Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

PERANAN GURU AKIDAH AKHLAK DALAM MENANAMKAN NILAI


KEAGAMAAN PADA SISWA DI MTS AL-AZHAR SAMARINDA

Diajukan untuk seleksi judul di depan dosen penguji

Disusun Oleh:

NAMA : HILMAH

NIM : 1911101061

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS (UINSI)

SAMARINDA

2023
1

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hal yang sangat penting dan tidak akan terlepas dari kehidupan
manusia. Karna dengan pendidikanlah kita mampu memajukan kebudayaan dan
mengangkat derajat bangsa di kancah dunia.1 Selanjutnya, pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mencapai suasana belajar dan proses pembelajaran yang secara
aktif untuk mengembangkan potensi siswa agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
dipentingkan oleh dirinya dan masyarakat, bangsa, dan negara.
Berbicara tentang pendidikan bagi manusia, mungkin tiada habisnya jika kita
bahas satu persatu. Pendidikan sendiri merupakan alat bagi manusia untuk memperoleh
pengetahuan yang kemudian pengetahuan tersebut digunakan untuk membangun
kehidupannya. Dalam artian bahwa pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Tidak hanya satu aspek kehidupan akan tetapi seluruh aspek
kehidupan dan kepribadian manusia itu sendiri. Pendidikan sebagai aspek pendukung
dalam semua aspek kehidupan manusia haruslah memiliki kualitas yang memadai. Oleh
karenanya, dalam segala kegiatan penyelenggaraan pendidikan dimanapun haruslah
memiliki tujuan pendidikan itu sendiri. Banyak kemudian kita jumpai bahwa tujuan
pendidikan tidak hanya sekedar mencari ilmu. Akan tetapi juga sebagai pengembangan
potensi individu dan juga sebagai pembentukan karakter, moral maupun akhlak individu
itu sendiri.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dengan tujuan mencerdaskan bangsa. 2 Berdasarkan tujuan pendidikan
nasional tersebut, pendidikan tidak hanya terkait dengan bertambahnya ilmu
pengetahuan, namun harus mencakup aspek sikap dan berperilaku sehingga dapat
menjadikan anak sebagai manusia yang bertakwa, berilmu dan berakhlak mulia.

1
Ainul Karomah, Devy Habibi Muhammad, dan Ari Susandi, “Peranan Guru Mata Pelajaran Aqidah
Akhlak dalam Menanamkan Nilai Keagamaan pada Siswa MTs Nurul Huda Kareng Lor Kedopo Probolinggo,”
Jurnal Pendidikan 5, no. 2 (2021).
2
Lukman Hakim, “Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai Dengan Amanat Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,” Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial 2, no. 1
(2016).
2

Pendidikan akan sempurna apabila dibarengi dengan pendidikan agama.


Pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan Akidah Akhlak, merupakan segala
usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia menuju terbentuknya
manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam. Agama menjadi tolok ukur
untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang bermakna dan bermartabat. Peran agama
bagi kehidupan umat manusia dianggap sangat penting.
Salah satu penyebab pentingnya menanamkan nilai-nilai agama adalah adanya
fenomena bahwa kemerosotan akhlak pada manusia menjadi salah satu problem dalam
perkembangan pendidikan nasional, dimana terkadang para tokoh pendidik sering
menyalahkan pada adanya globalisasi kebudayaan. Sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad
Tafsir dalam bukunya Pendidikan Agama dalam Keluarga bahwa “Globalisasi
kebudayaan sering dianggap sebagai penyebab kemerosotan akhlak tersebut”.3
Oleh karena itu, internalisasi nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan bagi setiap
pribadi menjadi sebuah keharusan, yang harus ditempuh melalui sebuah pengalaman
pendidikan baik itu pendidikan di lingkungan keluarga yang merupakan komponen utama
dalam pengenalan pengetahuan, pendidikan sekolah, maupun yang berada dalam
lingkungan masyarakat. Penanaman nilai-nilai keagamaan merupakan hal yang mendasar
yang harus diterapkan dalam setiap pembelajaran khususnya dalam pelaksanaan
pendidikan keagamaan.
Penanaman nilai agama merupakan hal yang penting dilakukan dalam pendidikan
Islam. Penanaman tersebut dilakukan dengan pendidikan agama Islam yang dilakukan
dalam sekolah formal. Penanaman nilai agama merupakan hal yang unik lagi menarik
karena dalam penanaman nilai agama terdapat korelasi antara pendidik dan peserta didik.
Dimana dalam hal ini, pendidik tidak hanya berfungsi sebagai pengajar saja, namun juga
sebagai spiritual father bagi peserta didik. Sebagaimana dikatakan dalam berbagai
literatur bahwa, Pendidik dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi
anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif maupun potensi psikomotorik.4

