyek alam, seni budaya, legenda,
makanan lokal dan beberapa potensi lain. Yang paling penting yaitu
dukungan yang tinggi dari masyarakat dan aparat desa terhadap desa
wisata. Potensi-potensi yang dimiliki seperti wilayah yang luas,
perkebunan dan peternakan yang dikelola dengan baik, kearifan lokal
yang masih dijaga dan partisipasi masyarakat dalam perencanaan
pembangunan akan mempermudah terwujudnya pembangunan Desa
Wisata. Sedangkan kurangnya keberadaan sarana dan prasarana tidak
menjadi hambatan yang berarti bagi desa untuk tetap melaksanakan
perencanaan pembangunan desa wisata.
Yogyakarta selain menjadi destinasi wisata kedua setelah Bali
juga berkembang desa wisata. Saat ini desa wisata yang ada di
Yogyakarta mengalami perkembangan yang sangat signifikan.
Keseriusan pemerintah dalam mendukung perkembangan desa wisata
melalui kebijakan berupa bantuan untuk pembangunan dan
pengembangan desa wisata.
Strategi pariwisata terpadu harus dilaksanakan agar manajemen
diterapkan secara efektif. Keberadaan desa wisata dalam satu wilayah
perlu diidentifikasi desa wisata mana yang memiliki peran penting
untuk pengembangan desa wisata secara terpadu. Dimasa yang akan
datang, semakin bertambahnya desa wisata akan membutuhkan
manajemen dan pengelolaan yang lebih rapi agar masing-masing desa
wisata dapat berkembang dengan potensi dan kekhasannya. Oleh
karena itu sangat relevan apabila kami mengkaji mengenai
perencanaan pembangunan desa wisata yang menerapkan
perencanaan melalui pembuatan master plan untuk menentukan
zonasi dan peruntukan sehingga akan terstruktur dan menjadi sebuah
Desa Wisata yang baik dan berwawasan lingkungan. Hal ini sesuai
2
dengan amanat UU no 10 tahun 2009 bahwa setiap daerah wisata
perlu dibuat master plan.
2.2. Tujuan
Kegiatan pembuatan Master Plan ini bertujuan untuk,
1. Sebagai acuan dalam pembangunan desa wisata.
3
2. Melakukan identifikasi potensi desa wisata yang dapat
dikembangkan untuk pengembangan kepariwisataan .
3. Mengidentifikasi produk wisata dan pasar wisata di setiap desa
wisata.
4. Merencanakan strategi pengembangan kepariwisataan berdasar
atas analisis SWOT.
5. Menyusun program pengembangan kepariwisataan dalam jangka
waktu selama lima tahun.
2.4. Manfaat
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai
dasar pengembangan kelembagaan desa wisata untuk membangun
jaringan yang lebih kuat dan luas. Dengan adanya dokumen Master Plan
Desa Wisata diharapkan mampu merancang berbagai kegiatan dapat
terlaksana dengan baik dan dapat termonitoring dengan baik pula guna
peningkatan kualitas program dan pencapaian target yang ditentukan.
4
(Data Primer) dan tidak langsung (Data Sekunder). Metode langsung
dilakukan dengan observasi langsung di lapangan gunanya untuk
mengetahui dan menentukan titik lokasi penelitian berdasarkan dengan
titik kelola dan titik pantau. Sedangkan metode tidak langsung dilakukan
dengan menganalisis data sekunder yang diperoleh dari desa, intansi
terkait, dan juga masyarakat sekitar. Dalam data sekunder lebih dominan
berkaitan dengan manfaat yang dapat diperoleh dari usaha baik dari
aspek sosial, ekonomi dan budaya.
4. Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam studi ini adalah metode
analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan
5
untuk mengetahui berapa luas kawasan yang akan dikelola menjadi desa
wisata dan juga untuk menentukan zonasinya. Selain itu metode
kuantitatif juga diperlukan dalam menganalisis data. Sedangkan metode
analisis secara kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi kondisi sosial
ekonomi dan budaya masyarakat sekitar proyek.
Dalam merumuskan Master Plan metode yang digunakan adalah
SWOT. Dasar pemilihan metode ini dapat membantu merencanakan
program secara menyeluruh.
5. Pelaksanaan Penelitian
5.1. Hasil Penelitian
Beberapa laporan penelitian, berupa:
a. Laporan Pendahuluan
b. Laporan Draft/Konsep
c. Laporan Akhir
5.3. Peneliti
Dalam penelitian ini akan dilaksanakan oleh:
a. Ahli Pariwisata
b. Ahli Pembangunan Wilayah dan Kota (PWK)
c. Ahli Sosial Ekonomi Budaya
d. Ahli Lingkungan
Tenaga Ahli peneliti akan disesuaikan dengan bidang dan jenis
usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan pengelolaan.
6
6. Rencana Anggaran
Rencana Anggaran Biaya Kegiatan Pemantauan Lingkungan Hidup
ini akan dibicarakan lebih lanjut dan disesuaikan dengan besaran
proyeknya.
7. Penutup
8. Daftar Pustaka