Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH GEOGRAFI PARIWISATA

“Inovasi Pengembangan Potensi Pariwisata Di Daerah”

Dosen Pengampu:

Yulia Novita, S.Pd.I, M.Par


Oleh:

Mhd Zainuddin : 12111311099

Silvi Ratika Sari : 12111321623

Rosinta Ayani Putri : 12111322245

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU


PEKANBARU 1445 H / 2024 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah Inovasi Pengembangan Potensi
Pariwisata Di Daerah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa pula shalawat
dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya,
sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata kuliah Geografi Pariwisata
yang di bimbing oleh Ibu Yulia Novita, S.Pd.I, M.Par. Kami ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan kami
juga menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah
membantu dalam memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan Inovasi Pengembangan Potensi Pariwisata Di Daerah ini sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita. Semoga makalah tentang Inovasi Pengembangan
Potensi Pariwisata Di Daerah ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Pekanbaru, 20 Februari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN

A. Inovasi Pengembangan Potensi Pariwisata Di Daerah ............................... 3


B. Jenis-Jenis Desa Wisata .............................................................................. 4
C. Konsep Dari Desa Wisata Berkelanjutan .................................................... 8
BAB III PENUTUP

KESIMPULAN……………………………………………………………………20

SARAN…………………………………………………………………………….20

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………...21
BAB I
PENDAHUUAN

A. Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir, pariwisata telah menjadi salah satu sektor yang
paling dinamis dan berpotensi di banyak daerah di seluruh dunia. Hal ini tidak hanya
didorong oleh dorongan untuk pertumbuhan ekonomi tetapi juga oleh keinginan untuk
melestarikan warisan budaya dan alam, serta memajukan kesejahteraan masyarakat
setempat. Di balik keberhasilan sektor pariwisata ini terdapat beberapa faktor yang
kompleks dan beragam.
Pertama-tama, kita harus memperhatikan perubahan paradigma dalam perilaku
dan preferensi wisatawan. Wisatawan modern cenderung mencari pengalaman yang
lebih otentik, berbeda, dan terkoneksi dengan budaya lokal. Hal ini mendorong daerah-
daerah untuk mengembangkan potensi wisata mereka secara inovatif, bukan hanya
berfokus pada objek wisata konvensional, tetapi juga pada pengalaman wisata yang
lebih mendalam dan berkesan.
Kemajuan teknologi dan digitalisasi juga memainkan peran kunci dalam evolusi
pariwisata. Akses mudah terhadap informasi melalui internet dan media sosial telah
mengubah cara orang mencari dan merencanakan perjalanan mereka. Inovasi dalam
pemanfaatan teknologi, seperti penggunaan aplikasi mobile untuk panduan wisata,
pemesanan online untuk akomodasi dan aktivitas, serta pemasaran digital yang terarah,
menjadi penting untuk menarik perhatian wisatawan dan meningkatkan kunjungan ke
suatu daerah.
Tidak hanya itu, tantangan-tantangan global seperti perubahan iklim dan krisis
lingkungan juga telah mendorong upaya untuk mengembangkan pariwisata yang
berkelanjutan. Inovasi dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian
lingkungan menjadi kunci untuk memastikan bahwa industri pariwisata tidak hanya
memberikan manfaat ekonomi tetapi juga melindungi kekayaan alam dan budaya yang
menjadi daya tarik utama wisatawan.
Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat lokal
juga menjadi faktor penting dalam mengembangkan potensi pariwisata di suatu daerah.
