Anda di halaman 1dari 12

INTERNALISASI NILAI-NILAI RELIGIUS PADA SISWA KELAS V SDN RANTAU JAYA

KECAMATAN KARANG JAYA MUSI RAWAS UTARA

Imam Tohari
Prodi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana IAIN Bengkulu
Email: tohari@gmail.com

Abstract: This study describes the religious values that are internalized in the learning of Islamic Religious Education in fifth
grade students of Rantau Jaya Elementary School, Karang Jaya District, Musi Rawas North Regency. In this study using field
research (field research) with a descriptive approach. The results of the study found that the internalized religious values in the
learning of Islamic Religious Education in class V Rantau Jaya Elementary School, Karang Jaya District, Musi Rawas North
Regency, namely the value of devotion, the value of student courtesy towards teachers, tolerance and harmony among school
members. both teachers and students, respect for fellow school members, discipline in terms of dress and time, concern for fel-
low school members and community members who need it, and moral values for the environment, namely the value of cleanli-
ness in terms of preserving the school environment through an internalization process through exemplary and habituation.
Keywords: Internalization and Religious Values

Abstrak: Penelitian ini menjelaskan tentang nilai-nilai relegius yang di internalisasikan pada pembelajaran PAI pada siswa
kelas V SDN Rantau Jaya Kecamatan Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas Utara. Dalam penelitian ini menggunakan pene-
litian lapangan (field research) dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian dapati bahwa nilai-nilai relegius yang di inter-
nalisasikan pada pembelajaran PAI pada siswa kelas V SDN Rantau Jaya Kecamatan Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas
Utara, yaitu nilai ketaqwaan, nilai sopan santun siswa terhadap guru, toleransi dan kerukunan antar warga sekolah baik guru
dan siswa, tenggang rasa kepada sesama warga sekolah, kedisiplinan dalam hal berpakaian dan waktu, kepedulian terhadap
sesama warga sekolah dan warga masyarakat yang membutuhkan, dan nilai akhlak terhadap lingkungan yakni nilai kebersihan
dalam hal menjaga kelestarian lingkungan sekolah melalui proses internalisasi melalui keteladanan dan pembiasaan.
Kata Kunci: Internalisasi dan Nilai-Nilai Relegius

Pendahuluan kan, bisa dikatakan, dunia Pendidikan di Indonesia


Internalisasi nilai-nilai relegius pada sistem pen- kini sedang memasuki masa-masa yang sangat pelik.
didikan dapat membentuk pribadi yang iman taqwa Kucuran anggaran pendidikan yang sangat besar di-
juga memiliki jiwa sosial yang baik. Munculnya ga- sertai berbagai program terobosan sepertinya belum
gasan program pendidikan nilai-nila relegius dalam mampu memecahkan persoalan mendasar dalam
dunia pendidikan di Indonesia, bisa dimaklumi, se- dunia pendidikan, yakni bagaimana mencetak alum-
bab selama ini dirasakan, proses pendidikan ternyata ni pendidikan yang unggul, yang beriman, bertaqwa,
belum berhasil membangun manusia Indonesia yang profesional, dan berkarakter.
berkarakter. Bahkan, banyak yang menyebut, pen- Berbicara mengenai nilai-nilai relegius, pembe-
didikan telah gagal membangun karakter. Banyak lajaran Pendidikan Agama Islam harus memberikan
lulusan sekolah dan sarjana yang piawai dalam men- dampak signifikan untuk membentuk karakter religius
jawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya dan sikap peduli sosial, karena langkah ini merupakan
lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji. Bah- upaya memperbaiki moral melalui pendidikan. Menu-

210 al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022


Internalisasi Nilai-Nilai Religius pada Siswa Kelas V SDN Rantau Jaya

rut Doni Koesoma disebutkan bahwa tujuan pendidi- satunya yaitu nilai religius. Dari segi etimologis nilai
kan adalah: “Pendidikan semestinya diletakkan dalam adalah harga, derajat. Sedangkan dari segi termi-
kerangka dinamis dialektis, berupa tanggapan indi- nologis nilai merupakan mutu empirik yang kadang-
vidu terhadap sosial dan kultural yang melingkupinya, kadang sulit atau tidak bisa didefinisikan. Jadi nilai
untuk dapat menempatkan dirinya menjadi sempurna merupakan dasar yang dapat mempengaruhi manu-
sehingga potensi-potensi yang ada di dalam dirinya sia dalam memilih dan melakukan segala sesuatu atau
berkembang secara penuh yang membuatnya se- tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan keper-
makin menjadi manusiawi”. cayaan dan keyakinannya.
Warga negara yang demokratis, berbudi pekerti Nilai religius pun terdapat didalam pancasila ter-
luhur, bertanggung jawab atas kesejahteraan bang- letak pada sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan
sa, berakhlak mulia, memiliki moral demokratis, se- Yang Maha Esa”. Yang tertanam dalam sila pertama
bagaimana dicantumkan dalam UU Pemerintahan ini yaitu Tuhan Yang Maha Esa bukan berarti Tuhan
Indonesia No 12 tahun 1945 pasal 3 dan 4, UU No Yang Satu melainkan sifat-sifat luhurnya atau ke-
2 tahun 1989, UU No 20 tahun 2003, belum dapat mulaian Tuhan lah yang mutlak harus ada. Hal ini
diwujudkan sebagaimana diharapkan. Krisis akhlak terkait dengan keanekaragaman agama yang ada di
tersebut mengindikasikan tentang kualitas pendidikan Indonesia ini lah yang membuat negara Indonesia
agamanya yang seharusnya memberi nilai spiritual sendiri memberikan kebebasan kepada rakyatnya un-
namun justru tidak memiliki kekuatan karena kurang- tuk memilih agamanya masing-masing sesuai dengan
nya kesadaran dalam beragama. Agama merupakan keyakinannya.
sumber dari nilai religius dan mempunyai keterkaitan Untuk membentuk manusia yang agamis dan
yang sangat erat untuk masuk kedalam jiwa seseorang. mempunyai nilai-nilai religius dalam dirinya diper-
Dalam membentuk tingkah laku ataupun prilaku ses- lukan pendidikan yang terarah. Chairul Anwar da-
eorang dimana mampu membedakan dan dapat pula lam bukunya mengatakan “Pendidikan yang terarah
menentukan baik buruknya sesuatu itu pun nilai re- merupakan pendidikan yang berbasis pada prinsip-
ligius lah yang dijadikannya pedoman. Oleh karena prinsip hakikat fitrah manusia dalam pendidikan.
itu dengan nilai religius ini dapat membentuk seorang Artinya, pendidikan terarah adalah pendidikan yang
insan mempunyai pribadi yang baik secara perilaku. bisa membentuk manusia secara utuh, baik dari sisi
Manusia pada dasarnya dilahirkan dengan fitrah- dimensi jasmani (materi) maupun dari sisi mental/ in-
nya masing-masing dan memiliki potensi untuk men- materi (ruhani, akal, rasa dan hati)”
jadi manusia yang agamis. Untuk itu perlu adanya Pendidikan agama itu sendiri yang diajarkan di
proses yang panjang dan terus menerus dalam ke- sekolah yakni bertujuan untuk membentuk kepriba-
hidupannya guna membentuk nilai-nilai relegius yang dian anak sesuai dengan syari’at Islam. Maka seorang
baik. Manusia yang relegius sangat diperlukan bagi pendidik khususnya guru pendidikan Agama Islam
bangsa Indonesia ini untuk mewujudkan kehidupan hendaknya menyadari bahwa pembelajaran pendidi-
aman dan sejahtera. Karena maju mundurnya suatu kan Agama Islam itu tidaklah hanya sebatas hafal dal-
bangsa dipengaruhi oleh akhlak manusia itu sendiri. il-dalil, hukum-hukum agama dan pengetahuan yang
Dalam pendidikan terdapat beberapa nilai, salah disampaikan kepada peserta didik, namun jauh lebih
luas dari pada itu yakni pembinaan sikap, mental dan