3
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Dalam Keluarga (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h.1.
4
Sulistiyorini, Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya: eLKAF, 2006), h.51.
3

Guru adalah pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada


peserta didik di sekolah. Guru bertugas menanamkan nilai-nilai dan sikap kepada peserta
didik agar memiliki kepribadian yang baik. Dengan keilmuan yang dimilikinya, guru
membimbing peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Sebagaimana firman
Allah Swt di dalam Al-Qur’an :

‫ِباْلَبِّيٰن ِت َو الُّز ُبِر ۗ َو َأْنَز ْلَنا ِإَلْيَك الِّذ ْك َر ِلُتَبَنِّي ِللَّنا ِس َم ا ُنِّز َل ِإَلْيِه ْم َو َلَعَّلُه ْم َيَتَف َّك ُر وَن‬

Terjemahannya :
“(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan
kitab-kitab. Dan Kami turunkan Ad-Zikr (Al-Qur’an) kepadamu, agar kamu
menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan”. (QS. An-Nahl : 44).5
Ayat diatas mengisyaratkan dan menegaskan lagi akan tugas seorang guru
(pendidik) agar senantiasa tidak henti-hentinnya untuk mengamalkan segala ilmu yang
telah di dapatkannya serta mentransfer segala pengetahuan yang ada kepada semua
peserta didik khususnya, dan pada umumnya kepada seluruh elemen masyarakat.
Menurut M. Uzer Usman, beliau berpendapat bahwa seorang guru yang baik
harus memiliki kepribadian yang luhur, mulia dan bermoral, sehingga bisa menjadi
teladan yang baik bagi siswanya. Keteladanan yang diberikan oleh guru akan berdampak
sangat besar terhadap kepribadian para siswa, karena guru adalah pihak kedua setelah
orang tua dan keluarga yang paling banyak bersama dan berinteraksi dengan siswa,
sehingga sangat berpengaruh bagi perkembangan seorang siswa.6
Sebenarnya tugas dari seorang guru tidak hanya untuk mengajar di depan kelas,
tetapi juga memperbaiki pendidikan aqidah, syari’ah dan akhlak yang diterima oleh
siswa, dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Tugas tersebut
merupakan kewajiban dari seorang guru, karena ajaran Islam membimbing manusia
untuk menanamkan nilai-nilai kegamaan pada anak sejak usia dini agar mereka
terbentengi dari segala pengaruh negatif yang ada. Disini tampak jelas bahwa guru
mempunyai peran yang penting dalam penanaman nilai keagamaan siswa. Terutama guru

5
Al-Qur’an dan Terjemahan (Depok: Al-Huda, 2005), h.273.
6
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2008), h.5.
4

aqidah akhlak karena secara substansial mata pelajaran aqidah akhlak memiliki kontribusi
dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai
keagamaan dan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari. Dari sinilah dapat
disimpulkan bahwa peran guru aqidah akhlak dalam penanaman nilai-nilai keagamaan
sangat besar karena guru dituntut bukan hanya mengajarkan teori, tetapi juga praktek
dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, diperoleh informasi bahwa MTs Al-
Azhar Samarinda merupakan salah satu madrasah yang terlibat dalam penanaman nilai
keagamaan. Penanaman nilai keagamaan yang dilakukan antara lain pembiasaan
bersalaman pagi, membaca Asma Al-Husna dan tilawah setiap hari selama lima belas
menit sebelum bel pembelajaran berbunyi, pembiasaan sholat dhuha, melaksanakan
sholat dzuhur dan ashar berjamaah setiap hari, selalu menyapa dan mengucap salam
ketika bertemu dengan guru, bimbingan Qiroati, pelaksanaan Ta’lim bulanan, dan
sebagainya.
Dari pemaparan tersebut penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Peranan Guru
Akidah Akhlak dalam Menanamkan Nilai Keagamaan pada Siswa Di MTs Al-Azhar
Samarinda”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah proposal
penelitian ini, yaitu: Bagaimanakah Peran Guru Akidah Akhlak dalam Menanamkan
Nilai Keagamaan pada Siswa di MTs Al-Azhar Samarinda?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah tertera di atas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam proposal penelitian ini adalah untuk mengetahui Peranan Guru
Akidah Akhlak dalam Menanamkan Nilai Keagamaan pada Siswa di MTs Al-Azhar
Samarinda.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka digunakan untuk mengemukakan teori-teori yang relevan dengan
permasalahan yang akan diteliti ataupun bersumber dari penelitian terdahulu yang
mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti sebagai kajian pustaka dan
dimaksudkan untuk menghindari kesamaan dari penelitian-penelitian sebelumnya.
5