Dengan bersama-sama, mereka dapat mengidentifikasi peluang-peluang baru,
mengatasi tantangan, dan mengimplementasikan inovasi-inovasi yang dapat
meningkatkan daya saing dan keberlanjutan pariwisata lokal.
Secara keseluruhan, latar belakang inovasi pengembangan potensi pariwisata di
daerah adalah hasil dari dinamika antara perubahan perilaku wisatawan, kemajuan
teknologi, tantangan lingkungan global, dan kolaborasi lintas sektor. Inovasi menjadi
kunci untuk memanfaatkan potensi pariwisata secara optimal, sambil memastikan
keberlanjutan dan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana inovasi pengembangan potensi pariwisata di daerah?
2. Bagaimana jenis-jenis desa wisata?
3. bagaimana konsep dari wisata berkelanjutan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui inovasi pengembangan potensi pariwisata di daerah.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis desa wisata.
3. Untuk mengetahui konsep dari wisata berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Inovasi Pengembangan Potensi Pariwisata Di Daerah
Suwantoro (2004:3) mendefinisikan pariwisata sebagai proses meninggalkan
lingkungan asalnya untuk tujuan tertentu dari pada mencari uang. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih memiliki
tujuan untuk menikmati diri sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu mereka tentang hal-
hal baru. Selain itu, dapat disebabkan oleh kepentingan olahraga untuk kesehatan,
tradisi, keagamaan, dan kebutuhan lainnya. Potensi wisata mengacu pada beragam
objek, termasuk keindahan alam, kekayaan budaya, dan pencapaian manusia, yang
membutuhkan perawatan dan pengembangan untuk tetap memikat dan menginspirasi
pengunjung (Janianton Damanik dan Helmut F. Weber (2006).
Pengembangan pariwisata bertujuan untuk menjaga pelestarian budaya, seni,
dan pariwisata daerah untuk masa depan. Diharapkan bahwa pengembangan ini dapat
mengidentifikasi potensi dalam bidang kebudayaan dan pariwisata sehingga upaya
pembinaan yang dinamis dapat dilakukan untuk menjaga nilai-nilai seni, budaya, dan
warisan sejarah. Untuk mencapai kesuksesan dalam penyelenggaraan kepariwisataan,
diperlukan visi dan misi serta kebijakan logis. Untuk mencapai kesuksesan ini, semua
pihak yang terlibat, termasuk pemerintah dan masyarakat, harus bekerja sama dengan
baik.
Mengembangkan dan meningkatkan penyelenggaraan kepariwisataan melalui
pembangunan objek wisata—baik melalui pengembangan objek wisata yang sudah ada
maupun pembuatan objek wisata baru—memerlukan kerja sama lintas sektor.
Pemimpin daerah harus menerapkan kebijakan yang didasarkan pada kompetensi untuk
meningkatkan pariwisata daerah. Untuk mencapai hal ini, diperlukan peningkatan
sumber daya manusia yang mampu menangani tantangan globalisasi.
Sebuah organisasi harus memiliki tujuan dan arah yang jelas serta menerapkan
manajemen yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut. Karena itu, kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh anggota organisasi sangatlah penting agar organisasi
dapat bertahan dan berkembang. Kebijakan yang sesuai dengan tujuan kesejahteraan
masyarakat dan manajemen yang efektif akan memastikan bahwa pengembangan
berhasil.
Sebagai sumber pendapatan asing, meningkatkan kesempatan kerja dan
pendapatan, memperkuat persatuan dan kesatuan, dan mempromosikan budaya negara,
pariwisata memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi negara. Untuk
meningkatkan PAD, daerah dapat memanfaatkan kekayaan alam, budaya, dan seni
Indonesia.
Dari uraian di atas, jelas bahwa pengembangan berbagai potensi yang ada di
wilayah yang potensial untuk wisata sangat penting. Ini karena peran PAD sangat
