Anda di halaman 1dari 17

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

EM 9 (1) (2020) 82-91

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman

Pengembangan Karakter Melalui Budaya Sekolah Islam di SMP


DAAR EN NISA Islamic School

Kiki Yuniar , Soesanto, Saya Membuat Sudana

Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak

Artikel Sejarah: Pendidikan karakter merupakan hal yang penting dalam pengembangan karakter
siswa. Ini
Diterima tanggal 10 Penelitian kualitatif bertujuan untuk menganalisis implementasi pendidikan
Oktober 2019 karakter melalui lapisan budaya sekolah dan nilai-nilai karakter yang
Diterima 19
dikembangkan melalui sekolah budaya di SMP Daar en Nisa Islamic School.
Februari 2020
Diterbitkan 15 Juni
Data dikumpulkan melalui metode wawancara, observasi dan studi
2020 dokumen dengan model analisis data interaktif Miles dan Huberman.
Peneliti mengujinya
keaslian data melalui triangulasi sumber dan metode. Itu
Kata kunci: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter berbasis budaya
sekolah telah dilaksanakan
karakter, pendidikan, melalui 1) kegiatan rutin yang meliputi kegiatan ibadah ibadah,
budaya sekolah belajar Al Quran, Kajian Muslimah, Speak It Up, Sekolah Bersih
Gerakan (CSM), dan internalisasi tata krama dan perdamaian; 2) spontan
kegiatan yang dilakukan melalui teguran langsung dari guru kepada siswa dan
antar siswa; 3) keteladanan guru berupa keteladanan dalam melaksanakan
ibadah, disiplin dan sikap serta ucapan; dan 4) pengondisian sekolah
termasuk pengkondisian lingkungan dan siswa. Nilai-nilai karakter
pendidikan yang ditanamkan melalui budaya sekolah adalah 1) nilai-nilai agama
dengan iman dan
ketundukan kepada Tuhan Yang Maha Esa, toleransi dan kepedulian terhadap
lingkungan sebagai subnya
nilai-nilai; 2) nilai mandiri dengan disiplin, kerja keras, tanggung jawab
sub nilai; 3) saling menguntungkan kerjasama dengan kerjasama dan
solidaritas sebagai subnya
nilai; dan 4) nilai integritas dengan sub nilai jujur dan santun.


Alamat Korespondensi: p-ISSN 2252-7001
Jl. Kelud Utara 3 Kampus Pascasarjana UNNES Sampangan
e-ISSN 2502-454X
SEMARANG, Indonesia
Surel : kikiyuniarwahyudi@gmail.com

82
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

siswa. Budaya sekolah yang dilakukan secara terus


PERKENALAN
menerus dapat mempengaruhi karakter siswa baik
di sekolah tersebut
Dalam sepuluh tahun ke depan (2020 –
2030) penduduk Indonesia diperkirakan akan
mencapai puncak bonus demografi, dimana
jumlah penduduk usia produktif akan
melebihi penduduk usia non-produktif. Hal ini
menjadi peluang bagi Indonesia untuk
meningkatkan perekonomian dan daya
saingnya dengan beberapa syarat yang harus
dipenuhi agar bonus demografi ini tidak
menjadi bencana demografi, salah satunya
dengan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Namun kenyataannya bangsa Indonesia
saat ini sedang mengalami krisis moral. Tak
terkecuali krisis ini, bahkan menimpa remaja.
Maraknya kasus-kasus kenakalan remaja
menggambarkan kurangnya perhatian dunia
pendidikan terhadap peningkatan karakter
peserta didik seperti tawuran pelajar, kasus-
kasus perundungan baik secara langsung
maupun melalui media sosial, serta berbagai
kejahatan yang menghilangkan rasa aman
setiap warga negara. bukti nyata degradasi
moral generasi bangsa ini. Selain itu menurut
Hidayat (2012) indikasi rendahnya karakter
siswa yaitu rendahnya tingkat kejujuran siswa
yang ditandai dengan maraknya budaya
menyontek pada saat ulangan (ujian),
menurunnya etika dalam sikap dan rasa
hormat terhadap pihak yang lebih tua,
Mencermati fenomena di atas, maka
pendidikan karakter di Indonesia saat ini
sudah menjadi sebuah kebutuhan. Pendidikan
karakter merupakan upaya yang disengaja
(secara sadar) untuk mewujudkan
kesejahteraan, yaitu kualitas manusia yang
baik secara obyektif, tidak hanya baik bagi
individu secara individu, tetapi juga baik bagi
masyarakat secara keseluruhan (Lickona,
2012). Dalam proses pembentukan karakter
peserta didik salah satu strateginya dapat
dilakukan melalui proses pembudayaan di
lingkungan sekolah atau melalui budaya
sekolah.
Menurut Mustakim (2011) karakter
siswa dapat dibentuk melalui budaya sekolah
yang kondusif dapat mengembangkan
kemampuan hidup yang diharapkan pada
83
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

