Anda di halaman 1dari 8

Khoiriah et al (2023).

Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8 (3): 1448 – 1455


ISSN
DOI: (Print): 2502-7069; ISSN (Online): 2620-8326
https://doi.org/10.29303/jipp.v8i3.1490

Implementasi Pendidikan Karakter Religius dan Toleransi Melalui Budaya


Sekolah di SMP Negeri 22 Mataram

Khifayatul Khoiriah, M. Ismail, Edy Kurniawansyah*, Muh. Zubair


Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan IPS, FKIP, Universitas Mataram,
Jln. Majapahit No. 62, Mataram, NTB, 83125, Indonesia.
*Corresponding Author: edykurniawansyah@unram.ac.id

Article History Abstract: Pendidikan karakter adalah proses pembelajaran untuk membentu
Received: June 17th, 2023 karakter baik dan berkulaitas pada siswa. Pendidikan karakter tidak hanya
Revised: July 12th, 2023 bertujuan untuk menciptakan individu yang pintar secara akademik, tetapi juga
Accepted: July 24th, 2023 individu yang memiliki integritas moral dan etika yang baik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui: 1) implementasi pendidikan karakter religius dan
toleransi melalui budaya sekolah di SMP Negeri 22 Mataram, 2) faktor pendorong
dan penghambat implementasi pendidikan karakter religius dan toleransi melalui
budaya sekolah di SMP Negeri 22 Mataram. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis penelitian etnografi. Informan dalam
penelitian ini adalah kepala sekolah dah guru-guru SMP Negeri 22 Mataram.
Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan
datanya yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji
keabsahan datanya yaitu triagulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter religius terlaksana melalui
1) pembiasan dalam beribadah yang terlaksana melalui program GIRS terdiri dari
membaca al-quran, sholat fardu dan sunnah berjamaah, imtaq, perayaan acara besar
keagamaan dan kegiatan di bulan ramadhan. 2) penguatan karakter berakhlak yaitu
pembiasan melalui 3S dan budaya do’a, serta 3) penguatan melalui keteladanan.
Implementasi karakter toleransi yaitu: 1) pengintegrasian dalam kegiatan
pengembangan diri yaitu budaya berjabat tangan, peringatan hari besar keagamaan,
baca senyap. 2) penguatan melalui materi ajar. Faktor pendorong implementasi
karakter religius terdiri dari: dukungan dari sekolah, dukungan guru, dan dukungan
orangtua. Sedangkan aktor penghambatnya berasal dari siswa, dan orangtua. Faktor
pendorong karakter toleransi yaitu: materi ajar dan dukungan dari warga sekolah
sedangkan faktor penghambatnya berasal dari siswa.

Keywords: Budaya Sekolah, Pendidikan Karakter Religius dan Toleransi, SMP


Negeri

PENDAHULUAN untuk perkembangan fisik, emosional, sosial dan


intelektual siswa.
Pendidikan adalah proses belajar Pendidikan berfungsi sebagai sarana
mengajar yang berlangsung di lembaga untuk menciptakan sumber daya manusia yang
pendidikan formal mulai dari sekolah dasar tidak hanya berilmu, tetapi juga memiliki
sampai sekolah menengah atau lebih tinggi, dan karakter yang mencerminkan jati diri bangsa
dari jenjang seperti sekolah dasar (SD), sekolah Indonesia, berakhlak mulia. dan berbudi luhur
menengah (SMP), sekolah menengah atas (SMA) dan dapat tercermin melalui pendidikan karakter.
dan pendidikan tinggi. terdiri dari Tujuan Dalam rangka mewujudkan pendidikan karakter
pendidikan adalah memberikan pengetahuan, diperlukan kerjasama yang baik antar komponen
keterampilan, nilai dan pengalaman yang pendidikan baik pendidikan formal, non formal,
diperlukan untuk mengembangkan potensi diri maupun informal baik yang tercipta dalam
dan kehidupan di masa depan. Selain itu, lingkungan sekolah, keluarga, maupun
pendidikan memegang peranan penting dalam lingkungan masyarakat (Ependi, 2019).
pembentukan karakter siswa, seperti disiplin, Pendidikan di sekolah tidak hanya
tanggung jawab, religius, percaya diri dan menitikberatkan pada pemberian ilmu
toleransi. Karena pendidikan sekolah penting pengetahuan, namun harus menanamkan etika

