PENDAHULUAN
dunia. Oleh karena itu, pendidikan patut memperoleh perhatian utama dalam
perbaikan kualitas manusia. Kalau tidak, suatu bangsa akan ketinggalan dengan
untuk meningkatkan potensi bangsa agar mampu berkiprah dalam tataran yang
individu dan masyarakat, dan disisi lain pendidikan merupakan sumber untuk
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk masa yang akan
upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), fikiran (intelek)
anak. Dalam mencapai usaha tersebut, maka pendidikan harus diarahkan kepada
1
keseluruhan aspek moral. Pendidkkan harus diarahkan kepada pemberian
pertolongan kepada anak agar pada dirinya terdapat kemampuan untuk bertingkah
atas dasar keputusan akal (reson) nya sendiri atau kata hatinya sendiri.
(Saifullah,1982:29).
potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan
1945 Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak
Indonesia.
keterampilan guru, bahwa guru itu merupakan manusia terhormat dalam segala
aspek, yang harus menjadi suri tauladan di kelas, baik bagi peserta didik maupun
dimiliki, sikap maupun tutur kata dan tingkah lakunya. Tutur kata dan tingkah
laku tersebut diwujudkan di dalam budi pekerti yang baik bagi setiap orang,
2
karena pendidikan itu tertuju kepada pembentukan nilai, sedangkan pengajaran
pengetahuan yang sudah diketahui, dapat diwujudkan melalui budi pekerti yang
pekerti (akhlak) merupakan suatu keharusan mutlak. Sebab akhlak yang mulia
akan menjadi pilar utama tumbuh dan berkembangnya peradaban suatu bangsa.
Untuk mewujudkan dan sekaligus mendidik akhlak yang baik yang tidak dapat
adalah investasi masa depan bangsa (social investment), termasuk investasi untuk
menancapkan perilaku sosial yang penuh dengan praktek atau etika. Oleh karena
itu, lewat sekolah atau madrasah, anak-anak kita dididik sekaligus dibiasakan
untuk berperilaku yang baik dan menjunjung tinggi etika sosial di negara tercinta
peserta didik yang memiliki budi pekerti luhur, maka perlu adanya suri teladan
dari seluruh elemen yang ada di sekolah mulai dari kepala sekolah, guru, siswa,
pendidikan Islam dirancang berjenjang menurut usia dan kelas para siswa. Inti
pendidikan budi pekerti ini bersumber pada keimanan Akhlak serta ibadat. Pada
3
keimanan dan keagamaan dalam hati anak-anak dengan cara memberikan cerita-
cerita pendek tentang orang-orang saleh yang taat kepada agama, orang yang
dengan saudaranya, saling menyayangi antar teman dan sahabat serta berbuat baik
untuk umum (masyarakat). Selain itu dalam tataran tindakan, siswa dididik untuk
sosial yang tinggi dan tanggap terhadap pemanfaatan hari-hari besar agama untuk
tuntutan guru. Pada jenjang yang lebih tinggi ajaran ibadat dipadukan dengan Al-
Budi pekerti merupakan bagian dari Heart dengan tujuan mendidik siswa
mampu berpikir secara rasional, mendidik anak-anak agar mampu bekerja dengan
berwatak dan berbudi pekerti yang baik, serta menanamkan rasa persatuan. Pada
1926, K.H. Hasyim Asy’ari (1871-1947) mendirikan Nahdlatul Ulama (NU) yang
hidup bagi anak didik sesuai ajaran Ahlussunah waljama’ah, (2) menanamkan
sikap terbuka, watak mandiri, kemampuan bekerjasama dengan pihak lain untuk
4
menciptakan sikap hidup yang berorientasi kepada kehidupan duniawi dan
nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai ajaran yang dinamis. Dengan demikian
Belajar dan mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu
membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang
bersama oleh kepala sekolah, guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar
mereka dalam memahami budi pekerti di sekolah. Sekolah menjadi wadah utama
prestasi dan motivasi siswa untuk berprestasi, sikap dan motivasi guru serta
produktivitas dan kepuasan kerja guru. Untuk menciptakan kultur sekolah yang
positif dibutuhkan adanya kesadaran dan motivasi terutama dari diri masing-
masing warga sekolah. Guru sebagai ujung tombak di lapangan harus mampu
memberikan motivasi dan inspirasi bagi siswa. Kebiasaan guru yang datang tepat
5
waktu dan melaksanakan tugas mengajar dengan baik, sikap dan cara berbicara
saat berkomunikasi dengan siswa dan unsur sekolah lainnya, disiplin dalam
melaksanakan tugas merupakan kebiasaan, nilai dan teladan yang harus senantiasa
dalam diri seluruh warga sekolah, maka diwujudkan dalam perilaku sehari-hari,
dan dibutuhkan adanya rasa memiliki terhadap sekolah. Rasa memiliki terhadap
sekolah itu dapat diwujudkan dengan cara watak siswa diselaraskan dan diarahkan
kepada tujuan yang lebih layak bagi dirinya untuk diterapkan dalam hidup
berubah-ubah akan membentuk perilaku luwes dalam situasi yang lain sehingga
adanya rasa saling memiliki terhadap sekolah dan terbentuknya kesadaran yang
tentang dunia nyata atau lingkungan hidup sangat berperan sekali dalam
menanamkan perilaku budi pekerti karena seorang siswa tidak terpenuhi fungsi
hidup sosialnya dengan akibat lebih jauh kurang berkembangnya budi pekerti.
Oleh karena itu budaya sekolah merupakan sarana yang sangat berperan penting
dalam meningkatkan budi pekerti siswa di lingkungan sekolah atau madrasah dan
akan terus menerus berkembang dan tidak dapat dibuat-buat sehingga dapat
6
membantu siswa untuk mencari dan memperoleh unsur budi pekerti serta
pekerti agar tidak terjadi pelanggaran yang menjadikan siswa senang melakukan
tindakan yang kurang baik, sering bertengkar, kurang disiplin, sikap yang
melanggar dan tidak mematuhi norma di sekolah. Maka dari itu pembinaan budi
pekerti harus senantiasa ditingkatkan melalui kegiatan dan kebiasaan yang terus-
dilaksanakan pada saat seorang guru agama ketika mengajar pendidikan agama
lewat pokok bahasan, materi akhlak, dan secara tidak langsung pendidikan akhlak
sehingga hasilnya belum optimal. Hal ini dikarenakan karena pertama, terlalau
memberi tahu mana yang baik mana yang buruk, yang sepatutnya dilakukan dan
yang tidak sepatutnya, dan seterusnya. Kedua, problema yang bersumber dari
siswa itu sendiri, yang berdatangan dan latar belakang keluarga yang beraneka
ragam, yang sebagiannya ada yang sudah tertata dengan baik akhlaknya masing-
masing dan ada yang belum. Ketiga, terkesan bahwa tanggung jawab tersebut
7
ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan bobot materi yang sudah
direncanakan.
bagian dari apa yang disebut budi pekerti yang menyangkut moral dan perilaku
siswa. Sedangkan prakteknya harus diukur dari kehidupan keseharian dan harus
Pada hakikatnya guru PKn mempunyai tugas dan peran yang sangat
penting dalam menyiapkan para siswa kelak sebagai warga masyarakat sekaligus
sebagai warga negara yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
budi pekerti yang berkepribadian yang baik dan mandiri serta tanggung jawab di
serta tanggung jawab guru PKn pada setiap jenjang pendidikan sangat diharapkan
untuk mau dan mampu menjadikan para siswa sebagai calon warga masyarakat
sekaligus sebagai warga negara yang baik serta religius, jujur, disiplin, tanggung
jawab, toleran, sadar akan hak dan kewajiban, mencintai kebenaran dan keadilan,
peka terhadap lingkungan, mandiri dan percaya diri, sederhana, terbuka dan penuh
8
pengertian terhadap kritik dan saran, patuh dan taat terhadap peraturan, tidak suka
jawab terhadap pendidikan budi pekerti bagi murid-murid, baik secara individual
atau klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Paling tidak dirinya harus
bisa menjadi panutan dalam bersikap, bertutur kata dan bertingkah laku, dan juga
menjadi panutan bagi para siswa serta harus bisa menjadi teladan bagi siswa di
satuan pendidikan yang lebih tinggi. Maka budi pekerti merupakan upaya
pembinaan bagi para siswa agar menjadi orang-orang yang berwatak sekaligus
berkepribadian mulia sesuai nilai, norma, moral agama dan kemasyarakatan, serta
lewat sikap dan perilakunya dalam hidup dan kehidupan sehari-hari, seperti
religius, jujur, toleran, disiplin, tanggung jawab, memiliki harga diri dan percaya
(Zuriah,2007 134-135).
Berdasarkan fakta yang ada bahwa di MTs Hasyim Asy’ari Kota Batu
terdapat masalah yang perlu ditelaah lebih lanjut mengenai budi pekerti yang
diantaranya masih banyak siswa yang masih melanggar tata tertib sekolah, seperti
tindakan yang kurang baik, sering bertengkar, terutama melalui peran guru PKn
Maka tindakan yang harus dilakukan sebagai suatu wujud budaya sekolah untuk
meningkatkan budi pekerti yang baik yaitu dengan cara siswa diajarkan
bagaimana cara memakai seragam yang baik, budaya salam, cara berbicara
terhadap guru dan teman, cara makan dan minum, berdoa atau membaca
berjamaah, peringatan hari besar, dan kegiatan keagamaan lainnya. Jika kebiasaan
tersebut telah dijalankan dengan baik maka akan terwujud budaya sekolah yang
tertata dengan baik. Hal ini yang sangat mempengaruhi prestasi dan perilaku
siswa - siswi di madrasah tersebut. Melalui jiwa dan ke kekuatan sekolah yang
sarana dalam meningkatkan budi pekerti sejak siswa yang terlibat dan mengenal
tersebut, karena madrasah tersebut memiliki peserta didik yang notabene dengan
penerapan nilai-nilai budi pekerti, dan budaya sekolah. Karena di MTs Hasyim
Asy’ari Kota Batu mempunyai sejarah islam dan budaya sekolah yang sangat
diperhatikan.
