i
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak
Cipta
Pasal 1:
1. Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasakan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam
bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan.
Pasal 9:
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta
rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak C ipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f,
dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Meri Andaria, Mimpira Haryono, Nipriansyah, Sheren Dwi
Oktaria, Sari Gunawan, Asep Suparman, Edy Susanto, Kimli
Haroswinarti, Bogy Restu Ilahi, Fatrida Anugrah Syafri,
Purdiyanto, Samsilayurni, Raden Gamal Tamrin Kusumah,
Ahmad Walid, Eva Istapra, Tri Turnadi, Baslini, Utui Tatang
Suntani, Hasperi Susanto, Azizatul Khairi, Agung Nugroho, Joni
Helandri, Muklis Riyanto, Shella Monica, Muhammad Ridho
Nugroho, Wahidin, Desi Tri Anggereni
ANALISIS PEDAGOGIS
Terhadap Kebijakan Pendidikan
Di Era 4.0
Penerbit Lakeisha
2021
ANALISIS PEDAGOGIS TERHADAP KEBIJAKAN
PENDIDIKAN DI ERA 4.0
Penulis:
Meri Andaria, Mimpira Haryono, Nipriansyah, Sheren Dwi
Oktaria, Sari Gunawan, Asep Suparman, Edy Susanto, Kimli
Haroswinarti, Bogy Restu Ilahi, Fatrida Anugrah Syafri,
Purdiyanto, Samsilayurni, Raden Gamal Tamrin Kusumah, Ahmad
Walid, Eva Istapra, Tri Turnadi, Baslini, Utui Tatang Suntani,
Hasperi Susanto, Azizatul Khairi, Agung Nugroho, Joni Helandri,
Muklis Riyanto, Shella Monica, Muhammad Ridho Nugroho,
Wahidin, Desi Tri Anggereni
Editor:
Prof. Dr. Johanes Sapri, M.Pd
Redaksi
Jl. Jatinom Boyolali, Srikaton, Rt.003, Rw.001, Pucangmiliran, Tulung,
Klaten, Jawa Tengah
Hp. 08989880852, Email: penerbit_lakeisha@yahoo.com
Website : www.penerbitlakeisha.com
P
uji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Buku yang berjudul ANALISIS
PEDAGOGIS TERHADAP KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI
ERA 4.0.
Buku ini berisi tetang kumpulan tulisan beberapa penulis
yang merupakan mahasiswa program studi Doktor Pendidikan
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bengkulu
untuk memenuhi tugas akhir menganalisis pedagogik terhadap
kebijakan pendidikan di era 4.0 dalam mata kuliah Wawasan
Pedagogik Dan Ilmu Pendidikan. Dan kemudian disatukan atau
dimonumentalkan menjadi sebuah buku.
Penulis menyadari buku ini masih jauh dari kata sempurna
maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang
membangun demi kesempurnaaan penulisan di masa yang akan
datang.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua orang yang sudah membantu secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyusunan buku ini. Penulis juga
berharap semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................v
DAFTAR ISI..................................................................................vi
BAGIAN PERTAMA :
PENGARUH TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN
SEBAGAI UPAYA MENGHADAPI TANTANGAN
GLOBAL ERA 5.0
Meri Andaria, Mimpira Haryono, Nipriansyah,
Sheren Dwi Oktaria..........................................................................1
BAGIAN KEDUA :
SMART LEARNING; PEMBELAJARAN ERA DIGITAL
Sari Gunawan, Edy Susanto, Asep Suparman,
Kimli Haroswinarti.........................................................................34
BAGIAN KETIGA :
TANTANGAN PENDIDIKAN VOKASI PADA ERA
DISRUPSI 4.0
Bogy Restu Ilahi, Fatrida Anugrah Syafri,
Purdiyanto, Samsilayurni...............................................................60
BAGIAN KEEMPAT :
STRATEGI DAN CYBERGOGY PENINGKATAN MUTU
PENDIDIKAN DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Raden Gamal Tamrin Kusumah, Ahmad Walid,
Eva Istapra, Azizatul Khairi...........................................................79
BAGIAN KELIMA :
KINERJA GURU DALAM BINGKAI PERKEMBANGAN
PENDIDIKAN DI ABAD 21
Tri Turnadi, Baslini, Utui Tatang Suntani,
Hasperi Susanto...........................................................................115
BAGIAN KEENAM :
PROBLEMA IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KAMPUS
MERDEKA PADA PERGURUAN TINGGI DI DAERAH
Muklis Riyanto, Joni Helandri,
Agung Nugroho............................................................................143
BAGIAN KETUJUH :
MEROSOTNYA HASIL PISA INDONESIA 2018 APA
DAMPAK DAN FAKTOR PENYEBABNYA?
Shela Monica, Muhammad Ridho Nugroho,
Wahidin, Desi Tri Anggereni.......................................................167
BAGIAN PERTAMA
PENGARUH TEKNOLOGI DALAM PENDIDIKAN
SEBAGAI UPAYA MENGHADAPI
TANTANGAN GLOBAL ERA 5.0
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Revolusi Industri di Inggris mampu merubah kehidupan
masyarakat, dari manual menuju penggunaan tehnologi digital.