1
A. Suradi, “Penanaman Religiusitas Keislaman Berorientasi Pada Pen-
didikan Multikultural Di Sekolah”, Jurnal Pendidikan Agama Islam (Jour-
nal of Islamic Education Studies), Vol. 6, no. 1, June 2018, pp. 25-43,
5
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, (Bandung: Re-
doi:10.15642/jpai.2018.6.1.25-43. fika Aditama, 2006), h, 69.
2
Hakam, K.A. Dimensi-dimensi Praktek Pendidikan Karakter (Cet.I;
6
Suradi, A. Konsepsi Pendidikan Agama Islam dalam Menyikapi Moder-
Bandung : Widya Aksara Press 2012). h. 134 nitas. Dirasat: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 1, Juni
3
Prayitno dan Belferik Manulang, Pendidikan Karakter dalam Pemban- 2018, Hal. 57-70. http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/dirasat/article/
gunan Bangsa, (Jakarta: PT Grasindo, 2011), h. 2 viewFile/1197/790
4
JS Badudu, Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
7
Chairul Anwar, Hakikat Manusia dalam Pendidikan;Sebuah Tinjauan
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004), h, 944 Filosofis, (Yogyakarta: SUKA-Press, 2014), h, 6.

al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022 211


Imam Tohari

akhlak lah yang perlu ditekankan dalam pembelajaran Jaya Kec. Karang Jaya Kabupaten Musi Ra-
tersebut. was Utara?
SDN Rantau Jaya Kec. Karang Jaya Kabupaten 3. Bagaimana hasil implementasi nilai-nilai
Musi Rawas Utara ini merupakan salah satu lembaga relegius melalui pendidikan agama Islam
pendidikan formal yang bernuansa Islami dan dapat pada siswa Kelas V SDN Rantau Jaya Kec.
menciptakan peserta didik mempunyai kepribadian Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas Utara?
yang baik dan lekat dengan pemahaman akan agama.
Namun kenyataannya peserta didik yang ditemui Landasan Teori
penulis tidak menunjukkan sikap yang sopan santun, Internalisasi Nilai
jangankan bersalaman dan mengucapkan salam pun Secara etimologis, internalisasi menunjukkan suatu
tidak dilakukan. proses. Dalam kaidah bahasa Indonesia akhiran -isasi
Padahal visi yang dimiliki SDN Rantau Jaya Kec. mempunyai definisi proses. Sehingga internalisasi da-
Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas Utara yaitu ung- pat didefinisikan sebagai suatu proses. Dalam kamus
gul dalam kegiatan keagamaan, kemudian dijabarkan besar bahasa Indonesia internalisasi diartikan seba-
dalam misi sekolah yaitu mengiatkan penghayatan gai penghayatan, pendalaman, penguasaan secara
dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam. Visi mendalam yang berlangsung melalui binaan, bimbin-
misi tersebut bertujuan untuk menjadikan peserta gan dan sebagainya.
didik yang lekat akan ajaran agama Islam dan menga- Internalisasi nilai dalam karya Rahmat Mulyana
malkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembiasaan- didefinisikan sebagai menyatunya nilai dalam diri sese-
pembiasaan yang dilakukan di sekolah ini terkait den- orang atau dalam bahasa psikologi merupakan penye-
gan nilai-nilai religius yang terkandung dalam ajaran suaian keyakinan, nilai, sikap, perilaku baku pada diri
agama Islam itu sendiri yaitu salah satunya mengop- seseorang. Ada pula yang menyatakan bahwasanya
timalkannya peningkatan mutu pendidikan peserta internalisasi nilai adalah proses menjadikan nilai se-
didik dan perkembangan kepribadian peserta didik bagai bagian dari diri seseorang. Selanjutanya proses
baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun cara ber- tersebut tercipta dari pengertian yang sesungguhnya,
prilaku. Dan juga dilengkapi dengan tata tertib yang yaitu terciptanya suasana lingkungan dan interaksi be-
dibuat untuk seluruh warga sekolah dengan sangsi- lajar mengajar yang memungkinkan terjadinya proses
sangsi bagi pelanggarnya guna meningkatkan kedisi- sosialiasi dan internalisasi nilai-nilai.
plinan. Pada dasarnya internalisasi telah ada sejak ma-
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti akan nusia lahir. Internalisasi muncul melalui komunikasi
menggali lebih dalam mengenai pembentukan nilai- yang terjadi dalam bentuk sosialisasi dan pendidikan.
nilai religius dalam lembaga pendidikan tesebut yang Hal terpenting dalam menjalankan proses internalisasi
terimplementasikan dalam sikap dan prilaku sehari- adalah nilai-nilai yang harus ditanamkan. Setelah ma-
hari baik dilingkungan sekolah maupun dalam proses nusia mengerti tentang nilai-nilai, maka akan dibentuk
pembelajaran pendidikan agama Islam. menjadi sebuah kepribadian.
Perkembangan internalisasi nilai-nilai terjadi mela-
Rumusan Masalah lui identifikasi dengan orang-orang yang dianggap-
1. Nilai-nilai relegius apa saja yang di inter- nya sebagai model. Bagi siswa usia 6 dan 16 tahun,
nalisasikan pada pembelajaran PAI pada gambaran-ganbaran ideal yang diidentifikasi adalah
siswa kelas V SDN Rantau Jaya Kecamatan
Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas Utara?
2. Bagaimana proses internalisasi pendidikan 8
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2010),
h, 127.
agama Islam dalam membangun nilai-nilai 9
Dep P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2000), h. 336
religius pada siswa kelas V di SDN Rantua 10
Rahmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Al-
fabeta, 2004), h. 21

212 al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022


Internalisasi Nilai-Nilai Religius pada Siswa Kelas V SDN Rantau Jaya

orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman, personal yang sedikit banyak merupakan misteri bagi
orang-orang terkenal, dan hal-hal yang ideal yang orang lain karena menapaskan intimitas jiwa, cita rasa
diciptakan sendiri. Bagi para ahli psikoanalisis perkem- yang mencakup totalitas ke dalam pribadi manusia,
bangan moral dipandang sebagai proses internalisasi dan bukan pada aspek yang bersifat formal. Namun
norma-norma masyarakat dan dipandang sebagai demikian, keberagaman sesungguhnya merupakan
kematangan dari sudut organik biologis. Menurut manifestasi lebih mendalam atas agama. Jadi religius
psikoanalisis moral dan nilai menyatu dalam konsep adalah penghayatan dan implementasi ajaran agama
superego, superego dibentuk melalui jalan internalisa- dalam kehidupan sehari-hari.
si larangan-larangan atau perintah-perintah yang da- Nurcholis Madjid mengatakan dalam Ngainun
tang dari luar (khususnya dari orang tua) sedemikian Naim menjelaskan “bahwasanya agama tidaklah han-
rupa sehingga terpencar dari dalam diri sendiri. ya sekedar kepercayaan kepada Tuhan yang kita yakini
Untuk mewujudkan proses transformasi dan inter- bahwa hal itu benar, tidak pula sekedar melaksanakan
nalisasi tersebut, banyak cara yang dapat dilakukan, ibadah-ibadah dan kewajiban lainnya yang telah dia-
antara lain dengan cara melaui pergaulan, melalui tur dalam agama itu sendiri. Agama merupakan tolak
pemberian suri tauladan, melalui pembiasaan, melalui ukur manusia agar menjadikan dirinya sebagai ma-
ceramah agama, melalui diskusi dan tanya jawab. nusia yang berakhlak, dan semua yang dilakukan da-
lam hidupnya semata-mata untuk mendapatkan ridha
Nilai-Nilai Religius dari Allah SWT. Jadi, agama dapat dikatakan bahwa
1. Pengertian Nilai-Nilai Religius dengan keyakinan atau iman kepada Allah SWT yang
Kata dasar dari religius adalah religi yang berasal telah ditanamkan dihati, maka dapat mempengar-
dari bahasa asing religion sebagai bentuk dari kata uhi manusia dalam membentuk pribadi yang baik
benda yang berarti agama atau kepercayaan akan (akhlakul karimah), serta mempertanggung jawabkan
adanya sesuatu kekuatan kodrati di atas manusia. Se- segala sesuatu yang dilakukannya di hari kemudian.
dangkan religius berasal dari kata religious yang berar- Dalam hal ini, agama yaitu iman kepada Allah SWT
ti sifat religi yang melekat pada diri seseorang. Religius sebagai landasan manusia untuk bertingkah laku dan
sebagai salah satu nilai karakter dideskripsikan oleh membentuk dirinya sebagai pribadi yang berakhlakul
suparlan sebagai sikap dan perilaku yang patuh da- karimah dalam kehidupan sehari-harinya”.
lam melaksanakan ajaran agama yang dianut, toleran Penjelasan di atas merupakan sebuah pemahaman
terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup yang berarti nilai religius merupakan nilai yang sangat
rukun dengan pemeluk agama lain. Karakter religius penting bagi manusia dalam pembentukan karakter.
ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi Terdapat banyak pendapat yang mengatakan antara
perubahan zaman dan degredasi moral, dalam hal ini religius dan agama itu sama. Namun disisi lain da-
siswa diharapkan mampu memiliki dan berperilaku lam pendapat umum menyatakan bahwa religius dan
dengan ukuran baik dan buruk yang didasarkan pada agama itu tidak sama.
ketentuan dan ketetapan agama.
Kata religius memang tidak selalu identik dengan 2. Macam-Macam Nilai-Nilai religius
kata agama. Kata religius lebih tepat diterjemahkan Menurut Zayadi dalam Abdul Majid dan Andayani
sebagai keberagaman. Keberagaman lebih melihat bahwa sumber nilai yang berlaku dalam kehidupan
aspek yang di dalam lubuk hati nurani pribadi, sikap manusia digolongkan menjadi dua macam yaitu: a)

11
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, 14
Elearning Pendidikan, 2011, membangun karakter religius pada siswa.
(Jakata: Balai Pustaka, 2003), h. 128 http://www. Elearningpendidikan.com. Diakses 25 Oktober 2020
12
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: 15
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: …h. 288
Rineka Cipta, 2008), h. 174-175 16
Ngainun Naim, Character Building Optimalisasi Peran Pendidikan Da-
13
Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), lam Pengembangan Ilmu Dan Pembentukan Karakter Bangsa, (Jogjakarta :
h. 155. Arruz Media, 2012), h. 124