penting dalam menjalankan hak-hak daerah. Pariwisata adalah salah satu industri yang
sangat menguntungkan; industri ini telah berkembang menjadi sektor yang sangat besar
jika dikelola dengan baik, berorientasi, dan berkelanjutan. Pengembangan dan
pengelolaan infrastruktur yang mendukung industri pariwisata di daerah tersebut,
seperti yang dilakukan di daerah lain di Indonesia, dapat membantu peningkatan PAD
melalui pengelolaan pariwisata.
Kegiatan pariwisata mencakup berbagai industri, seperti transportasi, agen
perjalanan, akomodasi, restoran, tur, kerajinan lokal, dan pemeliharaan dan
pengembangan destinasi wisata dan kebudayaan lokal. Semua komponen ini saling
terkait dan mendukung satu sama lain, yang menghasilkan ekosistem wisata yang tahan
lama. Oleh karena itu, pengembangan tambahan diperlukan untuk memenuhi Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, yang menetapkan tujuan
penyelenggaraan pariwisata:
• Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
• Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
• Menghapus Kemiskinan
• Mengatasi Pengangguran
• Melestarikan Alam, Lingkungan Dan Sumber Daya
• Memajukan Kebudayaan
• Mengangkat Citra Bangsa
• Memupuk Rasa Cinta Tanah Air
• Memperkukuh Jati Diri Dan Kesatuan Bangsa
• Mempererat Persahatan Antar Bangsa
1. Pengembangan Potensi Pariwisata
Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan dalam pasal 1 menyatakan :
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya Tarik wisata yang
dikunjungi dalam jangka waktu sementara.
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan di dukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
c. Kepariwisataan adalah seluruh kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan
masyarakat setempat, sesame wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah dan
pengusaha.
d. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata.
e. Daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah
Kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif
yang didalamnya terdapat daya Tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas
pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi
terwujudnya kepariwisataan.
f. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau/jasa bagi
pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.
Swarbrooke (2006:99), terdapat beberapa jenis pengembangan pariwisata
pengembangan, yaitu :
a. Keseluruhan dengan tujuan baru, membangun atraksi disitus yang tadinya tidak
digunakan sebagai atraksi.
b. Tujuan baru, membangun atraksi pada situs sebelumnya telah digunakan
sebagai atraksi.
c. Pengembangan baru secara keseluruhan pada keberadaan atraksi yang dibangun
untuk menarik pengunjung lebih banyak dan untuk membuat atraksi tersebut
dapat mencapai pasar yang lebih luas, dengan meraih pangsa pasar yang baru.
d. Pengembangan baru pada keberadaan atraksi yang bertujuan untuk
meningkatkan fasilitas pengunjung atau mengantisipasi meningkatnya
pengeluaran sekunder oleh pengunjung.
e. Penciptaan kegiatan-kegiatan baru atau tahapan dari kegiatan yang berpindah
dari satu tempat ke tempat lain dimana kegiatan tersebut memerlukan
modifikasi bangunan dan struktur.
Pengembangan, menurut Yoeti (2006), adalah upaya atau pendekatan untuk
mengembangkan dan memajukan sesuatu yang sudah ada. Membangun pariwisata di
suatu tempat selalu akan mempertimbangkan masyarakat lokal. Untuk menguntungkan
masyarakat, pengembangan pariwisata harus direncanakan dengan baik.
Menurut Cooper et al. (2005), kerangka pengembangan destinasi pariwisata
harus minimal terdiri dari tiga elemen utama:
a. Objek dan Daya Tarik (Attractions) yang mencakup daya tarik yang didasarkan