1448
Khoiriah et al (2023). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8 (3): 1448 – 1455
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v8i3.1490

dan moral pada siswa. Sebagai tempat atau karakter lain yang terdapat pada 18 karakter yang
lembaga yang membentuk watak dan karakter ada. Karakter toleransi antar umat beragama
peserta didik, harus dihadirkan sosok (role Toleransi antaragama diperlukan untuk
model) yang berfungsi sebagai paradigma dalam mencegah diskriminasi dan intoleransi antar
penerapan pembangunan karakter yang dapat siswa yang berbeda latar belakang agama.
dicapai (Septiana, 2021). Perpres No. 87 Tahun Dengan mewujudkan pendidikan karakter
2017 mengidentifikasi lima nilai inti yang harus tentang toleransi di sekolah diharapkan dapat
dikembangkan, antara lain: Religius, nasionalis, saling menghargai dan menghormati perbedaan
mandiri, gotong royong dan jujur. disegala kondisi yang ada.
Pengembangan nilai disesuaikan dengan Budaya sekolah dapat mendukung
kebutuhan dan keadaan masing-masing sekolah. pelaksanaan pendidikan karakter di lingkungan
Menghadapi gempuran arus globalisasi yang sekolah. Budaya sekolah dapat membantu
notabene juga berdampak negatif bagi generasi menciptakan budaya yang menjadi kekhasan
muda khususnya siswa, maka pendidikan sekolah yang ditunjukkan dengan keteladanan
karakter harus diintegrasikan ke dalam sikap dan perilaku serta cara-cara yang
lingkungan sekolah. diterapkan di sekolah, karena budaya sekolah
Kenyataannya banyak terjadi tindak sangat mendukung keberhasilan program
kejahatan di lingkungan sekolah dan sayangnya, pembangunan karakter (Chairani, 2021). Budaya
kenakalan siswa menjadi mata rantai yang tidak sekolah yang dilaksanakan dengan baik
pernah putus sehingga pola perilaku tersebut memberikan pengaruh positif terhadap
diwariskan dan mengarah pada budaya pelaksanaan pembentukan karakter, sebaliknya
kekerasan. Karena kekerasan dapat terjadi kapan apabila budaya yang dipraktikkan tidak
saja, tidak terkecuali juga terjadi di lingkungan mengarah pada pembentukan karakter maka akan
sekolah (Haslan et al., 2021). Untuk mengatasi menghambat pelaksanaan pembentukan karakter
permasalahan negatif tersebut, penerapan itu sendiri, hal ini menunjukkan bahwa budaya
pendidikan karakter merupakan solusi yang tepat sekolah memberikan dampak yang besar pada
untuk mengontrol karakter siswa di lingkungan implementas pendidikan karakter di lingkungan
sekolah. Karena manusia Indonesia dianggap sekolah (Safitri, 2015).
bermoral dan beradab, maka ia harus Sekolah yang menerapkan karakter
menyesuaikan diri dengan norma-norma religius dan toleransi melalui budaya sekolah
masyarakat dalam perilaku dan tindakannya adalah SMP Negeri 22 Mataram. SMP Negeri 22
(Supriati et al., 2022). terdiri dari 128 siswa dengan keyakinan yang
Karakter yang harus diterapkan sebagai berbeda yaitu Islam dan Hindu, sekitar 80 siswa
bagian dari penerapan pendidikan karakter di beragama Islam dan 19,5% Hindu. Sikap religius
sekolah adalah agama dan toleransi. Nilai religi dan toleransi tercermin dalam kegiatan sehari-
sangat penting mengingat siswa harus memiliki hari di lingkungan sekolah dan merupakan salah
keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhannya. satu cara untuk mengimplementasikan
Nilai-nilai religi yang diterapkan di lingkungan pendidikan karakter melalui budaya sekolah.
sekolah memberikan dampak yang signifikan Komitmen sekolah terlihat pada implementasi
bagi siswa terutama dalam menanamkan nilai- budaya yang baik dengan menempelkan tulisan
nilai spiritual. Nilai-nilai yang diterapkan seperti di dinding sekolah yang menunjukkan komitmen
hati nurani dan perilaku sesuai dengan prinsip- sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah
prinsip agama, tanggung jawab kepada Tuhan (Ependi, 2019).
dan sebagainya. Nilai toleransi juga harus
ditanamkan kepada siswa yang tumbuh di METODE
lingkungan yang beragam.
Melihat banyak kasus yang diakibatkan Pendekatan penelitian yang digunakan
oleh perselisihan dengan orang lain yang yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis
menyebabkan perpecahan dan kekacauan di deskripsi. Jenis penelitian deskripsi menurut
antara orang-orang. Oleh karena itu peserta didik Moloeng (Chairani, 2021) yaitu penelitian yang
harus menunjukkan toleransi yang tinggi berusaha memahami subjek penelitian dan
terhadap perbedaan agama (Rukiyati et al., dijelaskan secara deskriptif melalui kata-kata
2017). Selain itu karakter religius dapat yang akan menggambarkan bagaimana
mendukung terbentuknya berbagai macam implementasi pendidikan karakter religius dan

1449
Khoiriah et al (2023). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8 (3): 1448 – 1455
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v8i3.1490

toleransi melalui budaya sekolah di SMPN 22 dilaksanakan setiap hari senin sampai kamis
Mataram dan apa saja faktor pendorong dan dengan partisipasi guru dan siswa. Kegiatan
penghambatnya. Penelitian ini dilaksanakan di sholat Dzuhur di masyarakat dilakukan dengan
SMP Negeri 22 Mataram, Jalan Gontoran, penuh hormat dan toleransi terhadap perbedaan
Bertais, Kecamatan Sandubaya, Kota Mataram, agama dan kepercayaan. Hal ini mengingat
Nusa Tenggara Barat. Teknik pengumpulan data siswa SMP Negeri 22 Mataram tidak hanya
yang digunakan dalam penelitian ini adalah beragama Islam sehingga siswa yang tidak
adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. mengikuti kegiatan sholat berjamaah pun
Subjek dalam penelitian ini adalah warga sekolah diberikan kesempatan untuk melakukan
di SMP Negeri 22 Mataram. Sedangkan kegiatan lain sesuai dengan keyakinan dan
informannya yaitu kepala sekolah, wakil kepala agamanya. Sholat dhuha dijadwalkan setiap
sekolah urusan kurikulum, guru pendidikan hari Jumat dan dilaksanakan sebelum
agama Islam (PAI), guru pendidikan agama dimulainya kegiatan imtaq. Kegiatan ini
Hindu, dan guru PPKn di SMP Negeri 22 dilakukan oleh seluruh warga sekolah, mulai
Mataram. Sumber data dalam penelitian ini yaitu dari kepala sekolah, guru, staf dan siswa.
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sepuluh menit sebelum shalat fardhu dan
Menurut Miles dan Hubermen teknik analisis sunnah, siswa diingatkan untuk bersiap ke
data yang digunakan yaitu reduksi data, musholla. Ketika waktu sholat tiba, siswa harus
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Uji berada di musholla dan mengambil air wudhu
keabsahan data menggunakan triangulasi yaitu serta lengkap membawa perlengkapan sholat
triangulasi sumber, metode, dan waktu. seperti sajadah dan mukenah. Tujuan dari sholat
berjamaah ini tidak hanya untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN memungkinkan para siswa untuk shalat
berjamaah di musholla, namun juga diharapkan
Implementasi Pendidikan Karakter Religius para santri dapat mengajak orang-orang
dan Toleransi Melalui Budaya Sekolah di disekitarnya untuk shalat berjamaah dan tepat
SMP Negeri 22 Mataram waktu.
c. Iman dan Taqwa (Imtaq)
A. Implementasi Pendidikan Karakter Religius Kegiatan imtaq adalah suatu konsep atau
Melalui Budaya sekolah di SMP Negeri 22 program yang berfokus pada pembinaan
Mataram spiritual dan moral dalam kehidupan peserta
1. Pembiasan Melalui Kegiatan Rutin didik. Kegiatan ini biasa dilakukan disetiap hari
a. Membaca Al-Qur’an jumat serta diikuti oleh semua warga sekolah.
Membaca Al Quran merupakan bagian Bagi yg beragama Islam melaksanakan
dari program GIRLS yang dibuat oleh sekolah aktivitas imtaq pada musholla sekolah.
untuk memperkuat nilai-nilai agama siswa. Kegiatan imtaq pada mushola dimulai dengan
Selain itu, dengan memahami Al-Quran, sholat dhuha berjamaah, sesudah sholat dhuha
mereka berharap dapat meningkatkan kecintaan selesai dilanjutkan dengan kegiatan membaca
terhadap agama dan megimplementasikan yasin, sholawatan, serta ceramah agama.
ajaran al-quran dalam kehidupannya. Kegiatan
tersebut berlangsung setiap hari senin, selasa d. Perayaan Acara Besar Keagamaan
dam kamis. Guru selalu memberikan Perayaan acara besar keagamaan di SMP
bimbingan dan dorongan kepada siswa untuk 22 Mataram biasanya terlaksana pada acara
membiasakan diri membaca al-quran kapanpun besar Islam seperti Isra Miraj dan Maulid Nabi
dan dimanapun. Hal ini dilakukan dalam Muhammad saw. Perayaan acara besar
program membaca al-quran 15 menit sebelum keagamaan memang tidak selalu rutin diadakan
dimulainya proses belajar mengajar di kelas. setiap tahun karena beberapa alasan. Namun
Menurut Apison (Chandra, 2020) memahami pada tahun 2022 lalu sekolah mengadakan
isi al-qur'an memotivasi kita untuk perayaan maulid Nabi Muhammad saw yang
melaksanakan ajaran dan perintah yang dirangkaikan dengan peresmian gedung baru.
terkandung dalam al-qur'an. Bagi yang beragama Hindu menjalankan
b. Sholat Berjamaah kegiatan keagamaan seperti doa dan sebagainya
Kegiatan sholat fardhu yang di ruangan khusus yang disediakan oleh
dilaksanakan di SMPN 22 Mataram sekolah.

1450
Khoiriah et al (2023). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8 (3): 1448 – 1455
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v8i3.1490

e. Kegiatan di Bulan Suci Ramadhan peserta didik di dalam kelas. Berdoa tidak
Kegiatan pada bulan suci ramadhan hanya titerapkan pada saat memulai pelajaran
memang menjadi agenda tahunan yang namun saat mengahirinya juga perlu berdoa.
dilaksanakan oleh sekolah untuk menambah Sejalan dengan pendapat (Syarifudin, 2017)
pahala di bulan ramadhan. Kegiatan tersebut bahwa membaca doa’a berperan untuk memulai
dilaksanakan selama 3 hari yang diisi dengan perencanaan, pelaksanaan, sampai pada
sholat dhuha berjamaah, tadarusan, ceramah kegiatan evaluasi. Oleh karena itu peserta didik
agama dan diakhiri dengan sholat dzuhur harus memulai dan mengakhiri kegiatan
berjamaah. Tadarusan dilaksanakan secara pembelajaran dengan berdoa.
bersama-sama di musholla yang berlangsung
sekitar 30-40 menit, setelah itu dilanjutkan 3. Penguatan Karakter Melalui Keteladanan
dengan ceramah agama yang juga disampaikan Penguatan karakter religius dapat
oleh perwakilan guru untuk memberikan dilakukan melalui keteladanan. Keteladanan
siraman rohani. Selain kegiatan tadarusan dan biasa dilakukan oleh guru yang bertindak
ceramah agama SMPN 22 Mataram juga sebagai orangtua di sekolah. Guru menjadi
mengadakan acara buka bersama yang contoh teladan (role model) peserta didik dalam
bertepatan dengan Nuzunul Qur’an yang bertingkah laku. Sejalan dengan pendapat
kegiatannya dirangkain degan sholat magrib Nanang Purwanto bahwa perilaku guru yang
dan isya serta taraweh berjamaah. dapat dicontoh peserta didik mencakup
bagaimana guru berbicara, bertingkah laku,
2. Penguatan Karakter dalam Berakhlak berpakaian, bagaimana bentuk toleransi guru
a. Budaya Senyum, Sapa, dan Salam dan tingkah laku lain yang dapat mempengaruhi
Senyum adalah ungkapan wajah yang karakter peserta didik (Nunzairina, 2018).
bisa memberikan kesan hangat, ramah, dan Selain memberi contoh kepada siswa, guru juga
sopan kepada orang lain. Salam dan sapa berperan untuk memberikan motivasi agar
biasanya dilakukan dengan cara menyapa dan siswa terpacu untuk giat dan disiplin dalam
memberikan tanda penghormatan seperti menjalankan kegiatan yang telah dibuat oleh
bejabat tangan, anggukan kepala dan sekolah.
sebagainya. Salam dan sapa menunjukkan niat
baik dan merupakan tindakan sosial yang B. Implementasi Pendidikan Karakter Toleransi
umum dilakukan dalam lingkungan sekolah Melalui Budaya sekolah di SMP Negeri 22
termasuk dalam konteks profesional, sosial, dan Mataram
agama. Budaya senyum, sapa, dan salam ini 1. Pengembangan Diri
telah terlaksana dengan baik oleh SMPN 22 a. Kegiatan Rutin
Mataram didukung oleh kesadaran oleh seluruh 1) Budaya Berjabat Tangan
warga sekolah yang diperoleh melalui Budaya berjabat tangan menjadi
pembiasan yang dilakukan setiap hari. bagian dari program GIRLS yang dibuat oleh
Budaya 3S tidak hanya ditunjukkan sekolah yakni termasuk pada budaya 3s
melalui penyambutan yang dilakukan oleh guru (senyum, sapa, salam). Budaya berjabat
di depan sekolah saja akan tetapi budaya ini tangan bertujuan untuk membentuk karakter
juga diterakan siswa di dalam kelas yang siswa terutama karakter sopan santun
ditunjukkan dengan menyambut atau (Mufarrokhah, 2017). Pembiasan berjabat
memberikan salam kepada guru saat memasuki tangan dimaksudkan agar siswa terbiasa
ruangan kelas. Hal tersebut menjadi kebiasaan berjabat tangan dengan orang yang lebih tua
siswa di dalam kelas, sebelum memulai dan berbeda agama mengingat warga sekolah
pembelajaran siswa akan menyambut di SMP Negeri 22 Mataram terdiri dari dua
kedatangan guru dan dilanjutkan dengan agama yang berbeda. Pembiasan tersebut
berdo’a sebelum belajar. Budaya 3S yang dapat menumbuhkan karakter toleransi antar
diterapkan secara tidak langsung mampu umat beragama di dalam diri siswa dengan
membentuk nilai religius peserta didik saling menghomati antar satu sama lain.
(Cahyaningrum dkk., 2017).
b. Budaya Do’a 2) Acara Besar Keagamaan
Membaca doa menjadi salah satu Melalui kegiatan rutin tahunan yang
pembiasaan yang diterapkan guru kepada diadakan oleh sekolah seperti kegiatan di

1451
Khoiriah et al (2023). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8 (3): 1448 – 1455
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v8i3.1490

bulan ramadhan. Pada saat bulan ramadhan karakter toleransi antar umat beragama di
SMPN 22 Mataram rutin mengadakan acara lingkungan sekolah. Kegiatan spontan yang
keagamaan seperti tadarusan, ceramah agama, terlaksana di SMPN 22 Mataram yaitu dengan
sholat berjamaah, serta buka bersama. memberikan peringatan dan teguran kepada
Sebagai bentuk toleransi kepada yang siswa yang bersikap tidak toleran dengan cara
beragama Islam para siswa hindu juga memberikan nasehat kepada siswa yang tidak
mengisi bulan ramadhan dengan kegiatan intolerannya. Kegiatan spontan yang dilakukan
yang positif dengan membuat kerajinan sebagai bentuk bimbingan dan pengertian
seperti tampyah bundar, timpah pusuh, dan kepada siswa bagaimana perilaku baik yang
tipat sirikan. seharusnya dilakukan. Pemberian teguran
Selain itu di SMPN 22 Mataram dimaksudkan agar siswa yang melakukan sikap
mengadakan acara untuk memperingati hari intoleran menyadari kesalahannya dan tidak
besar keagamaan seperti isra mi’raj dan akan mengukangi kesalahan yang sama.
maulid nabi sedangkan untuk yang beragama
Hindu biasanya saat ada acara keagamaan c. Keteladanan
akan ijin untuk tidak mengikuti KBM dan Keteladanan adalah perilaku guru yang
sekolah akan sangat memakluminya. Melalui dapat dicontoh oleh siswa baik itu perbuatan,
kegiatan rutin yang dilaksankan seperti pada sikap, dan cara berpakaian (Amin dkk, 2019).
kegiatan di bulan ramadhan, idul fitri, idul Keteladanan yang ditunjukkan oleh guru dapat
adha, hari raya nyepi, galaungan dan berorientasi pada pendidikan karakter toleransi
kuningan. Walaupun tidak ikut serta antar umat beragama seperti bersikap adil dan
merayakannya tapi dapat ditunjukkan dengan mengikutsertakan semua siswa dalam segala
sikap saling menghormati dan menghargai kegiatan tanpa membedakannya. Toleransi
perbedaan. dapat ditunjukkan melalui hal-hal kecil, dengan
saling menghargai dan menghomati teman yang
3) Baca Senyap beribadah juga menjadi salah satu perilaku
Kegiatan baca senyap adalah kegiatan toleransi antar umat beragama. Guru sebagai
literasi yang dilaksanaka setiap minggu yaitu wali di sekolah harus memperhatikan segala
pada hari rabu pada jam 07.25-08.00 Wita. perilakunya karena guru merupakan teladan
Kegiatan baca senyap dilatarbelakangi oleh atau role model di lingkungan sekolah.
rendahnya minat siswa untuk membaca buku
sehingga sekolah berinisiatif untuk membuat 2. Penguatan Melalui Materi ajar
program literasi melalui baca senyap ini. Karakter toleransi dapat dipupuk melalui
Kegiatan literasi dapat dijadikan sebagai tindakan nyata di lingkungan namun juga dapat
kegiatan yang berimplikasi pada penguatan dikuatkan melalui muatan materi yang
karakter toleransi antar umat beragama (Amin mengandung nilai toleransi seperti
dkk, 2019: 321). Pada siswa di SMPN 22 mencantumkan nilai-nilai tersebut pada materi
Mataram karena semakin luas pengetahuan ajar. Penguatan nilai toleranasi dalam materi ajar
tentang perbedaan dan keberagaman yang sangat penting untuk membentuk sikap dan
diperoleh siswa melalui buku bacaan mka pemahaman yang inklusif untuk saling
akan memberikan dampak positif juga dalam menghormati perbedaan antara peserta didik.
menguatkan karakter toleransinya dan Materi yang memuat karakter toleransi
menerapkannya di tengah keberagaman yanga diantaranya pada mata pelajaran PPKn yang
ada. materinya memuat implementasi karakter
toleransi pada peserta didik. Selain itu karakter
b. Kegiatan Spontan toleransi dapat dipupuk melalui materi ajar yang
Kegiatan spontan merujuk pada berkenaan dengan toleransi biasanya pada mata
tindakan atau rencana kegiatan yang dilakukan pelajaran Pendidikan Pancasila dan
oleh guru. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai Kewarganegaraan (PPKn) dan diintegrasikan
respon terhadap situasi atau kondisi tertentu melalui silabus dan RPP.
yang muncul dalam kelas atau lingkungan
sekolah. Kegiatan spontan dapat dilakukan oleh Faktor Pendorong dan Penghambat
kepala sekolah dan guru dalam kegiatan Implementasi Pendidikan Karakter Religis
pengembangan diri dalam rangka membentuk dan Toleransi Melalui Budaya Sekolah

1452
Khoiriah et al (2023). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8 (3): 1448 – 1455
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v8i3.1490

A. Faktor Pendorong dan Penghambat


Implementasi Pendidikan Karakter Religius 2. Faktor Penghambat
1. Faktor Pendorong a. Siswa
a. Dukungan Sekolah Hambatan dalam menerapkan karakter
Sekolah bertanggung jawab untuk religius di SMPN 22 Mataram yaitu terletak
menyediakan fasilitas yang cukup lengkap pada siswa. Pada kenyataanya masih terdapat
untuk mewujudkan pendidikan karakter religius siswa yang tidak disiplin dan serius dalam
dan toleransi melalui budaya sekolah. Fasilitas menjalankan kegiatan keagamaan yang ada di
yang tersedia merupakan bagian dari budaya sekolah. Terkadang masih ada siswa yang tidak
artifak yang berupa objek material (benda) yang khusyu sholat dan tidak jarang saat hendak
diciptakan manusia sebagai bentuk mendukung sholatpun siswa harus diarahkan untuk segera
keterlaksanaan budaya yang hendak dibangun mengambil air wudhu. Kesadaran siswa yang
(Fathurrohman, 2016). Fasilitas yang tersedia masih rendah dalam menjalankan kegiatan
seperti ruang kelas yang bersih dan nyaman, keagamaan menjadi salah satu penghambat
bagi yang beraga Islam tersedinya musholla, al- dalam menjalankan karakter religius yang
quran, sajadah, mukenah, dan tempat wudhu. maksimal.
Bagi yang beragama Hindu tersediaya ruangan b. Orang Tua
khusus ibadah dan tersedianya perlengkapan Hambatan dari penerapan pendidikan
ibadah lain. karakter religius yaitu lingkungan tempat
tinggal. Untuk orang tua yang tidak
b. Dukungan Guru memperkuat nilai religi anak di lingkungan
Guru tidak hanya memberikan rumah akan sangat sulit memberi motivasi pada
pengajaran kepada siswa namun juga guru anak yang tidak dibiasakan beribadah di rumah.
berperan dalam memberikan dukungan dan Terkadang masih ada orang tua yang tidak
teladan yang baik bagi peserta didik. Guru mendorong anak untuk beribadah di rumah,
memiliki tanggung jawab untuk memberikan padahal ibadah seperti sholat, mengaji adalah
pengajaran agama yang komprehensif, baik itu sebuah kewajiban bagi seorang muslim.
dalam pelajaran formal agama atau kegiatan
ekstrakurikuler. Seorang guru yang B. Faktor Pendorong dan Penghambat
menjalankan praktik agama dengan konsisten Implementasi Pendidikan Karakter Toleransi
dan menunjukkan perilaku positif yang sesuai 1. Faktor Pendorong
dengan nilai-nilai agama akan dicontoh oleh a. Dukungan dari Guru
siswa. Selain itu guru dapat bekerja sama Dalam proses KMB dI kelas guru harus
dengan orangtua siswa dalam memperkuat senantiasa berlaku adil kepada seluruh siswa
karakter religius. Dengan membangun tanpa memandang bulu. Hal tersebut dapat
komunikasi yang baik dan terbuka serta dilakukan seperti saat pembagian kelompok
melibatkan oran tua dalam pendidikan agama, guru harus membagi setiap kelompok secara
guru dapat menciptakan lingkungan pendukung heterogen artinya bahwa setiap kelompok
yang konsisten antara guru dan orang tua. terdiri dari beragama siswa, ada yang berjenis
kelamin laki-laki dan ada yang perempuan, ada
c. Dukungan Keluarga (orang tua) yang beragama Islam dan ada pula yang beraga
Keluarga terkhusus orang tua memiliki Hindu. Melalui tindakan sederhana tersebut
peranan dalam menanamkan karakter religius tentu saja dapat memberikan contoh kepada
pada anak di rumah, karna pendidikan karakter siswa untuk selalu harmonis dan bekerja sama
tidak hanya ditanamkan di sekolah. Sekolah walupun dengan perbedaan yanga ada.
merupakan lembaga pendidikan normal yang
sejatinya memiliki peran yang sama besarnya b. Dukungan dari Lingkungan Sekolah
dalam mendidik karakter anak. orangtua Faktor pendorong lain berasal dari
memiliki peranan yang sama besarnya untuk lingkungan sekolah yaitu dengan menciptakan
mengontrol tingkah laku dan juga karakter lingkungan yang inklusif. Sekolah harus
anak. Sejalan dengan Chandra dkk (2020) mendorong toleransi dengan mengatasi
bahwa salah satu faktor yang menentukan diskriminasi dan perilaku tidak toleran. Latar
perkembangan karakter religius anak yaitu belakang siswa di SMPN 22 Mataram maka
lingkungan keluarga. sekolah harus mampu membangun lingkungan

1453
Khoiriah et al (2023). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8 (3): 1448 – 1455
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v8i3.1490

sekolah yang damai dan harmonis. Hal tersebut teguran dan sanksi; (3) Keteladanan meliputi
dapat ditunjukkan oleh seluruh warga sekolah pemberian motivasi dan contoh nyata dari guru.
baik kepala sekolah, guru, staf, maupun para Faktor pendorong implementasi karakter religius
siswa. Seluruh warga sekolah harus hidup dan toleransi yaitu berasal dari dalam (internal)
rukun serta saling menhhormati dan dan dari luar (eksternal). Faktor internal berasal
menghargai antar umat beragama, karena hal dari: (1) Sekolah yaitu ketersediaan fasilitas
tersebut adalah kunci dari keharmonisan dalam seperti musholla, mukenah, sajadah, al-quran,
berkehidupan yang beragam. dan ruangan ibdaha bagi yang non muslim (2)
Kepala sekolah sebagai pemimpin Guru. Faktor internal yaitu: (1) Siswa (2)
sekolah harus mampu menunjukkan sikap yang Orangtua. Faktor penghambat karakter religius
dapat mencerminkan perilaku yang toleransi berasal dari luar yaitu Orangtua sedangkan faktor
dan adil agar tidak menimbulkan kecemburan penghambat karakter toleransi berasal dari siswa.
di antara warga sekolah. Selain itu peran guru
dibutuhkan dalam menerapkan karakter UCAPAN TERIMA KASIH
toleransi di lingkungan sekolah, hal tersebut
dikarenakan guru sebagai panutan dan contoh Saya mengucapkan terima kasih kepada
bagi siswa dalam menyikasipi sebuah pihak yang telah berjasa dalam proses
perbedaan yang ada. penyusunan skripsi yaitu kepada dosen
pembimbing, kepala sekolah dan guru-guru di
2. Faktor Penghambat SMPN 22 Mataram yang telah memberikan
Siswa kemudahan dalam proses penelitian serta kepada
Peserta didik menjadi penghambat disini pihak-pihak lain atas kontribusinya yang sangat
maksudnya adalah masih terdapat siswa yang berarti.
tidak bisa menghormati satu sama lain.
Contohnya pada saat bulan ramadhan masih ada REFERENSI
siswa yang makan di depan teman yang
berpuasa. Kemudian saat temannya yang Amin Muliaty, Arif Rofki, Susdiyanto, &
sedang ibadah masih saja ada siswa lain yang Muhammad Yusuf T. (2019).
mengeluarkan suara keras sehingga Implementasi Pendidikan Karakter
mengganggu kekhusuan teman yang sedang Bertoleransi Antar Umat Beragama
beribadah. Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor Melalui Kegiatan Sekolah di SDN Inpres
penghambat pada implementasi karakter 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura. Jurnal
toleransi terletak pada sikap siswa yang masih Pendidikan. VII(2), Desember 2019.
kurang menghargai antar satu sama lain. Cahyaningrum, E.S., Sudaryanti, S. & Purwanto,
N. (2017). Pengembangan Nilai-Nilai
KESIMPULAN Karakter Anak Usia Dini Melalui
Pembiasan dan Keteladanan. Jurnal
Implementasi pendidikan karakter religius Pendidikan Anak.
melalui budaya sekolah di SMP Negeri 22 doi:org.10.21831/jpa.v6i2.17707
Mataram bahwa terlaksana melalui program Chairani Meyrosa (2021). Implementasi Karakter
GIRLS (gerakan imtaq dan literasi sekolah) Religius dan Disiplin Melalui Budaya
terdiri dari: (1) Kegiatan rutin yang meliputi Sekolah Di MIN 2 Lampung Selatan.
membaca al-quran, sholat dzuhur dan dhuha Skripsi: S1 Fakultas Tarbiyah dan
berjamaah, kegiatan imtaq, hari besar keagamaan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
dan kegiatan di bulan suci ramadhan; (2) Chandra Pasmah, Nelly Marhayati, & Wahyu
Penguatan karakter dalam berakhlak meliputi (2020). Pendidikan Karakter Religius dan
budaya membaca do’a dan budaya senyum, sapa, Toleransi Pada Pesantren Al Hasanah
dan salam (3S); (3) Penguatan karakter melalui Bengkulu. Jurnal Pendidikan Islam. 11(1).
keteladanan dari guru. Sedangkan implementasi Ependi Riki (2019). Implementasi Pendidikan
karakter toleransi melalui budaya sekolah di SMP Karakter Toleransi di SMA Negeri 2
Negeri 22 Mataram terlaksana melalui: (1) Ponorogo. Skripsi. Program studi
Kegiatan rutin meliputi budaya berjabat tangan, Managemen Pendidikan Islam Fakultas
peringatan hari besar keagamaan, dan baca Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
senyap; (2) Kegiatan spontan meliputi pemberian