pengetahuan Islam yang baik maka


lingkungan dan luar sekolah (Miftahul,
meningkatkan tingkat internalisasi karakter
2014). Penelitian Lee (2009)
siswa. Namun di sisi lain pengaruh lingkungan
merekomendasikan proyek karakter
sosial serta massa media memberikan dampak
berbasis budaya sekolah sebagai dasar
untuk menanamkan budaya sekolah yang cukup besar terhadap karakter peserta
didik. Hal ini sejalan dengan penelitian
berkualitas tinggi yang efektif di sekolah-
Muhaimin (2014) yang menyatakan bahwa
sekolah Taiwan dan juga di tempat lain.
sekolah Islam cukup baik dalam membangun
Sumber nilai yang digunakan
karakter siswa, namun rendahnya karakter
dalam penerapan pendidikan karakter
yang terjadi saat ini menjadi tanggung jawab
bangsa di sekolah adalah agama,
media massa dan orang tua.
Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan Nasional (Hendriana &
Jacobus, 2016). Setiap agama
mengajarkan akhlak atau wataknya
masing-masing. Islam sebagai salah satu
agama yang diakui di Indonesia
mengajarkan pemeluknya untuk
memiliki akhlak (akhlak) yang mulia.
Menurut Marzuki (2015) aqidah
(keyakinan), syariah (aturan Islam) dan
akhlak (karakter) tidak dapat dipisahkan
dalam ajaran Islam. Aqidah merupakan
landasan bagi terwujudnya syariah dan
akhlak. Sedangkan syariah merupakan
suatu bentuk bangunan yang akan
berdiri kokoh apabila dilandasi oleh
akidah yang benar. Dengan demikian,
akhlak sesungguhnya merupakan hasil
atau hasil terwujudnya bangunan
syariah yang benar dan didasari oleh
landasan yang kokoh.
Menurut Ibnu Miskawih dan
Imam Al Ghazali (Syafri, 2012) akhlak
adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa manusia yang dapat melahirkan
perbuatan baik atau buruk secara
spontan tanpa memerlukan pemikiran
dan dorongan dari luar. Metode yang
digunakan dalam pendidikan moral
adalah manajemen mental, pembiasaan,
keteladanan, dan lingkungan yang sehat
serta sinergi peran sekolah, keluarga,
dan masyarakat. Selain itu, peran
pemerintah dan media massa harus
mendukung pendidikan karakter
(Sukardi, 2016).
Pendidikan Agama Islam di
Malaysia menurut Dakir dkk. (2015)
berpengaruh baik terhadap
pembentukan karakter siswa, tingkat
84
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

Sekolah Dasar Islam di kota Purwokerto Manfaat penelitian ini adalah memberikan
melakukan integrasi nilai-nilai Islam dalam solusi terhadap pola pendidikan karakter
pelaksanaan pembelajaran dengan berdasarkan tentang nilai-nilai Islam dalam
mengintegrasikan nilai karakter religius ke upaya peningkatan akhlak mulia di Sekolah
dalam proses pembelajaran yang disesuaikan Pertama Mengah serta memberikan masukan
dengan tema pembelajaran, berbagai proses dan sumbangan pemikiran bagi kepala
pengembangan karakter agama yang sekolah sebagai pemimpin dalam pendidikan
bertujuan membuat siswa cerdas menjadi. dan karakter sehingga visi dan misi dapat tercapai.
generasi Islam sebagai pelajar calon
(Kurniawan, AM, Samsudi, S., & Alimah, S., METODE
2019).
Salah satu pesantren yang ada di Bogor Penelitian ini menggunakan pendekatan
adalah SMP Daar en Nisa Islamic School. kualitatif, fokus pada implementasi pendidikan
Sekolah ini merupakan sekolah Islam terpadu karakter melalui budaya sekolah berbasis
pertama di Bogor yang mempunyai minat Islami dan nilai-nilai karakter yang terbentuk
terhadap pendidikan karakter. Hal ini dari lapisan budaya sekolah di SMP Daar en
tercermin dalam visi sekolah “Mewujudkan Nisa Islamic School. Teknik pengumpulan
Generasi Penerus Sholat dalam Iman, Ilmu datanya meliputi observasi non partisipan,
dan Amal” dengan salah satu misinya yaitu wawancara mendalam dan dokumentasi. Data
dengan membentuk akhlak mulia dan penelitian, sumber data dan teknik
kepribadian mulia dalam kehidupan pengumpulan data dalam penelitian ini
bermasyarakat. Berdasarkan visi dan misi disajikan pada tabel 1.
tersebut, pendidikan karakter di sekolah
dilaksanakan melalui nilai-nilai Islam yang Tabel 1. Deskripsi data penelitian, sumber data
berlandaskan budaya sekolah. dan teknik pengumpulan data
Budaya sekolah di SMP Daar en Nisa N bangkit Data Data
Islamic School sudah terlihat sejak dini hari. Ha Data Sumber Koleksi
Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai i
seluruh siswa berkumpul di mesjid untuk 1. rutin Kepala Wawancara
kegiatan Sekolah
membaca dzikir subuh bersama-sama,
R
dilanjutkan dengan sholat dhuha.
Wakil Wawancara
Pembelajaran Al-Quran dilakukan secara
Kepala
berkelompok setelah shalat Dhuha.
Sekolah
Selanjutnya pada sore hari seluruh siswa
R
melaksanakan shalat Dhuhur berjamaah, dan
Guru Wawancara
pada sore berikutnya setelah kegiatan belajar dan
mengajar selesai seluruh siswa kembali Pengamatan
berkumpul di mesjid untuk melaksanakan Siswa Pengamatan
shalat sore dan dzikir malam bersama. Oleh 2. Spontaneus Guru Pengamatan
karena itu penelitian ini bertujuan untuk kegiatan Siswa Pengamatan
menganalisis implementasi pendidikan 3. Model peran Kepala Wawancara
karakter tersebut dalam evolusi lapisan Sekolah
budaya sekolah dan juga nilai-nilai karakter R
yang dikembangkan di SMP Daar en Nisa Guru Pengamatan
Islamic School. Siswa Pengamatan
4. Kondisi Wakil Wawancara
dalam G Kepala dan
Sekolah R dokumentasi
N