Adapun beberapa penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian penulis,


sebagai berikut :
Penelitian pertama, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Emy Anggrainy Lukman
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Aji
Muhammad Idris Samarinda tahun 2019 dengan judul “Peranan Guru Pendidikan Agama
Islam dalam Pendidikan Akhlak Siswa di SMA 6 Samarinda”. Penelitian ini bertujuan 1)
Untuk mengetahui bagaimana peranan guru PAI dalam pendidikan Akhlak siswa di SMA
Negeri 6 Samarinda, 2) Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan akhlak siswa di SMA Negeri 6 Samarinda. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa peran guru PAI di sekolah adalah membimbing, memberikan teladan, dan
melakukan pembiasaan kepada siswa seperti penerapan senyum, salam, dan sapa, sholat
zuhur dan ashar berjamaah dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak siswa yaitu faktor
internal seperti dari individu itu sendiri dan faktor eksternal seperti lingkungan sekitar. 7
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terletak pada variabel dependen,
subjek penelitian dan lokasi penelitian. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan
penelitian penulis yaitu terletak pada variabel independen dan pendekatannya.
Penelitin kedua yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Al Ghofiqi Redhizma
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung tahun 2022 dengan judul “Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Menanamkan
Nilai-Nilai Karakter Religius Peserta didik di MTs At-Tholibin Lampung Utara”. Tujuan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana peran guru akhidah akhlak dalam
menanamkan nilai-nilai karakter religius pada siswa di MTs At-Tholibin Lampung Utara.
Adapun hasil dari penelitian menyatakan bahwa peran guru akidah akhlak di MTs At-
Tholibin Lampung Utara sangat berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai karakter
religius pada siswa khususnya nilai akhlak sudah dilaksanakan dengan baik.8
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian

7
Emy Anggrainy Lukman, “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pendidikan Akhlak Siswa di
SMA 6 Samarinda” (Samarinda, Universitas Islam Negeri Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, 2019).
8
Al Ghofiqi Redhizma, “Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Karakter Religius
Peserta didik di MTs At-Tholibin Lampung Utara” (Lampung, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
2022).
6

Jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu penelitian kualitatif, dimana


peneliti menjelaskan dan mendeskripsikan secara tertulis mengenai kondisi dan
fakta yang terjadi di lapangan penelitian. Penulis kemudian menganalisis data yang
diperoleh dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dianalisis oleh peneliti.
Saryono mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menjelaskan dan menggambarkan
kualitas dari pengaruh sosial yang tidak bisa dijelaskan, diukur atau digambarkan
dengan penelitian kuantitatif.9
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dalam rangka untuk
mendapatkan data-data penelitian adalah dengan menggunakan sumber data primer
dan sekunder.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Akidah
Akhlak yang ada di MTs Al-Azhar Samarinda. Sedangkan sumber data sekunder
dalam penelitian ini adalah siswa di MTs Al-Azhar Samarinda.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriptif
kualitatif, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan mengamati suatu proses yang sedang terjadi
dilapangan penelitian. Peneliti datang langsung ke sekolah yang dituju
untuk mengamati dan mendapatkan sejumlah informasi yang berkaitan
dengan hal tersebut.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi dan menggali data dengan proses tanya jawab secara langsung
dan terstruktur kepada responden berdasarkan tujuan penelitian. Melalui
metode wawancara, peneliti telah memperoleh informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini.
c. Dokumentasi