pada kekayaan alam, budaya, atau buatan/artificial, seperti peristiwa atau minat
khusus.
b. Aksebilitas (Accessibility) yang mencakup dukungan sistem transportasi yang
meliputi rute atau jalur transportasi, fasilitas wisata; dan c. Aksesibilitas
(Accessibility).
c. Amenitas (Amenities) adalah fasilitas yang mendukung dan mendukung
wisatawan, seperti akomodasi, rumah makan, toko cindera mata, fasilitas
penukaran uang, bis perjalanan, pusat informasi wisata, dan fasilitas
kenyamanan lainnya.
d. Fasilitas pendukung (Ancillary Services) adalah fasilitas yang tersedia untuk
wisatawan, seperti bank, pos, rumah sakit, dan fasilitas telekomunikasi.
B. Jenis-Jenis Desa Wisata
Desa adalah kelompok masyarakat terendah dengan pemerintahan dan
wilayahnya sendiri yang dipimpin oleh seorang kepala desa. Mayoritas penduduk
Indonesia tinggal dan bekerja di desa. Desa terbentuk karena merupakan tempat tinggal
sekelompok orang berdasarkan kebutuhan tempat tinggal dan naluri alamiah untuk
bertahan hidup dalam suatu kelompok, menurut Marit et al. (2021).
Desa wisata adalah bagian dari industri pariwisata, dan desa yang memiliki
potensi wisata juga disebut sebagai desa wisata. Ashoer et al. (2021) menyatakan
bahwa, meskipun pada awalnya hanyalah bisnis, pariwisata telah berkembang menjadi
komponen penting dari ekonomi banyak negara. Di era modern, industri pariwisata
terus berkembang karena hubungannya dengan lebih dari tujuh industri lain:
penerbangan, akomodasi, transportasi permukaan, transportasi air, telekomunikasi,
manajemen atraksi, dan penyedia perjalanan.
Saat ini, desa wisata memiliki peran dan sumbangan yang signifikan untuk
kemajuan suatu desa, yang pada gilirannya berdampak pada kemajuan daerah dan
negara secara keseluruhan. Semua negara dan daerah telah menyadari hal ini, sehingga
setiap negara dan daerah telah melakukan perubahan untuk meningkatkan kualitas desa
wisata mereka dalam berbagai aspek untuk menarik lebih banyak wisatawan dan
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan lokal dan asing.
Untuk lebih jelas, berikut adalah beberapa definisi desa wisata yang diberikan
oleh para ahli.
1. Fandeli (2002) mendefinisikan desa wisata sebagai suatu wilayah pedesaan dengan
suasana umum yang mencerminkan keaslian desa, baik dari segi kehidupan sosial
budaya, adat istiadat, aktivitas keseharian, arsitektur bangunan, struktur tata ruang,
dan potensi untuk menjadi daya tarik wisata, seperti atraksi, makanan dan minuman,
cinderamata, penginapan, dan kebutuhan wisata lainnya.
2. Menurut Inskeep (1991), desa wisata adalah sekelompok kecil turis yang tinggal
dalam atau dekat dengan lingkungan tradisional, biasanya di desa yang terpencil,
dan belajar tentang kehidupan pedesaan dan lingkungan setempatnya.
3. Priasukmana & Mulyadin (2001) mengatakan bahwa desa wisata adalah suatu
wilayah pedesaan yang menawarkan suasana lengkap yang mencerminkan keaslian
pedesaan itu sendiri, mulai dari kehidupan sosial budaya dan adat istiadat sehari-
hari, memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang unik dan
menarik, dan memiliki potensi untuk mengembangkan berbagai aspek
kepariwisataan, seperti atraksi wisata.
4. Putra (2006) menggambarkan desa wisata sebagai suatu wilayah atau area pedesaan
yang dapat dimanfaatkan dengan menggabungkan beberapa elemen yang memiliki
karakteristik produk wisata. Desa wisata menawarkan suasana pedesaan yang
lengkap dengan tema keasrian pedesaan, baik dari segi kehidupan sosial, budaya,
dan ekonomi, serta adat istiadat, yang dikombinasikan dengan ciri-ciri arsitektur
dan tata ruang desa dan berbagai kegiatan dan acara.
5. Nuryanti (1993) berpendapat bahwa desa wisata adalah integrasi antara atraksi,