Teknik analisis data dalam penelitian ini


85
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

menggunakan model interaktif Miles &


Huberman yang terdiri dari tiga tahapan
dalam analisis data, yaitu: (1) reduksi
data, (2) penyajian data, dan (3)
kesimpulan kesimpulan (Moleong,

86
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

2017). Data yang dikumpulkan melalui Budaya Sekolah


wawancara, observasi dan dokumentasi Menurut Brata, dkk (2017)
diseleksi dan dipusatkan pada hal-hal yang implementasi nilai-nilai karakter melalui
pokok dan penting, dicari tema dan polanya, kegiatan pendidikan dan pembelajaran,
serta membuang hal-hal yang tidak perlu. pembiasaan, budaya sekolah, pengkondisian,
Data disajikan melalui teks naratif, grafik atau dan kegiatan ekstrakurikuler. Implementasi
matriks dan interpretasi data dilakukan pendidikan karakter di SMP Daar en Nisa
dengan cara mengkode atau Islamic School berbasis budaya sekolah
menggabungkannya sehingga dapat terjalin dilakukan melalui kegiatan sehari-hari,
informasi yang bermakna sesuai dengan kegiatan spontan, keteladanan dan
kelompok masalah yang dicari solusinya. Hasil pengkondisian. Kegiatan rutin merupakan
interpretasi tersebut kemudian disimpulkan kegiatan yang dilakukan siswa di sekolah,
dan divalidasi terhadap data yang diambil dari meliputi kegiatan sehari-hari dan kegiatan
catatan lapangan atau dokumen yang ada. mingguan.
Dalam memeriksa keabsahan temuan, Kegiatan sehari-hari di SMP Daar en
peneliti melakukan teknik triangulasi sumber Nisa Islamic School dilakukan melalui
dan metode. Metode triangulasi berarti kegiatan ubudiyah (beribadah) meliputi dzikir
membandingkan dan memeriksa kembali pagi dan petang, shalat dhuha, membaca surat
informasi yang diperoleh melalui waktu dan Al Kahfi pada hari Jumat, membaca surat Ar
alat yang berbeda. Sedangkan triangulasi Rahman pada hari Senin, shalat zhuhur dan
sumber adalah pemeriksaan derajat asar berjamaah disertai sholat Sholat sunah
kepercayaan terhadap beberapa sumber data Rawatib, dzikir setelah sholat sunnah dan
dengan menggunakan metode yang sama puasa senin kamis
(Moleong, 2017). Kegiatan dzikir pagi yang berlangsung
di mesjid diikuti oleh seluruh siswa sebelum
HASIL DAN DISKUSI kegiatan belajar mengajar dimulai. Dari
pengamatan peneliti, siswa kelas 7 dan 8
Hasil penelitian ini meliputi temuan memulai dzikir pada pagi hari setelah
tentang implementasi pendidikan karakter mendapat petunjuk dari guru pendamping,
berdasarkan budaya sekolah dan nilai-nilai sedangkan siswa kelas 9 secara mandiri
karakter yang terbentuk dari lapisan budaya membaca dzikir pada pagi hari ketika waktu
sekolah. Hasilnya dijelaskan secara singkat sudah menunjukkan pukul 06.30. Siswa yang
pada Tabel 2. terlambat, diberikan sanksi pembacaan dzikir
dengan posisi berdiri sampai dzikir pagi
Meja 2. Deskripsi Hasil Penelitian selesai. Nilai-nilai yang ditumbuhkan dalam
TID Kategori/Tema Deskripsi kegiatan dzikir pagi antara lain religius,
AK. disiplin, mandiri dan tanggung jawab.
1. SekolahBudaya Sholat Dhuhur dan Asar di SMP Islam
Rutin Kegiatan sehari-hari Daar en Nisa dilaksanakan secara berjamaah
kegiatan di masjid. Dalam kegiatan ini pihak sekolah
Kegiatan mingguan menugaskan beberapa siswa untuk menjadi
Spontaneus Teguran langsung petugas iqomah dan pemimpin shalat secara
kegiatan Kegiatan yang tidak bergantian. Santri yang menjadi imam salat
direncanakan
adalah mereka yang telah baligh dan mampu
Peranmodel Model guru
membaca Al Quran dengan baik. Selain salat
Pengkondisian Lingkungan fisik
wajib, sekolah sangat menekan siswanya
Mengkondisikan siswa
untuk mengerjakan salat sunah sebelum dan
2. Implementasi Gotong Royong
sesudah zuhur serta salat sunnah sebelum
nilai utama Mandiri Beragama
ashar. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam
Integritas
kegiatan berjamaah ini adalah keagamaan,
87
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

tanggung jawab dan kedisiplinan.

88
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

seragam dan aksesoris yang telah ditentukan seperti


Puasa sunnah setiap hari Senin dan
ciput (cadar dalam), kaos kaki setinggi mata kaki,
Kamis merupakan salah satu kebiasaan
dan legging. Karakter yang ditanamkan dalam
seluruh warga sekolah di SMP Daar en Nisa
proses pembiasaan melalui tata tertib sekolah
Islamic School. Warga sekolah yang tidak
melaksanakan puasa sunah, harus adalah religius dan disiplin.
menggunakan peniti sesuai dengan warna
yang telah ditentukan. Karakter yang
ditanamkan melalui puasa sunnah adalah
religius dan jujur.
Kegiatan rutin lainnya di SMP Daar en
Nisa Islamic School adalah belajar Al Quran.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan membaca Al Quran siswa dan
menghafal Al Quran minimal 2 juz yaitu juz 29
dan 30. Dalam kegiatan pembelajaran Al
Quran siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok berdasarkan kemampuan siswa
dalam membaca. dan mencapai hafalan Al
Quran. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan
dalam kegiatan ini adalah sikap religius, kerja
keras dan tanggung jawab.
Speak It Up merupakan kegiatan rutin
yang dilakukan setiap hari Senin dan Kamis
setelah shalat Dzuhur. Kegiatan ini
merupakan upaya pihak sekolah untuk
meningkatkan jiwa literasi siswa. Siswa wajib
menyerahkan materi yang telah ditentukan
oleh sekolah dalam dua bahasa yaitu bahasa
Indonesia setiap hari Senin atau bahasa
Inggris setiap hari Kamis. Materi yang
ditetapkan sekolah berkaitan dengan
pembentukan karakter. Nilai-nilai yang
ditanamkan dalam kegiatan ini adalah kerja
keras, kreatif dalam membuat materi yang
akan disampaikan, tanggung jawab, percaya
diri dan disiplin.
Salah satu upaya sekolah untuk
membangun karakter siswa melalui
pembiasaan dilakukan dengan menetapkan
peraturan sekolah. Tata tertib sekolah juga
mencakup pembiasaan menjalankan tata
krama yang Islami termasuk makan dan
minum serta berpakaian. Kebiasaan makan
dan minum yang ditanamkan adalah makan
dan minum dengan posisi duduk dan
menggunakan tangan kanan. Adab berpakaian
SMP Daar en Nisa Islamic School berpedoman
pada nilai keislaman hanya wajah dan telapak
tangan saja yang terlihat. Dengan pedoman
tersebut mewajibkan siswa mengenakan
89
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

dilakukan pada saat guru dan tenaga


Kegiatan mingguan dilaksanakan di
kependidikan lainnya mengetahui adanya
SMP Daar id Nisa Islamic School sebagai
perbuatan kurang baik dari siswa yang pada
upaya membangun karakter melalui
saat itu harus diperbaiki (Kemendiknas,
kegiatan Kajian Muslimah. Kegiatan ini
bertujuan untuk memberikan 2010). Selain itu, kegiatan ini biasanya
dilakukan apabila guru atau tenaga
pemahaman keislaman dan
kependidikan mengetahui adanya perbuatan
meningkatkan kualitas ibadah dan
buruk dari siswa yang pada saat itu juga harus
akhlak, dilaksanakan secara
diperbaiki (Wibowo, 2012).
berkelompok sebanyak 12-13 orang
Kegiatan spontan di SMP Daar en Nisa
siswa. Karakter yang ditanamkan dalam
Islamic School dilaksanakan melalui
kegiatan ini adalah religius, kerja keras,
disiplin, dan tanggung jawab.
Gerakan Sekolah Bersih (CSM)
yang dilaksanakan setiap hari Jumat
bertujuan untuk meningkatkan
kepedulian siswa terhadap lingkungan.
Kegiatan ini dilakukan secara
berkelompok, dan setiap kelompok
bertugas membersihkan dua tempat di
lingkungan sekolah. Karakter yang
ditanamkan dalam kegiatan ini adalah
kerjasama dan kepedulian terhadap
lingkungan.
Menurut Zulhijrah (2013) kegiatan
rutin di sekolah adalah kegiatan yang
dilakukan siswa secara terus menerus
dan konsisten setiap saat. Kegiatan rutin
di SMP Daar en Nisa Islamic School
meliputi kegiatan sehari-hari dan
kegiatan memasak. Proses pembiasaan
di SMP Daar en Nisa Islamic School
melalui kegiatan rutin diharapkan
mampu membentuk karakter siswa.
Menurut Afifuddin (2016) pembiasaan
yang diterapkan pada siswa akan sangat
membentuk karakter baik pada diri
maupun kepribadian siswa sebagai
upaya untuk mengembangkan potensi
afektifnya. Hal ini sejalan dengan
penelitian Sari (2013) jika metode yang
digunakan diterapkan secara terus
menerus maka nilai-nilai moral yang
diharapkan demi tercapainya akan
menjadi bagian dari perilaku siswa.
Selain melalui kegiatan sehari-hari
pelaksanaan pendidikan karakter dapat
dilakukan melalui kegiatan spontan.
Kegiatan spontan adalah kegiatan yang
dilakukan secara spontan dalam waktu
yang bersamaan. Kegiatan ini biasanya
90
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

religius, disiplin dan santun.


teguran langsung dari guru kepada siswa yang
melanggar peraturan sekolah. Bentuk-bentuk
teguran pada SMP Daar en Nisa Islamic School
adalah teguran siswa terhadap yang tidak
membaca dzikir atau membaca surat pilihan
pada hari Senin dan Jumat, teguran terhadap
siswa yang tidak menunaikan shalat sunnah
(sholat dhuha, atau shalat sunnah mentah),
teguran kepada siswa yang makan dan minum
dengan posisi berdiri, teguran kepada siswa
yang tidak menggunakan kelengkapan
seragam sekolah, teguran kepada siswa yang
berkata kasar dan teguran kepada siswa yang
masih berada di luar kelas pada saat bel sudah
berbunyi.
Selain dalam bentuk teguran, kegiatan
spontan di SMP Daar en Nisa Islamic School
juga dilakukan dalam bentuk menjenguk siswa
yang sakit atau terkena bencana, serta
memberikan bantuan kepada korban bencana
alam atau dunia Islam. . Karakter yang
ditanamkan dalam kegiatan tersebut adalah
disiplin dan solidaritas
Sebelum mengajarkan nilai-nilai
karakter kepada siswa, guru perlu memiliki
karakter yang baik terlebih dahulu. Artinya,
tidak hanya siswa yang harus belajar tentang
karakter, tetapi guru juga harus memperoleh
dan menerapkannya dalam kehidupan mereka
(Özen, 2011). Menurut Palunga & Marzuki
(2017) peran guru sebagai teladan yang
ditunjukkan melalui tutur kata, sikap dan
kepribadiannya.
Model guru di SMP Daar en Nisa
Islamic School adalah: 1) Keteladanan dalam
menunaikan ibadah yang dilakukan ketika
guru melaksanakan kegiatan ibadah bersama
dengan siswa seperti dzikir pagi dan petang,
shalat duha, shalat zuhur dan asar berjamaah,
shalat sunnah rawatib , dzikir setelah shalat
dan puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis;
2) keteladanan dalam disiplin ditunjukkan
ketika guru tiba di sekolah tepat waktu dan
disiplin dalam menaati peraturan sekolah; 3)
Bercontoh dalam berinteraksi dengan warga
sekolah ditunjukkan ketika guru bertutur kata
yang baik, ramah dan sopan kepada seluruh
warga sekolah, sehingga siswa merasa nyaman
ketika berinteraksi dengan guru. Karakter
yang ditanamkan pada teladan guru adalah
91
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

dikutip dari Al Quran dan Hadits yang


Bentuk pelaksanaan pembentukan
diletakkan di pinggir anak tangga juga
karakter peserta didik berdasarkan
merupakan upaya pihak sekolah untuk
keteladanan terbagi menjadi dua, yaitu:
membenahi karakter siswanya.
keteladanan yang disengaja (keteladanan
dalam melaksanakan ibadah, menjaga Pengkondisian siswa di SMP Daar en
Nisa Islamic School berpedoman pada jadwal
kebersihan dan kedisiplinan) dan
dan tata tertib yang telah ditetapkan oleh
keteladanan yang tidak disengaja
pihak sekolah. Pengkondisian yang dilakukan
(bersikap ramah, santun, santun)
meliputi budaya sapa tersenyum dan sapa
(Puspita, 2015 ).
Salah satu aspek yang ikut
berperan dalam pembentukan sikap dan
perilaku seseorang adalah faktor
lingkungan tempat orang tersebut
tinggal (Zubaidi, 2011). Berangkat dari
paradigma tersebut, maka menjadi
sangat mendesak untuk menciptakan
suasana, kondisi, atau lingkungan di
mana peserta didik belajar. Veithzal
mengatakan jika sekolah mempunyai
lingkungan belajar (iklim) yang aman,
teratur dan nyaman, maka proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan
nyaman (enjoyable learning). Dengan
demikian pelaksanaan program
pendidikan akan berjalan efektif
(Veithzal, R., dan Murni, S., 2009).
Pengkondisian yang merupakan
bentuk budaya sekolah di SMP Islam
Daar en Nisa meliputi pengkondisian
lingkungan fisik dan siswa. Gedung
sekolah yang merupakan salah satu
fasilitas untuk memperlancar kegiatan
sekolah ini terdiri dari dua lantai
berbentuk huruf “u” yang menyatu satu
sama lain. Halaman sekolah berada di
tengah gedung. Gedung tersebut
mempunyai beberapa ruangan yaitu
ruang tamu, ruang kepala sekolah, ruang
yayasan, ruang guru, ruang kelas, ruang
memasak, ruang menjahit, toilet dan
tempat wudhu, ruang komputer,
perpustakaan, tempat parkir, dan ruang
keamanan. Dua musala dibangun
berbentuk semi terbuka di luar gedung
sekolah. Ruang kelas di SMP Daar en
Nisa Islamic School dilengkapi dengan
AC, penitipan bagasi, proyektor dan
penerangan yang cukup sehingga siswa
nyaman dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Tulisan motivasi yang
92
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

antar kerjasama agama dan keyakinan, anti


budaya antri kehadiran melalui mesin sidik
kekerasan dan kekerasan, persahabatan, keikhlasan,
jari, menyimpan sepatu pada rak sepatu yang
tidak
telah disediakan, menitipkan handphone pada
piket guru sebelum pembelajaran dimulai,
menyimpan sandal ketika berada di masjid
dengan rapi, membawa perlengkapan sholat,
membawa Al Quran pada saat pembelajaran
kegiatan mengaji, memaksa melakukan
kegiatan ibadah keagamaan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, tidak boleh jajan
di luar sekolah, mengambil makanan saat
makan siang sesuai jatahnya, merapikan meja
dan kursi setelah kegiatan pembelajaran
selesai. Selain itu, pada hari Senin dan Kamis
sekolah menutup kantin, menghentikan
katering, dan melarang siswa makan dan
minum di ruang terbuka untuk menghormati
warga sekolah yang sedang melaksanakan
puasa sunnah. Karakter yang ditanamkan
dalam kegiatan ini adalah disiplin, santun,
tanggung jawab, jujur, toleransi.

Nilai Karakter
Terlaksananya pembentukan karakter
melalui bimbingan dan kegiatan ekstrakurikuler,
dan agenda kegiatan rutin siswa telah
membangun budaya sekolah yang kondusif
dalam membangun karakter religius,
kemandirian, tanggung jawab, kreativitas, dan
disiplin siswa (Arifah, M., Murwatiningsih, M.,
& Harlanu, M.
., 2019). Nilai-nilai karakter di SMP Daar en
Nisa Islamic School mengacu pada lima nilai
utama yang ditetapkan pemerintah melalui
program Penguatan Pembangunan Karakter,
yaitu beragama, nasionalis, mandiri,
saling kerjasama dan integritas.
Nilai-nilai karakter yang tertanam dalam budaya
sekolah di SMP Pesantren Daar en Nisa
memuat empat nilai utama yaitu keagamaan,
kemandirian, gotong royong dan integritas
Pertama, religius. Nilai karakter religius
mencerminkan keimanan dan keimanan
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
diwujudkan dalam perilaku menjalankan
ajaran agama dan keyakinan (Berliani &
Sudrajat, 2018). Menurut Kemendiknas
(2010) subnilai agama antara perdamaian
lain, toleransi, menghargai perbedaan agama
dan keyakinan, pendirian teguh, percaya diri,
93
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

lebih percaya diri dalam bertindak, 2)


paksaan, mencintai lingkungan, dan
melindungi orang-orang kecil dan mempertimbangkan pendapat dan saran
terbuang. orang lain, 3) mempunyai kemampuan
Subnilai agama yang berkembang di mengambil keputusan, dan 4) tidak mudah
sekolah adalah sikap beriman dan dipengaruhi oleh orang lain (Fajaria, 2013).
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
peduli lingkungan dan toleransi.
Karakter keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
ditanamkan melalui kegiatan rutin
terlihat ketika siswa melaksanakan
kegiatan ibadah ibadah, belajar Al
Quran, mengkaji agama Islam, dan
menjalankan tata tertib sekolah.
Karakter peduli lingkungan ditanamkan
melalui kegiatan rutin yaitu pelaksanaan
Gerakan Sekolah Bersih (GSB) setiap
hari Jumat untuk membersihkan
lingkungan sekolah. Karakter toleransi
ditanamkan melalui pengkondisian
khusus yang diterapkan sekolah setiap
hari Senin dan Kamis untuk
menghormati warga sekolah yang
melaksanakan puasa sunah, sehingga
pada hari tersebut tidak terlihat warga
sekolah yang makan atau minum di
tempat terbuka. Siswa yang tidak
berpuasa, disediakan tempat khusus
untuk makan siang.
Kedua, mandiri. Kemerdekaan
subnilai yang ditanamkan di sekolah
antara lain kedisiplinan, kerja keras, dan
tanggung jawab. Disiplin ditanamkan
dalam semua kegiatan sekolah. Namun
dalam pelaksanaannya masih perlu
perbaikan mengingat masih banyak
ditemukan kasus seperti masih adanya
siswa yang terlambat mengikuti kegiatan
dzikir pagi, makan atau minum sambil
berdiri dan kelengkapan pakaian yang
tidak sesuai dengan aturan yang
ditetapkan pihak sekolah. . Sikap kerja
keras ditanamkan melalui aktivitas
sehari-hari, yaitu pada saat siswa ikut
serius dalam menghafal Al Quran,
penampilan siswa pada saat kegiatan
Speak It Up, dan pelaksanaan kajian
keislaman.
Siswa yang mandiri diharapkan bisa
menjadi siswa yang mandiri mampu 1)
94
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

