Oleh:
SARIATY H. Y. BEI
NIM. 20141011016015
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL........................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah................................................................... 13
C. Rumusan Masalah...................................................................... 15
D. Tujuan Penelitian....................................................................... 15
E. Kegunaan Penelitian.................................................................. 15
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu.................................................................. 17
B. Kajian Teori............................................................................... 21
1. Teori Administrasi Publik.................................................... 21
2. Konsep Kolaborasi............................................................... 21
3. Konsep Pengelolaan............................................................. 30
4. Konsep Kepariwisataan........................................................ 34
5. Manajemen Kepariwisataan.................................................
49
6. Pelaku Pariwisata.................................................................
57
7. Manajemen Kelembagaan....................................................
63
8. Peran Serta Masyarakat Lokal.............................................
66
9. Stakeholder...........................................................................
70
10. Konsep Sinergi.....................................................................
72
C. Kerangka Pemikiran................................................................... 75
BAB III METODE PENELITIAN
ii
A. Pendekatan Penelitian Kualitatif................................................ 79
B. Fokus Penelitian......................................................................... 79
C. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 79
D. Fenomena Pengamatan.............................................................. 80
E. Jenis dan Sumber Data............................................................... 81
F. Pemilihan Informan.................................................................... 81
G. Instrumen Penelitian.................................................................. 82
H. Teknik Analisis Data.................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 71
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
penting dalam pembangunan nasional, baik dalam aspek ekonomi, sosial dan
pariwisata berperan dalam penyerapan tenaga kerja, apresiasi seni, tradisi dan
budaya bangsa, dan peningkatan jati diri bangsa. Dalam aspek lingkungan,
dapat mengangkat produk dan jasa wisata seperti kekayaan dan keunikan alam
dan laut, dan alat yang efektif bagi pelestarian lingkungan alam dan seni
alam yang melimpah dan beraneka ragam etnik budaya daerah yang khas,
1
Potensi pariwisata didaerah sangat banyak,oleh karena itu pemerintah, swasta
Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan dan
2
dibentuk sebagai upaya manusia untuk memfasilitasi upaya pemenuhan
jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan
3
wisata yang menjadi tujuan utama wisatawan adalah sarana pendukung
kawasan obyek wisata seperti misalnya restoran, art shop, pasar seni, sarana
dari pungutan pajak daerah, retribusi daerah, hasil dari perusahaan daerah,
daerah yang sah. Semakin tinggi peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan pembangunan.
Tabel 1.1
PAD Kota Jayapura Periode 2017-2020
signifikan. Namun demikian, pada tahun 2020 Pendapatan Asli Kota Jayapura
mengalami penurunan yang sangat tajam, hal ini disebabkan adanya pandemi
4
Covid-19 sehingga menyebabkan Pendapatan Asli Daerah Kota Jayapura
mengalami penurunan.
Tabel 1.2
Pajak Pariwisata Kota Jayapura Tahun 2017-2020
tahunnya dari tahun 2017- 2020 mengalami kenaikan. Hal ini mengindikasikan
Jayapura.
Papua memiliki potensi wisata yang cukup bervariasi, mulai dari wisata alam,
wisata budaya sampai dengan wisata bahari yang ditunjang oleh beberapa
sosial budaya; d) iklim, fauna dan kekayaan alam. Kondisi wisata yang
5
bahari merupakan wisata yang sangat diminati oleh masyarakat Kota Jayapura
manakala saat akhir pekan. Padatnya aktivitas, dan tuntutan hidup serta tingkat
meningkat. Seiring dengan itu terjadi perubahan perilaku dan cara pandang
sebagai pemenuhan kebutuhan semata, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya
pengembangan bagi Kota Jayapura yang memiliki potensi wilayah yang luas
dengan daya tarik wisata yang cukup besar, banyaknya keindahan alam, aneka
kondisi alam yang eksotis dan masih alami sehingga banyak dicari wisatawan.