akomodasi, dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan
masyarakat yang menyatu dengan adat dan norma.
Dengan demikian, desa wisata dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah
pedesaan yang memiliki potensi wisata, seperti keindahan, keaslian adat istiadat dan
budaya, serta atraksi, akomodasi, dan fasilitas lainnya yang dibutuhkan wisatawan.
Menurut Nuryanti (1994), pengembangan pariwisata adalah proses koordinasi
dan koordinasi yang berkelanjutan antara elemen penawaran dan permintaan pariwisata
untuk mencapai tujuan tertentu. Upaya untuk meningkatkan daya tarik wisata dengan
meningkatkan komponen fisik dan non-fisik sistem pariwisata untuk meningkatkan
produktivitas dikenal sebagai pengembangan potensi wisata. Menurut Swarbrooke
dalam Soeda et al (2017:6), pengembangan pariwisata mencakup pemanfaatan berbagai
sumber daya pariwisata dan mencakup semua aspek non-pariwisata yang terkait dengan
keberlanjutan pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Menurut UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, daerah tujuan
wisata, yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata, adalah area geografis yang
terletak dalam satu atau lebih wilayah administratif yang digunakan untuk kegiatan
kepariwisataan dan memiliki daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata,
aksesibilitas, dan masyarakat yang saling terkait. Jumlah kunjungan, industri pariwisata
yang berkembang, ketersediaan keterampilan dan tenaga kerja, variasi produk dan
aktivitas pariwisata, dan amenitas pariwisata adalah semua faktor yang harus
menentukan pengembangan pariwisata yang akan dilakukan.
Terdapat 4 (empat) jenis desa wisata yang dapat menjadi acuan, antara lain:
a. Desa wisata berbasis keunikan sumber daya alam yaitu desa wisata yang
menjadikan kondisi alam sebagai daya tarik utama seperti pegunungan, lembah,
pantai, sungai, danau dan berbagai bentuk bentang alam yang unik lainnya.
b. Desa wisata berbasis keunikan sumber daya budaya lokal yaitu desa wisata yang
menjadikan keunikan adat tradisi dan kehidupan keseharian masyarakat
menjadi daya tarik utama seperti aktivitas mata pencaharian, religi maupun
bentuk aktifitas lainnya.
c. Desa wisata kreatif yaitu desa wisata yang menjadikan keunikan aktivitas
ekonomi kreatif dari kegiatan industri rumah tangga masyarakat lokal, baik
berupa kerajinan, maupun aktivitas kesenian yang khas menjadi daya tarik
utama.
d. Desa wisata berbasis kombinasi merupakan desa wisata yang
mengkombinasikan antara satu atau lebih daya tarik wisata yang dimiliki seperti
alam, budaya dan kreatif.
Pengembangan Desa Wisata harus berfokus pada pengembangan yang
terintegrasi dan kolaboratif dari lima elemen penting: masyarakat (komunitas atau
lembaga kemasyarakatan), pemerintah, industri, akademisi, dan media.
Dalam hal pengembangan desa wisata, ada empat kategori: Rintisan,
Berkembang, Maju, dan Mandiri. Perangkat Desa yang membidangi pariwisata,
bersama dengan OPD yang membidangi pemberdayaan pemerintahan dan
pemberdayaan masyarakat Desa, harus menetapkan klasifikasi desa wisata (atau
nama lain) dalam jangka waktu dua tahun. Tata cara perhitungan dan evaluasi lebih
lanjut untuk penentuan klasifikasi desa wisata di Indonesia akan diatur secara
terpisah dalam petunjuk teknis penentuan klasifikasi desa wisata:
• Rintisan
Penentuan klasifikasi desa wisata rintisan dengan mengunakan kriteria
sebagai berikut:
a. Masih berupa potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi destinasi
wisata.
b. Pengembangan sarana prasarana wisata masih terbatas.
c. Belum ada/masih sedikit sekali wisatawan yang berkunjung dan berasal dari
