Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN

MELALUI BUDAYA SEKOLAH DI SD NEGERI GADINGAN

ARTIKEL JURNAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta


untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan

Oleh
Fauziyyah Rahmani
NIM 14108241004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
Implementasi Pendidikan Karakter .... (Fauziyyah Rahmani) 1

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN


MELALUI BUDAYA SEKOLAH DI SD NEGERI GADINGAN

IMPLEMENTATION OF ENVIRONMENTAL AWARENESS CHARACTER EDUCATION


THROUGH SCHOOL CULTURE

Oleh: Fauziyyah Rahmani, PGSD/PSD, UNY, fauziyyahr24@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan melalui
budaya sekolah di SD Negeri Gadingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian
deskriptif. Subyek penelitian adalah kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, dan siswa. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan
komponen analisis data model interaktif Miles dan Huberman yang meliputi reduksi data, display data, dan
penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan teknik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa implementasi pendidikan karakter peduli lingkungan di SD Negeri Gadingan terwujud dalam
tiga lapisan, yaitu: lapisan artifak, nilai dan keyakinan, serta asumsi. Lapisan artifak terwujud dalam artifak fisik
dan perilaku. Artifak fisik berupa pengkondisian kebersihan lingkungan sekolah dan fasilitas kebersihan sekolah.
Artifak perilaku meliputi: kegiatan rutin, program sekolah, kegiatan spontan, dan keteladanan. Lapisan nilai dan
keyakinan terwujud dalam nilai dan filosofi sekolah, motivasi, serta kebijakan atau peraturan sekolah. Asumsi
berupa hubungan yang harmonis, kerja keras, kerjasama, dan keteladanan sebagai kunci kesuksesan.

Kata kunci: pendidikan karakter, peduli lingkungan, budaya sekolah.

Abstract
This research aims to describe the implementation of character education of environmental awareness
through school culture in SD Negeri Gadingan. This research employed qualitative method and descriptive model.
The subjects of the research were the headmaster, teachers, school administrators, and students. The data were
collected through observations, interviews, and documentation. The data analysis employed the Miles &
Huberman interactive model which covers data reduction, data display, and data conclusion. The validity test
employed source and technique triangulation.The results of this study show that implementation of character
education of environmental awareness through school culture employed in SD Negeri Gadingan were artifacts,
values and beliefs, and assumptions layers. The artifact layers involve the physical and behavioral aspects. The
physical aspects can be seen from the conditioning and providing the facilities. The behavioral aspects covered
routine and spontaneous activities, school programs, and modelling. Values and beliefs layers can be seen from
school values and philosophy, poster or motivation sentences, and the school order. At the assumptions layer
concluded harmonious relationship, hard work, and that the modelling is the main success factor.

Keywords: character education, environmental awareness, school culture.


2 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
PENDAHULUAN Kabupaten Kulon Progo (2017) menunjukkan
Pendidikan merupakan salah satu aspek bahwa baru tiga sekolah dasar (SD) di wilayah
yang memiliki peran penting dalam Kabupaten Kulon Progo yang telah diverifikasi
perkembangan kehidupan manusia. Pendidikan oleh Balai Lingkungan Hidup Yogyakarta sebagai
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta sekolah adiwiyata dari 335 SD. Dengan
didik agar menjadi manusia yang beriman dan demikian, pengelolaan lingkungan melalui bidang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pendidikan tergolong masih rendah, sehingga
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, wajar apabila di berbagai tempat masih muncul
mandiri, dan menjadi warga negara yang perilaku menyimpang yang dilakukan oleh anak-
demokratis serta bertanggung jawab (Undang- anak.
Dalam rangka mengubah perilaku dan tata
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3). Dengan
laku seseorang atau sekelompok orang,
demikian, dapat dipahami bahwa pendidikan
diperlukan proses pendidikan budi pekerti yang
tidak terbatas pada proses transfer ilmu
dapat mengembangkan aspek afektif peserta
pengetahuan, melainkan membentuk dan
didik. Dalam hal ini pendidikan budi pekerti
mengembangkan kepribadian setiap individu
sering disamakan dengan pendidikan karakter
untuk menjadi manusia seutuhnya.
(Muslich, 2011: 67). Sekolah sebagai satuan
Salah satu ciri manusia yang sudah
pendidikan formal dapat melaksanakan
berkembang seutuhnya adalah dapat berinteraksi
pendidikan karakter melalui pembelajaran di
secara positif dengan makhluk hidup lain maupun
kelas, kegiatan kokulikuler dan ekstrakurikuler,
lingkungan sekitar. Melalui proses pendidikan,
serta budaya sekolah. Budaya sekolah adalah
manusia diharapkan dapat berkembang menjadi
konteks di belakang layar sekolah yang
pribadi yang santun dan bijaksana sehingga
menunjukkan keyakinan, nilai, norma, dan
mampu melakukan perlindungan dan pengelolaan
kebiasaan yang telah dibangun dalam waktu yang
lingkungan demi kelangsungan kehidupan
lama oleh semua warga dalam kerja sama di
manusia.
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan sekolah (Zuchdi, 2011: 132).
Widarto (2014: 4) mengidentifikasikan
dalam bidang pendidikan dilaksanakan oleh
tiga lapisan budaya sekolah, yaitu: artifak fisik
Dinas Pendidikan masing-masing daerah yang
dan perilaku, nilai dan keyakinan, serta asumsi
bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup
yang menjadi dasar dalam kehidupan sehari-hari
(DLH). Salah satu bentuk kerjasama antara Dinas
di sekolah. Melalui budaya sekolah, pendidikan
Pendidikan dan DLH adalah program adiwiyata,
karakter peduli lingkungan dapat ditanamkan
yakni salah satu bentuk penghargaan yang
karena sekolah mensosialisasikan nilai-nilai yang
diberikan oleh pemerintah kepada lembaga
hidup di masyarakat secara berkesinambungan
pendidikan formal yang dinilai berjasa dalam
sebagai budaya yang dimiliki bersama
mengembangkan pendidikan lingkungan hidup
(Kusdaryani, 2016: 126). Budaya sekolah yang
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2009).
berlandaskan pada hal-hal terkait peduli
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup
Implementasi Pendidikan Karakter .... (Fauziyyah Rahmani) 3
lingkungan yang telah ditanamkan melalui nilai, sedap dan bak mandi yang mengandung jentik-
norma, kepribadian, keyakinan, keramahtamahan jentik. Berbeda dengan SD Negeri Gadingan yang
dalam sosialisasi merupakan modal yang harus memiliki kamar mandi tidak berbau, bebas dari
dijaga dan dikuatkan pengembangannya oleh jentik-jentik dan kerak, serta terdapat kamper di
sekolah. setiap kamar mandi. Berdasarkan uraian latar
Kegiatan peduli lingkungan biasanya
belakang di atas, perlu dipahami lebih jauh
secara masif dilaksanakan oleh satuan pendidikan
mengenai implementasi pendidikan karakter
yang memiliki program adiwiyata. SD Negeri
peduli lingkungan melalui budaya sekolah di SD
Gadingan meskipun bukan sekolah yang
Negeri Gadingan.
mendapatkan penghargaan adiwiyata, memiliki
Penelitian ini relevan dengan penelitian
kepedulian besar dalam mengimplementasikan
yang dilakukan oleh Trahati (2015) dan Hidayat
pendidikan karakter peduli lingkungan.
(2017). Persamaan kedua penelitian adalah
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 15 - 22
keduanya meneliti tentang implementasi
September 2017, ditemukan bahwa lingkungan
pendidikan karakter peduli lingkungan di sekolah
sekitar SD Negeri Gadingan bersih dan tertata
dasar. Perbedaan kedua penelitian terletak pada
rapi, lingkungan yang bersih, fasilitas alat
strategi implementasi yang digunakan. Penelitian
kebersihan yang lengkap, serta memiliki program
tersebut meneliti strategi yang digunakan secara
cinta dan bersih lingkungan.
umum, sedangkan penelitian ini mengkaji strategi
Kegiatan pagi bersih merupakan wujud
yang lebih khusus, yaitu budaya sekolah.
pembiasaan memelihara kebersihan dan
Persamaan penelitian Hidayat (2017)
kelestarian sekolah yang telah menjadi budaya
dengan penelitian ini keduanya meneliti tentang
sekolah. Selain itu, warga SD Negeri Gadingan
pelaksanaan pendidikan karakter peduli
memiliki kesadaran yang tinggi dalam
lingkungan. Perbedaan kedua penelitian tersebut
melaksanakan kegiatan pagi bersih. Selain
terletak pada strategi yang digunakan, penelitian
kesadaran yang tinggi, guru memberikan
Hidayat (2017) menggunakan strategi yang lebih
keteladanan sikap peduli lingkungan kepada
khusus berupa kegiatan terprogram yaitu program
siswa.
hidroponik, sedangkan penelitian ini mengkaji
Hal lain yang menjadi perhatian peneliti
strategi yang lebih luas yaitu melalui budaya
adalah tersedianya fasilitas sekolah yang
sekolah.
mendukung terlaksananya pendidikan karakter
peduli lingkungan. Salah satu fasilitas yang METODE PENELITIAN
tersedia adalah alat-alat kebersihan yang lengkap. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Selain itu, alat untuk membersihkan selokan Penelitian ini menggunakan pendekatan
sengaja dibuat untuk mempermudah warga kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah
sekolah dalam menjaga kebersihan selokan. penelitian deskriptif.
Pada umumnya, kamar mandi guru dan Tempat dan Waktu Penelitian
siswa di sekolah dasar identik dengan bau tidak
4 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
Penelitian dilakukan di SD Negeri kelas, jadwal piket luar, jadwal piket guru, papan
Gadingan yang terletak di Durungan, Wates, 18 nilai karakter.
Wates, Kabupaten Kulon Progo pada bulan Fasilitas kebersihan di SD Negeri
Februari sampai dengan Maret 2018. Gadingan mulai dari tempat sampah, alat
Subjek Penelitian kebersihan ruang kelas, kamar mandi, dan
Subjek penelitian ini adalah kepala SD halaman sekolah sudah lengkap. Terdapat tiga
Negeri Gadingan, para guru, karyawan sekolah, tempat sampah di setiap kelas dan ruang guru
dan siswa kelas IV sampai dengan VI. yang diletakkan di depan ruang kelas. Selain itu,
Teknik Pengumpulan Data terdapat tempat sampah berukuran sedang yang
Teknik pengumpulan data yang digunakan tersedia di kantin. Tempat sampah utama yang
adalah observasi, wawancara, dan analisis berukuran besar terdapat di samping musala
dokumentasi. berjumlah dua.
Teknik Analisis Data Selain tempat sampah, alat kebersihan
Teknik analisis data dalam penelitian ini kamar mandi yang tersedia di SD Negeri
meliputi reduksi data, penyajian data, dan Gadingan berupa sikat lantai dan bak mandi, sikat
penarikan kesimpulan. kloset, cairan pembersih, kamper, dan sabun.
Uji Keabsahan Data Sedangkan, alat kebersihan ruang kelas berupa
Pengujian keabsahan data penelitian sapu, serok sampah, dan kemoceng yang tersedia
meliputi triangulasi sumber dan triangulasi di dalam kelas. Alat kebersihan lain yang tersedia
teknik. berupa sapu ijuk, sapu lidi, serok sampah, serok
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN decolith, tempat sampah, alat pel, cairan pel, alat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembersih kaca, serta cairan pembersih kaca.
implementasi pendidikan karakter peduli Selain alat-alat kebersihan, fasilitas fisik
lingkungan melalui budaya sekolah di SD Negeri yang tersedia berupa: papan peraturan piket luar,
Gadingan terwujud dalam lapisan artifak, nilai pembagian tugas piket luar, jadwal piket kelas,
dan keyakina, serta asumsi yang ada di sekolah. jadwal piket luar, jadwal piket guru, papan 18
Berikut deskripsi mengenai ketiga wujud budaya nilai karakter. Sekolah juga memberikan ruang
sekolah tersebut. dan fasilitas kepada siswa untuk mengembangkan
1. Lapisan Artifak karakter peduli lingkungan berupa berupa
Wujud budaya sekolah dalam lapisan pengkondisian lingkungan yang terjaga
artifak terdiri atas dua aspek, yaitu artifak fisik kebersihannya. Lingkungan sekolah yang
dan artifak perilaku. Artifak fisik meliputi dikondisikan selalu bersih adalah ruang kelas,
penyediaan fasilitas fisik yang berkaitan dengan kamar mandi, halaman sekolah, dan lingkungan
karakter peduli lingkungan. Fasilitas fisik sekitar sekolah.
meliputi alat-alat kebersihan lingkungan yang Pemberian ruang dan fasilitas yang
lengkap serta tersedianya papan peraturan piket memadai merupakan bentuk pengkondisian
luar, pembagian tugas piket luar, jadwal piket peduli lingkungan. Penciptaan kondisi tersebut
Implementasi Pendidikan Karakter .... (Fauziyyah Rahmani) 5
mendukung keterlaksanaan pendidikan karakter SD Negeri Gadingan meliputi: kegiatan piket
(Kemendiknas, 2010: 15-20). Marijan (2012: kelas, kegiatan pagi bersih, dan kegiatan Jumat
257-258) menjelaskan bahwa pengondisian ruang Bersih, dan kegiatan Pramuka.
dan kesempatan kepada warga sekolah untuk Hasil penelitian mengenai kegiatan rutin
mengekspresikan perilaku-perilaku yang sesuai dengan Kemendiknas (2010: 15) bahwa
berkarakter baik merupakan salah satu strategi kegiatan rutin dilaksanakan secara terus-menerus
dalam pendidikan karakter. Tidak jauh berbeda dan konsisten setiap saat. Zubaedi (2011: 271)
dengan Marijan, Zuchdi (2011: 152-156) juga menjelaskan bahwa kegiatan rutin sekolah
menyatakan bahwa pembudayaan karakter terpuji merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara
dapat berkembang dan berjalan dengan efektif konsisten dan terus menerus.
perlu didukung dengan adanya penguatan yang Pelaksanakan kegiatan rutin merupakan
konsisten. Penguatan dapat dilakukan dengan wujud pembiasaan peduli lingkungan. Zubaedi
penataan fisik lingkungan sekolah yang (2011: 271) mengungkapkan bahwa sekolah perlu
mendukung terbentuknya karakter terpuji. menerapkan totalitas pendidikan dengan
Ketersediaan fasilitas yang mendukung mengandalkan pembiasaan melalui berbagai
implementasi pendidikan karakter peduli tugas dan kegiatan. Setiap kegiatan pembiasaan
lingkungan juga sejalan dengan pendapat mengandung unsur-unsur pendidikan. Melalui hal
Moerdiyanto (2013: 7-8) yang menyatakan bahwa tersebut, semua yang dilihat, didengar, dirasakan,
perwujudan fisik dapat melalui taman dan dan dikerjakan oleh peserta didik adalah
halaman yang rapi, gedung yang rapi dan bagus, bermuatan pendidikan karakter.
serta sarana ruang yang bersih dan tertata. Tidak jauh berbeda dengan Zubaedi,
Melalui penyediaan ruang dan fasilitas Zuchdi (2011: 152-156) memaparkan bahwa
yang mendukung pembudayaan karakter peduli pihak sekolah bersama-sama dengan keluarga dan
lingkungan, siswa memiliki kesempatan untuk masyarakat harus memberikan perhatian yang
mengembangkan sikap peduli lingkungan yang serius terhadap pentingnya pembelajaran nilai,
lebih luas. Selain itu, pendidikan karakter norma, dan kebiasaan-kebiasaan karakter bagi
menjadi sudah terimplementasikan dengan para siswa. Kurikulum yang diterapkan di sekolah
penyediaan ruang dan fasilitas yang memadai. dalam mewujudkan budaya sekolah yang
Melalui penyediaan ruang dan fasilitas yang bekarakter terpuji dapat berupa berbagai kegiatan
memadai, siswa akan terbiasa untuk selalu dan proyek sosial. Proses pengajaran yang
menjaga kebersihan lingkungan. diperoleh melalui pembelajaran di sekolah berupa
Selain lapisan artifak fisik, budaya nilai, norma, dan kebiasaan diterapkan dalam
sekolah juga terwujud dalam lapisan artifak kehidupan sehari-hari di rumah dan di
perilaku. Lapisan artifak yang berwujud perilaku masyarakat.
terdiri atas kegiatan rutin, program sekolah, Pelaksanaan kegiatan rutin di sekolah
kegiatan spontan, dan keteladanan. Kegiatan rutin sebenarnya merupakan tahapan perasaan moral
terkait peduli lingkungan yang dilaksanakan oleh yakni mencintai hal yang baik (Lickona, 2012:
6 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
95-96). Melalui kegiatan rutin, siswa akan pengetahuan nilai-nilai moral sehingga dapat
terbiasa untuk senang melakukan hal yang baik. menerapkan di sekolah.
Pelaksanaan kegiatan rutin juga merupakan tahap SD Negeri Gadingan memiliki kegiatan
tindakan moral berupa kebiasaan menurut spontan dalam upaya pendidikan karakter peduli
Lickona (2012: 98-99). Dalam implementasi lingkungan. Kegiatan spontan tersebut muncul
pendidikan karakter peduli lingkungan, siswa ketika siswa melakukan perbuatan yang yang
membutuhkan banyak kesempatan untuk sesuai atau sikap yang menyimpang terkait peduli
membangun kebiasaan peduli lingkungan serta lingkungan. Kegiatan spontan yang terdapat di
banyak berlatih untuk menjadi orang yang peduli SD Negeri Gadingan berupa nasihat, hukuman,
lingkungan. Oleh karena itu, kebiasaan peduli dan apresiasi. Bentuk nasihat yang diberikan
lingkungan perlu dipertahankan agar siswa selalu berbentuk teguran secara lisan, seperti: peringatan
memiliki kepedulian terhadap lingkungan. untuk membuang sampah di tempat sampah.
Program sekolah terkait peduli lingkungan Sedangkan, apresiasi diberikan dalam bentuk
merupakan suatu gerakan untuk melestarikan dan verbal (lisan) dan nonverbal. Contoh apresiasi
memperbaiki lingkungan dari kerusakan dalam bentuk lisan adalah ucapan terima kasih,
(Kemendiknas, 2010: 29). Hal ini sejalan dengan hebat, rajin, sip, bagus, pintar, anak sholeh.
Majid & Andayani (2013: 30) bahwa tujuan Apresiasi nonverbal yang diberikan misalnya,
dilaksanakannya pendidikan karakter adalah acungan jempol dan tepuk tangan. Sedangkan,
mengubah manusia menjadi lebih baik dalam hukuman yang diberikan berupa piket selama satu
pengetahuan, sikap, dan keterampilan. minggu jika siswa tidak melaksanakan piket
Melalui program sekolah berupa kegiatan kelas.
piket kelas, kegiatan pagi bersih, kegiatan Jumat Hasil penelitian di atas sejalan dengan
Bersih, dan kegiatan Pramuka sebenarnya Kemendiknas (2010: 15-20) bahwa kegiatan
merupakan tahapan perasaan moral yakni spontan merupakan kegiatan tidak terjadwal
mencintai hal yang baik (Lickona, 2012: 95-96). dalam kejadian khusus yang dilaksanakan secara
Melalui kegiatan rutin, siswa akan terbiasa untuk spontan ketika guru atau tenaga kependidikan
senang melakukan hal yang baik. Pelaksanaan mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik
kegiatan rutin juga merupakan tahap tindakan dari peserta didik. Selain itu, kegiatan spontan
moral berupa kebiasaan menurut Lickona (2012: dapat berupa teguran, nasihat, atau apresiasi.
98-99). Sedangkan, program peremajaan taman Tidak jauh berbeda dengan Kemendiknas,
sekolah sebagai wujud reboisasi dalam lingkup Zubaedi (2011: 271) menjelaskan bahwa kegiatan
kecil yakni sekolah termasuk dalam tahap spontan adalah kegiatan yang dilakukan secara
pengetahuan moral (Lickona, 2012: 85-87). spontan yang meliputi nasihat atau teguran dan
Pengetahuan siswa mengenai reboisasi diterapkan pujian.
dengan membawa satu pot tanaman Melalui hal-hal spontan yang dilakukan
mencerminkan tahap pendidikan karakter berupa oleh kepala sekolah, guru, dan karyawan sekolah
ketika menemui perilaku siswa yang menyimpang
Implementasi Pendidikan Karakter .... (Fauziyyah Rahmani) 7
terkait karakter peduli lingkungan, siswa akan mengungkapkan bahwa keteladanan adalah
terbiasa untuk mengurangi perilaku menyimpang perilaku dan sikap guru, tenaga kependidikan,
tersebut secara berangsur-angsur. Sedangkan, serta peserta didik dalam memberikan contoh
dengan adanya pujian atau apresiasi siswa akan melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga
memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik
mempertahankan sikap peduli lingkungan. lain.
Adanya teguran, nasihat, hukuman, Tidak jauh berbeda dengan Kemendiknas,
maupun apresiasi dalam pelaksanaan pendidikan Zubaedi (2011: 271) teladan dapat berupa contoh
karakter peduli sebenarnya merupakan tahap yang dapat dijadikan model oleh peserta didik.
pengetahuan moral berupa kesadaran moral dan Zuchdi (2011: 152-156) menyatakan bahwa pihak
perasaan moral berupa kendali diri (Lickona, yang melaksanakan pemodelan meliputi: pihak
2012: 85-86). Ketika guru menegur dan sekolah yang terdiri atas kepala sekolah, guru,
memberikan hukuman siswa yang berperilaku dan karyawan bersama-sama dengan orangtua
menyimpang terkait peduli lingkungan, siswa serta masyarakat. Peran semua komponen
mendapatkan pemahaman bahwa yang dilakukan tersebut adalah sebagai contoh atau model bagi
merupakan suatu hal yang tidak benar dan harus siswa dalam menerapkan nilai, norma, dan
diperbaiki. Sedangkan, ketika guru memberikan kebiasaan-kebiasaan karakter yang baik, salah
nasihat dan apresiasi mengenai perbuatan yang satunya adalah peduli lingkungan. Marijan (2012:
menyimpang dan perilaku positif yang 257-258) menyatakan bahwa pemberian teladan
seharusnya dilakukan, maka siswa mendapatkan dari kepala sekolah, guru, dan segenap tenaga
pemahaman tentang perilaku positif yang harus kependidikan di sekolah merupakan salah satu
dipertahankan serta perilaku negatif yang harus strategi efektif untuk mengimplementasikan
dihindari. Dengan adanya teguran, nasihat, dan pendidikan karakter peduli lingkungan.
hukuman siswa dapat mengendalikan dirinya agar Proses keteladanan dari kepala sekolah,
menghindari perilaku yang menyimpang terkait guru, dan karyawan sekolah apabila dicermati
peduli lingkungan. merupakan tahap pengetahuan moral peduli
Pemberian keteladanan oleh kepala lingkungan bagi siswa. Hal ini sesuai dengan
sekolah, guru, dan karyawan sekolah di SD Lickona (2012: 85) yang menyatakan bahwa
Negeri Gadingan merupakah salah satu strategi dengan mengetahui sebuah nilai berarti telah
implementasi pendidikan karakter peduli memahami cara menerapkan nilai tersebut dalam
lingkungan. Keteladanan yang diberikan berupa: berbagai situasi. Ketika kepala sekolah, guru, dan
melaksanakan tugas piket, datang lebih awal, karyawan memberikan contoh berupa membuang
membuang sampah pada tempatnya, sampah di tempat sampah dan membersihkan
melaksanakan budaya LISLAM, serta terlibat lingkungan, maka secara tidak langsung
langsung dalam kegiatan pagi bersih, Jumat memberikan pengetahuan bagi siswa mengenai
Bersih, dan piket kelas. Senada dengan hal kebiasaan positif terkait peduli lingkungan.
tersebut, Kemendiknas (2010: 15-20) 2. Lapisan Nilai dan Keyakinan
8 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
Budaya sekolah yang terbentuk dalam Kepemimpinan, keteladanan, keramahan,
lapisan nilai dan keyakinan berupa visi, misi, toleransi, kerja keras, disiplin, kepedulian sosial,
semboyan khas, slogan atau kalimat motivasi, kepedulian lingkungan, rasa kebangsaan, dan
serta kebijakan atau peraturan sekolah. tanggung jawab merupakan nilai-nilai yang
Visi SD Negeri Gadingan adalah dikembangkan dalam budaya sekolah.
“Terwujudnya manusia yang beriman, bertaqwa, Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan
unggul dalam prestasi, berbudaya, terampil, budaya dan karakter bangsa dalam budaya
berkarakter, dan ramah dengan sesama”. Visi sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang
tersebut dijabarkan ke dalam delapan misi dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga
sekolah, salah satunya adalah “Terwujudnya administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta
Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa didik dan menggunakan fasilitas sekolah.
melalui semua mata pelajaran dan kegiatan”. Misi Visi, misi, dan tata tertib sekolah
tersebut dapat dipahami bahwa salah satu wujud sebenarnya telah disosialisasikan ke seluruh
ketaqwaan manusia adalah mencintai lingkungan. warga sekolah dan para pengunjung yang datang
Sikap mencintai atau peduli lingkungan di SD ke sekolah. Hal ini dapat dilihat melalui
Negeri Gadingan salah satunya diwujudkan pemajangan visi, misi, dan tata tertib sekolah di
