Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan dan

bergantung satu sama lain dalam menjalankan kehidupannya. Dalam

kehidupannya manusia tidak hanya melakukan hubungan dengan sesama

manusia saja akan tetapi juga melakukan hubungan denga Tuhannya. Setiap

manusia memiliki dan menganut agama sesuai dengan kepercayaanya.

Dengan agama yang dianut oleh manusia inilah mereka melakuan hubungan

dengan Tuhannya. Didalam agama ada yang disebut denga Iman dan Taqwa.

Iman dan Taqwa adalah prinsip yang dimiliki oleh manusia yang beragama

dalam menjalankan kehidupannya. Manusia yang memiliki agama akan selalu

melakukan apa yang menjadi anjuran dan perintah didalam agamanya dan ini

disebut dengan iman dan taqwa kepada Tuhannya.

Untuk meningkatkan sikap regius manusia terutama generasi muda

saat ini maka program keagamaan harus dilaksanakan terutama di sekolah

karena sekolah merupakan tempat bagi generasi muda untuk mendapatkan

pendidikan di berbagai aspek. Salah salah satu program yang dapat

menumbuhkan sikap regius siswa yakni program IMTAQ. Program IMTAQ

merupakan suatu program yang dapat mendidik perlikau siswa dalam

hubungannya dengan Tuhan. Dikatakaan seperti itu karena dalam program

tersebut terdapat berbagai kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan yang

1
2

memungkinkan dapat menyadarkan dan menumuhkan sikap religius siswa itu

sendiri.

Keimanan dan ketaqwaan siswa merupakan tujuan pendidikan

nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, lembaga pendidikan sekolah

merupakan salah satu wahana yang sangat efektif untuk mencapai tujuan

pendidikan, dengan alasan karena melalui proses pendidikan di sekolah

peserta didik akan memperoleh bukan saja aspek pengetahuan dan

keterampilan, tetapi juga sikap. Dalam rangka peningkatan keimanan dan

ketakwaan siswa melalui lembaga pendidikan sekolah, lima strategi

pengembanagn imtaq, yakni (a) optimalisasi pelaksanaan Pendidikan Agama,

(b) integrasi Iptek dan Imtaq dalam proses pembelajaran, (c) pelaksanaan

kegiatan ekstra kurikuler berwawasan Imtaq, (d) penciptaan situasi yang

kondusif dalam kehidupan sosial di sekolah, dan (e) melaksanakan kerjasama

antara sekolah dengan orangtua dan masyarakat.

Mengembangkan konsep lingkungan sekolah berwawasan imtaq atau

mengembangkan budaya religius adalah sekumpulan nilai-nilai agama yang

melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang

dipraktikan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, peserta didik, dan

masyarakat sekolah. strategi pengembangkan budaya agama dalam komunitas

sekolah, dapat dilakukan dalam tiga tataran.

Tataran yang pertama adalah tataran nilai yang dianut. Tataran nilai

yang dianut dirumuskan secara bersama nilai-nilai agama yang disepakati dan

perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah, untuk salanjutnya dibangun


3

komitmen bersama diantara semua warga sekolah khususnya para siswa

terhadap pengembangan nilai-nilai yang telah disepakati. Nilai-nilai tersebut

ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Nilai-nilai yang bersifat vertikal

berwujud hubungan manusia atau warga sekolah dengan Allah dan yang

horizontal berwujud hubungan manusia atau warga sekolah dengan

sesamanya, dan hubungan mereka dengan lingkungan alam sekitar.

Tataran praktik keseharian terdapat nilai-nilai keagamaan yang telah

disepakati tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku keseharian

oleh semua warga sekolah. Proses pengembangan tersebut dapat dilakukan

melalui tiga tahapan, yaitu: pertama, sosialisasi nilai-nilai agama yang

disepakati sebagai sikap dan perilaku ideal yang ingin dicapai pada masa

mendatang di sekolah. Kedua, penetapan action plan mengguan atau bulanan

sebagai tahapan dan langkah sistematis yang akan dilakukan oleh semua

pihak sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai agama yang telah

disepakati, Ketiga, pemberian penghargaan terhadap prestasi warga sekolah.

Sedangkan tataran yang ketiga adalah tataran symbol-simbol budaya. Tataran

simbol-simbol budaya merupakan pengembangan yang perlu dilakukan

adalah mengganti simbol-simbol budaya yang kurang sejalan dengan ajaran

dan nilai-nilai agama dengan simbol budaya yang agamis.