masyarakat sekitar.
d. Kesadaran masyarakat terhadap potensi wisata belum tumbuh.
e. Sangat diperlukan pendampingan dari pihak terkait (pemerintah, swasta).
f. Memanfaatkan Dana Desa untuk pengembangan Desa Wisata.
g. Pengelolaan desa wisata masih bersifat lokal desa.
• Berkembang
Penentuan klasifikasi desa wisata berkembang dengan mengunakan
kriteria sebagai berikut:
a. Sudah mulai dikenal dan dikunjungi, masyarakat sekitar dan pengunjung
dari luar daerah.
b. Sudah terdapat pengembangan sarana prasarana dan fasilitas pariwisata.
c. Sudah mulai tercipta lapangan pekerjaan dan aktivitas ekonomi bagi
masyarakat.
• Maju
Penentuan klasifikasi desa wisata maju dengan mengunakan kriteria
sebagai berikut:
a. Masyarakat sudah sepenuhnya sadar akan potensi wisata termasuk
pengembangannya.
b. Sudah menjadi destinasi wisata yang dikenal dan banyak dikunjungi oleh
wisatawan, termasuk wisatawan mancanegara.
c. Sarana prasarana dan fasilitas pariwisata sudah memadai.
d. Masyarakat sudah berkemampuan untuk mengelola usaha pariwisata
melalui pokdarwis/kelompok kerja lokal.
e. Masyarakat sudah berkemampuan memanfaatkan dana desa untuk
pengembangan desa wisata.
f. Sistem pengelolaan desa wisata yang berdampak pada peningkatan ekonomi
masyarakat di desa dan pendapatan asli desa.
• Mandiri
Penentuan klasifikasi desa wisata mandiri dengan mengunakan kriteria
sebagai berikut:
a. Masyarakat sudah memberikan inovasi dalam pengembangan potensi
wisata desa (diversifikasi produk) menjadi unit kewirausahaan yang
mandiri.
b. Sudah menjadi destinasi wisata yang dikenal oleh mancanegara dan sudah
menerapkan konsep keberlanjutan yang
c. diakui oleh dunia.c. Sarana dan prasarana sudah mengikuti standar
internasional minimal ASEAN.
d. Pengelolaan desa wisata sudah dilakukan secara kolaboratif antar sektor dan
sudah berjalan baik.
e. Dana desa menjadi bagian penting dalam pengembangan inovasi
diversifikasi produk wisata di desa wisata.
f. Desa sudah mampu memanfaatkan digitalisasi sebagai bentuk promosi
mandiri (mampu membuat bahan promosi dan menjual secara mandiri
melalui digitalisasi dan teknologi).
Terdapat 4 (empat) manfaat bagi pengembangan desa sebagai desa wisata,
meliputi:
a. Tingkat hidup masyarakat maju dan budaya serta tradisi dapat lestari.
Manfaat pengembangan desa sebagai desa wisata yang tentunya
akan langsung memberikan dampak positif bagi warga tentu saja adalah
dampak positif bagi tingkat kehidupan warga, yakni tercipta lapangan
kerja baru hingga peningkatan kualitas hidup masyarakat pedesaan
melalui fasilitas perbaiki agar layak dikunjungi.
b. Manfaat perekonomian bagi masyarakat pedesaan.
Pengembangan desa sebagai desa wisata akan menimbulkan
dampak dalam perekonomian bagi masyarakat pedesaan.
c. Meningkatkan keberadaan industri kecil dan menengah.
Manfaat pengembangan desa sebagai desa wisata adalah
peningkatan industri kecil menengah yang memanfaatkan produk lokal
sebagai bahan bakunya.
d. Promosi produk lokal.
Manfaat pengembangan desa sebagai desa wisata adalah sebagai
sarana promosi produk lokal dengan pemanfaatan sumber daya alam
maupun produk lokal yang ada untuk meningkatkan penjualan.
Pada pengembangan desa wisata untuk mewujudkan pembangunan
pariwisata berkelanjutan, terdapat pendekatan yang perlu diperhatikan yaitu
Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat dan Potensi lokal.
C. Konsep Dari Wisata Berkelanjutan
Pariwisata berkelanjutan berarti pembangunan yang menyeimbangkan tiga
elemen: ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya. Tujuan utama pembangunan ini
adalah meningkatkan kualitas hidup, meningkatkan nilai budaya dan masyarakat, dan
meningkatkan ekonomi masyarakat.