melalui kegiatan. berbagai tempat. Adapun lokasi pemajangan visi,
Visi dan misi tersebut menunjukkan misi, dan tata tertib sekolah yang ditemukan oleh
bahwa SD Negeri Gadingan telah memiliki peneliti berada di dalam kantor guru, di barat
susunan visi dan misi yang secara umum sudah kantor guru (dekat dengan gerbang sekolah), di
memuat peduli lingkungan yang akan depan kelas III, dan di dalam kelas.
dibudayakan oleh siswa. Hal tersebut sesuai Proses sosialiasi mengenai visi, misi, dan
dengan Kemendiknas (2010: 19) bahwa budaya tata tertib sekolah sebenarnya mencerminkan
sekolah merupakan pikiran, kata-kata, sikap, tahapan perkembangan karakter peduli
perbuatan, dan hati setiap warga sekolah yang lingkungan menurut Lickona (2012: 85) yakni
tercermin dalam semangat, perilaku, maupun tahap pengetahuan moral. Pengetahuan nilai-nilai
simbol serta slogan khas identitas sekolah. moral melalui papan visi, misi, dan tata tertib
Budaya sekolah adalah suasana kehidupan yang di pajang di berbagai tempat akan membuat
sekolah dimana peserta didik berinteraksi dengan siswa berpikir mengenai pentingnya peduli
sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan lingkungan yang harus dijaga dan dibudayakan
sesamanya, pegawai administrasi dengan oleh diri siswa. Sayangnya, sebagian besar warga
sesamanya, dan antaranggota kelompok sekolah tidak hafal dengan bunyi visi, misi, dan
masyarakat sekolah. Interaksi internal kelompok tata tertib sekolah. Meskipun demikian, warga
dan antarkelompok terikat oleh berbagai aturan, sekolah memiliki pemahaman bahwa visi, misi,
norma, moral serta etika bersama yang berlaku di dan tata tertib sekolah bertujuan untuk
suatu sekolah. membentuk perilaku yang positif pada diri setiap
Implementasi Pendidikan Karakter .... (Fauziyyah Rahmani) 9
warga sekolah, salah satunya perilaku peduli sebagai prinsip dalam bertingkah laku. Melalui
dengan lingkungan. semboyan khas, sisi emosional moral siswa akan
Budaya sekolah yang berkarakter peduli terbentuk sehingga perasaan peduli terhadap
lingkungan ini dapat membantu sekolah untuk lingkungan akan bergabung dengan pengetahuan
menanamkan karakter peduli lingkungan melalui moral peduli lingkungan untuk membentuk
pembiasaan-pembiasaan berperilaku peduli sumber motivasi moral bagi siswa. Berdasarkan
terhadap lingkungan. Berdasarkan hal di atas hal tersebut, perasaan moral menjadi alasan
dapat dikatakan bahwa visi dan misi yang ada individu berperilaku yang sesuai moral peduli
pada SD Negeri Gadingan telah sesuai dengan lingkungan.
pengembangan pendidikan karakter peduli Budaya sekolah di SD Negeri Gadingan
lingkungan di sekolah menurut Kemendiknas salah satunya tercermin dalam motivasi warga
(2010: 19) dan tahapan pengetahuan moral sekolah dalam menjaga kebersihan lingkungan.
menurut Lickona (2012: 85). Motivasi yang diberikan kepada siswa berupa
Lapisan nilai dan keyakinan juga kalimat positif yang berisi semangat untuk selalu
diwujudkan dalam semboyan khas yang dimiliki menjaga lingkungan. Motivasi terkait peduli
oleh SD Negeri Gadingan berupa yel-yel tepuk lingkungan selalu diberikan dalam setiap
PPK. Hal ini sesuai dengan Kemendiknas (2010: kesempatan, seperti ketika kegiatan apel pagi,
19) bahwa budaya sekolah merupakan pikiran, upacara bendera, dan sewaktu dibutuhkan
kata-kata, sikap, perbuatan, dan hati setiap warga motivasi untuk siswa. Hal tersebut sesuai dengan
sekolah yang tercermin dalam semangat, perilaku, Kemendiknas (2010: 19) bahwa budaya sekolah
maupun symbol, serta slogan khas identitas merupakan pikiran, kata-kata, sikap, perbuatan,
sekolah. dan hati setiap warga sekolah yang tercermin
Melalui tepuk PPK di atas, lama- dalam semangat, perilaku, maupun simbol serta
kelamaan siswa akan memiliki prinsip religius, slogan khas identitas sekolah.
nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas Semangat untuk selalu mencintai
dalam melaksanakan kegiatan peduli lingkungan. lingkungan dapat saling diberikan oleh seluruh
Siswa akan saling bergotong-royong dalam warga sekolah. Dengan adanya semangat peduli
menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, siswa lingkungan, siswa dapat mengembangkan dan
tidak merasa keberatan dalam melaksanakan mencintai karakter peduli lingkungan, serta
kegiatan peduli lingkungan yang sudah melakukan aktivitas positif terkait peduli
membudaya dalam diri masing-masing. lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan Marijan
Adanya semboyan khas terkait karakter (2012: 257-258) bahwa pemberian motivasi
peduli lingkungan merupakan pendidikan bertujuan untuk mengembangkan karakter yang
karakter pada tahapan perasaan moral (Lickona, baik, motivasi mencintai karakter baik, dan
2012: 97-98). Dengan menyerukan semboyan motivasi melakukan aksi berkarakter baik.
khas tersebut setiap hari, siswa diharapkan dapat Apabila semangat peduli lingkungan
memegang teguh makna semboyan tersebut selalu terjaga secara konsisten, maka hal tersebut
10 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
menjadi sebuah penguatan dalam pendidikan reward dan sanksi yang tegas merupakan salah
karakter. Penguatan yang dimaksud adalah siswa satu strategi yang dapat diterapkan oleh pendidik
memiliki kekuatan yang berupa semangat untuk di sekolah. Selain itu, Zuchdi (2011: 152-156)
selalu mencintai lingkungan. Hal ini sejalan pembudayaan karakter terpuji dapat berkembang
dengan Zuchdi (2011: 152-156) bahwa dan berjalan dengan efektif perlu didukung
pembudayaan karakter terpuji dapat berkembang dengan adanya penguatan yang konsisten. Tujuan
dan berjalan dengan efektif perlu didukung pemberian reward dan sanksi kepada siswa
dengan adanya penguatan yang konsisten. adalah sebagai penguatan dalam pendidikan
Pemberian motivasi sebenarnya juga karakter peduli lingkungan. Pemberian reward
termasuk dalam tahapan pendidikan karakter bertujuan memberikan semangat kepada siswa
perasaan moral (Lickona, 2012: 97-98). Dengan agar selalu menjaga sikap peduli lingkungan.
diberikan motivasi, maka sisi emosional moral Sedangkan, pemberian sanksi yang mendidik
siswa akan terbentuk. Perasaan tentang bertujuan untuk memberikan efek jera kepada
kepedulian lingkungan akan bergabung dengan siswa.
pengetahuan moral untuk membentuk sumber Pemberian reward dan sanksi apabila
motivasi moral bagi siswa. Keberadaan perasaan dipahami lebih dalam termasuk dalam tahapan
moral sebenarnya menjadi alasan individu pengetahuan moral serta perasaaan moral berupa
berperilaku yang sesuai dengan peduli mencintai hal yang baik dan kendali diri menurut
lingkungan. Lickona (2012: 85-97). Ketika guru memberikan
Bentuk budaya sekolah dalam lapisan reward mengenai perbuatan positif yang
nilai dan keyakinan yang ketiga adalah kebijakan seharusnya dilakukan, maka siswa mendapatkan
atau peraturan sekolah. Kebijakan atau peraturan pemahaman tentang perilaku positif yang harus
sekolah terwujud dalam pemebrian reward dan dipertahankan, mencintai hal yang baik, dan
sanksi. Kepala sekolah, guru, dan karyawan SD dapat mengendalikan diri agar selalu peduli
Negeri Gadingan memberikan reward dan sanksi terhadap lingkungan. Dengan adanya sanksi
yang tegas terhadap pelaksanaan pendidikan dalam pelaksanaan pendidikan karakter peduli
karakter peduli lingkungan. Reward berupa pujian lingkungan, siswa mendapatkan pemahaman
diberikan kepada siswa yang sudah menunjukkan bahwa yang dilakukan merupakan suatu hal yang
sikap peduli lingkungan. Contoh pujian yang tidak benar, berusaha mengendalikan dirinya agar
diberikan kepada siswa adalah ucapan terima tidak mengulangi hal tersebut, serta mencintai hal
kasih, kata hebat, bagus, dan rajin. Sedangkan, yang baik. Dengan adanya reward dan sanksi,
sanksi diberikan kepada siswa yang berperilaku siswa dapat mengendalikan dirinya agar
menyimpang terkait peduli lingkungan, misalnya menghindari perilaku yang menyimpang terkait
siswa yang tidak melaksanakan piket diberikan peduli lingkungan.
sanksi berupa piket tambahan selama seminggu. 3. Lapisan Asumsi
Hasil penelitian sesuai dengan gagasan Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan
Marijan (2012: 257-258) bahwa penerapan bahwa dalam pendidikan karakter peduli
Implementasi Pendidikan Karakter .... (Fauziyyah Rahmani) 11
lingkungan di SD Negeri Gadingan yang kalimat motivasi, serta kebijakan atau peraturan
dirasakan warga sekolah sebagai wujud asumsi sekolah. Asumsi yang dimiliki oleh warga SD
antara lain; hubungan yang harmonis harus Negeri Gadingan yaitu hubungan yang harmonis
diwujudkan oleh warga sekolah, kerja keras harus diwujudkan oleh warga sekolah, kerja keras
adalah faktor utama setiap keberhasilan, adalah faktor utama setiap keberhasilan,
kerjasama menentukan mutu sekolah, dan temuan kerjasama menentukan mutu sekolah, dan
yang menarik dari SD Negeri Gadingan yaitu keteladanan sebagai kunci kesuksesan.
keteladanan sebagai kunci kesuksesan. Saran
Keseluruhan asumsi tersebut abstrak dan Berdasarkan simpulan di atas, peneliti
tersembunyi, tidak nampak, tetapi berpengaruh memberikan saran bagi kepala sekolah, guru, dan
dalam membentuk nilai-nilai dan perilaku warga pemerintah sebagai berikut.
sekolah. Hal tersebut sudah sejalan dengan apa 1. Kepala sekolah hendaknya mempertahankan
yang ditulis oleh Moerdiyanto (2013: 7), bahwa fasilitas, program-program sekolah, nilai-
diantara asumsi yang membentuk budaya sekolah nilai moral yang baik, serta asumsi warga
antara lain; harmoni dalam hubungan, kerja keras sekolah mengenai nilai peduli lingkungan
pasti berhasil, dan sekolah bermutu adalah hasil yang harus diwujudkan.
2. Guru diharapkan dapat terus memanfaatkan
kerjasama. Akan tetapi, terdapat satu hal yang
fasilitas secara maksimal, mempertahankan
menjadi temuan di SD Negeri Gadingan melalui
komitmen dan keteladanan dalam
hasil penelitian, bahwa adanya anggapan bahwa
menjalankan program-program sekolah,
keteladanan menjadi kunci kesuksesan.
selalu menjaga nilai-nilai yang menjadi
SIMPULAN DAN SARAN pedoman, dan mempertahankan asumsi dasar
Simpulan mengenai peduli lingkungan sesuai yang
Berdasarkan hasil penelitian dan harus diwujudkan dalam budaya sekolah.
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa 3. Pemerintah hendaknya memperkuat