Tujuan utama pengembangan lingkungan sekolah berwawasan imtaq

ialah keberagamaan peserta didik itu sendiri, bukan terutama pada

pemahaman tentang agama. Dalam hal ini, yang diutamakan pendidikan

agama (Islam) dalam mengembangkan lingkungan berwawasan imtaq bukan


4

hanya knowing (mengetahui tentang ajaran dan nilai-nilai agama)

ataupun doing (bisa mempraktikan apa yang diketahui) setalah diajarkannya

di sekolah, justru lebih mengutamakan being-nya (beragama atau menjalani

hidup atas dasar ajaran dan nilai-nilai agama). Karena itu, pendidikan agama

Islam harus lebih diorientasikan pada tataran moral action, yakni agar peserta

didik tidak hanya berhenti pada tataran kompeten (competence), tetapi samapi

memiliki kemauan (will), dan kebiasaan (habit) dalam mewujudkan ajaran

dan nilai-nilai agama tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sekolah sebagai suatu lembaga yang bertanggung jawab terhadap

pendidikan peserta didik untuk mencapai aspek kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Akan tetapi dalam pelaksanaan program imtaq di sekolah

masih memiliki keterbatasan waktu pelaksanaannya serta bersifat seremonial

saja. Dengan adanya hal tersebut maka dianggap kurang, karena program

imtaq memegang peran penting dalam membentengi mental peserta didik dari

pengaruh negatif lingkungan sekitar, yaitu dengan menanamkan dan

mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik.

Pentingnya pendidikan karakter bagi masyarakat Indonesia haruslah

ditanamkan sejak dini pada seluruh masyarakat Indonesia. Pendidikan

karakter yang baik memiliki beberapa syarat dan indikator penting yang harus

dicapai demi terwujudnya masyarakat dengan karakter yang baik.

Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia telah merumuskan 18 nilai-nilai

yang ditanamkan dalam diri warga Indonesia, khususnya siswa, dalam upaya

membangun dan menguatkan karakter bangsa. 18 nilai-nilai dalam


5

pendidikan karakter tersebut, diantaranya yakni religious, jujur, toleransi,

kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasas ingin tahu, semangat

kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai,

gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggung jawab.

Praktik pendidikan yang semestinya memperkuat aspek karakter atau

nilai-nilai kebaikan sejauh ini hanya mampu menghasilkan berbagai aspek

dan perilaku manusia yang nyata-nyata malah bertolak belakang dengan apa

yang diajarkan. Dicontohkan bagaimana pendidikan Moral Pancasila (PMP)

dan agama pada masa lalu merupakan dua jenis mata pelajaran tata nilai, yang

ternyata tidak berhasil menanamkan sejumlah nilai moral dan humanisme ke

dalam pusat kesadaran siswa. Pembelajaran di sekolah lebih didominasi oleh

transfer ilmu pengetahuan dan lebih banyak bersifat hafalan tekstual,

sehingga kurang menyentuh aspek sosial mengenai ajaran hidup yang toleran

dalam bermasyarakat dan berbangsa. Dengan kata lain, aspek-aspek lain yang

ada dalam diri siswa, yaitu aspek afektif dan kebajikan moral kurang

mendapat perhatian.

Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan karakter sangat

strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang.

Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik,

pendekatan yang sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif.

Sesuai dengan sifat suatu nilai, pendidikan karakter bangsa adalah usaha

bersama sekolah, oleh karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua
6

guru dan pemimpin sekolah, melalui semua mata pelajaran, dan menjadi

bagian yang tak terpisahkan dari budaya sekolah.

Sekolah merupakan sektor utama yang secara optimal memanfaatkan

dan memperdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk manginisiasi,

memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus menerus

proses pendidikan karakter di sekolah. Adapun implementasi pendidikan

karakter secara mikro dapat dibagi dalam empat pilar, yakni belajar mengajar

di kelas, keseharian dalam pengembangan budaya sekolah, ko-kurikuler dan

atau ekstrakulikuler, serta keseharian di rumah dan masyarakat.

Berdasarkan hasil Observasi yang dilakukan di SMA Negeri 1 Dedai,

kondisi prilaku moral dan kepribadian siswa sangat memperhatikan, hal ini

ditandai dengan adanya berbagai kasus-kasus seperti merokok di lingkungan

sekolah, ribut didalam kelas disaat guru menyampaikan materi dan banyak

sekali siswa yang bolos atau kabur pada saat jam sekolah.