Macam-macam objek wisata yang ada di Kota Jayapura antara lain Pantai
Hamadi, Pantai Base G, Pantai Holtekamp, dan Teluk Skyland. Dalam konteks
pengembangan kawasan pariwisata Kota Jayapura saat ini, maka wisata bahari
memiliki daya saing yang cukup signifikan bagi daerah. Pemerintah daerah
6
pelaku usaha pariwisata yang berjalan secara sendiri-sendiri. Sinergitas dalam
amanat dari Peraturan Daerah (PERDA) Kota Jayapura Nomor 8 Tahun 2012
di Kota Jayapura adalah obyek wisata pantai yang meliputi kawasan pantai
Base-G, kawasan pesisir pantai di sebelah selatan Kelapa Dua yaitu Taman
Wisata Youtefa, Wisata pantai Hamadi, Holtekamp dan Skouw. Juga telah
wisata unggulan yaitu kawasan wisata teluk Youtefa yang didalamnya terdapat
daya tarik wisata antara lain pantai Hamadi dan pantai Holtekamp. Rencana
terdapat kebutuhan pangan dan papan, artinya pariwisata adalah industri jasa
destinasi/daya tarik wisata. Apabila suatu destinasi ataupun daya tarik wisata
fasilitas pariwisata dan kondisi sosial budaya belum optimal, seperti keamanan
7
dan kenyamanan wisatawan terancam, kebersihan lingkungan tidak terjaga,
tarif yang dikenakan terlalu mahal atau harga yang ditentapkan tidak sesuai
dengan kondisi daya tarik wisata, terjadi pungutan liar, pelayanan dan
wisata tersebut. Daya Tarik wisata pantai di Kota Jayapura terutama di Teluk
Youtefa, memiliki potensi wisata sangat baik. Tetapi masih minim fasilitas dan
pantai Hamadi dan Holtekamp ramai dikunjungi pada hari libur, namun
kegiatan leisure, tetapi banyak fasilitas yang perlu dibenahi dan juga
(DTW) kawasan Teluk Youtefa dalam hal ini Pantai Hamadi dan Pantai
Hal ini dapat dilihat pada fakta bahwa ada lokasi wisata yang dikelola oleh
pemilik hak ulayat secara pribadi dengan keluarganya namun ada pula lokasi
wisata yang disewakan kepada pelaku usaha/swasta. Sewa lokasi wisata oleh
pemilik hak ulayat dengan pelaku usaha dilakukan atas dasar kesepakatan
8
bersama, baik tentang jangka waktu maupun harga sewa. Setelah lokasi wisata
tersebut dibangun oleh pelaku usaha dengan fasilitas wisata berupa cafe-cafe
retribusi parkir dikelola oleh pemilik usaha dan atau pemilik hak ulayat
perencanaan daerah seperti RPJMD, RTRW dan RIPPDA. Dalam dokumen ini
SKPD. Melalui pola ini, maka pariwisata akan menjadi “roh” pembangunan di
setiap SKPD, dengan kata lain pariwisata menjadi bagian yang terpadu
9
stakeholders terkait dalam membangun kesepakatan bersama. Hal ini
masih lemah, seperti: lemahnya koordinasi antar sektor, tidak jaminan bagi
pemerintah dan swasta sekarang yang bersifat horisontal dan vertikal, juga
untuk organisasi yang berebentuk badan atau kantor juga masih memiliki
siapa yang ada di belakangnya (man behind the gun), oleh sebab itu peran
satuan kerja. Di masa yang akan datang mungkin juga perlu ada semacam
10
“sertifikat” kepala Dinas Pariwisata artinya kalau pariwisata akan menjadi
Diharapkan BPPD ini nanti yang akan aktif dalam melakukan promosi yang
perencanaan yang multi sektor dan multi aspek serta multi wilayah, maka
11
Kabupaten, Kota) maupun secara sektor (berbagai kelembagaan/ kementrian).
yang harus diperhatikan adalah: (a) Semua pihak yang terlibat bersedia
membuka diri, sehingga muncul “trust” atau saling percaya di antara berbagai
pihak yang akan berkolaborasi. Semua pihak harus terbuka, jujur, saling
Pendekatannya harus kerja sama atau bersinergi, bkan berarti tidak ada
kompetisi, kompetsi boleh ada tapi hars dijaga sebagai usaha untuk daya
atau ada kesederajatan jadi tidak ada yang tinggi atau rendah, tetapi berbeda
yang berbeda, walaupun mungkin dalam beberapa hal ada yang bersinggungan.
12
berbasis penelitian, Media terutama media on line saat ini menjadi kekuatan
media sosial.
Wakil Bupati atau Wakil Walikota. Dari uraian diatas, sangat diperlukan
yaitu pemerintah, swasta dan masyarakat pemilik hak ulayat yang diwujudkan
pariwisata Kawasan Teluk Youtefa yang merupakan salah satu asset daerah
pelaku usaha dan kepentingan masyarakat pemilik hak ulayat agar tidak
B. Identifikasi Masalah
13
kelompok masyarakat dalam konteks sinergitas pengelolaan pariwisata masih
dan swasta perlu dikaji untuk melihat kemampuan setiap unsur yang terlibat
destinasi. Sesuai dengan penjabaran masalah yang telah diuraikan pada latar
berikut:
pariwisata yang ada di Pantai Hamadi dan Pantai Holtekamp, namun hal
stakeholders.