1454
Khoiriah et al (2023). Jurnal Ilmiah Profesi Pendidikan, 8 (3): 1448 – 1455
DOI: https://doi.org/10.29303/jipp.v8i3.1490

Agama Islam Negeri Ponorogo (IAIN) Artikel Pendidikan. doi:


Ponorogo. 1030998/sap.v2i2.2090.
Fathurrohman M. (2016). Pengembagangan
Budaya Religius Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan. Jurnal Ta’alum. 4(1),
hal 27
Haslan Mabrur, Rispawati, Ahmad Fauzan, Edy
Kurniawansyah, & Sawaludin (2021).
Penyuluhan Tentang Dampak Perilaku
Bullying Bagi Siswa Danupaya Untuk
Mengatasinya di SMPN 1 Gerung
Kabupaten Lombok Barat. Jurnal
Pengabdian Magister IPA 4(4).
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i2.1173
Mufarrokhah Lailatul (2017). Pelestarian Budaya
Jabat Tangan dalam Membentuk Karakter
Sopan Siswa Kelas V B di SD Negeri
Turen 02 Malang. Skripsi: Program Studi
PGMI UIN Maulana Malik Ibrahim,
Malang.
Nunzairina (2018.) Skripsi. Implementasi
Pendidikan Karakter dalam Budaya
Sekolah di SD IT Al-Hijrah 2 Laut
Dendang. S1 Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara.
Rukiyati Sugiyo & L. Andriani Purwastuti
(2017). Local Wisdom-Based Character
Education Model in Elementary School in
Bantul Yogyakarta Indonesia. Sino-US
English Teaching, 14(5), 299–308.
https://doi.org/10.17265/1539-
8072/2017.05.003
Safitri Novika, M. (2015). Implementasi
Pendidikan Karater Melalui Kultur
Sekolah di SMPN 14 Yogyakarta. Jurnal
Pendidikan Karakter. 6(2)
(10)2015.doi.org/10.21831/jpk.v0i2.8621
Septiana Indah (2021). Implementasi Nilai-nilai
Toleransi di Sekolah Dasar (Study Kasus
di UPT SDN 24 Tumijajar Tulang Bawang
Barat). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Raden
Intan Lampung.
Supriati., Muh. Mabrur Haslan., Edy
Kurniawansyah., & Bagdawansyah
Alqadri (2022). Pelaksanaan Kegiatan
Ekstrakurikuler Pramuka dalam
Pembentukan Moral Siswa di Madrasah
Aliyah Negeri Dompu. Jurnal Ilmiah
Profesi Pendidikan, 7 (4b): 2501-2506
https://doi.org/10.29303/jipp.v7i4b.94.
Syarifudin, S, (2017). Pendidikan Karakter
Melalui Aktivitas Zikir. SAP (Susunan

1455

Anda mungkin juga menyukai