Mencermati kondisi yang ada maka pendidikan moral merupakan

kunci utama dalam membentuk kehidupan manusia ke arah peradaban dan

kepribadian yang baik. Hal yang perlu menjadi bahan pemahaman setiap

orang dewasa menentukan pendekatan yang tepat dalam kegiatan pendidikan

moral adalah pengetahuan tentang stategi membentuk tingkah laku atau moral

anak, karena dengan moral yang baik dengan sendirinya akan membentuk

kepribadian yang baik dan paripurna. Dengan adanya kegiatan imtaq mampu

merubah sikap pada siswa serta menumbuhkan nilai moral, dengan penerapan

kegiatan Imtaq disamping itu juga sistem pendidikan terlalu menekankan


7

pada kemampuan kognitif pada siswa, sehingga mengesampingkan nilai-

nilai moral serta sikap religius pada siswa.

Program kegiatan imtaq diharapkan mampu menyentuh nilai-nilai

yang implementatif (dapat dimanfaatkan bagi kehidupan nyata) untuk

kepentingan peserta didik sendiri maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Keragaman pola dan jenis pelaksanaan imtaq sangat diperlukan namun harus

dilandasi oleh prinsip-prinsip pendidikan nilai/akhlak sesuai dengan

kebutuhan dan perkembangan peserta didik agar bisa menciptakan suasana

sekolah yang kondusif dan penciptaan budaya religius. Karena memang

kenyataan tampaknya implementasi kegiatan imtaq untuk menumbuhkan nilai

moral kurang begitu mendapatkan perhatian yang serius dari kalangan

pendidik sehingga lama- kelamaan makin hilang. Fitriani (2018:76)

mengatakan bahwa Imtaq memiliki pengertian yang luas dimana imtaq adalah

dua kata yang terdiri berbeda makna yaitu iman dan taqwa yang masing-

masing memiliki pengertian tersendiri, iman. Dengan menerapkan kegiatan

Imtaq dalam proses pembentukan pada setiap individu, guru, orang tua, staf

sekolah, diharapkan semakin dapat menyadari pentingnya nilai moral dan

sikap religius.

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, peneliti tertarik

melakukan penelitian guna mengetahui lebih mendalam bagaimana

“Implementasi Pendidikan Moral Melalui Imtaq oleh Guru dalam

Membentuk Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Dedai”.


8

B. Fokus Penelitian

Fokus penenlitian dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan

rumusan masalah, dimana rumusan masalah penelitian dijadikan acuan dalam

menentukan fokus penelitian. Dalam hal ini fokus penelitian dapat

berkembang atau berubah sesuai dengan perkembangan masalah penelitian di

lapangan. Hal tersebut sesuai dengan sifat pendekatan kualitatif yang lentur,

yang mengikuti pola pikir yang empirikal induktif, dimana segala sesuatu

dalam penelitian ini ditentukan dari hasil akhir pengumpulan data yang

mencerminkan keadaan yang sebenarnya.

Bungin (2013: 41), fokus penelitian mengandung penjelasan mengenai

dimensi-dimensi apa yang menjadi pusat perhatian serta kelak dibahas secara

mendalam dan tuntas. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian

adalah Implementasi Pendidikan Moral Melalui Imtaq oleh Guru dalam

Membentuk Karakter Siswa di SMA Negeri 1 Dedai.

C. Pertanyaan Penelitian

Untuk menjawab dari hasil penelitian maka diperlukan sebuah

perumusan masalah. Pada bagian ini maka dapat dirumuskan sebuah masalah

yang diambil dari latar belakang yang sudah tertera di atas yaitu:

1. Bagaimanakah implementasi pendidikan moral melalui Imtaq oleh guru

untuk membentuk karakter siswa di SMA Negeri 1 Dedai?

2. Bagaimanakah pelaksanaan Imtaq oleh guru untuk membentuk karakter

siswa di SMA Negeri 1 Dedai?


9

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dialami guru dalam

membentuk karakter siswa melalui Imtaq di SMA Negeri 1 Dedai?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkakan dari rumusan masalah, tujuan yang ingin didapatkan

dari sebuah penelitian ini yaitu:

1. Untuk mendeskripsikan implementasi pendidikan moral melalui Imtaq

oleh guru untuk membentuk karakter siswa di SMA Negeri 1 Dedai.

2. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan Imtaq oleh guru untuk membentuk

karakter siswa di SMA Negeri 1 Dedai.

3. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat yang dialami

guru dalam membentuk karakter siswa melalui Imtaq di SMA Negeri 1

Dedai.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat

mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan

dapat bermanfaat secara umum. Ada dua manfaat yang diharapkan dari hasil

penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan

keilmuan pendidikan terutama dalam mengimlpementasikan Pendidikan


10

moral melalui Imtaq oleh guru di sekolah sehingga dapat mewujudkan

karakter yang baik pada siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai nilai-nilai

karakter dan pengalaman dalam mengimplementasikan nilai karakter.

b. Bagi Guru

Memberikan informasi bagi guru untuk dijadikan sumber

informasi tentang program imtaq serta memberikan pengetahuan dan

wawasan kepada guru tentang pendidikan karakter dan apa saja nilai

yang perlu dikembangkan untuk mendidik siswa agar menjadi warga

negara yang baik.

c. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi

pihak sekolah, khususnya bagi pihak managemen SMA Negeri 1 Dedai

dalam mengetahui penerapan program imtaq dalam menanamkan

karakter siswa di SMA Negeri 1 Dedai.

d. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini merupakan sarana untuk belajar dan

menuangkan pikiran dan gagasan serta untuk menambah pengetahuan,

wawasan dan pengalaman di bidang penelitian serta pengetahuan

tentang penerapan program imtaq dalam menanamkan karakter siswa

di SMA Negeri 1 Dedai.


11

e. Bagi Lembaga STKIP Persada Khatulistiwa

Hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala apresiasi

pembaca khususnya dalam bidang pendidikan untuk lebih kreatif lagi

dalam mengembangkan pengetahuan akademik.

F. Definisi Istilah

Menghindari perbedaan penafsiran dalam memahami penelitian, maka

variabel dalam penelitian ini harus didefiniskan sejelas mungkin dalam

bentuk definisi operasional. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini

yaitu:

1. Pendidikan Moral

Pendidikan moral adalah pendidikan yang berusaha untuk

mengembangkan pola perilaku seseorang sesuai dengan kehendak

masyarakatnya. Kehendak ini berwujud moralitas atau kesusilaan yang

berisi nilai-nilai dan kehidupan yang berada dalam masyarakat. Karena

menyangkut dua aspek inilah, yaitu (a) nilai- nilai, dan (b) kehidupan

nyata, maka pendidikan moral lebih banyak membahas masalah dilema

yang berguna untuk mengambil keputusan moral yang terbaik bagi diri dan

masyarakatnya.

2. Imtaq

Imtaq merupakan wahana yang akan mengarahkan dunia

pendidikan menuju target yang dituju, yakni menciptakan generasi

beriman dan berilmu yang mampu bersaing dan beriman kepada Tuhan.
12

3. Karakter

Karakter adalah suatu pembawaan individu berupa sifat,

kepribadian, watak serta tingkah laku yang diekspresikan dalam kehidupan

sehari-hari. Secara mendasar dalam kehidupan sehari-hari adanya

pengklasifikasikan karakter ke dalam dua jenis, yaitu karakter baik dan

karakter buruk. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa karakter atau sifat

bawaan berkaitan erat dengan kepribadian (personality) dalam diri

seseorang. Dari delapan belas nilai-nilai karakter yang pernah ada di sini

saya menggunakan karakter religius:

a. Karakter religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap

pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk

agama lain.

b. Manfaat karakter religius yaitu pembentukan kebiasaan yang baik dan

meninggalkan yang buruk melalui bimbingan, latihan dan kerja keras.

pembentukan kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah karakter

seseorang.

c. Nilai-nilai religius yang nampak pada diri seseorang dapat ditunjukkan

dengan ciri-ciri sebagai berikut: Kejujuran, Keadilan, Bermanfaat

bagi orang lain, Rendah hati, Disiplin tinggi.

Dengan adanya karakter religius pembentukan kebiasaan yang baik

dan meninggalkan yang buruk melalui bimbingan, latihan dan kerja keras.

Dengan adanya Program Imtaq dapat meningkatkan kemampuan peserta


13

didik dalam memadukan, menerapkan pengetahuan, sikap, keterampilan

yang telah dipelajari kedalam kehidupan nyata.

Anda mungkin juga menyukai