al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022 213


Imam Tohari

Nilai Ilahiyah, adalah nilai yang berhubungan dengan tidak sombong tetap rendah hati. 11) Qawamiyah,
ketuhanan atau hablu minallah, dimana inti dari ketu- yaitu sikap tidak boros. 12) al-munfikum, yaitu sikap
hanan adalah keagamaan. Kegiatan menanamkan kaum beriman yang memiliki kesediaan yang besar
nilai keagamaan menjadi inti kegiatan pendidikan. menolong sesama manusia.
Nilai-nilai yang paling mendasar adalah: 1) iman,
yaitu sikap batin yang penuh kepercayaan kepada Al- Pendidikan Agama Islam
lah. 2) Islam, yaitu sebagai dari kelanjutan dari iman, 1. Pengertian Pendidikan Islam
maka sikap pasrah kepada-Nya dengan menyakini Pendidikan Islam adalah proses pewarisan dan
bahwa apapun yang datang dari Allah mengandung pengembangan budaya manusia yang bersumber dan
hikmah kebaikan dan pasrah kepada Allah. 3) ihsan, berpedoman ajaran Islam sebagai mana termaksuk
yaitu kesadaran yang sedalam-dalamnya bahwa Al- dalam Al-Qur’an dan terjabar dalam Sunnah Rasul.
lah senantiasa atau berada bersama kita dimanapun Dan bermula sejak Nabi Muhammad SAW menyam-
kita berada. 4) taqwa, yaitu sikap menjalankan per- paikan (membudayakan ajaran tersebut kepada da-
intah dan menjauhi larangan Allah. 5) ikhlas yaitu lam budaya) umatnya.
sikap murni dalam tingkah laku dan perbuatan tanpa Pendidikan di dalam Islam adalah berorientasi
pamrih, semata- mata mengharap ridho dari Allah. pada pembentukan iman yang kuat, ilmu yang luas,
6) tawakal, yaitu sikap yang senantiasa bersandar ke- serta kemampuan beramal saleh dalam arti amal yang
pada Allah dengan penuh harapan kepada Allah. 7) benar dan yang diridhai oleh Allah SWT, atau dengan
syukur, yaitu yaitu sikap dengan penuh rasa terima perkataan lain bahwa pendidikan harus berorientasi
kasih dan penghargaan atas ni’mat dan karunia yang pada tercapainya kemulian dan keridhaan dari Al-
telah diberikan oleh Allah. 8) sabar, yaitu sikap batin lah SWT. Demi tercapainya tujuan tersebut, manusia
yang tumbuh karena kesadaran akan asal dan tujuan mempunyai kewajiban untuk mengembangkan selu-
hidup yaitu Allah, b) Nilai Insaniyah, adalah nilai yang ruh potensi yang ada pada dirinya. Potensi yang di-
berhubungan dengan sesama manusia atau hablul mi- maksud mencakup kawasan (domain) yang meliputi
nanas yang berisi budi pekerti. Seperti 1) silaturahim, pengertian rasa, perasaan, hati, pengembangan akal
yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manu- atau daya pikir, serta kemampuan beramal atau ke-
sia. 2) al-ukhuwah, yaitu semangat persaudaraan. mampuan fisik yang seringkali disingkat dengan istilah
3) al-musawah, yaitu pandangan bahwa harkat dan pikir, dzikir, dan fi’il.
martabat semua manusia adalah sama. 4) al-adalah,
yaitu wawasan yang seimbang. 5) husnu dzan, yaitu 2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
berbaik sangka kepada sesame. 6) Tawadlu, sikap Landasan dasar Pendidikan Islam utamanya terdiri
rendah hati. 7) al-wafa, tepat janji. 8) insyirah, yaitu atas empat macam, yaitu:
lapang dada. 9) amanah, yaitu bisa dipercaya. 10) if- a. Al-Qur’an
fah atau ta’afuf, yaitu sikap penuh harga diri, tetapi b. As-Sunnah
c. Ijtihad

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam


17
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan karakter Perspektif Islam,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 93-98 Pada dasarnya tujuan pendidikan Islam sejalan
18
Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara,
2015), h. 12 dengan tujuan misi Islam itu sendiri, yaitu mempert-
19
Muhammad Muntahibun Nafis. Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Teras, 2011), h. 60
20
Ramayulis, Pendidikan Agama Islam, …,h. 22-23
21
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam …., h 11-12.
22
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Karakter Perspektif Is- 25
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan (Educational Psychology),
lam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 98. (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 325.
23
Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Qur’an, (Bandung: 26
Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran, h. 53-54.
Alfabeta, 2009), h. 157-160. 27
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, …h. 62
24
Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Ja- 28
Agus Suyanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet.
karta: Rajawali Pers, 2013), h. 50. 10, h. 75.

214 al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022


Internalisasi Nilai-Nilai Religius pada Siswa Kelas V SDN Rantau Jaya

inggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai tingkat akhlak Rasul-Nya.


al-karimah. Selain itu, ada dua sasaran pokok yang Kurikulum PAI juga memiliki beberapa fungsi, di-
akan dicapai oleh pendidikan Islam tadi, kebahagian antaranya adalah sebagai berikut:
dunia dan kesejahteraan akhirat, memuat dua sisi a. Bagi sekolah/madrasah yang bersangkutan :
penting. Dan ini dibandingkan pendidikan lain secara 1. Sebagai alat untuk mencapai tujuan PAI
umum. Istilah tujuan atau sasaran atau maksud dalam yang diinginkan atau dalam istilah KBK
bahasa arab dinyatakan dengan ghayat, ahdaf, dan disebut standar kompetensi PAI, meliputi
maqashid. Sedangkan dalam bahasa inggris dinya- fungsi dan tujuan pendidikan nasional,
takan dengan goal, purpose atau objective atau aim. kompetensi lintas kurikulum, kompetensi
Secara umum istilah-istilah tersebut mengandung tamatan/lulusan, kompetensi bahan kajian
pengertian yang sama, yaitu perbuatan yang diarah- PAI, kompetensi mata pelajaran PAI (TK,
kan kepada suatu tujuan tertentu, atau arahan, mak- SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA), kompetensi
sud yang hendak dicapai melalui upaya atau aktifitas. mata pelajaran kelas (Kelas I-XII);
Dapatlah dipahami bahwa tujuan pendidikan Islam 2. Pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan
adalah sama dengan tujuan manusia diciptakan yakni PAI di sekolah/madrasah.
untuk berbakti kepada Allah sebenar-benarnya bakti b. Bagi sekolah/madrasah di atasnya :
atau dengan kata lain untuk membentuk manusia ber- 1. Melakukan penyesuaian
taqwa yang berbudi luhur serta memahami, meyakini 2. Menghindari keterulangan materi sehingga
dan mengamalkan ajaran-ajaran Agama yang menu- boros waktu
rut istilah Marimba disebut terbentuknya kepribadian 3. Menjaga kesinambungan
Muslim. c. Bagi masyarakat:
1. Masyarakat sebagai pengguna lulusan (us-
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ers), sehingga sekolah/madrasah harus
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidi- mengetahui hal-hal yang menjadi kebutu-
kan Agama Islam meliputi lima unsur pokok, yaitu: Al- han masyarakat dalam konteks pengem-
Qur’an, Aqidah, Syari’ah, Akhlak, dan Tarikh. Adapun bangan PAI;
pada tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan 2. Adanya kerjasama yang harmonis dalam
kepada empat unsur pokok yaitu: Keimanan, Ibadah, hal pembenahan dan pengembangan kuri-
Al-Qur’an. sedangkan pada Sekolah Lenjut Tingkat kulum PAI.
Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)
disamping keempat unsur pokok di atas maka unsur Direktorat Pendidikan Agama Islam Ditjen Pen-
pokok syari’ah semakin dikembangkan. Unsur pokok didikan Islam Kementerian Agama RI saat ini telah
Tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan memberlakukan Kurikulum terbaru yakni Kurikulum
pendidikan. 2013 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Ala-
san penting adanya kebijakan perubahan kurikulum
5. Kurikulum Pendidikan Agama Islam menurut pemerintah tersebut adalah dalam rangka
Karakteristik kurikulum pendidikan Islam adalah peningkatan mutu pendidikan nasional melalui pen-
pencerminan nilai-nilai Islami yang dihasilkan dari pe- ingkatan mutu lulusan dalam menyongsong tantan-
mikiran kefilsafatan dan termanifestasi dalam seluruh gan abad ke-21, dengan membekali peserta didik
aktivitas dan kegiatan pendidikan dalam prakteknya. untuk berfikir kreatif, inovatif, kritis, mandiri, bertang-
Dalam hal ini yang harus dipahami bahwa karakter- gung jawab dan berkarakter kuat, serta dapat me-
istik kurikulum pendidikan Islam senantiasa memi- manfaatkan kemajuan informasi dan teknologi dalam
liki keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan dengan pengembangan dirinya. Pengembangan Kurikulum
prinsip-prinsip yang telah diletakkan Allah SWT dan 2013 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti juga

al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022 215


Imam Tohari

dilatar belakangi perlunya merumuskan kurikulum Jaya Agar lebih mudah untuk dipahami, nilai-nilai
berbasis proses pembelajaran yang mengedepankan agama Islam yang telah diinternalisasikan di SDN
pengalaman personal peserta didik melalui proses Rantau Jaya tersebut.
yang menggunakan pendekatan scientitif yang meli- Nilai-nilai relegius yang diinternalisasikan di seko-
puti tahapan mengamati, menannya, menalar, men- lah SDN Rantau Jaya mempunyai relevansi dengan
coba (observation based learning) dan mengasosiasi- teori yang dikemukakan oleh Zayadi, bahwa sumber
kan untuk meningkatkan kreatifitasnya. nilai yang berlaku dalam pranata kehidupan manu-
sia dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu
Metode Penelitian nilai-nilai ilahiyah dan nilai-nilai insaniyah. Menurut
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif Zayadi “Nilai-nilai ilahiyah yang menjadi nilai-nilai
yang bersifat deskriptif yang diadakan di SDN Rantau keagamaan mendasar dalam pendidikan yaitu iman,
Jaya Kecamatan Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas Islam, ihsan, taqwa, ikhlas, tawakkal, syukur, dan
Utara, dengan subjek penelitian, yaitu Kepala Seko- sabar. Sedangkan nilai-nilai insaniyah yang menjadi
lah, Guru agama dan Siswa Kelas V. Untuk mendap- nilai-nilai keagamaan mendasar dalam pendidikan
atkan data dalam penelitian ini penulis mengunakan yaitu silaturahim, Al-Ukhuwwah, Al-Musawah, Al-
obervasi, wawancara, dan dokumentasi, setelah data ‘Adalah, Husnudzan, At-Tawadhu’, Al-Wafa, Insyirah,
didapat kemudian dilakukan pemeriksaan keabsa- Al-Amanah, Iffah atau ta’affuf, Qawamiyah, dan Al-
han data dengan cara triangulasi sumber, triangulasi Munfiqun”. Diantara nilai-nilai ilahiyah yang relevan
metdoe, dan triangulasi waktu, setelah itu dilakukan dengan nilai-nilai keagamaan mendasar dalam pen-
analisis dengan mengunakan analisis interaktif, den- didikan yang telah dikemukakan oleh Zayadi dan juga
gan cara reduksi data, penyajian data dan vertifica- diinternalisasikan di SDN Rantau Jaya tersebut yaitu
tion (penarikan kesimpulan). nilai ketaqwaan. Sedangkan nilai-nilai insaniyah yang
relevan yaitu sopan santun (At-Tawadhu’), kepedulian
Hasil Penelitian dan Pembahasan (Al-Munfiqun), toleransi dan kerukunan, tenggang
Nilai-nilai relegius yang di internalisasikan pada rasa, dan kedisiplinan. Selain nilai-nilai ilahiyah dan
pembelajaran PAI di SDN Rantau Jaya insaniyah yang diinternalisasikan, terdapat juga nilai
Terdapat enam nilai-nilai agama Islam yang diin- akhlak terhadap lingkungan, yakni nilai kebersihan.
ternalisasikan di SDN Rantau Jaya, diantara nilai-nilai Kemudian nilai-nilai relegius yang diinternalisasi-
yang tergolong dalam nilai-nilai ilahiyah yaitu nilai kan tersebut juga mempunyai relevansi dengan nilai-
ketaqwaan dalam beribadah kepada Allah SWT, ke- nilai agama Islam yang tercantum dalam Kompetensi
mudian nilai-nilai yang tergolong nilai-nilai insaniyah Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran
yaitu nilai sopan santun siswa terhadap guru, toleransi PAI pada Kurikulum 2013, serta Standar Kompetensi
dan kerukunan antar warga sekolah baik guru dan (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran PAI
siswa, kedisiplinan dalam hal berpakaian dan waktu, pada Kurikulum KTSP di dua sekolah tersebut. Untuk
kepedulian terhadap sesama warga sekolah dan warga lebih memahami hubungan antara nilai-nilai agama
masyarakat yang membutuhkan, sedangkan nilai-nilai Islam yang tercantum dalam KI-KD mata pelajaran
yang tergolong nilai-nilai akhlak terhadap lingkungan PAI pada Kurikulum 2013 dan SK-KD mata pelajaran
yaitu nilai kebersihan dalam hal menjaga kelestarian PAI pada Kurikulum KTSP dengan nilai-nilai agama
lingkungan sekolah. Islam yang diinternalisasikan di SDN Rantau Jaya.
Diantara nilai-nilai agama Islam yang telah diinter- Selain itu, menurut teorinya Spranger dimana nilai
nalisasikan di SDN Rantau Jaya tersebut bersumber yang sering dijadikan rujukan oleh manusia dalam
dari Al-Quran dan Hadits. Kemudian diperkuat dan kehidupannya yakni nilai teoretik, nilai ekonomis,
dijabarkan dalam regulasi pemerintah terkait tujuan nilai estetik, nilai sosial, nilai politik, dan nilai agama.
pendidikan nasional, misi dan tujuan SDN Rantau Diantara nilai-nilai agama Islam yang diinternalisasi-

216 al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022


Internalisasi Nilai-Nilai Religius pada Siswa Kelas V SDN Rantau Jaya

kan di SDN Rantau Jaya tersebut juga mempunyai kan oleh figur teladan tersebut.
relevansi dengan teorinya Spranger. Nilai-nilai agama Diantara wujud keteladanan yang dilakukan oleh
Islam yang diinternalisasikan di sekolah tersebut da- guru PAI di SDN Rantau Jaya dalam menginternal-
pat diklasifikasikan dalam dua orientasi nilai yaitu isasikan nilai-nilai relegius seperti nilai ketaqwaan, ke-
nilai sosial dan nilai agama. Nilai agama disini yakni disiplinan, menghargai karya orang lain yakni sebagai
berupa nilai-nilai ilahiyah yaitu nilai ketaqwaan, ke- berikut:
mudian nilai-nilai insaniyah yaitu nilai sopan santun, 1) Kedisiplinan datang tepat waktu ketika masuk
toleransi dan kerukunan, tenggang rasa, kedisiplinan, kelas
dan kepedulian, serta nilai yang berkaitan dengan 2) Menghargai tugas siswa
hubungan manusia terhadap lingkungan yaitu nilai 3) Kebiasaan mengikuti shalat dhuha
kebersihan. Sedangkan nilai social yakni nilai insani- 4) Memberikan motivasi kepada peserta didik.
yah yang diinternalisasikan yaitu nilai sopan santun,
toleransi dan kerukunan, tenggang rasa, kedisiplinan, Kemudian diantara keteladanan yang dilakukan
kepedulian. oleh guru PAI tersebut dalam menginternalisasikan
Jadi, nilai-nilai relegius yang diinternalisasikan nilai-nilai relegius yakni kedisiplinan datang tepat
di SDN RAntau Jaya tersebut mempunyai relevansi waktu ketika datang ke sekolah dan ketika masuk
dan keterkaitan dengan nilai-nilai keagamaan yang kelas, menghargai tugas siswa, kebiasaan mengikuti
mendasar dalam pendidikan, baik nilai-nilai ilahiyah shalat dhuha, memberikan motivasi kepada peserta
maupun nilai-nilai insaniyah yang telah dikemukakan didik, serta kerja sama dan gotong royong. Selain itu
oleh Zayadi, selain itu juga mempunyai relevansi den- juga, dengan adanya keteladanan yang baik dari figur
gan nilai-nilai akhlak terhadap lingkungan. Kemudian tersebut diharapkan dapat membuat siswa termotivasi
nilai-nilai relegius yang diinternalisasikan tersebut untuk mencontoh dan menerapkannya dalam kehidu-
juga mempunyai relevansi dengan teori nilai menurut pan sehari-hari mereka.
Spranger dan juga mempunyai relevansi dengan nilai- Secara teoritis, menurut Syahidin terdapat dua ben-
nilai agama Islam yang tercantum dalam Kompetensi tuk metode keteladanan, yaitu: “yang disengaja dan
Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran dipolakan sehingga sasaran dan perubahan perilaku
PAI pada Kurikulum 2013 dan Standar Kompetensi dan pemikiran anak sudah direncanakan dan ditarget-
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran PAI kan, dan ada bentuk yang tidak disengaja dan tidak
pada Kurikulum KTSP. dipolakan. Bentuk pengaruh keteladanan yang tidak
disengaja yakni pendidik tampil sebagai figur yang da-
Proses internalisasi pendidikan agama Islam da- pat memberikan contoh-contoh yang baik dalam ke-
lam membangun nilai-nilai religius pada siswa hidupannya sehari-hari. Bentuk pendidikan semacam
kelas V di SDN Rantua Jaya ini keberhasilannya banyak tergantung pada kualitas
Dalam menginternalisasikan nilai-nilai relegius yaitu kesungguhan realisasi karakteristik pendidik yang dite-
guru mata pelajaran PAI karena guru PAI menjadi figur ladani, seperti kualitas keilmuannya, kepemimpinan-
teladan dikarenakan kewibawaan dan konsistensinya nya, keikhlasannya, dan lain sebagainya. Sedangkan
dalam menunjukkan sikap teladan yang baik dalam bentuk pengaruh keteladanan yang disengaja yaitu
menginternalisasikan nilai agama Islam tertentu pada sang pendidik sengaja memberikan contoh yang baik
peserta didik. Sehingga dari kewibawaan dan kon- kepada para peserta didiknya supaya dapat meniru-
sistensinya tersebut, mereka dijadikan suatu panutan nya.
untuk ditiru oleh peserta didik. Selain itu mereka juga Dari perspektif landasan teori metode keteladanan
memiliki suatu kepercayaan dan kharisma tertentu, tersebut, maka penerapan metode keteladanan dalam
sehingga peserta didik termotivasi untuk meniru atau menginternalisasikan nilai-nilai relegius yang dilaku-
mencontoh nilai-nilai agama Islam yang sudah dilaku- kan di SDN Rantau Jaya cukup baik sesuai dengan