Tehnologi digital seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan
tehnologi yang sangat pesat, sehingga zaman ini menggunakan
tehnologi digital sebagai alat bantu. Karakteristik era ini, informasi
dapat diperoleh sangat cepat, secepat cahaya,dunia ini seolah-olah
menjadi sangat sempit tanpa ada batas jarak dan waktu . Sudah
tidak asing lagi perkembangan tehnologi digital, sehingga melalui
perangkat yang kita miliki, kita dapat melakukan hubungan yang
sangat cepat, mencari bahan ajar sangat mudah baik melalui
internet dan dengan menggunakan Email bisa berkirim surat
elektronik, yang bisa dilakukan bukan saja melalui warnet namun
melalui media digital handphone. Handphone (HP) tidak lagi
merupakan barang mewah, dan dimiliki orang kota, tetapi sampai
Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini adalah Bagaimana Indonesia sebagai Negara
berkembang memanfaatkan tehnologi digital seperti Internet
melalui warnet maupun di HP, dengan berbagai fasilitas seperti
bloog, Email dan sebagainya di era Revolusi Industri 5.0 sekarang.
IV. PENUTUP
A. Simpulan
Terdapat beberapa kecanggihan tehnologi digital seperti
mudah bekerja karena beroperas secara otomatis, cepat, berkualitas,
efektif, effisien, mudah mentransfer data dan informasi ke media
elektronik lain. Dan banyak lagi kecanggihan-kecanggihan dari
tehnologi digital ini yang dapat diambil manfaatnya untuk aktivitas
manusia. Seperti Internet misalnya, kita bisa berhubungan secara
online, sehingga manusia seolah-olah berada pada didunia yang
Implikasi
Pembelajaran diera revolusi industry 4.0 menuju
masyarakat 5.0 dalam perspektif manajemen Pendidikan dilakukan
dengan cara mengintegrasikan berbagai aspek yang berpengaruh
terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Saran
Selanjutnya untuk saran dibingkai melalui kebijakan
reformasi dalam delapan bidang standard nasional pendidikan,
yang memasukan muatan-muatan yang sesuai dengan karakteristik
dan kebutuhan pendidikan di era revolusi industry 4.0. Jika kondisi
ini dapat berjalan dengan baik, maka diharapkan sistem pendidikan
nasional kita akan mampu menciptakan tatanan masyarakat 5.0,
yakni tatanan masyarakat berbasi teknologi informasi, yang super
cerdas, sejahtera, dan berkeadaban.
I. PENDAHULUAN
Smart Learning adalah sistem pendidikan yang
memungkinkan siswa belajar dengan menggunakan teknologi
terbaru di mana siswa dapat belajar kapan dan di mana saja melalui
teknologi yang ditawarkan di Lingkungan Belajar Cerdas mereka.
Menurut Tikhomirov, Dneprovskaya dan Yankovskaya, Pendidikan
Cerdas memiliki tiga dimensi utama: hasil pendidikan dan
pembelajaran, ICT dan teknologi cerdas.
Karakteristik pembelajaran smart learning adalah : (1)
Holistik, suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian
dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa
bidang studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-
kotak. (2) Bermakna, pengkajian suatu fenomena dari berbagai
macam aspek, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar
skemata yang dimiliki oleh siswa, yang pada gilirannya nanti, akan
memberikan dampak kebermaknaan dari materi yang dipelajari; (3)
Otentik, pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami
II. PEMBAHASAN
a. Merdeka Belajar
Merdeka belajar yang tengah booming saat ini, hakikatnya
adalah upaya untuk memahamkan pada segenap pengambil
dan pelaksana kebjakan pendidikan untuk melihat bahwa nilai
atau hasil belajar bukanlah penentu kompetensi seseorang.
Akreditasi bukan pula menjadi tolak ukur kemampuan sebuah
lembaga dalam mencetak luaran yang berkualitas. Alhasil,
perlu ada kebijakan yang tepat untuk mengukur kapabilitas
lulusan. Memang, tentu saja hal ini tidak luput dari
kekurangsetujuan sebagian masyarakat atas kebijakan ini yang
beranggapan bahwa nantinya ketika kebijakan itu berlangsung
banyak siswa yang terlalu santai dalam belajar karena tidak
lagi memikirkan Ujian Nasional (UN) yang sebetulnya itu
adalah sebagai tolak ukur kemampuan kompetensi secara
nasional yang materi soal-soalnya bersesuaian dengan
kurikulum yang berlaku pada tiap-tiap zamannya.
e. Tips-tips Praktis
Berikut adalah kiat-kiat praktis agar belajar menjadi
pengalaman yang menyenangkan bagi anak.
1. Ciptakan Lingkungan Tanpa Stres (Rileks).
Seorang ibu mengeluh bahwa anaknya yang baru kelas 3
SD sudah dapat mengungkapkan bahwa dirinya stres. Jika
dipikir-pikir, anak-anak mendapatkan banyak tekanan,
baik dari guru-guru di sekolah maupun orangtua dengan
harapan-harapan yang terkadang kurang realistis demi
terpenuhinya cita-cita orangtua yang dulu tidak berhasil
dicapai.