3 Aspek Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan


• Ekonomi
Pembangunan fasilitas harus mempertimbangkan dampak yang
ditimbulkan oleh pariwisata terhadap kondisi lingkungan setempat (alam
maupun budaya) agar pembangunan pariwisata tidak menurunkan kualitas. Ini
harus memungkinkan pengusaha lokal berskala kecil untuk berpartisipasi dalam
usaha pariwisata dan memberikan dampak positif pada sektor bisnis lain.
• Lingkungan
Untuk memastikan bahwa hal itu berkelanjutan dan tidak merugikan
generasi berikutnya, pembangunan harus mengoptimalkan lingkungan bukan
mengeksploitasikan. Pembangunan harus tetap mempertimbangkan lingkungan
saat ini sesuai dengan kapasitas daya dukungnya.
• Sosial Budaya
Pembangunan harus melibatkan masyarakat lokal dan mengimbangi
wisatawan dengan masyarakat.
Desa memiliki potensi untuk menjadi destinasi wisata yang berbasis komunitas
yang berbasis pada kearifan lokal dan berbasis pada prinsip gotong royong dan
berkelanjutan. Selain itu, desa dapat menjadi katalisator untuk pertumbuhan ekonomi
yang berprinsip gotong royong dan berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan rencana
pemerintah untuk menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan di sektor pariwisata
(Sustaniable Tourism Development), yang bertujuan untuk mensejahterakan
masyarakat Indonesia dengan menggali potensi lokal dan memberdayakan
masyarakatnya.
Keberlanjutan utama mencakup pembangunan pariwisata yang
mempertimbangkan keinginan wisatawan dan keterlibatan masyarakat setempat secara
langsung, sambil menekankan pengelolaan dan perlindungan jangka panjang.
Pengembangan dan pengelolaan sumber daya harus direncanakan dengan cara yang
memungkinkan aspek ekonomi, sosial, dan estetika dipenuhi. Menjaga kelestarian dan
keutuhan ekologi, keanekaragaman hayati, budaya, dan sistem kehidupan sekaligus.
Prinsip pariwisata berkelanjutan adalah dasar dari program pengembangan desa
wisata yang diluncurkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf/Baparekraf). Menurut ide ini, pariwisata yang berkelanjutan
didefinisikan sebagai jenis pariwisata yang mempertimbangkan dampak lingkungan,
sosial, budaya, dan ekonomi bagi masyarakat lokal dan wisatawan baik saat ini maupun
di masa depan.
Empat kategori pedoman digunakan oleh Kemenparekraf/Baparekraf untuk
membangun destinasi wisata berkelanjutan: pengelolaan destinasi wisata yang
berkelanjutan, pemanfaatan ekonomi masyarakat lokal, pelestarian budaya bagi
masyarakat dan pengunjung, dan pelestarian lingkungan. Di antara ribuan desa wisata
yang ada di Indonesia, tujuh di antaranya telah menjadi contoh sukses dari gagasan
wisata berkelanjutan:
• Desa Pujon Kidul (Malang)
• Desa Pentingsari (Yogyakarta)
• Desa Ponggok (Klaten)
• Desa Kete Kesu (Toraja)
• Desa Penglipuran (Bali)
• Kampung Blekok (Situbondo)
• Desa Umbulharjo (Yogyakarta)
Desa-desa wisata ini menunjukkan betapa pentingnya pengelolaan pariwisata
yang berkelanjutan sebagai katalisator lokal untuk pembangunan. Prestasi mereka
diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kota-kota wisata lainnya di Indonesia untuk
melakukan hal-hal baru dan berkelanjutan dalam hal pariwisata berkelanjutan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata
merupakan strategi penting dalam meningkatkan pendapatan daerah dan memajukan
sektor pariwisata. Ini melibatkan identifikasi, pengembangan, dan pelestarian berbagai
potensi pariwisata seperti keindahan alam, kekayaan budaya, dan warisan sejarah.
Tujuan utama pengembangan pariwisata adalah untuk meningkatkan reputasi
seni, budaya, dan sektor pariwisata di daerah, sambil juga memastikan pelestariannya
untuk masa depan. Hal ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, kesejahteraan masyarakat, dan pembangunan nasional.
Terdapat berbagai jenis desa wisata, termasuk yang berbasis pada keunikan
sumber daya alam, budaya lokal, kreativitas, atau kombinasi dari keduanya.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan harus memperhatikan keseimbangan antara
aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya. Ini termasuk memastikan partisipasi
masyarakat lokal, perlindungan lingkungan, dan pelestarian budaya.
Pemerintah telah meluncurkan program pengembangan desa wisata
berkelanjutan yang mengacu pada prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan. Tujuh desa
wisata di Indonesia telah menonjol sebagai contoh keberhasilan dari konsep ini, yang
menunjukkan pentingnya pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan dalam
pembangunan lokal.
Dengan demikian, pengembangan pariwisata yang berkelanjutan tidak hanya
memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan,
pemeliharaan budaya, dan kesejahteraan masyarakat lokal.
B. Saran
Dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, sehingganya
harapannya segala yang tercantum dalam makalah ini dapat dikembangkan lagi oleh
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Suwantoro (2004:3), Definisi Pariwisata, Diakses Pada Tanggal 21 Februari 2024
Janianton Damanik dan Helmut F. Weber, (2006 : 11), Pengertian Pariwisata, Diakses
Pada Tanggal 21 Februari 2024
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Diakses Pada Tanggal
21 Februari 2024
Swarbrooke. (2006). Pengembangan Pariwisata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
Diakses Pada Tanggal 21 Februari 2024
A.Yoeti, Oka. (1997). Peremcanaan dan Pengembangan Pariwisata. PT Pradnya Paramita.
Jakarta.
A.Yoeti, Oka.(2002). Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Wisata. PT Pradaya Paramita.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai