Anda di halaman 1dari 6

Sekolah Berbudaya Agama (Religious Culture)

Kristiya Septian Putra, Implementasi Pendidikan Agama Islam Melalui Budaya Religius Di Sekolah,
Jurnal Kependidikan, Vol. III No. 2 November 2015

Dewasa ini, masyarakat Indonesia mengalami perkembangan yang sangat cepat (era
globalisasi). Era ini memiliki potensi untuk ikut mengubah hampir seluruh sistem kehidupan
masyarakat, akibat arus globalisasi sebagai konsekuensi logis dari gencarnya arus informasi antar
negara melalui berbagai media informasi dengan teknologi canggih telah terjadi perang pemikiran
dan hegemoni kebudayaan yang satu atas kebudayaan yang lain dengan membawa nilai-nilai yang
mengalahkan nilai-nilai luhur sebelumnya terutama nilai-nilai keagamaan, yang mengakibatkan
merosotnya moral bangsa (Said Agil, 2015:25). Permasalahan tersebut merupakan suatu tantangan
bagi sekolah sebagai pendidikan formal untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, yang
nantinya akan terjadi terutama pada kalangan siswa.
Salah satu upaya yang dapat dijadikan alternatif pendukung akan keberhasilan pendidikan
agama khususnya di sekolah adalah menciptakan budaya agama (religious culture), pendidikan
karakter dan sekolah yang ramah anak, sebagai bentuk pengembangan Pendidikan Agama Islam
(PAI) dalam berbagai bentuk kegiatan, baik kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler yang satu
sama lain saling terintegrasi.

Dari beberapa pengertian tentang budaya dan agama, dalam kaitannya untuk memberikan
definisi budaya religius, tidak hanya menggabungkan pengertian dari kedua kata tersebut. Akan tetapi
perlu dimaknai secara luas adalah sekumpulan ajaran dan nilai-nilai agama yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru,
petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekolah (Asmaun Sahlan, 2010:77).
Dengan demikian, budaya religius sekolah pada hakikatnya adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran
agama sebagai tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga
sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak
ketika warga sekolah mengikuti budaya yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah
sudah melakukan ajaran agama.

Budaya agama (Religious culture) adalah sekumpulan ajaran dan nilai-nilai agama yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala
sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekolah. Antara agama dan budaya
keduanya sama-sama melekat pada diri seorang beragama dan di dalamnya sama-sama terdapat
keterlibatan akal fikiran mereka. Dari aspek keyakinan maupun aspek ibadah formal, praktik agama
akan selalu bersamaan, dan bahkan berinteraksi dengan budaya. Kebudayaan sangat berperan
penting di dalam terbentuknya sebuah praktik keagamaan bagi seseorang atau masyarakat.
Dengan demikian, budaya religius sekolah pada hakikatnya adalah terwujudnya nilai-nilai ajaran
agama sebagai tradisi dalam berperilaku dan budaya organisasi yang diikuti oleh seluruh warga
sekolah. Dengan menjadikan agama sebagai tradisi dalam sekolah maka secara sadar maupun tidak
ketika warga sekolah mengikuti budaya yang telah tertanam tersebut sebenarnya warga sekolah
sudah melakukan ajaran agama.
Perwujudan budaya religius (religious culture) sebagai bentuk pengembangan PAI di sekolah
meliputi: (1) 5 S (Senyum , Salam, Sapa, Sopan, Santun), (2) tadarus AlQur'an, (3) Halal Bihalal, (4)
PHBI (Peringatan Hari Besar Islam), (5) Tali Asih, (6) Kantin Kejujuran, (7) Iuran qurban, (8) Sholat
dhuhur berjamaah, (9) Istighosah dan doa bersama, (10) pesantren kilat di bulan ramadhan, (11)
Pedulu lingkungan.
Budaya tersebut terbukti dapat meningkatkan spiritualitas siswa, meningkatkan rasa
persaudaraan dan toleransi, meningkatkan kedisiplinan dan kesungguhan dalam belajar dan
beraktifitas, dapat meningkatkan sikap sebagai bentuk penghormatan dan keyakinan akan
mendapatkan berkah dari gurunya berupa manfaat ilmu pengetahuan yang di dapat dari guru, serta
dapat menjadikan mentalitas siswa lebih stabil sehingga lebih bersemangat dalam belajar.
MEMBANGUN SEKOLAH YANG BERKARAKTER (Selesai)
Asep Juanda, Membangun Sekolah Yang Berkarakter , Jurnal Pendidikan, Vol. IV No. 1 7 Juli 2022,