9
Nursapia Harahap, Penelitian Kualitatif, Cet. I (Medan: Wal ashri Publishing, 2020), h.123.
7

Dokumentasi merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan


beberapa dokumen-dokumen yang mendukung dalam penelitian. Dalam
hal ini peneliti telah mengumpulkan dokumen berupa data-data yang
terkait dengan penelitian yang dilakukan.
4. Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan standar kebenaran suatu data hasil penelitian yang
lebih menekankan kepada data atau informasi. Dalam penelitian kualitatif ini yang
diuji adalah datanya. Data dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang
dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang
diteliti.10 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan terhadap hasil
penelitian dengan kredibilitas, dan menggunakan triangulasi teknik. Triangulasi
teknik dilakukan dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama akan tetapi
dengan teknik yang berbeda, contohnya data yang diperoleh melalui wawancara
dicek melalui observasi dan dokumentasi.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan
cara menyusun data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun
pola dan memilih mana yang perlu dan tidak untuk dipelajari, serta membuat
kesimpulan agar mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. 11 Adapun teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik analisis data interaktif
yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman, berikut ini langkah-langkah teknik
analisis data interaktif:
a. Reduksi data
Mereduksi data artinya merangkum, memilih hal-hal yang pokok dan
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta membuang yang tidak perlu.
Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran yang cukup
jelas.12
10
Muhlm Fitrah dan Luthfiyah, Metodologi Penelitian Kualitatif Tindakan Kelas dan Studi Kasus
(Sukabumi: Jejak, 2017), h. 93.
11
Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 244.
12
Samsu, Metode Penelitian: Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed Methods, serta
Research & Developmen, Cet. I (Jambi: Pusaka, 2017), h. 106.
8

b. Penyajian data
Penyajian data adalah suatu bentuk analisis yang dilakukan dengan menyajikan
data dalam format naratif, dimana peniliti menggambarkan hasil data secara
berurutan dan sistematis dalam bentuk uraian kalimat, bagan, dan hubungan
antar kategori.13 Dengan penyajian data dapat memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi dan merencanakan tindakan lebih lanjut berdasarkan apa yang
dipahami.
c. Penarikan kesimpulan / Verifikasi
Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah proses perumusan makna dari
hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat, padat, dan
mudah dipahami. Dalam hal ini peneliti menarik suatu kesimpulan dengan
memperhatikan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, rumusan masalah,
dan tujuan yang terdapat dalam penelitian ini.
F. Penegasan Istilah
1. Peran Guru
Peran guru yaitu terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan
dan dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan
perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa menjadi tujuannya.14
2. Menanamkan
Menanamkan sama saja dengan penanaman. Penanaman berasal dari kata
“Tanam” yang artinya menaruh, menaburkan (paham, ajaran dan sebagainya).
Sedangkan penanaman itu sendiri berarti proses, atau suatu kegiatan atau cara,
perbuatan menanam(kan).
Jadi yang dimaksud penulis disini, menanamkan adalah suatu cara atau
proses yang memicu suatu tindakan agar apa yang ingin ditanamkan tumbuh dala
diri orang tersebut.
3. Nilai Keagamaan
Nilai keagamaan atau religius adalah nilai-nilai kehidupan yang
mencerminkan tumbuh kembangnya kehidupan beragama yang terdiri dari tiga
unsur pokok yaitu aqidah, ibadah dan akhlak yang menjadi pedoman perilaku
13
Harahap, Penelitian Kualitatif, h. 70.
14
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Cet. Ke-26 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h.4.
9

sesuai dengan aturan-aturan Illahi untuk mencapai kesejahteraan serta kebahagiaan


hidup di dunia dan di akhirat.15
G. Daftar Pustaka

Al-Qur’an dan Terjemahan. Depok: Al-Huda, 2005.


Anggrainy Lukman, Emy. “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Pendidikan
Akhlak Siswa di SMA 6 Samarinda.” Universitas Islam Negeri Sultan Aji
Muhammad Idris Samarinda, 2019.
Fitrah, Muhlm, dan Luthfiyah. Metodologi Penelitian Kualitatif Tindakan Kelas dan
Studi Kasus. Sukabumi: Jejak, 2017.
Ghofiqi Redhizma, Al. “Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Menanamkan Nilai-Nilai
Karakter Religius Peserta didik di MTs At-Tholibin Lampung Utara.” Universitas
Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2022.
Hakim, Lukman. “Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai Dengan Amanat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.”
Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial 2, no. 1 (2016).
Harahap, Nursapia. Penelitian Kualitatif. Cet. I. Medan: Wal ashri Publishing, 2020.
Karomah, Ainul, Devy Habibi Muhammad, dan Ari Susandi. “Peranan Guru Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak dalam Menanamkan Nilai Keagamaan pada Siswa MTs
Nurul Huda Kareng Lor Kedopo Probolinggo.” Jurnal Pendidikan 5, no. 2
(2021).
Samsu. Metode Penelitian: Teori dan Aplikasi Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, Mixed
Methods, serta Research & Developmen. Cet. I. Jambi: Pusaka, 2017.
Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2009.
Sulistiyorini. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya: eLKAF, 2006.
Tafsir, Ahmad. Pendidikan Agama Dalam Keluarga. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi Guru Profesional. Cet. Ke-26. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011.
Uzer Usman, M. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2008.

15
Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah, (Malang: UIN Maliki Press, 2010), h. 69

Anda mungkin juga menyukai