implementasi pendidikan karakter peduli pendidikan karakter religius di sekolah, salah

lingkungan di SD Negeri Gadingan terwujud satunya dengan memperkuat budaya sekolah

dalam tiga lapisan, yaitu lapisan artifak, nilai dan serta meningkatkan semangat seluruh

keyakina, serta asumsi. Pada lapisan artifak komponen sekolah agar tercipta keteladanan

terwujud dalam artifak fisik dan artifak perilaku. yang baik dan kerjasama yang membangun

Artifak fisik dilakukan melalui pengkondisian dalam menyelenggarakan pendidikan

kebersihan lingkungan sekolah dan fasilitas karakter religius.

kebersihan sekolah. Artifak perilaku terwujud


DAFTAR PUSTAKA
dalam kegiatan rutin, program sekolah, kegiatan
Solopos. (2017, 25 November). DLH Kulon
spontan, dan keteladanan. Progo Tetapkan Tujuh Sekolah Adiwiyata,
Ini Alasannya. Diperoleh 13 Desember
Pada lapisan nilai dan keyakinan terwujud
2017 dari
dalam nilai dan filosofi sekolah, slogan atau http://m.solopos.com/2017/11/25/dlh-
12 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi ... Tahun ..ke.. 20...
kulonprogo-tetapkan-tujuh-sekolah- Marijan. (2012). Metode Pendidikan Anak.
adiwiyata-ini-alasannya-871495 Yogyakarta: Sabda Media.

Hidayat, P. N. (2017). Penanaman Karakter Moerdiyanto. (2012). Fungsi Kultur Sekolah


Peduli Lingkungan pada Program Menengah Atas untuk Mengembangkan
Hidroponik di SD Negeri Gedongkiwo. Karakter Siswa Menjadi Generasi
Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta Indonesia 2014: Tantangan dan Peluang.
2017. Jurnal Konaspi, 7, 1-11.

Kemdikbud. (2003). Undang-Undang Nomor 20 Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter:


Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional. Menjawab Tantangan Krisis
Jakarta: Kemdikbud. Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Kemendiknas. (2010). Pengembangan Trahati, M. R. (2015). Implementasi Pendidikan


Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah
Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Dasar Negeri Tritih Wetan 05 Jeruklegi
Cilacap. Yogyakarta:UNY. Skripsi. Tidak
Kementrian Lingkungan Hidup. (2009). Undang- diterbitkan.
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Widarto. (2014). Pelatihan Pengembangan
Hidup. Jakarta: Kementrian Lingkungan Kultur Sekolah. Makalah Disajikan dalam
Hidup. Pelatihan Pengembangan Kultur Sekolah,
di Universitas Negeri Yogyakarta.
Lickona, T. (2012). Education For Character:
Mendidik untuk Membentuk Karakter. Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter:
(Terjemahan: Juma Abdu Wamaungo). Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Jakarta: Bumi Aksara. (Edisi asli diterbitkan Pendidikan. Jakarta: Kencana.
tahun 1991 oleh The New York Times
Company). Zuchdi, D., Ed. (2011). Pendidikan Karakter
dalam Perspektif Teori dan Praktik.
Majid, A. & Andayani, D. (2013). Pendidikan Yogyakarta: UNY Press.
Karakter Perspektif Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai