GEOGRAFI PARIWISATA
DOSEN PENGAMPU
DI SUSUN OLEH :
DINI MIRTASARI (
PENDIDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur kehadiran-NYA yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-NYA kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Kelompok Geografi Pariwisata ini dengan lancar. Shalawat serta salam tak lupa pula kita
panjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang menjauhkan kita dari jalan kegelapan
hingga menuju jalan yang terang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3
A. Kesimpulan........................................................................................... 13
B. Saran..................................................................................................... 13
Daftar Pustaka................................................................................................ 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada perkembangannya, pariwisata terus-menerus semakin kompleks tidak
hanya berkaitan masalah destinasi wisata dan wisatawan saja, tetapi sudah berkaitan
dengan komponen-komponen lain seperti transportasi, infrastruktur pendukung,
kelembagaan, pelayanan dan jasa wisatawan, akomodasi, aktivitas, daya tarik wisata
dan lingkungan fisik dan sosial sebagai sumber daya pariwisata. Dalam
perkembangan awal pariwisata tidak terpikir mengenai dampak positif dan negatif
dari kegiatan pariwisata yang dilakukan. Serta adanya kompetisi dan promosi antara
destinasi pariwisata yang ada. Beberapa hal tersebut menjadi dasar perlunya
perencanaan dalam pariwisata. Perencanaan sendiri adalah aktivitas yang berupaya
bekerja dalam satu kesatuan yang mencakup faktor-faktor sosial, ekonomi, politik,
psikologi, antropologi, dan teknologi dengan mempertimbangkan kondisi masa lalu,
sekarang, dan yang akan datang (Rose, 1984). Jadi, perencanaan pariwisata
merupakan perencanaan yang mempertimbangkan semua sumber daya pariwisata,
organisasi, pasar, dan program di suatu daerah.
Perencanaan pariwisata bertujuan untuk mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkan oleh perkembangan pariwisata atau menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Perkembangan komponen-komponen pariwisata yang begitu kompleks
dapat menurunkan kualitas lingkungan baik secara fisik maupun sosial. Ini menjadi
salah satu kajian dalam perencanaan pariwisata. Tidak hanya itu, perencanaan
pariwisata juga bertujuan mempertahankan keunikan yang ada di lokasi wisata agar
tetap menjadi tujuan wisatawan. Tujuan selanjutnya membuat lokasi wisata menjadi
lebih menarik dari keunikan yang ada, baik itu swasta maupun pemerintah yang
berinisiatif melakukan penambahan atraksi serta infrastruktur lain yang mendukung
agar lebih banyak pilihan dalam lokasi wisata tersebut.
Perencanaan pariwisata sendiri memiliki tingakatan perencanan, hal ini
disesuaikan dengan skala kegiatan secara spasial. Perencanaan pariwisata pada tingkat
nasional membahas mengenai kebijakan nasional wisata, rencana struktural, dan
standar pelayanan. Pada tingkat provinsi perencanaan pariwisata membahas kebijakan
pariwisata di tingkat provinsi, jaringan transportasi pendukung pariwisata, fasilitas
dan jasa pendukung pariwisata, dan bagaimana kerterhubungan dengan sektor lain.
1
Dan pada tingkat tapak perencanaan pariwisata membahas mengenai lokasi bangunan
dan fasilitas yang harus tersedia di lokasi tersebut.
Dalam perjalanan perencanaan pariwisata tidak semulus yang dibayangkan,
banyak hambatan yang timbul dalam prosesnya. Pertama bahwa biaya yang
dikeluarkan dalam rencana pengembangan wisata cukup besar, disinggung
sebelumnya bahwa perencanaan pariwisatayang ada sekarang bersifat komperhensif.
Koordinasi yang kurang karena banyaknya pihak yang terlibat serta hubungan di
antaranya yang begitu kompleks.
Proses perencanaan pariwisata yang meliputi analisis penyediaan dan
permintaan pariwisata, penentuan visi dan misi strategis pariwisata, penentuan tujuan,
sasaran, dan pemilihan strategi yang dilanjutkan pembuatan rencana dan cara
implementasi, serta membuat tata cara pengawasan, evaluasi dan perbaikan
pariwisata. Dari proses yang ada banyak pihak yang harus terlibat di dalamnya, antara
lain pemerintah pusat maupun daerah, komunitas lokal, organisasi pariwisata, pelaku
usaha pariwisata, serta konsultan pariwisata.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar perencanaan pariwisata ?
2. Bagaimana tingkatan perencanaan pariwisata ?
3. Apa saja hambatan dalam perencanaan pariwisata ?
4. Apa saja komponen-komponen pariwisata ?
5. Bagaimana peranan perencanaan pariwisata ?
6. Apa saja tujuan perencanaan pariwisata ?
7. Bagaimana upaya Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutan ?
8. Bagaimana pilar Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar perencanaan pariwisata
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkatan perencanaan pariwisata
3. Untuk mengetahui apa saja hambatan dalam perencanaan pariwisata
4. Untuk mengetahui apa saja komponen-komponen pariwisata
5. Untuk mengetahui bagaimana peranan perencanaan pariwisata
6. Untuk mengetahui apa saja tujuan perencanaan pariwisata
7. Untuk mengetahui bagaimana upaya Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutan
8. Untuk mengetahui bagaimana pilar Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1) Dampak fisik kawasan menjadi tidak tertata dan seringkali banyak bangunan
terlantar serta kekumuhan yang muncul sehingga mengurangi daya tarik kawasan
wisata tersebut.
2) Dampak sosial budaya yaitu hilangnya keaslinya budaya lokal akibat kulturalisasi
yang berlebihan dan tanpa kontrol.
3
3) Dampak pemasaran yang berlebihan yaitu terjadinya ketidakefisiensian pemasaran
yang dilakukan oleh berbagai pihak tanpa koordinasi yang baik.
4) Dampak pengorganisasian yang kurang serta dampak lainnya.
4
Perencanaan Pariwisata juga dibedakan menjadi tingkat perencanaan spasial /
geografis dan tingkat organisasi atau insitusi.
5
Berikut adalah komponen pariwisata yang perlu direncanakan dengan baik
dalam mendukung perkembangan pariwisata baik di tingkat nasional, regional,
subregional maupun tapak. Komponen-komponen yang harus diperhatikan dalam
perencanaan pariwisata adalah terdiri dari:
1) Atraksi dan kegiatan wisata baik itu alam, budaya, maupun fitur khusus lainnya
yang menarik wisatawan untuk berkunjung.
2) Akomodasi, sebagai tempat untuk menginap berupa hotel atau bentuk lainnya
dengan fasilitas dan pelayanan yang diberikan kepada tamu (wisatawan) selama
mereka berada di daerah tujuan wisata.
3) Fasilitas wisata dan pelayanan lainnya, yang termasuk dalam kelompok ini adalah
tour operator, restoran, rumah makan, toko handicraft, cenderamata, bank, tempat
penukaran uang, pusat informasi pariwisata, tempat potong rambut dan
kecantikan, fasilitas dan pelayanan kesehatan, fasilitas keamanan publik dan
pelayanan polisi, pemadam kebakaran dan imigrasi.
4) Transportasi, sebagai akses ke ODTW (transportasi internasional) dan alat
transportasi lokal atau internal yang menghubungkan antara negara asal
wisatawan dengan negara tujuan wisata, daerah atau objek wisata satu dengan
objek wisata atau daerah tujuan wisata lainnya.
5) Infrastruktur lainnya, yaitu bentuk pelayanan publik lain yang dapat mendukung
pengembangan pariwisata seperti, sarana jalan, bandar udara, pelabuhan laut,
terminal bus, stasiun kereta api, suplai air bersih, sarana penerangan, tempat
penampungan sampah, telepon, drainase yang baik, dan sebagainya.
6) Elemen-elemen institusi, elemen ini juga memegang peranan penting dalam
pengembangan dan pengelolaan pariwisata yaitu program perencanaan,
11
pendidikan dan pelatihan, strategi pemasaran dan program promosi, organisasi
pariwisata baik pemerintah maupun swasta, peraturan yang menyangkut
pariwisata, kebijakan investasi sektor pemerintah maupun swasta, program kontrol
terhadap dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial budaya.