2. Destinasi objek wisata di kawasan Teluk Youtefa dalam hal ini Pantai
Hamadi dan Pantai Holtekamp tidak sinergi karena masih dikelola secara
sendiri-sendiri oleh pemilik hak ulayat. Hal ini nampak dalam sewa lokasi
dan atau pemilik hak ulayat termasuk pungutan parkir kendaraan dan
kegiatan lainnya.
14
3. Belum adanya model sinergitas pengelolaan pariwisata dalam rangka
C. Rumusan Masalah
Jayapura?
Youtefa-Kota Jayapura?
D. Tujuan Penelitian
Youtefa-Kota Jayapura.
E. Kegunaan Penelitian
15
1. Kegunaan teoritis
Jayapura.
penelitian selanjutnya.
pengembangan pariwisata.
16
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
mengacu pada judul yang diangkat dalam penelitian ini, selain beberapa
konsep yang akan diuraikan dalam bagian ini juga terdapat beberapa
penelitian ini. Pada bagian ini juga akan diuraikan landasan teori yang
yang diangkat dalam penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang penulis
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
17
wisata yang lengkap yaitu
obyek wisata alam, budaya dan
buatan manusia, tetapi belum
semua obyek wisata tersebut
didukung prasarana dan sarana
pariwisata yang memadai.
Produk wisata yang dikenal
dengan 3 A (aksesibilitas,
atraksi dan amenitas)
merupakan suatu sistem, dimana
satu sama lain saling berkaitan,
sehingga dibutuhkan
pengelolaan yang terpadu antar
produk tersebut. Sebagai suatu
sistem yang kompleks, maka,
pariwisata adalah industri jasa
yang mempunyai karakteristik
unik multidimensional (multi
sektor, multi aktor, multi region
dan multi aspek). Karakter
pariwisata yang
multidimensional tersebut
menyebabkan sektor ini sangat
tergantung pada keteraduan
pengelolaan agar
terselenggaranya tujuan
pembangunan pariwisata yang
diinginkan.
2 Ridolof W. Pengembangan Salah satu potensi wisata yang Penelitian ini bertujuan
Batilmurik Model Ekonomi terdapat di Kabupaten Kupang untuk mendapatkan model
dan Hans A. Kreatif Bagi adalah wisata bahari. Namun pengembangan ekonomi
Lao (2016) Masyarakat Di pada kenyataannya potensi kreatif yang tepat sehingga
Daerah Objek Wisata objek wisata bahari tersebut dapat diterapkan oleh
Bahari Kabupaten belum dikelola secara tepat oleh Pemerintah Kabupaten
Kupang Nusa pemerintah maupun masyarakat Kupang dan pihak terkait
Tenggara Timur setempat. Pengelolaan potensi- untuk meningkatkan
potensi objek wisata bahari kunjungan wisawatan serta
diharapkan mampu ekonomi masyarakat. Selain
berkontribusi bagi peningkatan itu diharapkan model
pendapatan asli daerah maupun pengembangan ini
untuk kesejahteraan masyarakat, diterapkan melalui 2 tahap;
khususnya di sekitar objek (1) pembuatan model
wisata bahari. Persoalan yang pengembangan ekonomi
dihadapi adalah belum adanya kreatif dan (2) uji coba
model pengembangan objek pengembangan model.
wisata bahari secara tepat oleh Penelitian selanjutnya
pemerintah daerah maupun menggunakan tahapan
masyarakat. Berawal dari analisis yang sama terkait
observasi dan wawancara yang model sinergitas pengelolaan
dilakukan pelaku usaha dengan pariwisata, hanya saja model
Kadin UMKM dan Koperasi dan lokasi penelitian
serta Kadin Pariwisata dan berbeda.
Kebudayaan Kabupaten Kupang
ditemui berbagai persoalan,
diantaranya: kurangnya modal
usaha, kualitas sumber daya
manusia masyarakat serta tidak
adanya kerja sama dengan pihak
18
perbankan dan investor menjadi
kendala dalam pengembangan
ekonomi kreatif bagi
peningkatan ekonomi
masyarakat setempat.