III. KESIMPULAN
Smart Learning dengan segala penjabarannya merupakan
keniscayaan dalam menjawab tantangan global era digital. Proses
belajar mengajar secara konvensional secara alami mengalami
proses disrupsi guna mengejar beragam perubahan dan dinamika
pembelajaran yang semakin pesat.
Daftar Pustaka
Balsam, Steven., Jagan Krishnan., dan Joon S. Yang., 2003,
“Auditor In dustry Specialization and Earnings Quality”,
Auditing : A Journal of Practice and Theory, Vol. 22, No. 2,
hal. 71-97
Buzan, Tony dan Susanna Abbott.2007. Buku Pintar Mind Map
untuk anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Mulyasa. (2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung:
Penerbit PT Remaja Rosdakarya.
Polanyi, M. (1967). The Tacit Knowledge Dimension. London:
Routledge & Kegan Paul
Pusat Kurikulum. 2006. Pembelajaran Tematik. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
https://id.wikipedia.org/wiki/Merdeka_Belajar
http://bswgramedia.com/sekolah/Smart Learning System
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan vokasi berkembang sangat pesat, sejak tahun
2001 hingga 2010 jumlah siswa baru di bidang vokasi meningkat
sebesar 158% (ADB, 2010). Pemerintah hanya fokus meng-
embangkan bagian pendidikan ini menjadi strategi penting bagi
pertumbuhan ekonomi. Pendidikan vokasi sangat rapuh dan
statusnya diremehkan. Masyarakat masih meyakini bahwa mereka
yang pernah mengenyam pendidikan vokasi merupakan orang yang
pernah mengalami kegagalan akademik serta akhirnya memilih
pendidikan kejuruan/vokasi sebagai pilihan alternatif untuk kabur.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu, persepsi ini mulai berubah
di tahun 2013, ketika 1,9 juta pendaftar memperebutkan lebih dari
1,5 juta temtat di lembaga pendidikan vokasi. Ini tidak diragukan
lagi membuktikan bahwa pendidikan vokasi semakin mendapat
perhatian publik. Mereka berharap dapat dengan mudah men-
dapatkan pekerjaan dengan menyelesaikan pendidikan vokasi
B. IMPLIKASI
Sekarang perkembangan teori belajar sangat beragam, guru
dapat mendaftar sesuai dengan sekolah teori tertentu. Misalnya
teori perilaku dalam pembelajaran guru menitikberatkan pada
tujuan pembelajaran dan karakteristik siswa. Dalam teori kognitif,
pembelajaran lebih berfokus pada perolehan pengetahuan siswa,
sedangkan guru membimbing siswa untuk menguasai pengetahuan
yang mereka butuhkan. Pada saat yang sama, proses belajar
manusiawi menjadikan masyarakat berbudaya. Guru mengakui
siswa sebagai orang yang memiliki kemampuan dan harga diri.
Jenis teori pembelajaran guru dan siswa masa kini pasti sangat
menarik, dapat merangsang kemampuan berpikir siswa, dan guru
dapat menciptakan pembelajaran yang bermakna. Jika belajar
bermakna melalui pengajaran yang benar, maka pendidikan akan
mampu mencapai tujuannya. Sebaliknya, jika pembelajaran
menjadi tidak berarti melalui pengajaran yang tidak tepat, maka
pendidikan tidak akan mencapai tujuannya.
C. SARAN
Pendidikan vokasi harus terus bekerja keras membangun
kepribadian di kalangan peserta didik, seperti dengan memper-
kenalkan pakar kepribadian atau bekerjasama dengan industri
untuk memperkenalkan departemen kepegawaian perusahaan
terkait sehingga dapat segera mengkomunikasikan keadaan yang
sebenarnya. Permintaan tenaga kerja secara khusus terkait dengan
karakter yang dibutuhkan. Apalagi dengan munculnya perusakan
dunia industri, pendidikan Indonesia harus siap terutama di bidang
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Intan. (2018). Proses Pembelajaran Digital dalam Era
Revolusi Industri 4.0. Medan : Ditjen Pembelajaran dan
Kemahasiswaan Kemenristekdikti.
Arif, Seema., Ilyas, Maryam., Hammed, Abdul. (2013). Student
Satisfaction with Services in Private Universities of
Pakistan: The Impact of Leadership. ResearchGate.
BrckaLorenz, Allison., Haeger, Heather., Nailos, Jennifer.,
Rabourn, Karyn. 2013. Student Perspectives on the
Importance and Use of Technology in Learning. California:
Annual Forum of the Association for Institutional Research.
Chitkushev, Lou., Vodenska, Irena., Zlateva, Tanya. (2014).
Digital Learning Impact Factors: Student Satisfaction and
Performance in Online Courses. International Journal of
Information and Education Technology, 4(4), 356-359.
Chowdhry, Sandeep., Sieler, Karolina., Alwis, Lourdes. (2014). A
Study of the Impact of Technology- Enhanced Learning on
Student Academic Performance. Journal of Perspectives in
Applied Academic Practice, 2(3), 3-15.
Gray, Julie A., DiLoreto, Melanie. (2016). The Effect of Student
Engagement, Student Satisfaction, and Perceived Learning
on Online Learning Environment. NCPEA International
Journal of Educational Leadership Preparation, 11(1).
O'Donnell, Eileen., Sharp, Mary. (2012). Students Views of E-
Learning: The Impact of Technologies on Learning in
Higher Education in Ireland. Book Chapter 10 from
Student
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
Di masa pandemi Covid-19 sekarang memang banyak hal
berbeda yang terjadi dalam kehidupan ini. Salah satu perubahan
tersebut terjadi di dunia pendidikan di mana kegiatan pembelajaran
harus dilakukan secara daring atau online. Indonesia sendiri yang
juga terjangkit wabah virus corona mau tak mau juga harus
menjalankan pendidikan secara daring. Sayangnya dalam pem-
belajaran secara online ini ditemui banyak kendala atau masalah.
Berikut ini merupakan beberapa kendala atau masalah yang terjadi
di Indonesia ketika mengimplementasikan pendidikan daring di
masa pandemi.
Permasalahan pendidikan pertama yang terjadi di Indonesia
selama masa pandemi adalah sarana pendidikan yang belum siap.
Mungkin anak-anak di perkotaan masih bisa menjalankan
pendidikan secara daring atau online tanpa hambatan. Tapi hal ini
B. Rumusan masalah
Bagaimana Strategi Dan Pendekatan Pembelajaran Untuk
Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA Dan Teknologi Dalam
Revolusi Industi 4.0 Untuk Menghasilkan Lulusan Yang
Berkualitas?
Cognitive factors
Engaged Learning
•Feeling
Feeling ofofself
self Personal attributes •Personal attributes
•Feeling
Feeling ofofcommunity
community Context Social•Community
•Contextfactors •Communication
Feeling ofoflearning
•Feeling learningatmosphere •Community
Feeling of learning Emotive factors
atmosphere •Communication
process
•Feeling of learning
process
Gambar 1.
The “MM” Model: Cybergogy for Engaged
Learning (Wang &Kang; 2006)
2. Faktor Emosi
Secara umum diketahui bahwa pengajaran dan pembelajaran
bekerja paling baik dalam suasana kelas yang penuh kasih sayang
dan rasa hormat, daripada dalam suasana ketakutan dan intimidasi.
Namun, komunitas ilmiah barat cenderung dikotomi kognisi dan
emosi (McLeod, 1991). Dalam pendidikan orang dewasa, misalnya,
teori dan praktik sering kali meminggirkan emosi dan
meningkatkan rasionalitas; kemampuan untuk bernalar selalu
menggantikan emosi (Dirkx, 2001). Pengajaran dan pembelajaran
sering kali dibingkai sebagai rasional dan kognitif; emosi dianggap
sebagai penghalang untuk belajar atau hanya sebagai motivatornya
(Dirkx).
Literatur yang berkembang (misalnya, Currin, 2003; Dirkx; Hara &
Kling, 2000; O'Regan; Kort, Reilly & Picard, 2003; Weiss, 2000)
telah mulai mendukung peran sentral emosi untuk pembelajaran
apa pun. usaha keras dan hasil, terutama dalam pembelajaran
elektronik atau online. Dirkx mengemukakan kekuatan perasaan
(emosi dan imajinasi) dalam konstruksi makna orang dewasa.
Setelah dianggap sebagai "bagasi" atau "hambatan" untuk belajar,
emosi dan imajinasi sekarang dianggap sebagai bagian integral dari
proses pembelajaran orang dewasa (Dirkx, p. 67).
III.Kesimpulan
Agar pengajaran menjadi efektif, faktor kognitif, emosi, dan
sosial harus bekerja sama. Agar pengalaman belajar online berhasil,
siswa harus memiliki pengetahuan sebelumnya yang memadai,
termotivasi untuk belajar, dan terlibat secara positif dalam proses
pembelajaran. Selain itu, mereka juga harus nyaman dengan
lingkungan belajar dan merasakan rasa kebersamaan dan komitmen
sosial yang kuat. Terakhir, faktor emosi sangat mempengaruhi
keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Oleh karena itu, instruktur
harus peka terhadap keadaan emosi siswa dan harus berinisiatif
untuk menyalurkan emosi siswa ke “zona” yang baik, seperti zona
keingintahuan, zona aliran, dan zona ke jalur produktif.
Model Cybergogy for Engaged Learning yang ditawarkan oleh
Wang &Kang (2006) dapat digunakan untuk melakukan penilaian
kebutuhan dan untuk mengatur desain kursus dan teknik fasilitasi.