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai “Peran Guru PKn dalam
Asy’ari Kota Batu”. Hal ini sebagai upaya untuk mencetak generasi yang
10
memiliki budi pekerti yang baik sesuai dengan nilai-nilai dalam agama. Sehingga
siswa tidak hanya memiliki kecerdasan dalam hal kognitif saja tetapi juga mereka
memiliki kecerdasan afektif yang ditunjukan dalam tingkah laku mereka dalam
kehidupan sehari-hari.
dirinci lebih lanjut dalam beberapa indikator permasalahan, yaitu sebagai berikut.
1. Bagaimana peran guru PKn dalam menanamkan budi pekerti siswa di MTs
2. Bagaimana Peran Guru PKn dalam meningkatkan budi pekerti siswa melalui
3. Apa faktor yang menjadi pendukung dan kendala dalam meningkatakan budi
pekerti siswa melalui budaya sekolah di MTs Hasyim Asy’ari Kota Batu?
maka peneliti membatasi penelitian agar tidak menyimpang dari pokok bahasan.
1. Peran guru PKn dalam menanamkan budi pekerti siswa di MTs Hasyim
2. Peran guru PKn dalam meningkatkan budi pekerti siswa melalui budaya
11
1.4 Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
2. Untuk mengetahui peran guru PKn dalam meningkatkan budi pekerti siswa
3. Untuk mendeskripsikan faktor – faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
1. Secara Teoritis
referensi di MTs Hasyim Asy’ari Kota Batu dalam upaya meningkatkan budi
pekerti siswa dengan bentuk sarana budaya sekolah dan peran guru PKn pada
kegiatan proses pembelajaran kelas maupun di luar kelas. Tentunya hal ini juga
sangat memberikan konstribusi yang baik dan bermanfaat bagi para siswa dan
terutama guru PKn yang mencetak siswa menjadi yang berkompeten pada bidang
pendidikan. Hal ini juga sangat bermanfaat bagi semua siswa di MTs Hasyim
12
2. Secara Praktis
a. Bagi Lembaga :
1. Mendukung cita-cita dan visi-misi MTs Hasyim Asy’ari Kota Batu dalam
budaya sekolah yang lebih mudah diterima dan dipahami oleh siswa-
siswanya.
b. Bagi Penulis :
penelitian yang telah dipilih, di mana nantinya bisa menjadi bahan untuk melatih
dan mengasah watak dan perilaku diri penulis dalam menjalani aktifitas hidup
keseharian dan sebagai bahan untuk pembelajaran diri terhadap nilai – nilai luhur
c. Bagi Siswa
budi pekerti terhadap siswa. Sehingga siswa menjadi faktor penentu yang dapat
13
Dengan adanya penelitian ini dapat berkontribusi bagi siswa di dalam proses
tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal serta berguna sebagai
terhadap para siswa, sehingga siswa senantiasa memiliki perilaku yang baik dalam
setiap pergaulannya.
pengetahuan dan wawasan, keterampilan, sikap hidup dan pola perilaku yang
maupun secara praktis tentang “Peran Guru PKn dalam meningkatkan Budi
Pekerti Siswa melalui Budaya Sekolah di MTs Hasyim Asy’ari Kota Batu”.
membimbing peserta didik agar bisa menjadi panutan di dalam sekolah. Secara
normatif, dalam UU No. 14 Tahun 2005 bab 1 Ketentuan Umum, Pasal I ayat 1
14
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
3. Budi Pekerti merupakan akumulasi dari cipta, rasa, dan karsa manusia yang
dipraktikkan ke dalam sikap, kata-kata, dan tingkah laku sehari-hari. Jadi, budi
pekerti adalah perpaduan dari hasil pemikiran dan rasa yang diwujudkan dalam
suatu tindakan atau tingkah laku manusia. Tingkah laku inilah yang
2010: 5).
dalam sekolah yang dimanifestasikan dalam tradisi dan ritual yang dibangun di
tantangan dan tujuan. Selain itu, budaya sekolah bisa dimaknai dengan harapan
juga mencerminkan tujuan dari sekolah itu sendiri. (Adi Kurnia dan bambang
Qomaruzzman: 2012 : 24 ).
15