3 Rina Yulianti, Sinergitas Antara Sinergitas yang terjalin antara Penelitian ini bertujuan
(2015) Pemerintah Daerah, pemerintah daerah, pelaku untuk mendeskripsikan dan
Pelaku Usaha Dan usaha dan masyarakat akan menganalisis Sinergitas
Masyarakat Di Dalam membuat pariwisata di Provinsi Antara Pemerintah Daerah,
Pengembangan Banten akan semakin maju, baik Pelaku Usaha Dan
Pariwisata Di dari segi ekonomi dapat Masyarakat Di Dalam
Provinsi Banten mengangkat kesejahteraan Pengembangan Pariwisata.
masyarakat di sekitar objek Penelitian yang akan
wisata, dan terpeliharanya objek dilakukan mengacu pada
wisata tersebut. Pemerintah model sinergitas yang
daerah dalam hal ini dilakukan untuk mengelola
berkepentingandi dalam pariwisata di Kota Jayapura.
kebijakan yang berkaitan
pariwisata, dimana pengelolaan
dan pengembangan pariwisata
dapat dilakukan pemerintah
daerah dengan mengajak pelaku
usaha agar dapat berinvestasi di
dalam pengembangan
pariwisata. Sedangkan
masyarakat dapat melakukan
berbagai usaha ekonomi di
sekitar objek wisata, dengan
demikian masyarakat juga dapat
diberdayakan dengan membuka
usaha dan dapat membantu
perekonomian masyarakat
tersebut. Selain itu pemerintah
daerah juga dapat melengkapi
sarana dan prasarana agar
wisatawan yang datang merasa
nyaman, sedangkan tugas
pelaku usaha dengan melakukan
promosi ke seluruh Indonesia
dan dunia melalui semua media,
dan masyarakat sekitar harus
bisa menjaga agar semua sarana
dan prasarana yang ada tidak
rusak serta keamanan dan
kenyamanan wisatawan yang
datang tetap terjaga.
4 Edison Bebari Penguatan Kerjasama Pemerintah akan menghadapi Penelitian ini bertujuan
(2014) Pola Kemitraan masyarakat yang semakin untuk mendeskripsikan dan
Antara Pemerintah cerdas dan masyarakat yang menganalisis kerja sama
Daerah, Swasta Dan banyak menuntut akan pola kemitraan antara
Masyarakat Dalam pelayanan publik yang baik. Di pemuda, swasta dan
Pengembangan dalam masyarakat heterogen, masyarakat dalam
Sektor Pariwisata Di peran pemerintah akan semakin mengembangkan industri
Kabupaten menyempit serta tidak lagi pariwisata dan memahami
Manokwari Provinsi mendominasi dan monopoli peran dari masing-masing
Papua Barat. tetapi lebih kepada pelaku serta
memberdayakan peran serta mengidentifikasi faktor-
19
masyarakat terutama dalam faktor yang mempengaruhi
menggerakkan sektor ekonomi. pola kemitraan.
Peranan pemerintah daerah
sebagai regulator, stabilisator
dan fasilitator juga sangat
diperlukan sebagai penguasa
wilayah untuk menjembatani
dan
menyeimbangkan antara pelaku
bisnis dan kepentingan
masyarakat. Industri pariwisata
sebagai salah satu mata rantai
perekonomian dalam
pengelolaannya tidak akan
terlepas dari ketiga aktor
tersebut, namun dalam
menjalankan perannya tidak
akan terlepas dari kondisi sosial
budaya didaerah.
5 Muhammad Kerja Sama Antara Hasil dari penelitian ini Penelitian yang digunakan
Chusnul Pemerintah Daerah, Pemerintah daerah Kabupaten dalam penelitian ini adalah
Khitam. Swasta dan Lamongan dengan PT. Bunga penelitian deskriptif dengan
(2012) Masyarakat Dalam Wangsa Sejati mampu pendekatan kualitatif,
Pengembangan menjadikan sebuah kawasan dengan lokasi penelitian di
Pariwisata. wisata yang dahulu minim akan Kabupaten Lamongan.
sebuah fasilitas dijadikan Sedangkan penelitian
sebuah kawasan wisata yang selanjutnya menggunakan
bertaraf internasional, jenis penelitian dan
perubahan pengembangan pendekatan yang sama,
kawasan wisata ini menjadikan hanya lokasi penelitian yang
masyarakat disekitar berbeda. Lokasi penelitian
daerah tersebut mampu ikut ini akan
bekerja sama dalam menjaga, dilakukan di Kota Jayapura.
maupun membangun kawasan
itu. kerjasama yang baik akan
menjadikan masyarakat,
pemerintah daerah dan swasta
akan mendapatkan hasil yang
maksimal. Pembangunan-
pembangunan infrastruktur yang
selama ini kurang mendapatkan
perhatian dari pemerintah
daerah mampu ditutupi oleh
pihak swasta, hal seperti ini
diharapkan bisa menjadikan
sebuah kerjasama yang sinergi
dan kooperatif.