seorang siswa secara bergantian, dan siswa


Ketiga, gotong royong. Nilai karakter
memberikan salam kepada guru setelah proses
gotong royong dalam PPK sendiri merupakan
pembelajaran.
sikap dan perilaku yang menghargai kerja
sama pemecahan masalah bersama, dengan
menjalin KESIMPULAN
komunikasi dan silaturahmi, memberikan
pertolongan dan bantuan kepada masyarakat Pendidikan berbasis karakter budaya sekolah di
yang membutuhkan (Kemdiknas, 2010). Sub SMP Daar en Nisa Islamic School dilaksanakan
nilai gotong royong yang ditanamkan di
sekolah antara lain kerjasama dan solidaritas.
Sikap gotong royong yang ditanamkan melalui
kegiatan sehari-hari terlihat ketika siswa bahu
membantu membersihkan lingkungan sekolah
setiap hari jumat dalam program Gerakan
Sekolah Bersih. Karakter solidaritas yang
ditanamkan melalui kegiatan terlihat secara
spontan ketika siswa mengunjungi temannya
yang sakit atau tertimpa bencana dan
memberikan bantuan kepada korban bencana
alam. Keempat, integritas. Menurut Munir
(2010) seseorang yang mempunyai integritas
akan mampu bertindak dan bertindak
bijaksana. Ia akan menjadi seorang intelektual
yang mengamalkan kecerdasannya dalam
kehidupan sehari-hari. Subnilai integritas
yang ditanamkan di sekolah antara lain
kejujuran dan sopan santun. Jujur adalah
perilaku yang dilandasi oleh upaya
menjadikan dirinya pribadi yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan
bekerja, baik terhadap diri sendiri maupun
pihak lain (Koesoema, 2015). Sikap jujur
ditanamkan melalui aktivitas sehari-hari
seperti kejujuran ketika siswa mengisi
kegiatan ibadah, mengambil makan siang
sesuai jatahnya masing-masing, atau
membayar apa yang diambil pada saat jajan di
kantin. Sopan santun ditunjukkan ketika siswa
mengucapkan salam ketika memasuki
ruangan, menyapa dan mencium tangan guru
ketika
pertemuan.
Sikap sopan merupakan sifat yang halus
dan baik ditinjau dari tata bahasa dan
perilakunya kepada setiap orang (Koesoema,
2015). Sikap tersebut ditunjukkan dengan
memberikan salam, senyuman dan sapaan
kepada setiap warga sekolah, bersama-sama
siswa memberikan salam hormat kepada guru
sebelum pembelajaran dimulai, dipimpin oleh
95
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

Harlanu, M. (2019). Manajemen


diwujudkan melalui 1) kegiatan rutin
Pondok Pesantren Terhadap
antara lain ibadah ibadah, pembelajaran
Pembentukan Karakter Siswa di SMP
Al Quran, Kajian Muslimah, Speak It Up,
Islam An-Nawawiyyah Rembang.
Gerakan Sekolah Bersih (CSM) dan
penegakan sopan santun dan disiplin; 2) Manajemen Pendidikan, 8(2), 209-213.
Berliani, YM, & Sudrajat, A. (2018).
kegiatan spontan yang dilakukan melalui
Implementasi Pendidikan Karakter
teguran langsung dan pemberian
bantuan kepada pihak yang
membutuhkan; 3) keteladanan guru
berupa keteladanan dalam beribadah,
disiplin dan sikap santun; 4)
pengkondisian sekolah dilakukan
melalui lingkungan fisik dan siswa.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang
ditanamkan melalui budaya sekolah
adalah 1) nilai-nilai keagamaan dengan
keimanan dan ketaatan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, toleransi dan
kepedulian terhadap lingkungan sebagai
sub nilai-nilainya; 2) nilai mandiri yang
disertai kedisiplinan, kerja keras,
tanggung jawab sebagai sub nilai-
nilainya; 3) gotong royong dengan sub
nilai kerjasama dan solidaritas; dan 4)
nilai integritas dengan sub nilai jujur
dan santun.

PENGAKUAN

Dengan selesainya karya ilmiah


ini, penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada Ketua Yayasan
An-Nahl 125 Dr. Apriana Dian, M.Pd,
atas bimbingan dan Arahnya; Kepala
Sekolah, Wakil Kepala Sekolah atas
bantuan dan dukungannya selama
penulis melakukan penelitian di Sekolah
Islam SMP Daar en Nisa.

REFERENSI

Afifuddin, A. (2016). Pendidikan


Karakter Berbasis Al-Qur'an:
Penerapan Pola Sistematika
Nuzulnya Wahyu (SNW) di
Pondok Pesantren Hidayatullah
Panyula Kabupaten Bone. Lentera
Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, 19(1), 30-41.
Arifah, M., Murwatiningsih, M., &
96
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

di MTS Nur Iman Mlangi, Pondok proyek budaya sekolah berbasis karakter
Pesantren al-Huda, Kabupaten Sleman, di Taiwan. Jurnal Pendidikan Moral,
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan 38(2), 165-184.
Karakter , 8(2). Lickona, T., & Wamaungo, JA (2012).
Brata, DPN, Imron, A., Sonhadji, A., & Arifin, Mendidik untuk membentuk karakter:
I. (2017). Perilaku Kepemimpinan bagaimana sekolah dapat memberikan
Kepala Sekolah Dalam Penguatan Nilai pendidikan tentang sikap hormat dan
Karakter Di SMK. Jurnal Humaniora persahabatan. Bumi Aksara.
dan Ilmu Sosial IOSR, 22 (06), 07–12. Marzuki.(2015). Pendidikan Karakter Islam.
https://doi.org/10.9790/0837- Jakarta : Amzah .
2206060712 Miftahul, Huda. (2014). Model-Model
Hidayat, AS (2012). Manajemen Sekolah Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka
Berbasis Karakter. Jurnal Inovasi Dan Pelajar
Kewirausahaan, 1(1), 8–22. Moleong, LJ (2017). Metode Penelitian
Dakir, J., Othman, MYH, Tamuri, AH, Kualitatif, cetakan ke-36, Bandung: PT.
Stapa, Z., Yahya, SA, Ismail, S., & Remaja Rosdakarya Offset.
Maheran, I. (2015). Pendidikan Islam Muhaimin, A. (2014). Pembentukan karakter
dan tingkat internalisasi karakter siswa melalui sekolah Islam: Sebuah studi
sekolah menengah di Malaysia. Jurnal analitis. Tahdhib al Afkar, 15-29.
Ilmu Sosial Mediterania, 6(4), 602-602. Munir, A. 2010. Pendidikan Karakter:
Fajaria, Depriana. (2013). Kemandirian Peri Membangun Karakter Anak Semenjak
laku Peserta Didik dalam Pemilihan dari Rumah. Yogyakarta: PT Pustaka
Jurusan dan Implikasinya terhadap Insan Madani.
Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Mustakim, Bagus. (2011). Pendidikan Karakter:
Jurnal Ilmiah Konseling. 2 (2), 1-5. Membangun Delapan Karakter Emas
Hendriana, EC, & Jacobus, A. (2017). Menuju Indonesia Bermartabat.
Implementasi Pendidikan Karakter di Yogyakarta: Samudra Biru.
Sekolah melalui Keteladanan dan Özen Y. (2011). Usulan Baru Pendidikan
Pembiasaan. JPDI (Jurnal Pendidikan Karakter. Türkiye Sosyal Araştırmalar
Dasar Indonesia), 1(2), 25-29. Dergisi; Sayi: 153..
Kemendiknas, RI (2010). Pengembangan Palunga, R., & Marzuki, M. (2017). Peran Guru
pendidikan budaya dan karakter dalam Pengembangan Karakter Peserta
bangsa. Jakarta : Balitbang Puskur DIdik di Sekolah Menengah Pertama
Kemendiknas RI. Negeri 2 Depok Sleman. Jurnal
Koesoema, D. (2015). Pendidikan Karakter Pendidikan Karakter, 7(1).
Utuh dan Menyeluruh Edisi Revisi. Puspita, F. (2015). Pembentukan berdasarkan
Yogyakarta: PT Kanisius. karakter pembiasaan dan keteladanan.
Kurniawan, AM, Samsudi, S., & Alimah, S. (Tesis). UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
(2019). Implementasi Penanaman Veithzal, R., & Murni, S. (2009). Analisis Teori
Karakter Religius Pada Pembelajaran dan Praktik Manajemen Pendidikan.
Siswa SD Kelas Rendah Di Madrasah Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Ibtidaiyah Kota Purwokerto. Sari, N. (2013). Pentingnya mengajarkan nilai-
Manajemen Pendidikan, 8(2), 231- nilai moral kepada siswa. Jurnal Bahasa
239. Inggris dan Pendidikan, 1(1), 154-162.
Lee,CM (2009). Sukardi, I. (2016). Pendidikan Karakter
Itu perencanaan, pelaksanaan dan Berbasis Nilai Keagamaan: Perspektif
evaluasi a Islam. Ta'dib: Jurnal Pendidikan Islam
(Jurnal Pendidikan Islam), 21(1), 41-58.

97
Kiki Yuniar, dkk./ Manajemen Pendidikan 9 (1) (2020) 82-91

Syafri, UA (2012). Pendidikan Karakter Zubaidi. 2011. Desain Pendidikan Karakter.


berbasis al-Qur'an. Jakarta: Rajawali Jakarta: Grup Media Prenada .
Pers. Zulhijrah, Z. (2015). Implementasi Pendidikan
Wibowo, A. (2013). Manajemen Pendidikan Karakter di Sekolah. Tadrib, 1(1), 118-
Karakter di Sekolah. Yogyakarta: 136.
Pustaka Pelajar.

98

Anda mungkin juga menyukai