Pendidik dapat menggunakan model ini untuk membuat profil
atribut kognitif, emosi, dan sosial setiap siswa dan kemudian secara
efektif melibatkan peserta didik dengan memenuhi kebutuhan dan
atribut belajar individu. Model ini dapat digunakan untuk
meningkatkan kehadiran kognitif, emosi dan sosial peserta didik,
Model for Engaged Learning mencerminkan pendekatan
sistemik untuk pembelajaran online. Di sini, pembelajaran online
dipandang sebagai entitas yang dirancang untuk memasukkan
masukan dari lingkungan pembelajaran, mengubah masukan
menjadi keluaran, mendistribusikan keluaran tersebut ke
lingkungan, dan membuat penyesuaian yang diperlukan untuk
Daftar Pustaka
Arnone, M. P. (2003). Instructional design strategies to foster
curiosity, from http://www.ericit.org/digests/EDO-IR-2003-
01.shtml
Bandura, A., & Cervone, D. (1986). Differential engagement of
self-reactive influences in cognitive motivation.
Organizational Behavior and Human Decision Processes,
38, 92-113
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara yang sangat kaya dengan
potensi alamnya, namun potensi alam yang kaya itu tidak dapat
terkelola dengan baik hal itu disebabkan kualitas sumber daya
manusia yang masih rendah. Atau dengan kata lain keunggulan
komparatif yang dimiliki tidak diimbangi dengan keunggulan
kompetitif, maka dengan itu untuk meningkatkan kualitas
pembangunan nasional hal yang harus ditingkatkan adalah
kualitas sumber daya manusia. Untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia, maka harus meningkatkan kualitas mutu
pendidikan nasional, dalam hal ini guru sebagai tumpuan kualitas
mutu pendidikan nasional yang hari terus menjadi perbincangan
tentang kinerja guru. Kinerja guru yang dapat meningkatkan mutu
pendidikan, dan dengan mutu pendidikan nasional dapat
meningkatkan kualitas mutu sumber daya manusia. Dengan
melalui kualitas mutu sumber daya manusia dapat ditingkatkan
ANALISIS PEDAGOGIS TERHADAP KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI ERA 4.0 115
maka
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja guru dalam bingkai pendidikan dapat
meningkatkan perkembangan pendidikan di abad 21 ?
2. Apakah kinerja guru dalam bingkai pendidikan dapat
meningkatkan perkembangan pendidikan dim abad 21 ?
3. Bagaimana kinerja guru dalam bingkai pendidikan dapat
meningkatkan efektifitas perkembangan pendidikan di abad 21?
III.PEMBAHASAN
Guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh lebih besar
dari era sebelumnya. Guru menghadapi klien yang jauh lebih
beragam, materi pelajaran yang lebih kompleks dan sulit, standard
proses pembelajaran dan juga tuntutan capaian kemampuan berfikir
siswa yang lebih tinggi (Darling, 2006). Hal ini disebabkan
transformasi besar pada aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya
(Hargreaves, 1997,2000) yang didorong oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mengembangkan Profesionalitas Guru
Abad 21 yang pesat, perubahan demografi, globalisasi dan
lingkungan (Mulford, 2008) yang berdampak besar pada
persekolahan dan profesionalisme guru (Hargreaves, 1997, 2000;
Beare, 2001). Guru abad 21 dituntut tidak hanya mampu mengajar
dan mengelola kegiatan kelas dengan efektif, namun juga dituntut
untuk mampu membangun hubungan yang efektif dengan siswa
dan komunitas sekolah, menggunakan teknologi untuk mendukung
peningkatan mutu pengajaran, serta melakukan refleksi dan
perbaikan praktik pembelajarannya secara terus menerus (Darling,
2006).
Guru profesional abad 21 adalah guru yang terampil dalam
pengajaran, mampu membangun dan mengembangkan hubungan
antara guru dan sekolah dengan komunitas yang luas, dan seorang
pembelajar sekaligus agen perubahan di sekolah (Hargreaves,
1997, 2000). Untuk itu, guru membutuhkan kondisi pembelajaran
yang kondusif di sekolah sebagai wahana pembelajaran profesional
yang kontinyu dan berkesinambungan. Pembimbingan yaitu
hubungan yang dibangun dengan sadar dan sengaja antara
pembimbing dan individu yang dibimbing untuk menghasilkan
perubahan yang signifikan pada pengetahuan, kemampuan kerja,
dan pola pikir individu yang dibimbing (Megginson, dkk., 2006)
IV. PENUTUP
A. KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan uraian di atas kinerja guru dalam
perkembangan pendidikan abad 21 memiliki tantangan lebih berat
dan tugas guru lebih kompleks. Adapun tantangannya meliputi (a)
teaching of multicultural society, (b) teacing for constuction of
meaning, (c) teaching of active learning, (d) teaching and
technologi, (e) teaching with new view abaut abilities, (f) teaching
in choice, (g) teaching and accounitability. Maka dalam
menghadapi tantangan tersebut guru memiliki kemampuan,
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2010. Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta:
BSNP
Barnett, B. G., O'Mahony, G. R. & Matthews, R. J. (2004).
Reflective practice: the cornerstone for school
improvement. Moorabbin, Vic: Hawker Brownlow
Education.
Bartell, Carol A. (2005). Cultivating high-quality teaching through
induction and mentoring. California: Corwin Press.
Beare, H. (2001). Creating the Future School. London.
RouutledgeFalmer.