Sekolah berkarakter adalah sekolah yang menanamkan nilai-nilai budaya karakter dalam diri
setiap warga sekolah melalui berbagai kegiatan baik dalam proses pembelajaran, maupun
penciptaan suasana lingkungan sekolah sehingga budaya karakter menjadi sikap batin dan landasan
dalam bersikap dan bertingkah laku. Oleh karena itu proses pembelajaran menjadi sangat penting di
dalamnya, sebagai sarana menanamkan nilai-nilai karakter yang berbudaya.
Pendidikan Karakter merupakan suatu usaha manusia secara sadar serta terencana bertujuan
untuk mendidik dan memberdayakan setiap potensi peserta didik. Selain itu, pendidikan berkarakter
ini juga berguna untuk membangun karakter setiap individu sehingga dapat menjadi individu yang
bisa memiliki manfaat untuk individu tersebut dan juga lingkungan sekitarnya.
Sistem pendidikan ini akan menanamkan nilai-nilai karakter tertentu pada setiap peserta
didik yang didalamnya terdapat beberapa komponen pengetahuan, kemauan atau kesadaran, serta
tindakan untuk melakukan nilai positif tersebut.
Pendidikan karakter (character education) sangat erat hubungannya dengan sistem pendidikan
moral yang dimana tujuannya adalah untuk melatih dan membentuk kemampuan setiap individu
secara terus menerus agar kearah hidup yang lebih baik lagi.

Strategi Menanamkan Pendidikan Karakter di Kelas


Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang bertujuan untuk membangun karakter pada
seseorang, khususnya anak. Karakter sendiri merupakan sifat atau ciri khas yang melekat pada diri
seseorang dalam berperilaku sehari-hari dan dapat dipengaruhi oleh lingkungan maupun orang
terdekat, misalnya keluarga dan sekolah. Keluarga merupakan tempat belajar dan pembentukan
karakter pertama yang diperoleh oleh anak.
Selain itu, lingkungan sekolah juga menjadi tempat memperoleh pendidikan karakter bagi anak.
Pendidikan karakter juga dirumuskan dalam UUD no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional pada pasal 1:Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pendidikan bukan hanya mengembangkan kecerdasan saja,
melainkan menjadi manusia yang berakhlak mulia dan berguna bagi bangsa dan negara. Melalui
pendidikan karakter di sekolah, maka akan tercipta generasi yang bermoral dan berpendidikan.
Tentunya diperlukan strategi untuk menanamkan pendidikan karakter pada siswa di sekolah.
Guru memiliki peran penting untuk mencerdaskan serta membangun karakter generasi bangsa
di sekolah. Guru juga menjadi orang tua, teman, penasehat serta pendengar yang baik bagi siswa di
sekolah. Sebagai sosok berpendidikan, guru bukan hanya memberikan pengetahuan akademik saja
pada siswa, melainkan mendidik anak menjadi manusia yang baik, bijak dan bermanfaat bagi dirinya
dan lingkungannya. Maka disinilah peran pengelola pendidikan harus mampu merumuskan
kurikulum yang terkaitan dengan pengembangan karakter siswa, yang akan bisa dijadikan bekal
nanti oleh para siswa ketika mereka lulu dan terjun langsung berhadapan dengan sebuah kenyataan
dalam masyarakat.

Dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter di sekolah, diperlukan dukungan antara


pihak sekolah dengan orangtua murid untuk melihat perkembangan.
Berikut ini merupakan 10 strategi menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran
di kelas, di antaranya yaitu:
1. Memberikan Contoh yang Baik untuk Siswa
Selain memberikan materi akademik, siswa harus mendapatkan contoh berperilaku yang baik. Guru
yang merupakan orang tua siswa di sekolah dapat berperilaku atau bertindak yang baik, guna
memberikan contoh yang untuk siswanya. Dari contoh tersebutlah murid dapat belajar dan
mengikuti perilaku positif dari guru.
2. Memberikan Apresiasi
Selain sebagai ucapan selamat atau Terima kasih atas keberhasilan yang diukir, apresiasi pada murid
merupakan salah satu hal yang berharga guna menyemangatkan murid untuk kembali mengukir
prestasi. Guru bukan hanya memberikan apresiasi pada pencapaian akademik saja, melainkan
memberikan apresiasi kepada murid yang berperilaku baik, jujur dan saling membantu. Misalnya
dengan mengapresiasi nilai murid yang masih dibawah rata-rata, karena tidak menyontek saat
mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru atau memberi nasehat kepada siswa yang
menyontek. Hal tersebut menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan
pendidikan karakter di kelas.
3. Memberikan Pesan Moral pada Setiap Pelajaran
Disamping memberikan bank soal, sebagai guru, Anda harus menyisipkan nilai moral dalam
pelajaran tersebut. Bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran, melainkan penanaman moral
yang dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. Misalnya ketika mengajarkan matematika, guru bukan
hanya memberikan rumus, tetapi mengajarkan bahwa hidup seperti mengerjakan soal matematika,
ketika ada soal sulit kita harus berusaha, berpikir dan bersabar dalam menyelesaikannya.
Dengan menanamkan nilai moral dalam setiap pelajaran, maka siswa akan tumbuh dan siap
menghadapi masalah hidup, serta selalu berpikir optimis dan berusaha untuk menyelesaikan
masalah.
4. Jujur dan Terbuka pada Kesalahan
Setiap manusia tentu pernah melakukan kesalahan, tak terkecuali guru. Sebagai guru, mungkin Anda
pernah melakukan kesalahan baik dalam mengoreksi maupun menyampaikan materi, serta datang
terlambat ke kelas. Anda harus terbuka pada kesalahan sekecil apapun. Hal tersebut juga bisa
dijadikan contoh pada murid untuk selalu berperilaku jujur dan tidak malu mengakui kesalahan.
Hilangkan rasa gengsi, karena pembuka pada kesalahan menjadi salah satu cara menanamkan
pendidikan karakter pada murid. siswa akan menjadi seseorang yang berani bertanggung jawab atas
kesalahan yang dibuatnya.
5. Mengajarkan Sopan Santun
Sopan santun merupakan perilaku yang wajib ditanamkan kepada siswa. Salah satunya dengan
sejumlah sekolah yang menerapkan 5S yaitu salam, senyum, sapa, sopan dan santun. Meskipun
terdengar sepele, namun sopan santun perlu diajarkan kepada siswa agar mereka dapat menjaga
sikap saling menghormati.
Sebagai guru, Anda harus menegur siswa yang kurang sopan guna mengoreksi perilaku tersebut.
Teguran bukan berarti Anda harus memarahi siswa, melainkan cukup mengingatkan siswa jika
perilaku tersebut tidaklah baik. Jangan lupa untuk selalu mencontohkan perilaku sopan dan santun.
6. Biarkan Siswa menjadi Pemimpin
Sifat kepemimpinan didapatkan melalui pendidikan karakter, di mana guru bisa memberikan
kesempatan agar siswa dapat memimpin teman-temannya. Mengingat karakter pemimpin sangat
penting untuk dimiliki, dan dapat mempengaruhi kehidupan sosial maupun ekonomi. Oleh sebab itu,
guru harus membantu siswa untuk melatih jiwa kepemimpinan.
Saat ini, karakter pemimpin merupakan hal yang penting untuk dimiliki, dan dapat mempengaruhi
kehidupan sosial maupun ekonomi. hal ini, ada baiknya guru juga bisa membantu siswa untuk
melatih jiwa kepemimpinan mereka. Caranya pun sangat sederhana, yaitu dengan memberikan tugas
secara berkelompok dan setiap kelompok tersebut memiliki pemimpin dan anggotanya. dengan
begitu banyak siswa yang memiliki jiwa kepemimpinan dan bekerjasama dengan baik. Setelah
melakukan diskusi, guru dapat mengevaluasi pembelajaran positif ini agar siswa bisa memimpin dan
bekerja sama lebih baik kedepannya. Sesekali berilah motivasi kepada siswa yang kurang percaya
diri, agar mereka berani tampil maju.
7. Berbagi Pengalaman Inspiratif
Pada sela-sela pembelajaran di kelas, guru dapat berbagi pengalaman inspiratif guna menginspirasi
siswa lebih baik. Bukan hanya bercerita mengenai keberhasilan atau kehebatan saja, melainkan lebih
dari itu. Misalnya bercerita mengenai kegagalan dan keputusasaan yang pernah dialami, namun
bangkit kembali demi meraih cita-cita.
Tentu saja hal tersebut dapat dijadikan pembelajaran bagi murid dan semangat untuk meraih cita-
cita. Dengan berbagi pengalaman, maka siswa akan belajar dari pengalaman tersebut agar tidak
melakukan kesalahan yang sama. Sehingga mereka tidak menjadi generasi yang bermental kerupuk,
melainkan berani mengambil langkah untuk mencapai impian.
8. Literasi Sekolah
Cara selanjutnya untuk membangun karakter pada siswa yaitu dengan mendirikan literasi sekolah
atau pojok membaca. Berikan motivasi pada siswa bahwa membaca itu sangat penting untuk
menambah wawasan dan membuka jendela dunia. Membaca juga dapat mengasah kemampuan daya
berpikir, logika dan menyelesaikan masalah.
9. Memberikan Deadline pada Setiap Tugas
Ketika Anda memberikan PR ,soal HOTS ,atau pemberian tugas kepada siswa, Anda harus
memutuskan deadline atau waktu batas pengumpulan tugas tersebut. Hal tersebut sangat penting
guna menanamkan nilai tanggung jawab dan kedisiplinan. Ajarkan pula nilai kejujuran pada saat
mengerjakan tugas, sehingga anak terbiasa mengerjakan tugas sendiri (mandiri). Dengan
membiasakan hal tersebut, maka anak akan tumbuh menjadi seseorang yang berkarakter, bijak,
bertanggung jawab serta mandiri.
10. Mengenalkan Tata Tertib Sekolah dan Mematuhinya
Setiap sekolah tentu memiliki tata tertib atau peraturannya sendiri guna mencapai keberhasilan
dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru dapat mengenalkan tata tertib sekolah pada siswa,
lalu memintanya untuk melakukan tata tertib tersebut. Hal tersebut menjadikan siswa tumbuh
sebagai generasi yang taat pada aturan. Itulah 10 strategi menanamkan nilai-nilai pendidikan
karakter pada siswa ketika melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Tanpa disadari hal tersebut
dapat meningkatkan prestasi akademik mereka dan menjadikan mereka generasi yang berkarakter.
Ini merupakan cara paling baik untuk memastikan para murid memiliki kepribadian dan
karakter yang baik dalam hidupnya. Pendidikan ini dapat membantu meningkatkan prestasi
akademik anak didik. Sebagian anak tidak bisa membentuk karakter yang kuat untuk dirinya di
tempat lain. Dapat membentuk individu yang menghargai dan menghormati orang lain dan dapat
hidup di dalam masyarakat yang majemuk. Sebagai upaya mengatasi akar masalah moral-sosial,
seperti ketidakjujuran, ketidaksopanan, kekerasan, etos kerja rendah, dan lain-lain.

