Disusun Oleh:
NAMA : HILMAH
NIM : 1911101061
SAMARINDA
2023
1
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang sangat penting dan tidak akan terlepas dari kehidupan
manusia. Karna dengan pendidikanlah kita mampu memajukan kebudayaan dan
mengangkat derajat bangsa di kancah dunia.1 Selanjutnya, pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mencapai suasana belajar dan proses pembelajaran yang secara
aktif untuk mengembangkan potensi siswa agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
dipentingkan oleh dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara.
Berbicara tentang pendidikan bagi manusia, mungkin tiada habisnya jika kita
bahas satu persatu. Pendidikan sendiri merupakan alat bagi manusia untuk memperoleh
pengetahuan yang kemudian pengetahuan tersebut digunakan untuk membangun
kehidupannya. Dalam artian bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Tidak hanya satu aspek kehidupan akan tetapi seluruh aspek
kehidupan dan kepribadian manusia itu sendiri. Pendidikan sebagai aspek pendukung
dalam semua aspek kehidupan manusia haruslah memiliki kualitas yang memadai. Oleh
karenanya, dalam segala kegiatan penyelenggaraan pendidikan dimanapun haruslah
memiliki tujuan pendidikan itu sendiri. Banyak kemudian kita jumpai bahwa tujuan
pendidikan tidak hanya sekedar mencari ilmu. Akan tetapi juga sebagai pengembangan
potensi individu dan juga sebagai pembentukan karakter, moral maupun akhlak individu
itu sendiri.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dengan tujuan mencerdaskan bangsa. 2 Berdasarkan tujuan pendidikan
nasional tersebut, pendidikan tidak hanya terkait dengan bertambahnya ilmu
pengetahuan, namun harus mencakup aspek sikap dan berperilaku sehingga dapat
menjadikan anak sebagai manusia yang bertakwa, berilmu dan berakhlak mulia.
1
Ainul Karomah, Devy Habibi Muhammad, dan Ari Susandi, “Peranan Guru Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak dalam Menanamkan Nilai Keagamaan pada Siswa MTs Nurul Huda Kareng Lor Kedopo Probolinggo,”
Jurnal Pendidikan 5, no. 2 (2021).
2
Lukman Hakim, “Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai Dengan Amanat Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,” Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial 2, no. 1
(2016).
2
3
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.1.
4
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya: eLKAF, 2006), h.51.
3
ِباْلَبِّيٰن ِت َو الُّز ُبِر ۗ َو َأْنَز ْلَنا ِإَلْيَك الِّذ ْك َر ِلُتَبَنِّي ِللَّنا ِس َم ا ُنِّز َل ِإَلْيِه ْم َو َلَعَّلُه ْم َيَتَف َّك ُر وَن
Terjemahannya :
“(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan
kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Zikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan”. (QS. An-Nahl : 44).5
Ayat diatas mengisyaratkan dan menegaskan lagi akan tugas seorang guru
(pendidik) agar senantiasa tidak henti-hentinnya untuk mengamalkan segala ilmu yang
telah di dapatkannya serta mentransfer segala pengetahuan yang ada kepada semua
peserta didik khususnya, dan pada umumnya kepada seluruh elemen masyarakat.
Menurut M. Uzer Usman, beliau berpendapat bahwa seorang guru yang baik
harus memiliki kepribadian yang luhur, mulia dan bermoral, sehingga bisa menjadi
teladan yang baik bagi siswanya. Keteladanan yang diberikan oleh guru akan berdampak
sangat besar terhadap kepribadian para siswa, karena guru adalah pihak kedua setelah
orang tua dan keluarga yang paling banyak bersama dan berinteraksi dengan siswa,
sehingga sangat berpengaruh bagi perkembangan seorang siswa.6
Sebenarnya tugas dari seorang guru tidak hanya untuk mengajar di depan kelas,
tetapi juga memperbaiki pendidikan aqidah, syari’ah dan akhlak yang diterima oleh
siswa, dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Tugas tersebut
merupakan kewajiban dari seorang guru, karena ajaran Islam membimbing manusia
untuk menanamkan nilai-nilai kegamaan pada anak sejak usia dini agar mereka
terbentengi dari segala pengaruh negatif yang ada. Disini tampak jelas bahwa guru
mempunyai peran yang penting dalam penanaman nilai keagamaan siswa. Terutama guru
5
Al-Qur’an dan Terjemahan (Depok: Al-Huda, 2005), h.273.
6
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2008), h.5.
4
aqidah akhlak karena secara substansial mata pelajaran aqidah akhlak memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai
keagamaan dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Dari sinilah dapat
disimpulkan bahwa peran guru aqidah akhlak dalam penanaman nilai-nilai keagamaan
sangat besar karena guru dituntut bukan hanya mengajarkan teori, tetapi juga praktek
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, diperoleh informasi bahwa MTs Al-
Azhar Samarinda merupakan salah satu madrasah yang terlibat dalam penanaman nilai
keagamaan. Penanaman nilai keagamaan yang dilakukan antara lain pembiasaan
bersalaman pagi, membaca Asma Al-Husna dan tilawah setiap hari selama lima belas
menit sebelum bel pembelajaran berbunyi, pembiasaan sholat dhuha, melaksanakan
sholat dzuhur dan ashar berjamaah setiap hari, selalu menyapa dan mengucap salam
ketika bertemu dengan guru, bimbingan Qiroati, pelaksanaan Ta’lim bulanan, dan
sebagainya.
Dari pemaparan tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Peranan Guru
Akidah Akhlak dalam Menanamkan Nilai Keagamaan pada Siswa Di MTs Al-Azhar
Samarinda”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah proposal
penelitian ini, yaitu: Bagaimanakah Peran Guru Akidah Akhlak dalam Menanamkan
Nilai Keagamaan pada Siswa di MTs Al-Azhar Samarinda?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah tertera di atas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam proposal penelitian ini adalah untuk mengetahui Peranan Guru
Akidah Akhlak dalam Menanamkan Nilai Keagamaan pada Siswa di MTs Al-Azhar
Samarinda.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka digunakan untuk mengemukakan teori-teori yang relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti ataupun bersumber dari penelitian terdahulu yang
mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti sebagai kajian pustaka dan
dimaksudkan untuk menghindari kesamaan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
5
7
Emy Anggrainy Lukman, “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pendidikan Akhlak Siswa di
SMA 6 Samarinda” (Samarinda, Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, 2019).
8
Al Ghofiqi Redhizma, “Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Religius
Peserta didik di MTs At-Tholibin Lampung Utara” (Lampung, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
2022).
6
9
Nursapia Harahap, Penelitian Kualitatif, Cet. I (Medan: Wal ashri Publishing, 2020), h.123.
7
b. Penyajian data
Penyajian data adalah suatu bentuk analisis yang dilakukan dengan menyajikan
data dalam format naratif, dimana peniliti menggambarkan hasil data secara
berurutan dan sistematis dalam bentuk uraian kalimat, bagan, dan hubungan
antar kategori.13 Dengan penyajian data dapat memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi dan merencanakan tindakan lebih lanjut berdasarkan apa yang
dipahami.
c. Penarikan kesimpulan / Verifikasi
Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah proses perumusan makna dari
hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat, padat, dan
mudah dipahami. Dalam hal ini peneliti menarik suatu kesimpulan dengan
memperhatikan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, rumusan masalah,
dan tujuan yang terdapat dalam penelitian ini.
F. Penegasan Istilah
1. Peran Guru
Peran guru yaitu terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan
dan dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan
perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa menjadi tujuannya.14
2. Menanamkan
Menanamkan sama saja dengan penanaman. Penanaman berasal dari kata
“Tanam” yang artinya menaruh, menaburkan (paham, ajaran dan sebagainya).
Sedangkan penanaman itu sendiri berarti proses, atau suatu kegiatan atau cara,
perbuatan menanam(kan).
Jadi yang dimaksud penulis disini, menanamkan adalah suatu cara atau
proses yang memicu suatu tindakan agar apa yang ingin ditanamkan tumbuh dala
diri orang tersebut.
3. Nilai Keagamaan
Nilai keagamaan atau religius adalah nilai-nilai kehidupan yang
mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga
unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku
13
Harahap, Penelitian Kualitatif, h. 70.
14
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet. Ke-26 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.4.
9
15
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h. 69