Brockbank, A. & McGill, I. (2006). Mentoring models. In
Facilitating reflective learning through mentoring and
coaching. London: Kogan Page.
Carr, J. F., Herman, N. & Harris, D. F. (2005). Creating dynamic
schools through metoring, coaching, and collaboration.
Virginia: ASCD.
Castetter, W.B. (1996). The Personnel Function in Education
Administration Sixth Edition. New York: MacMillan
Publishing Co.
Connor, M., & Pokora, J. (2007). Coaching and mentoring at work
: developing effective practice. Maidenhead: Open
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belakangan ini ramai dibincangkan didunia pendidikan,
dengan dicetuskannya konsep merdeka belajar oleh menteri
pendidikan dan kebudayaan yaitu Nadiem Makarim. dalam hal
termasuklah di dalamnya tentang konsep kampus merdeka belajar.
Konsep tersebut menjadi suatu upaya dalam menghadapi
perkembangan zaman yang terus berubah. maka bagaimana konsep
kampus merdeka belajar pada Perguruan Tinggi di daerah, serta
bagaimana konsep kampus merdeka yang telah dicetuskan oleh
Mendikbud yakni bapak Nadiem Makarim serta apa yang menjadi
masalah mahasiswa saat ini sehingga mengharuskan adanya
perubahan konsep perguruan tinggi menjadi lebih baik.
Kampus merdeka menekankan pada kurikulum mahasiswa
III.METODE PENELITIAN
A. Prosedur Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah non riset, yakni penelitian studi pustaka, dengan me-
ngumpulkan informasi dari beberapa sumber yakni buku, jurnal,
internet, dan informasi berupa pendapat yang dikemukakan
menteri pendidikan melalui beberapa acara yang penulis kutip dari
Youtube. dengan tujuan untuk memperoleh informasi lebih dalam
dan memberikan analisis terkait dengan konsep kampus merdeka
(Sugiyono, 2008).
Metode studi pustaka menuntut peneliti untuk cermat
mengolah semua sumber data secara tertulis. Dalam hal ini penulis
berusaha mengolah semua data yang bersumber dari jurnal sebagai
sumber data dalam menuliskan makalah. Sumber data disesuaikan
dengan variabel judul makalah, sehingga semua yang menjadi
rumusan masalah dapat terselesaikan dengan baik.
Sumber Data
Sumber data adalah semua bahan yang diperlukan dalam
proses penelitian, dapat berupa alat, bahan, dokumen, ataupun
lainya. Dalam hal ini sumber data yang penulis gunakan adalah
sumber data dokumen dalam bentuk tertulis. Dokumen tertulis
sebagai sumber data adalah jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
kampus merdeka, sehingga sesuai dengan permasalahan yang
penulis ajukan.
IV. PEMBAHASAN
A. Kampus Merdeka
Mahasiswa sebagai generasi penerus yang berasal dari
perguruan tinggi memiliki peranan penting dalam perkembangan
sebuah negara. Melihat kebutuhan masyarakat yang terus
berkembang, para mahasiswa di perguruan tinggi harus disiapkan
untuk mampu menyesuaikan diri dengan keadaan dan menjadi
manusia yang bermanfaat tidak hanya untuk dirinya sendiri namun
juga orang-orang di sekitarnya. karenanya dalam hal ini jika
merujuk pada kebijakan tentang kampus merdeka yang dicetuskan
oleh menteri pendidikan yakni bapak Nadiem Makarim,
bahwa“kebijakan Kampus Merdeka ini merupakan kelanjutan dari
konsep merdeka belajar (Lubis, 2018). Pelaksanaannya paling
mungkin untuk segera dilangsungkan, hanya mengubah peraturan
menteri, tidak sampai mengubah peraturan pemerintah ataupun
undang-undang, kata Nadiem di Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta, Jum‟at (24/1/2020)
(Makdori, 2020). Oleh karenanya dalam hal ini topik ini diangkat
dengan maksud untuk mengenal lebih dalam dan memberikan
sedikit analisis tentang bagaimana konsep kampus merdeka di
Perguruan Tinggi daerah sebagai sebuah kondisi yang akan
dihadapi oleh mahasiswa, serta alasan mengapa mahasiswa
membutuhkan sebuah konsep kampus merdeka sebagai perubahan
ke arah yang lebih baik. bagaimana rencana penerapan konsep
kampus merdeka, sebagai upaya untuk memperbaiki sistem
V. Penutup
A. Simpulan
Kebijakan visioner “Merdeka Belajar, Kampus Merdeka”
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan meliputi 1) pembukaan
program studi baru, 2) sistem akreditasi perguruan tinggi, 3)
kebebasan menjadi PTN-BH, dan 4) hak belajar tiga semester di
luar program studi, memberikan harapan besar bagi PTS untuk
mampu mengembangkan kualitasnya secara cepat. Kebijakan yang
visioner ini layak untuk diapresiasi, terlebih dengan latar belakang
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang bukan dari kalangan
dunia pendidikan mampu memberikan kebrakan kebijakan yang
dirasakan berbagai kalangan mampu membawa kemajuan
perguruan tinggi Indonesia. Diantara tantangan implementasi
kebiakan “Merdeka Beljar” adalah 1) mekanisme kolaborasi antara
PTKIS dan program studi dengan pihak luar kampus; 2) perubahan
paradigma pada PTN berbadadan hukum untuk bersaing pada skala
internasional; 3) mekanisme magang di luar program studi. Strategi
yang perlu dilakukan agar kebijakan ini efektif, produktif dan
efisien selayaknya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan berkenan
mendengarkan dan mempertimbangkan saran, masukan dari
berbagai kalangan, dan engan latar belakang non pendidikan dari
Menteri perlu dilakukan kajian secara mendalam terhadap
karakteristik pendidikan di Indonesia, permasalahan pendidikan
pada era sebelumnya, dan kondisi letak geografis PT yang berbeda-
beda untuk dijadikan dasar dalam perumusan kebijakan lanjutan
Implikasi
Imlikasi dalam makalah kampus merdeka ini adalah bahwa
diterapakanya kampus merdeka akan mengubah sistem pendidikan
tinggi di seluruh Indonesia. Dampaknya sangat luar biasa, maka
dengan ini para memanggu kepentingan perguruan tinggi Negeri
ataupun swasta harus bekerja keras untuk menyukseskan rogra
kampus merdeka, pertukaran mahasiswa dan perubahan kurikulum
yang harus diperhatikan di perguruan tinggi masing-masing.
Sehingga perguruan tinggi akan sangat berkaitan satu sama lain.
Saran.
Berdasarkan makala yang dbahas, dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Mahasiswa diharapkan dapat mempersipakan untuk menghadapi
kampus merdea karena kuliah tidak harus dimana kampus
mendafar atapi ada sebagian matakulih di tempuh di kampus
lain.
2. Dosen diharapkan selalukreatif dalam membuat sistem pem-
belajarannya karena akan menghadapi pertukaran mahasiswa
sehingga dosen harus berinovasi.
3. Bagi pemerintak lebih tegas dalam membuat peraturan
mengenai kampus merdeka.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Penilaian Pelajar Internasional (Bahasa Inggris:
Program for International Student Assessment, disingkat PISA)
adalah penilaian tingkat dunia yang diselenggarakan tiga-tahunan,
untuk menguji performa akademis anak-anak sekolah yang berusia
15 tahun, dan penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Organisasi
untuk Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD). Tujuan
dari studi PISA adalah untuk menguji dan membandingkan prestasi
anak-anak sekolah di seluruh dunia, dengan maksud untuk
meningkatkan metode-metode pendidikan dan hasil-hasilnya
(Pusmenjar, 2019).
Saat ini Program PISA yang dilakukan oleh OECD sudah
dilaksanakan sebanyak tujuh siklus, dengan berupaya menentukan
Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil PISA terbaru untuk Indonesia ?
2. Bagaimana respon publik terhadap rendahnya hasil PISA
Indonesia?
3. Apa dampak dan faktor penyebab rendahnya hasil PISA
Indonesia?
Tujuan
Mengacu pada pada permasalahan diatas penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui :
1. Hasil PISA terbaru untuk Indonesia.
2. Bagaimana respon publik terhadap rendahnya hasil PISA
Indonesia.
3. Bagaimana dampak dan faktor penyebab rendahnya hasil PISA
Indonesia.
Manfaat
Dengan diterapkannnya tujuan diatas, penelitian ini
diharapkan dapat memebrikan mnfaat, baik mnafaat praktis.
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai
berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Menambah wawasan serta pengetahuan penulis di bidang
PISA
CATATAN:
Lingkaran biru menunjukkan standar nilai rata-rata PISA di
seluruh negara dengan data yang valid di semua penilaian
PISA.
Lingkaran merah menunjukkan nilai kinerja rata-rata di
Indonesia.
Lingkaran hitam nilai rata-rata negara lain
CATATAN:
Garis biru menunjukkan kinerja rata-rata di seluruh negara
yang bergabung di OECD dengan data yang valid di semua
penilaian PISA.
Garis putus-putus merah menunjukkan kinerja rata-rata di
Indonesia.
Garis hitam mewakili garis tren untuk Indonesia (garis paling
pas).
Dana Pendidikan
Beban pada sektor Pendidikan masih rendah dibandingkan
dengan cakupan wilayah Indonesia. Anggaran minimum untuk
pendidikan minimal 20%, oleh karena itu, Pemerintah Indonesia
harus meningkatkan anggaran untuk sektor Pendidikan dari tahun
ke tahun untuk memenuhi kebutuhan sektor pendidikan.
Sayangnya, seperti dikutip dalam Kemenkeu (2017), anggaran
2017 tetap konstan sebesar 20% (416,1 dari 2.080,5 miliar rupiah).
Disamping itu, pengelolaan anggaran untuk masing-masing sektor
harus dijaga dengan baik. Seperti disebutkan Ashari (2014) bahwa
dana pendidikan digunakan untuk berbagai keperluan seperti
beasiswa bagi siswa di bawah hak istimewa, fasilitas pendidikan
rehabilitasi, bantuan guru, gaji guru, dana pemberkahan, fasilitas
pendidikan rehabilitasi yang telah rusak akibat bencana alam, dll.