Merupakan cara terbaik untuk membentuk perilaku individu sebelum masuk ke dunia kerja/
usaha. Sebagai cara untuk mengajarkan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari kerja suatu
peradaban. Dari penjelasan tersebut kita menyadari bahwa pendidikan karakter sangat penting bagi
setiap orang. Dengan begitu, maka para guru, dosen, dan orang tua, sudah seharusnya senantiasa
menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada anak didiknya.

Hasil penelitian yang telah ada.


Pertama, Haris Azmi Zanki, hasil penelitiannya menyatakan bahwa budaya agama dan
karakter memiliki peran yang sangat penting dan menjadi salah satu upaya alternatif pendukung
akan keberhasilan pendidikan di sekolah, terutama pendidikan agama. Pendidikan tidak hanya
memperoleh pengetahuan saja, namun juga menanamkan sikap dan pembiasaan sebagai bentuk
pengamalannya.
Kedua, Agusta Kurniati, hasil penelitiannya menyatakan bahwa sekolah ramah anak
bukanlah membangun gedung baru, melainkan membangun paradigm baru dalam mendidik dan
mengajar peserta didik untuk menjadi generasi yang tangguh tanpa kekerasan, serta menumbuhkan
kepekaan orang dewasa pada satuan pendidikan untuk memenuhi hak dan melindungi peserta didik.
Sekolah ramah anak
Laelatus Saadah, Dkk, Kajian Tentang Pendidikan Karakter Pada Sekolah Ramah Anak Untuk Siswa
Kela V.

Pengertian sekolah ramah anak Berdasarkan Panduan Sekolah Ramah Anak (2015) yang
dibuat oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, definisi konsep sekolah
ramah anak adalah bentuk pendidikan formal, nonformal, serta informal. Sekolah ramah anak
merupakan sekolah yang memiliki sifat aman, bersih, peduli, dan berbudaya lingkungan hidup, demi
menjamin, memenuhi, serta melindungi hak anak serta perlindungan anak sekolah dari segala
bentuk diskriminasi dan kekerasan di bidang pendidikan. Selain melindungi, menjamin, serta
memenuhi hak anak, sekolah ramah anak juga turut mendukung partisipasi anak, khususnya dalam
hal perencanaan, kebijakan, pembelajaran, pengawasan, serta mekanisme pengaduan yang berkaitan
dengan pemenuhan hak dan perlindungannya di sekolah dan dunia pendidikan. Baca juga: Manfaat
Keragaman Karakteristik di Sekolah
Ciri-ciri sekolah ramah anak Menurut Ratnasari Diah Utami, dkk, dalam jurnal Implementasi
Penerapan Sekolah Ramah Anak pada Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Dasar (2017), sekolah
ramah anak memiliki lima ciri, yaitu:
1. Adanya perlakukan adil bagi murid laki-laki dan perempuan (non diskriminasi)
Dikutip dari jurnal Identifikasi Model Sekolah Ramah Anak (SRA) Jenjang Satuan Pendidikan Anak
Usia Dini Se-Kecamatan Semarang Selatan (2011) karya Kristanto dan kawan-kawan, tenaga
kependidikan harus memberikan perlakuan yang adil kepada murid laki-laki dan perempuan.
Perlakuan adil ini artinya memberi kasih sayang, perhatian, dan pembelajaran yang setara, tanpa
membedakan agama, kondisi ekonomi, kondisi fisik, dan budaya dari anak tersebut. Tidak hanya itu,
seluruh tenaga kependidikan juga harus menghormati hak anak dan juga melindunginya.
2. Proses pembelajaran yang baik sehingga anak merasa nyaman
Suasana pembelajaran harus dibuat sebaik mungkin supaya anak merasa nyaman, aman, lebih aktif
dan kreatif, serta lebih percaya diri. Agar bisa tercapai, hal ini bisa dilakukan dengan menerapkan
metode pembelajaran yang inovatif dan variatif. Contohnya aktivitas pembelajaran di luar ruangan,
guru menggunakan alat bantu supaya pembelajaran lebih menarik, menggunakan lingkungan sekitar
sekolah untuk aktivitas pembelajaran, menggunakan permainan untuk menarik minat anak, dan lain
sebagainya.
3. Proses pembelajaran didukung media ajar
Kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan lewat berbagai media ajar, seperti buku, alat bantu atau
peraga, dan lain-lain. Tujuannya supaya membantu daya serap siswa dan membuat mereka lebih
menarik dalam mengikuti aktivitas pembelajaran.
4. Adanya keterlibatan murid
Tidak hanya guru, murid juga harus terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Artinya siswa harus
didorong untuk mau mengembangkan kompetensi mereka. Misalnya dengan melakukan
pembelajaran praktik, learning by doing, dan lain sebagainya.
5. Keterlibatan murid dalam penciptaan lingkungan sekolah
Agar siswa merasa nyaman dan aman di lingkungan sekolah, mereka juga harus dilibatkan dalam
aktivitas penyusunan dan penciptaan lingkungan sekolah senyaman mungkin. Misalnya dalam kelas,
siswa diajak menyusun bangku dan menghias kelas sesuai yang mereka mau. Selain lima ciri di atas,
Sekolah Ramah Anak (SRA) juga memiliki empat ciri lainnya, yaitu anak tidak pernah mendapat
perlakuan tidak mengenakkan, tidak ada tindakan kekerasan, tata tertib sekolah transparan dan adil,
serta anak merasa nyaman dan aman ketika berada di sekolah. Prinsip sekolah ramah anak.

Prinsip sekolah ramah anak


Dalam pembentukan dan pengembangan Sekolah Ramah Anak (SRA), ada lima prinsip penting yang
harus dijalankan, yakni:
1. Nondiskriminasi
Artinya anak dijamin bisa menikmati hak anak untuk pendidikan tanpa tindakan diskriminasi,
didasarkan pada disabilitas, gender, suku bangsa, agama, serta latar belakang orang tua.
2. Kepentingan yang terbaik untuk anak
Artinya anak selalu menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan serta
tindakan oleh pihak pengeola dan penyelenggara pendidikan. di Sekolah
3. Hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan
Artinya lingkungan pendidikan harus menjamin pengembangan holistis serta menghormati martabat
anak.
4. Penghormatan terhadap pandangan anak
Artinya hak anak dalam bidang pendidikan, khususnya sekolah, haruslah dihormati. Selain itu, hak
anak untuk mengekspresikan pandangannya juga harus dihormati.
5. Pengelolaan yang baik
Artinya lingkungan pendidikan harus menjamin adanya transparansi, akuntabilitas, partisipasi,
keterbukaan informasi, serta supremasi hukum.

Standar sekolah ramah anak


Tiap sekolah hendaknya mencipatakan Sekolah Ramah Anak (SRA) sesuai standar yang telah
ditetapkan. Berikut beberapa standarnya:
Tiap anak bisa mendapat haknya tanpa perlakukan diskriminasi
Tiap anak bebas mengeluarkan pendapat, ide, gagasan, dan penemuan di berbagai bidang
Metode pembelajarannya harus dibuat senyaman dan sebaik mungkin demi mendukung karakter
siswa
Lingkungan sekolah yang bersih, aman, dan nyaman
Adanya transparasi, akuntabilitas, keterbukaan informasi serta penegakan hukum yang jelas
Adanya kerja sama antara tenaga kependidikan dengan murid dan orang tua
Sekolah harus bisa membuat program kerja yang sifatnya mendukung pengembangan karakter siswa
ke arah yang lebih baik
Hendaknya pengambilan keputusan dan tindakan oleh tenaga kependidikan dilakukan dengan
mempertimbangkan siswa, dan menjamin agar hak siswa tetap dilindungi

Anda mungkin juga menyukai