20
B. Kajian Teori
(Yunani) yang terdiri atas dua kata yaitu “ad” dan “ ministrate” yang
berarti “to serve” yang dalam Bahasa Indonesia berarti melayani atau
individual dan kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan
kesamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan
adalah proses dimana sumber daya dan personel publik diorganisir dan
sebagai regulator, yang aktif dan selalu berinisiatif dalam mengatur atau
mengambil langkah dan prakarsa, yang menurut mereka penting atau baik
21
yang pasif, kurang mampu, dan harus tunduk dan menerima apa saja yang
besar bagi administrasi dan manajemen yaitu (1) aktivitas organisasi, (2)
orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
(Siagian, 2009:4).
suatu pekerjaan
22
c. Adanya sarana yang digunakan oleh sekelompok atau lembaga dalam
1887-1987
23
3) Teori ini berdasarkan asumsi bahwa situasi keputusan berbeda
pilhan.
administration yaitu:
kebijakan public.
pejabat politik.
budgeting.
24
b. Paradigma New Public Management (Manajemen Publik Baru)
1990- 2000
25
administrasi Negara harus mampu menciptakan suasana demokratis
2012:198).
2. Konsep Kolaborasi
organisasi atau antar institusi dalam rangka pencapaian tujuan yang bisa
kolaborasi adalah proses dimana para actor otonom atau semi otonom
mereka bekerjasama.
26
Menurut Sabarudin (2015:39) kolaborasi berarti bekerjasama atau
27
bekerjasama antara non government organization (NGO) dan lembaga
mencari solusi terhadap masalah atau isu tertentu, yang dirasakan oleh
secara independen
kolaborasi yaitu:
konteks.
28
sama lain, tetapi kolaborator harus sepakat pada kepentingan
kolaboratif.
29
tawar menawar, musyawarah, pemecahan masalah dan resolution
3. Konsep Pengelolaan
a. Tata Kelola
30
pengoptimalan sumberdaya secara efisien dan efektif dengan
b. Teori Pengelolaan
atau sekelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi – fungsi
Controlling.
31
Menurut Afifudin (2014), Planning adalah suatu penetapan apa
1) Planning
2) Organizing
32
bidangnya agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai (Afifudin,
3) Actuating
4) Controlling
33
agar rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan dapat
4. Konsep Kepariwisataan
a. Pengertian Kepariwisataan
secara sukarela dengan tujuan berlibur, atau tujuan lain selain mencari
34
Sedangkan Pariwisata mempunyai makna berbagai macam
(Koswara, 2008).
35
dengan pariwisata dan bersifat multi dimensi serta multi disiplin yang
berbeda-beda dan penggunaan yang tidak sama. Namun dari semua itu
36
perspektif disiplin keilmuan yang ada sekarang. Cukup banyak kajian
Manajemen Priwisata.
perjalanan wisata.
37
satu batasan yang memuaskan untuk berbagai kepentingan. Meskipun
lebih lokalitas.
38
3) Aconsequential element, akibat dari dua hal di atas (khususnya
wisatawan.
b. Sistem Kepariwisataan
pariwisata terdiri dan beberapa sub sistem. Sub sistem yang dimaksud
39
tertentu. Motivasi wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata
dikelompokkan menjadi:
kebangsaannya;
40
3) Motivasi (maksud kunjungan) merupakan salah satu indikasi
sebagainya.
manusia, yang terdiri dari site attraction (obyek wisata) yang pada
41
dasarnya bersifat statis dan “tangible” dan event attraction (peristiwa
seperti suaka alam, suaka margasatwa, suaka budaya, situs sejarah, dan
2008).
42
memfasilitasi berlangsungnya/ terlaksananya kegiatan pariwisata
multi sektoral. Oleh karena itu supaya diperoleh hasil yang optimal,
43
Gambar 2.1
Sistem Kepariwisataan
44
tersebut antara lain politik, ekonomi, sosial dan teknologi.
Gambar 2.2
Komponen Sistem Pengembangan Pariwisata
45
mengenai berbagai aspek kepariwisataan tidak bisa dilepaskan dan
includes tourists and the associated services that are provided and
46
hubungan dominant-dependent dalam teori dependensi. Perspektif
antar bangsa.
sistem yang besar, ada perbedaan di antara para ahli mengenai elemen-
utama, yaitu:
47
Gambar 2.3
Sistem Pariwisata
48
Hal ini dapat dilihat dalam gambar Sektor Pariwisata dalam tiga pilar
Gambar 2.4
Sektor Pariwisata dalam Tiga Pilar
5. Manajemen Kepariwisataan
49
wisatawan, destinasi wisata menunjuk pada obyek dan daya tarik wisata
menawarkan obyek dan daya tarik wisata kepada calon wisatawan, dan
lainnya.
a. Industri Pariwisata
(PP No.50/2011).
50
Industri pariwisata adalah industri yang menghasilkan produk
sebagainya.
b. Destinasi Pariwisata
Pada umum wisata atau dulu disebut Obyek dan Daya Tarik
alam, budaya dan buatan, diantara ketiga wisata tersebut ada satu lagi
51
disebut dengan minat khusus. Sebagaimana terlihat pada gambar
berikut:
Gambar 2.5
Destinasi Pariwisata
berbeda dengan tempat lain sebagai akibat dari dinamika alam dan
alam, pantai, flora dan fauna, karakter khas lingkungan, taman dan
Daya tarik budaya merupakan hasil dari budi dan daya manusia
yang unik dan khas merupakan peninggalan masa lalu, tidak ditemui di
sembarang tempat, hanya ada di lokasi itu. Daya tarik budaya dapat
52
berupa bangunan arsitektur, lansekap, benda cagar budaya, benda
Sedangkan daya tarik buatan adalah hasil dari inovasi dan kreasi
lain dan bersifat kelokalan hanya di daerah itu. Beberapa bentuk daya
tarik wisata buatan antara lain: theme parks, wisata kota, resor kota,
dan sebagainya. Diantara ketiga daya tarik wisata yang ada, terdapat
satu lagi daya tarik wisata yang disebut wisata minat khusus. Sesuai
semua orang tertarik atau bisa melakukan wisata minat khusus ini.
daya tarik minat khusus ini antara lain: penyusuran sungai bawah
c. Kelembagaan
53
organisasi yang dibentuk sebagai upaya manusia untuk memfasilitasi
54
menjadi usaha bersama; d. untuk menyempurnakan tujuan
pengembangan kepariwisataan.
perencanaan pariwisata.
55
ini menunjukkan bahwa kini telah terjadi perkembangan pemikiran
56
oleh setiap orang atau sebagai bagian dan masyarakat; d. pariwisata
pariwisata sehingga beberapa point dan event yang terjadi tidak sesuai
6. Pelaku Pariwisata
Pelaku pariwisata terdiri dan dua pihak, yakni pihak yang secara
a. Wisatawan
lain dalam waktu sementara. Dalam kaitannya dengan tempat asal ini,
57
wisatawan dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: wisatawan yang
negara.
pariwisata.
pokok yang akan dipenuhi oleh industri pariwisata dan ada yang
58
kepada wisatawan sehingga wisatawan mendapatkan layanan yang
c. Pemerintah
59
arah perkembangan pariwisata dapat sejalan dengan perkembangan
pariwisata.
keadaan alam sekitar, apakah lahan itu cocok dengan daya tarik
60
tidak merugikan masyarakat setempat, apakah pengembangan
pariwisata.
61
umumnya difokuskan pada bandara dan pelabuhan laut, ketentuan
dengan hal ini salah satu hal pokok yang dapat menjadi pendorong
62
masalah keamanan. Oleh karena itu pemerintah harus dapat
6) Jaminan Kesehatan
7. Manajemen Kelembagaan
pariwisata.
63
a. Penguatan Kelembagaan Pariwisata
yang terkait. Sinergi dan berbagai lembaga itu akan dapat menjadi
pariwisata di daerahnya.
faktor yang penting untuk menjadi perhatian semua pihak yang terkait.
64
sendiri oleh pemerintah maupun bekerja sama pihak pengusaha
pariwisata.
persaingan usaha yang tidak sehat. Jika hal ini terjadi maka
jawab negara, tetapi masyarakat juga bisa berpartisipasi dalam hal ini,
pariwisata. Pemerintah punya peran yang sangat penting dalam hal ini,
65
8. Peran Serta Masyarakat Lokal
tahun 1999 tentang Otonomi Daerah dan UU No. 25 tahun 1999 tentang
berkesan.
66
Partisipasi masyarakat akan timbul jika masyarakat memiliki
tetapi pihak-pihak lain dapat juga berperan, misalnya pihak industri, LSM,
yang baik, selain mereka harus menguasai teknik memandu, juga harus
paham betul informasi apa saja yang dibutuhkan oleh wisatawan pada
sekedar terlihat pada saat itu, tetapi juga informasi mengenai hal-hal
67
b. Menjadi Pelaku Usaha Pariwisata
mendukung pariwisata.
dilaksanakan oleh nenek moyang mereka dan sekarang sudah tidak ada
obyek dan daya tarik wisata. Kini wisatawan lebih menyukai daya
tarik wisata yang bersifat khusus dan di situ wisatawan selain dapat
68
menikmati, sekaligus mereka melaksanakan kegiatan dan memberikan
jenis dan tata cara makan makanan tradisional, jenis dan tata cara
69
kedatangan wisatawan yang akan menikmati daya tarik wisata yang ada di
9. Stakeholder
perusahaan).
secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh suatu hal, serta
70
dua kategori, yaitu: a) inside Stakeholder, terdiri dari pihak yang memiliki
retailers).