Selain komponen-komponen utama diatas, faktor lain yang merupakan pendukung
komponen tersebut adalah terdiri dari:
1) Lingkungan alam dan sosial ekonomi, ini berhubungan dengan tempat yang akan
direncanakan sebagai objek wisata, resort, dan sebagainya.
2) Kelompok wisatawan domestik dan internasional, ini berhubungan dengan
segmen pasar.
6
3) Masyarakat lokal setempat, keterlibatan mereka dalam perencanaan pariwisata
mulai dari tahap praperencanaan, perencanaan dan operasional.
7
4) Dampak pengorganisasian, yaitu pendekatan yang terpecah-pecah dalam
pemasaran dan pengembangan pariwisata, sering adanya persaingan di antara
kelompok yang memisahkan diri, tidak ada kerjasama antar aktor pariwisata,
kurangnya segmentasi dalam minat industri pariwisata, tidak ada dukungan dari
pemerintah, tidak bertindak terhadap isu, problem dan peluang yang ada.
5) Dampak lainnya, yaitu tidak cukup acara pertunjukan, tidak banyak atraksi wisata,
lama tinggal pendek, mutu fasilitas dan pelayanan buruk atau menurun, pelayanan
informasi wisata buruk dan tidak cukup.
Jadi peranan perencanaan pariwisata adalah sebagai berikut:
1) Pentingnya perencanaan dalam sebuah wisata dikarenakan perencanaan digunakan
sebagai pedoman penyelenggara wisata.
2) Sebagai sarana untuk memprediksikan kemungkinan timbulnya hal-hal di luar
dugaan sekaligus alternatif untuk memecahkanya.
3) Sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaran wisata sehingga dapat
mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efektif dan efisien, dan
sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata sebagai upaya pengawasan atau
evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik bagi penyelenggaraan wisata
selanjutnya.1
3. Mempertahankan keunikan
4. Menciptakan hal-hal yang diinginkan
5. Menghindari hal-hal yang tidak diinginkan
Pihak-pihak yang harus terlibat dalam perencanaan pariwisata antara lain :
a. Pemerintah (Pusat & Daerah)
b. Komunitas lokal
c. LSM – lembaga swadaya masyarakat
d. Organisasi-organisasi pariwisata
e. Operator bisnis pariwisata
1
http://www.academia.edu/16755202/M_Manajemen_Pariwisata_Perencanaan_dan_Pengembangan_Pariwisata
_kel_3 di akses pada Senin 15 maret 2021. 16.00
8
f. Konsultan pariwisata
G. Upaya Pembangunan Pariwisata yang Berkelanjutan
Seiring berjalannya waktu, terjadi perubahan pandangan atas dampak dari
pengembangan pariwisata di suatu negara. Pariwisata yang dibangun dengan dasar
mendapatkan keuntungan ekonomi sebesar-besarnya dan mendatangkan wisatawan
sebanyak-banyaknya dipandang memiliki dampak destruksi terhadap lingkungan di
destinasi, baik yang bersifat alam maupun sosial budaya.
Pembangunan pariwisata yang berhasil bukan saja dapat mempercepat
pertumbuhan ekonomi negara melalui kontribusi terhadap PDB Nasional. Jika
pariwisata dapat dikelola secara baik, pariwisata dapat menjamin kelestarian alam dan
budaya, serta penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal.
Untuk itu, dalam pengembangan pariwisata, perlu diterapkan konsep
pembangunan yang dapat meminimalkan dampak negatifnya, yaitu melalui konsep
pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism).
World Tourism Organization (WTO) menyebutkan bahwa pariwisata
berkelanjutan adalah “tourism that takes full account of its current and future
economic, social and environmental impacts, addressing the needs of visitors, the
industry, the environment, and host communities”. Penjelasan tersebut dapat
didefinisikan bahwa pariwisata berkelanjutan merupakan konsep
pembangunan/pengembangan pariwisata yang memperhitungkan sepenuhnya dampak
ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini maupun masa depan.
Melalui penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pariwisata
berkelanjutan merupakan suatu konsep yang dipraktikkan, baik oleh masyarakat, yang
dalam hal ini tidak hanya penyedia layanan wisata saja, tetapi juga wisawatan serta
komunitas tuan rumah maupun pemerintah setempat.
WTO dan United Nations Environment Program (2005) juga telah
merumuskan setidaknya terdapat 12 tujuan utama dari pembangunan pariwisata yang
berkelanjutan, yang di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Economic Viability, memastikan kelangsungan dan daya saing destinasi
wisata sehingga mereka dapat menerima manfaat ekonomi dalam jangka
panjang.
2. Local Prosperity, memaksimalkan kontribusi pariwisata terhadap ekonomi
masyarakat lokal di lingkungan destinasi.
9
3. Employment Quality, meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
bertugas/terlibat dalam kegiatan kepariwisataan, termasuk juga dalam hal
penerimaan upah, kesetaraan gender maupun ras.
4. Social Equity, memberikan distribusi yang luas dan adil dari manfaat
ekonomi maupun sosial, termasuk juga meningkatkan peluang
keterlibatan, pendapatan, dan layanan.
5. Visitor Fulfillment, untuk memberikan pengalaman yang memuaskan bagi
pengunjung, termasuk juga adanya pertukaran pengetahuan di dalam
kegiatan wisata.
6. Local Control, melibatkan dan memberdayakan masyarakat lokal dalam
perencananaan maupun pengambilan keputusan mengenai pengelolaan
atau pengembangan pariwisata.
7. Community Wellbeing, menjaga dan memperkuat kualitas hidup
masyarakat lokal, termasuk struktur sosial dan akses sumberdaya, fasilitas,
dan sistem pendukung kehidupan.
8. Cultural Richness, menghormati dan meningkatkan kepedulian akan
warisan sejarah, budaya otentik, tradisi dan kekhasan dari komunitas tuan
rumah di destinasi wisata.
9. Physical Integrity, menjaga dan meningkatkan kualitas lanskap destinasi,
baik perkotaan maupun pedesaan.
10. Biological Diversity, mendukung segala bentuk sistem konservasi kawasan
alam, habitat, dan margasatwa.
11. Resource Efficiency, meminimalkan penggunaan sumberdaya yang langka
dan tidak terbarukan dalam pengembangan maupun pengoperasian fasilitas
pariwisata.
2
Ismayanti, Pengantar Pariwisata. (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010)
10
menjadi kunci penting untuk memperkuat dan meletakkan konsep pembangunan
pariwisata berkelanjutan.
Dengan perencanaan yang baik dan manajemen yang efektif, pariwisata dapat
memberikan dampak yang positif bagi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan.
Sebaliknya pun bisa terjadi jika perencanaan pembangunan disusun secara
sembarangan dan tidak memperhatikan kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan.
Adapun penjelasan dari pilar pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah
sebagai berikut :
a. Pengelolaan Destinasi Pariwisata Berkelanjutan
Destinasi wisata diharapkan telah menyusun dan mengaplikasikan
pengembangan strategi jangka panjang dengan mempertimbangkan isu
lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, kualitas, kesehatan, keselamatan, dan
estetika yang dikembangkan bersama dengan masyarakat. Sistem
pemantauan maupun evaluasi juga harus diterapkan guna meminimalisir
segala dampak yang ditimbulkan akibat adanya kegiatan kepariwisataan.
Selain itu, destinasi pariwisata diharapkan memiliki organisasi,
kelompok atau komite yang efektif, bertanggungjawab untuk melakukan
koordinasi terhadap pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan
melibatkan sektor swasta dan pemerintah. Organisasi ini juga berperan
dalam memberikan pengawasan dan pelaporan kepada publik secara
berkala.
Potensi bahari di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat sangat diminati
wisatawan mancanegara
b. Pemanfaatan Ekonomi untuk Masyarakat Lokal
Pada pilar ini, pembangunan pariwisata berkelanjutan menuntut
destinasi wisata agar menyediakan kesempatan kerja yang sama terhadap
seluruh masyarakat. Organisasi pun harus memiki sistem yang mendorong
partisipasi masyarakat dalam perencanaan tujuan serta pengambilan
keputusan secara berkelanjutan.
Pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal juga dapat ditunjukkan
dengan adanya sistem yang mendukung masyarakat lokal maupun
pengusaha kecil dan menengah untuk dapat mempromosikan serta
mengembangkan produk lokalnya secara berkelanjutan. Adapun produk
11
lokal yang dimaksud dapat berupa makanan dan minuman, kerajinan
tangan, pertunjukan kesenian, produk pertanian, dan lainnya.
c. Pelestarian Budaya bagi Masyarakat dan Pengunjung
Nilai-nilai budaya yang menjadi warisan leluhur haruslah dilestarikan.
Pelestarian budaya ini nantinya juga dapat menjadi suatu atraksi yang
menarik bagi wisatawan sehingga menjadi sarana edukasi maupun transfer
pengetahuan. Selain itu, dengan adanya atraksi wisata berupa kearifan
lokal/budaya, maka akan membawa wisatawan untuk dapat menghormati
dan menghargai budaya di setiap destinasi wisata yang dikunjunginya.
Destinasi wisata juga diharapkan sudah memiliki sistem pengelolaan
pengunjung, termasuk di dalamnya berupa tindakan untuk
mempertahankan, melindungi, dan memperkuat aset sumber daya alam
maupun budaya. Untuk mendukung sistem ini, destinasi wisata dapat
menyediakan atau menerbitkan panduan perilaku pengunjung yang pantas
pada situs-situs yang sensitif. Informasi dan panduan ini juga harus
disesuaikan dengan budaya setempat yang dikembangkan melalui
kolaborasi bersama masyarakat.Pura Ulundanu, Beratan di Bali menjadi
salah satu destinasi wisata favorit wisatawan domestik dan mancanegara.
d. Pelestarian Lingkungan
Pelestarian lingkungan dilakukan untuk mengurangi serta mencegah
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas kepariwisataan.
Dalam hal ini, saat akan mengembangkan destinasi wisata, organisasi
diharuskan mengidentifikasi risiko lingkungan beserta proses/sistem
penanganannya.
Selain itu, destinasi wisata wajib berperan untuk memberikan
perlindungan alam liar, baik flora dan fauna dengan menyediakan sistem
yang disesuaikan dengan hukum lokal, nasional, dan internasional.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan pariwisata penting karena perkembangan industri pariwisata
sesuai dengan apa yang telah dirumuskan dan berhasil mencapai sasaran yang
dikehendaki, baik itu ditinjau dari segi ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup.
Komponen perencanaan pariwisata adalah atraksi dan kegiatan wisata, akomodasi,
fasilitas wisata dan pelayanan, transportasi, infrastruktur lainnya, serta elemen-elemen
institusi.
Peranan perencanaan pariwisata adalah:
a. Pentingnya perencanaan dalam sebuah wisata dikarenakan perencanaan digunakan
sebagai pedoman penyelenggara wisata.
b. Sebagai sarana untuk memprediksikan kemungkinan timbulnya hal-hal di luar
dugaan sekaligus alternatif untuk memecahkanya.
c. Sebagai sarana untuk mengarahkan penyelenggaran wisata sehingga dapat
mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan wisata secara efektif dan efisien, dan
sebagai alat ukur tingkat keberhasilan wisata sebagai upaya pengawasan atau
evaluasi dalam rangka memberikan umpan balik bagi penyelenggaraan wisata
selanjutnya.
Faktor-faktor penting yang dapat mendukung perencanaan pengembangan
pariwisata adalah faktor kelangkaan, faktor kealamiahan, faktor keunikan, dan faktor
pemberdayaan masyarakat.
B. Saran
Gunakanlah perencanaan pariwisata ketika Anda melakukan kegiatan wisata,
karena rencana pariwisata ini memiliki fungsi pentinguntukmemberikan manfaat dan
dapat pula memperkecil semua efek yang tidak menguntungkan dalam berwisata.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://pariwisata.rejanglebongkab.go.id/mengapa-perencanaan pariwisata-perlu-
dilakukan-di-lingkup-destinasi/diakses pada Minggu 14 maret 2021. 19.50
http://www.academia.edu/16755202/M_Manajemen_Pariwisata_Perencanaan_dan_Pengemb
angan_Pariwisata_kel_3 di akses pada Senin 15 maret 2021. 16.00
14