Dengan demikian, dalam rangka menciptakan pendidikan yang
IV. Penutup
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil PISA Indonesia kurang memuaskan karena menduduki
peringkat dibawah jauh nilai rata-rata PISA itu sendiri. Itu
berlaku keseluruh mata pelajaran yang menjadi subyek survey
PISA tersebut.
2. Bersarkan hasil analisis respon publik yang di representasikan
dengan berita-berita berkaitan dengan PISA yang di muat di
surat kabar online, terlihat jelas bahwa rendahnya nilai PISA
sangat memukul masyarakat Indonesia dan itu juga berimbas
dengan buruknya pendidikan Indonesia di kanca international.
3. Rendahnya PISA ini memunculkan spekulasi terhadap faktor
yang mempengaruhi, empat faktor utama yang mempengaruhi
stagnannya posisi Indonesia di PISA selama keikutsertaannya:
Sistem Pendidikan, Dana Pendidikan, Kualitas dan Pemerataan
Implikasi
Implikasi dalam makalah ini adalah dibutuhkannya
perbaikan sistem pendidikan di Indonesia dengan cara terstrukutur,
terukur dan terencana sehingga hasil PISA di Indonesia dapat
ditingkatkan di masa yang akan datang. Pemerintah melalui
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah membuat lima
strategi yang disiapkan untuk mengerek nilai PISA dan kualitas
SDM hasil pendidikan Indonesia, yaitu dengan stategi sebagai
berikut : 1). Transformasi kepemimpinan sekolah 2). Transformasi
pendidikan dan pelatihan guru 3). Penyederhanaan kurikulum 4).
Menerapkan standar penilaian global (Idhom, 2020).
Saran
Ada beberapa saran dalam makalah yang berjudul hasil
PISA 2018: dampak dan tantangan terhadap Indonesia ini adalah
sebagai berikut :
1. Hasil PISA terbaru untuk Indonesia ini agar dapat dijadikan
rujukan untuk memperbaiki hasil PISA di Indonesia di masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Argina, A. W., Mitra, D., Ijabah, N., & Setiawan, R. (2017, June).
INDONESIAN PISA RESULT: WHAT FACTORS AND
WHAT SHOULD BE FIXED?.In Proceedings Education
and Language International Conference (Vol. 1, No. 1).
Ashari, H. (2014). Anggaran pendidikan 20%, apakah sudah
dialokasikan. Artikel Publikasi Anggaran dan
Perbendaharaan. (online).
Brookhart, S. M. (2010). How To Assess Higher- Order Thinking
Skills In Your Classroom. Alexandria: ASCD.
Chamisah, (2016), TIMSSand PISA-How thehelp the improvement
of education assessment in Indonesia, Retrieved from
https://jurnal.arraniry.ac.id/index.php/aricis/article/view/935
/0
Harususilo, Y, E. (2019). Skor PISA Melorot, Disparitas dan Mutu
Guru Penyebab Utama. Diunduh pada 2020 Desember 31.
Tersedia
di
https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/07/13524501/sko
r-pisa-melorot-disparitas-dan-mutu-guru-penyebab- utama?
page=all.\
184 ANALISIS PEDAGOGIS TERHADAP KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI ERA 4.0
184 ANALISIS PEDAGOGIS TERHADAP KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI ERA 4.0
Idhom, Addi, M. (2020). Nadiem Ungkap 5 Strategi Untuk
Kerek Skor PISA Indonesia. Retrieved from
https://tirto.id/nadiem-ungkap-5-strategi-untuk-
kerek-skor-pisa- indonesia-eKF7
Kemenkeu.(2017). Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun 2017.Retrieved from
http://www.kemenkeu.go.id/apbn2017.
Kurniati, D., Harimukti, R. and Jamil, N. A. (2016) „Kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa SMP di Kabupaten Jember
dalam menyelesaikan soal berstandar PISA‟, Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 20(2), pp. 142–155.
doi: 10.21831/pep.v20i2.8058.
Lewy, Zulkardi, & Aisyah, N. (2009). Pengembangan soal untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi pokok
bahasan barisan dan deret bilangan di kelas IX akselerasi
SMP Xaverius Maria Palembang. Jurnal Pendidikan
Matematika, 3(2). Retrieved from
http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/
jpm/article/view/326/89 jpm/article/view/326/89
OECD(2019),PISA2018 Results (VolumeI): What Students Know
and Can Do, PISA,OECD Publishing, Paris, Retrieved
fromhttps://doi.org/10.1787/5f07c754-en
OECD(2019),PISA2018 Results (VolumeII):Where All Students
Can Succeed, PISA, OECD Publishing, Paris, retrieved
fromhttps://doi.org/10.1787/b5fd1b8f-en
Pratiwi, I. (2019), EfekProgramPISATerhadapKulikulum
di Indonesia.Retrievedfrom
https://www.researchgate.net/publication/334393626_EFE
K_PROGRAM_PISA_TERHA
DAP_KURIKULUM_DI_INDONESIA