71
(general public), komunitas lokal (local comunity), pemerintah pusat
dan daerah (federal state and local government), para pemerintah asing
group).
interaksi dari dua pihak atau lebih yang saling berinteraksi dan menjalin
akan tumbuh dari suatu hubungan yang berasal dari dua pihak atau lebih
dengan baik jika dijalankan sesuai dengan tujuan dan tidak merugikan satu
dengan yang lainnya,sebab merugikan satu dan yang lainnya akan merusak
72
sistem dalam kerjasama, suatu sinergi dapat dikatakan maksimal apabila
menghasilkan keluaran lebih baik dan lebih besar. Jadi sinergi dapat
dua cara yaitu antara lain komunikasi dan koordinasi, sebagai berikut :
a. Komunikasi
73
kerjasama itu sendiri masih dibagi menjadi saling berkontribusi,dan
b. Koordinasi
proses yang kontinu dan harus berlangsung pada semua waktu mulai
ekstern; 5) tujuan yang jelas, tujuan yang jelas itu penting untuk
74
pekerjaan dengan kesatuan tujuan; 8) komunikasi yang efektif,
pelaksanaan.
C. Kerangka Pemikiran
Dalam hal ini, diperlukan kerjasama yang aktif dan efektif dari berbagai
elemen masyarakat mengingat potensi alam dan budaya yang dikelola sebagai
pantai.Pembangunan fasilitas rekreasi ini dilakukan oleh pelaku usaha atas ijin
hanya dilakukan oleh pelaku usaha dan pemilik hak ulayat secara sendiri
-sendiri baik dari sisi penetapan harga sewa dan lama waktu sewa. Pada
kondisi ini peran pemerintah daerah sebagai stabilisator dan fasilitator sangat
75
dibutuhkan untuk menjembatani dan menyeimbangkan antara keinginan
pelaku usaha dan kepentingan masyarakat pemilik hak ulayat agar tidak
pemerintah,pelaku usaha dan masyarakat dan juga tidak bisa terlepas dari
terbangun antara berbagai unsur. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui dan
76
sinergi menjadi suatu kebutuhan untuk menuntun stakeholder pariwisata
Holtekamp - Kota Jayapura perlu dibangun dengan dua alasan utama, pertama
Sinergi atau sinergitas adalah dua istilah yang memiliki makna yang
sama, yang berarti kombinasi atau keterpaduan dari berbagai unsur (misalnya
keluaran (output) yang lebih besar. Pemahaman akan tugas dan tanggung
jawab masing-masing perlu diwujudkan dengan kerja nyata setiap unsur yang
terlibat. Sinergi dapat juga diartikan sebagai upaya mencapai sasaran usaha
menjadi wadah untuk mencapai tujuan suatu organisasi (Jamal dan Getz,
1995).
daya tarik wisata atau destinasi wisata (Tuohina dan Konu, 2014:204).
77
pengembangan pariwisata suatu daerah. Stakeholder juga dapat diartikan
wisata. Sinergitas atau kemitraan telah menjadi salah satu strategi dalam
Gambaran kajian teoritis penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut:
Gambar 2.6
Kerangka Pemikiran
Daerah Tujuan
Wisata (DTW)
Pantai Hamadi
Pantai Holtekamp
UU No. 10 Tahun SINERGITAS :
2009 Model
PP No. 56 Tahun Komunikasi Sinergitas
2011 Pengelolaan
Perda Kota Jayapura Koordinasi Pariwisata
No. 8 Tahun 2012 PENGELOLA Kawasan Teluk
PARIWISATA:
Youtefa
Pemerintah Kota
Jayapura
Swasta / Pelaku Usaha
Masyarakat Pemilik
Hak Ulayat
78
BAB III
METODE PENELITIAN
kualitatif mencirikan makna kualitas yang menunjuk pada segi alamiah dan
B. Fokus Penelitian
Pantai Holtekamp.
79
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Bulan
No Kegiatan
4 5 6 7 8 9 10 11
1 Penulisan Proposal
2 Ujian Proposal
3 Pengumpulan Data Lapangan
4 Penulisan Laporan Penelitian
5 Ujian Seminar Hasil
6 Revisi Disertasi
7 Ujian Tertutup
8 Revisi Disertasi
9 Ujian Promosi
D. Fenomena Pengamatan
data sekunder adalah dokumen atau arsip baik yang diterbitkan oleh
pemerintah maupun swasta serta publikasi ilmiah yang berkaitan dengan topik
penelitian. Informasi yang diperoleh dari website atau internet juga menjadi
80
menerapkan prinsip analisis data kualitatif yang terdiri dari fase reduksi data,
Dalam Penelitian ini, jenis data yang dikumpulkan adalah data primer
dan data sekunder yang bersifat kualitatif. Data primer merupakan data yang
yang telah diteliti dan dikumpulkan oleh pihak lain yang berkaitan dengan
F. Pemilihan Informan
sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual, jadi dalam hal ini
kedua dari informan adalah untuk menggali informasi yang menjadi dasar dan
dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subjek yang menguasai
akurat. Informan yang bertindak sebagai sumber data dan informasi harus
memenuhi syarat, yang akan menjadi informan nara sumber (key informan)
dalam penelitian ini adalah pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata Kota
Holtekamp, pelaku usaha yang mendirikan usaha di sekitar Pantai Hamadi dan
81
pantai Holtekamp serta masyarakat yang berkunjung di Pantai Hamadi dan
tetapi bisa tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan
tepat, dalam pemberian informasi dan data yang tepat dan akurat mengenai
3. Pelaku usaha yang mendirikan usaha di sekitar Pantai Hamadi dan Pantai
Holtekamp.
Pantai Holtekamp.
G. Instrumen Penelitian
penelitian ini adalah peneliti sendiri, namun karena fokus penelitian sudah
82
Hamadi dan pantai Holtekamp - Kota Jayapura, maka dikembangkan
a. Observasi
Dalam hal ini yang dimaksudkan observasi adalah cara pengumpulan data
melalui indera mata mengenai suatu gejala atau kenyataan dari apa yang
membawa alat bantu berupa alat kamera dan tape recorder. Dalam hal ini,
b. Wawancara Mendalam
83
Pantai Holtekamp - Kota Jayapura. Ada dua alasan pokok yang mendasari
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Hal ini diharapkan dapat
dari analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun
formal. Selain itu, analisis data kualitatif sangat sulit karena tidak ada
pedoman baku, tidak berproses secara linier, dan tidak ada aturan-aturan yang
84
aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-
yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif, yaitu (1)
reduksi data (data reduction); (2) paparan data (data display); dan (3)
a. Reduksi Data
hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema
belum memiliki pola, maka hal itulah yang dijadikan perhatian karena
tersembunyi dibalik pola dan data yang tampak. Selanjutnya data yang
85
b. Pemaparan Data (Display Data)
c. Menarik Kesimpulan/Verifikasi
validitasnya.
86
Gambar 3.1
Siklus Proses Analisis Data
Data Data
collection display
Data Verifiying
Reduction
87
DAFTAR PUSTAKA
Fennel. D.A. 1999. Ecotourism Policy and Planning. London: CABI Publishing.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Koswara, I.H. 2008. Karakteristik Dan Potensi Wisata Jawa Barat. Makalah
Disajikan Dalam Forum Koordinasi Pengembangan Wisata Agro Jawa
Barat. Bandung.
88
Kuntowijoyo, 1991, Tinjauan Historis Pembangunan Pariwisata Di Indonesia,
naskah dalam Seminar Nasional Dampak Sosial Pengembangan Pariwisata
Di Indonesia, 16-17 Desember.
Leiper N, 1979, The Framework of Tourism: Towards a Definition of Tourism,
Tourist, and Tourism Industry”, Annals of Tourism Research: 390-407.
Madura Jeff, 2001, Pengantar Bisnis, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Empat.
Mathieson, Alister and Geoffrey Wall. 1982. Tourism: Economic, Physical and
Social Impact. New York. Longman Scientific and Technical.
Mill, Robert and Morrison, Alistair, 1985, The Tourist System, New Jersey :
Prentice Hall International.
Murphy, P.E. 1985. Tourism A Community Approach. London and New York.
Najiyati, Sri dan S.R. Topo Susilo. 2011. Sinergitas Instansi Pemerintah Dalam
Pembangunan Kota Terpadu Mandiri (The Synergy of Goverment
Institutions in The Transmigration Urban Development). Jurnal
Ketransmigrasian [Internet], 28 (2) Desember, pp.113-124.
Peraturan Daerah Kota jayapura Nomor 8 Tahun 2012 tentang Rencana Induk
Pengembangan Pariwisata Kota Jayapura.
Pitana, I Gde dan Putu G. Gayatri, (2005), Sosiologi Pariwisata, Andi Offset,
Yogyakarta.
89
Ricardson, J. and M Fluker. 2004. Understanding and Managing Tourism. Sydney
:Pearson Hospitality Press.
Santosa, Pandji, 2008, Administrasi Publik Teori dan Aplikasi Good Governance,
Bandung: Refika Aditama.
90