al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022 217


Imam Tohari

teori menurut Syahidin tersebut. Dimana penerapan PAI tersebut ternyata membuat siswa termotivasi un-
metode keteladanan yang dilakukan oleh guru PAI tuk mencontoh, meniru perilaku yang dilakukan oleh
yakni dengan memberikan teladan melalui kedi- figur teladan yakni guru PAI tersebut dan menerap-
siplinan datang tepat waktu ketika datang ke sekolah kannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
dan ketika masuk kelas, menghargai tugas siswa, kebi- Disamping figure keteladanan bentuk proses in-
asaan mengikuti shalat dhuha, memberikan motivasi ternalisasi nilai-nilai agama Islam pada tahap trans-
kepada peserta didik, serta kerja sama dan gotong formasi nilai yakni dengan pembiasaan melalui pem-
royong. Dimana wujud keteladanan tersebut ada berian pengetahuan tentang nilai-nilai agama Islam
yang tergolong keteladaan yang disengaja dan ada dalam pembelajaran PAI. Kemudian yang merupa-
keteladanan yang tidak sengaja. kan tahap transaksi nilai yakni dengan pembiasaan
Secara teoritis, metode keteladanan yaitu mengacu pembacaan do’a, asmaul husna, shalawat, dan surat
pada teori observational learning (belajar observa- pendek setiap sebelum pembelajaran PAI dimulai
sional atau pengamatan), dimana tokoh utama teori serta hafalan surat-surat tertentu dalam Al-Quran,
ini yaitu Albert Bandura. Pembelajaran observasional pembiasaan mengucapkan salam, senyum, sapa dan
adalah pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang bersalaman ketika bertemu dengan guru, pembiasaan
mengamati atau meniru perilaku orang lain. obser- dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan
vasional (observational learning) adalah pembelaja- yang ada di sekolah, pembiasaan menjenguk dan
ran yang meliputi perolehan keterampilan, strategi, mendoakan ketika ada orang yang sakit atau melak-
dan keyakinan dengan cara mengamati orang lain. sanakan takziah ketika ada orang yang meninggal,
Pembelajaran observasional melibatkan imitasi, tetapi pembiasaan disiplin dalam berseragam dan masuk
tidak terbatas pada itu saja. Apa yang dipelajari bi- sekolah serta pembiasaan piket membersihkan kelas.
asanya bukan merupakan tiruan yang persis sama Kemudian dari pembiasaan-pembiasaan diatas yang
dari apa yang dicontohkan, tetapi lebih merupakan merupakan tahap transinternalisasi nilai yakni respons
sebuah bentuk umum atau strategi yang sering kali siswa terkait pembiasaan-pembiasaan tersebut belum
diterapkan oleh pengamat dalam cara-cara kreatif. mencapai pada fase karakteristik nilai (characteriza-
Pembelajaran Menurut Bandura, pembelajaran tion by a value or value complex), akan tetapi masih
observasional lebih kompleks ketimbang peniruan sampai pada fase menanggapi (responding) dan fase
(imitasi) sederhana, yang biasanya hanya berupa me- memberi nilai (valuing).
niru tindakan orang lain. Pembelajaran observasional Dimana dari pembiasaan tersebut ada beberapa
menurut Bandura mungkin menggunakan peniruan pembiasaan yang siswa hanya merespons dan melak-
(imitasi) atau mungkin juga tidak. Apa yang Anda sanakan nilai-nilai yang ia terima saja dan sampai ke
pelajari, kata Bandura adalah informasi yang diproses tahap memiliki kepuasan untuk merespons nilai terse-
secara kognitif dan Anda bertindak berdasarkan infor- but, danada pula beberapa pembiasaan yang siswa
masi ini demi kebaikan Anda sendiri. Analisis Albert sudah mampu memberikan makna baru terhadap
Bandura tentang pembelajaran observasional meli- nilai-nilai yang muncul dengan kriteria nilai-nilai yang
batkan empat fase yaitu fase perhatian, fase pengin- diyakini kebenarannya.
gatan, fase pembentukan perilaku, dan fase motivasi. Hasil internalisasi nilai-nilai relegius melalui pen-
Dari perspektif teori metode keteladanan tersebut, didikan agama Islam
maka penerapan metode keteladanan dalam mengin- Berdasarkan hasil penelitian tentang internalisasi
ternalisasikan nilai-nilai relegius yang dilakukan di nilai-nilai religius melalui pendidikan agama Islam
SDN Rantau Jaya di atas cukup sesuai dengan teori pada siswa kelas V SDN Rantau Jaya Kecamatan
observational learning (belajar observasional atau Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas Utara terfokus
pengamatan) menurut Albert Bandura. Selain itu pada pengembangan sikap siswa dan kebiasaan yang
dengan adanya keteladanan yang diberikan oleh guru dilakukan siswa serta keteladanan dan pembiasaan

218 al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022


Internalisasi Nilai-Nilai Religius pada Siswa Kelas V SDN Rantau Jaya

yang dimunculkan oleh guru dan beragam kegiatan bentuk pandangan yang visioner.
yang menunjang. Dengan demikian Berdasarkan paparan hasil
Manusia tidak dilahirkan dengan sifat tertentu me- observasi dan wawancara dengan guru PAI bahwa
lainkan dapat dibentuk sepanjang perkembangannya. internalisasi nilai-nilai relegius melalui pendidikan
Dengan demikian pembentukan nilai-nilai relegius agama Islam pada siswa Kelas V SDN Rantau Jaya
tidak dengan sendirinya tetapi berlangsungnya dalam Kec. Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas Utara da-
sebuah interaksi pendidikan agama Islam. Pembentu- pat dikatakan belum maksimal karena alam proses
kan nilai-nilai relegius pada umumnya terjadi melalui internalisasi nilai-nilai agama Islam, pada tahap trans-
kebiasaan dan keteladanan yang didapati oleh peser- formasi nilai, guru terlebih dahulu menginformasikan
ta didik. Dalam hal ini pendidik pertama adalah orang nilai-nilai agama Islam pada peserta didik, kemudian
tua kemudian guru. pada tahap transaksi nilai, guru juga menerapkan
Untuk itu, lingkungan sekolah yang telah dibentuk nilai-nilai yang diajarkan pada peserta didik tersebut
sedemikian rupa dengan segala ketentuan dan pro- dan peserta didik merespons nilai tersebut dengan
gram akan berpengaruh terhadap sikap. Hal ini sesuai menerapkannya. Selanjutnya pada tahap transinter-
dengan penjelasan bahwa nilai-nilai relegius secara nalisasi, siswa merespons kepada guru bukan hanya
umum adalah hubungan antara manusia dengan tu- gerakan atau penampilan fisiknya saja, melainkan
han dan hubungan manusia dengan manusia yang sikap mental dan kepribadiannya. Dari beberapa fase
lain, saling ketergantungan dengan manusia lain da- transinternalisasi nilai di atas, dapat disimpulkan bah-
lam berbagai kehidupan masyarakat. wa keberhasilan internalisasi nilai-nilai agama Islam
Sesuai dengan kurilkulum K-13 siswa dituntut tidak melalui metode keteladanan dan pembiasaan di SDN
hanya cerdas dalam kognitif atau pengetahuan tetapi Rantau Jaya, kondisi siswa kebanyakan tingkatan in-
juga mempunyai akhlak yang mulia. untuk itu dalam ternalisasinya masih sampai pada fase responding
proses pembelajran yang menjadi titik tekan pertama dan valuing saja, belum mencapai pada fase karak-
adalah nilai spriritual, sosial, setelah itu baru penge- teristik nilai atau nilai tersebut sudah menjadi karakter
tahuan. Hal ini juga sesuai dengan nilai religius yang dan mewatak dalam diri peserta didik.
ditanamkan kepada siswa tergolong dari nilai Ilahiyah
dan nilai Insaniyah. Kesimpulan
Berdasarkan paparan tersebut, maka internalisasi Nilai-nilai relegius yang di internalisasikan pada
nilai religius sedikit banyak akan menghasilkan pada pembelajaran PAI pada siswa kelas V SDN Rantau
prilaku siswa. Dalam paparan data sebelumnya un- Jaya Kecamatan Karang Jaya Kabupaten Musi Rawas
tuk menginternalisasikan nilai religius adalah dengan Utara, yaitu nilai ketaqwaan dalam beribadah kepada
keteladanan dan pembiasaan akan membentuk nilai- Allah SWT, nilai insaniyah yakni nilai sopan santun
nilai relegius siswa. Hasilnya adalah keakraban terh- siswa terhadap guru, toleransi dan kerukunan antar
adap teman yang lain. Hal ini terjadi karena kuantitas warga sekolah baik guru dan siswa, tenggang rasa ke-
pertemuan semakin sering dan hubungan interaksi pada sesama warga sekolah, kedisiplinan dalam hal
pun akan terjalin sehingga keakraban semakin dekat. berpakaian dan waktu, kepedulian terhadap sesama
Dengan upaya yang dilakukan oleh SDN Rantau warga sekolah dan warga masyarakat yang membu-
Jaya dalam menginternalisasikan nilai religius akan tuhkan, dan nilai akhlak terhadap lingkungan yakni
menjadi inspirasi dan sekaligus pemandu utama da- nilai kebersihan dalam hal menjaga kelestarian ling-
lam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dengan kungan sekolah.
nilai-nilai agama sekolah dapat membentuk sikap dan Proses internalisasi pendidikan agama Islam da-
kepribadian yang kuat, memompa semangat keil- lam membangun nilai-nilai religius pada siswa kelas
muan dan karya membangun karakter dan pribadi V di SDN Rantua Jaya Kec. Karang Jaya Kabu-
yang sholeh, membangun sikap peduli serta mem- paten Musi Rawas Utara melalui keteladanan dan

al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022 219


Imam Tohari

pembiasaan. Wujud keteladanan yang dilakukan com. Diakses 25 Oktober 2020


guru PAI, seperti kedisiplinan datang tepat waktu Fuad Ihsan, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta:
ketika datang ke sekolah dan ketika masuk kelas, Rineka Cipta, 2011.
menghargai tugas siswa, kebiasaan mengikuti sha- Hakam, K.A. Dimensi-dimensi Praktek Pendidikan
lat shalat dhuha, memberikan motivasi kepada pe- Karakter, Cet.I; Bandung : Widya Aksara Press 2012.
serta didik, serta kerja sama dan gotong royong, John W. Santrock, Psikologi Pendidikan (Edu-
dan wujud pembiasaan yang dilakukan dalam
cational Psychology), Jakarta: Salemba Humanika,
menginternalisasi pendidikan agama Islam dalam
2009.
membangun nilai-nilai religius pada siswa melalui
JS Badudu, Sutan Muhammad Zain, Kamus
pengkondisian pembelajaran di kelas dan di ling-
Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar
kungan sekolah, serta pembiasaan secara insidental
Harapan, 2004.
dan terprogram di luar kelas.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya
Keberhasilan internalisasi nilai-nilai relegius mela-
lui pendidikan agama Islam pada siswa Kelas V SDN Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,

Rantau Jaya Kec. Karang Jaya Kabupaten Musi Ra- Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012
was Utara yaitu kebanyakan tingkatan internalisas- Muhammad Muntahibun Nafis. Ilmu Pendidikan
inya masih sampai pada fase responding dan valuing, Islam, Yogyakarta: Teras, 2011.
belum mencapai pada fase karakteristik nilai, dimana Ngainun Naim, Character Building Optimalisasi
nilai-nilai relegius tersebut belum sampai kepada ta- Peran Pendidikan Dalam Pengembangan Ilmu Dan
hap pemilikan nilai yang menyatu dalam kepribadian Pembentukan Karakter Bangsa, Jogjakarta : Arruz
siswa atau belum sampai pada taraf karakterisasi atau Media, 2012.
mewatak, meskipun ada beberapa yang sudah ter- Prayitno dan Belferik Manulang, Pendidikan Kara-
biasa mengamalkan nilai-nilai relegius tersebut atau kter dalam Pembangunan Bangsa, Jakarta: PT Gras-
sudah menjadi karakter.
indo, 2011.
Rahmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan
Daftar Pustaka
Nilai, Bandung: Alfabeta, 2004.
Abdul Latif, Pendidikan Berbasis Nilai Ke-
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam
masyarakatan, Bandung: Refika Aditama, 2006.
Mulia, 2008.
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan kara-
Soedijarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Rel-
kter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya,
evan dan Bermutu, Jakata: Balai Pustaka, 2003.
2014.
Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Pe-
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Kara-
serta Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
kter Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosda-
Suradi, A. “Penanaman Religiusitas Keislaman
karya, 2011.
Berorientasi Pada Pendidikan Multikultural Di Seko-
Agus Suyanto, Psikologi Umum, Jakarta: Bumi Ak-
lah”. Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Is-
sara, 1995.
lamic Education Studies), Vol. 6, no. 1, June 2018,
Chairul Anwar, Hakikat Manusia dalam
pp. 25-43, doi:10.15642/jpai.2018.6.1.25-43.
Pendidikan;Sebuah Tinjauan Filosofis, Yogyakarta:
Suradi, A. Konsepsi Pendidikan Agama Islam da-
SUKA-Press, 2014.
lam Menyikapi Modernitas. Dirasat: Jurnal Manaje-
Dep P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ja-
men dan Pendidikan Islam, Vol. 4, No. 1, Juni 2018,
karta: Balai Pustaka, 2000
Hal. 57-70. http://www.journal.unipdu.ac.id/index.
Elearning Pendidikan, 2011, membangun karakter
php/dirasat/article/viewFile/1197/790
religius pada siswa. http://www. Elearningpendidikan.
Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam

220 al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022


Internalisasi Nilai-Nilai Religius pada Siswa Kelas V SDN Rantau Jaya

Al-Qur’an, Bandung: Alfabeta, 2009. Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan
Thahroni Taher, Psikologi Pembelajaran Pendidi- Bintang, 2010.
kan Agama Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2013. Zuhairini, dkk, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:
PT Bumi Aksara, 2015.

al-Bahtsu: Vol. 7, No. 2, Desember 2022 221

Anda mungkin juga menyukai