Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dan orangtua dalam
membentuk karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada saat melakukan pembelajaran
daring (Online). Seperti yang diketahui bahwa: Peran orang tua dan guru dalam
mewujudkan karakter yang memiliki hubungan timbal balik. Keluarga sebagai dasar
pembentukan awal sedangkan sekolah sebagai pelengkap pendidikan karakter anak sehingga
terwujud siswa sebagai generasi robbani. Kemunculan covid 19 membuat kegiatan belajar-
mengajar yang pada awalnya di sekolah bertatap muka kini menjadi belajar dari rumah
secara daring. Jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif kualitatif. Dalam upaya
pembentukan karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Tentunya harus dilakukan
pendampingan yang optimal antara guru dan orangtua, agar Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) dapat mengikuti pembelajaran daring (Online) dengan baik dan dapat juga
membentuk karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) agar memiliki adab, akhlak dan
sopan santun yang baik terhadap lingkungannya, Dengan cara guru dan orangtua
melakukan pendampingan dan bimbingan kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Secara
berkala.
Kata Kunci: Peran Guru dan Orangtua, Pendidikan Karakter, Pembelajaran daring (Online)
Pendahuluan
Pada saat ini Negara-negara di dunia tengah dihadapkan pada wabah penyakit yang
dapat mengancam kesehatan. Wabah ini disebabkan karena virus yang biasa disebut dengan
Corona Virus Disease (COVID-19) atau virus corona. Adanya wabah ini memberikan
pengaruh besar terhadap aspek-aspek, baik aspek ekonomi, social, budaya, bahkan
pendidikan. Hampir seluruh jenjang pendidikan di Indonesia saat ini bebabasis daring/online.
Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia, melalui surat edaran kementrian pendidikan dan
kebudayaan (kemendikbud) Direktorat pendidikan Tinggi No. 1 Tahun 2020 mengenai
pencegahan penyebaran covid 19 di dunia pendidikan yang ada di Indonesia. Dalam surat
edaran tersebut tertulis dengan jelas bahwa kemendikbud menghimbau dan mengintruksikan
untuk menyelenggarakan pembelajaran melalui jarak jauh serta menyarankan para peserta
didik untuk melakukan pembelajaran dari rumah mereka masing-masing.(Handarini &
Wulandari, 2020)
Dampak corona virus disease (Covid 19) sangat berpengaruh dalam melumpuhkan
sektor pendidikan, pihak pemerintah dengan segala strategi dan upaya mereka untuk
mengatur bagaimana pendidikan di Indonesia ini bisa terus berjalan dan tidak terhenti
aktivitas pembelajarannya.(Mangunsong et al., 2018). Pihak pemerintah membuat suatu
kebijakan pembelajaran daring, yang mengharuskan para peserta didik baik dari tingkat
Sekolah dasar, Sampai perguruan Tinggi dilakukan secara daring, bahkan sekolah
berkebutuhan khusus juga terkena dampaknya dari peraturan yang dibuat pemerintah
Republik Indonesia.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Fenomena melorotnya akhlak generasi bangsa, termasuk di dalamnya para elit bangsa,
acapkali menjadi apologi bagi sebagian orang untuk memberikan kritik pedasnya terhadap
institusi pendidikan. Hal tersebut teramat wajar karena pendidikan sesungguhnya memiliki
misi yang amat mendasar yakni membentuk manusia utuh dengan akhlak mulia sebagai salah
satu indikator utama, generasi bangsa dengan karatekter akhlak mulia merupakan salah satu
profil yang diharapkan dari praktek pendidikan nasional.
Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA), seorang sahabat utama Rasulullah
Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) menganjurkan: Ajaklah anak pada usia sejak
lahir sampai tujuh tahun bermain, ajarkan anak peraturan atau adab ketika mereka berusia
tujuh sampai empat belas tahun, pada usia empat belas sampai dua puluh satu tahun
jadikanlah anak sebagai mitra orang tuanya. Ketika anak masuk ke sekolah mengikuti
pendidikan formal, dasar-dasar karakter ini sudah terbentuk. Anak yang sudah memiliki
watak yang baik biasanya memiliki achievement motivation yang lebih tinggi karena
perpaduan antara intelligence quotient, emosional quotient dan spiritual quotient sudah
terformat dengan baik.(Subianto, 2013)
Dalam upaya pembentukan generasi yang memiliki kualitas iman dan taqwa serta
akhlak yang terpuji, pendidikan karakter atau pendidikan akhlak sejak dini mutlak
dibutuhkan. Sebab, seorang anak adalah generasi yang akan hidup di masa yang akan datang.
Hitam dan putihnya generasi yang akan datang, sangat ditentukan oleh kegigihan para orang
tua dalam menanamkan karakter serta nilainilai/ajaran agama yang benar.(Ginanjar, 2013)
Pendidikan adalah salah garda terdepan untuk memajukan sebuah bangsa, tanpa ada
pendidikan yang bagus maka perkembangan bangsa kedepan hanya tinggal isapan jempol
semata, bahkan secara gamblang bapak bangsa Vietnam membuat sebuah pernyataan sebagai
tolak ukur fondasi pentingnya pendidikan yaitu: “No Teacher, No Education, No Education,
No Economic and Social Development. Dari pernyataan tersebut dijelaskan secara tersurat
bahwa tanpa ada pendidikan tidak akan mungkin ada perkembangan ekonomi dan sosial.
(Subang, 2020)
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal
ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan
materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Pendidikan karakter
harus diberikan pada pendidikan formal khususnya lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SLB dan Perguruan tinggi melalui pembelajaran dan
ekstrakulikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan dan tenaga
kependidikan.Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong rayong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.(Subianto, 2013)
Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi pembentukan dan
pengembangan potensi. Pendidikan karakter membentuk dan mengembangkan potensi siswa
agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan falsafah pancasila. Kedua,
fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter memperbaiki dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa
menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Ketiga, fungsi penyaring. Pendidikan
karakter memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilainilai budaya bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat.(Blitar, 2014)
Pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai
akhlak dan moral yang baik, untuk menciptakan kehiupan berbangsan yang adil, aman dan
makmur. Landasan pendidikan karakter disebut di dalam Alqur’an Q.S 31:17 “Hai anakku,
dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya
yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”. Penanaman karakter
dengan cara menanamkan nilai-nilai universal untuk mencapai kematangan karakter melalui
penanaman cinta kasih dalam keluarga. Rasa rendah diri dapat menyebabkan seseorang
melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri dan keluarga.(Agama et al., 2018)
Dalam pembentukan karakter, kita juga harus melaksanakan secara utuh dan terus
menerus, yakni dengan Habituasi (pembiasaan), Membelajarkan hal-hal yang baik,
merasakan dan mencintai yang baik, tindakan yang baik, Keteladanan dari lingkungan
sekitar, Tobat (kembali) kepada Allah setelah melakukan kesalahan.(Dan et al., 2018)
Peran orang tua dan guru dalam mewujudkan karakter yang Islami memiliki
hubungan timbal balik. Keluarga sebagai dasar pembentukan awal sedangkan sekolah sebagai
pelengkap pendidikan karakter anak sehingga terwujud siswa sebagai generasi robbani.
Apalagi pada saat situasi dan kondisi saat ini, pembelajaran yang biasanya dilakukan
disekolah, harus dirubah dengan pembelajaran daring, Maka dari itu peran Guru dan
Orangtua sangat penting untuk terus mendidik, mengawasi dan tentunya menanamkan nilai-
nilai karakter yang baik kepada peserta didik, khususnya Anak Berkebutuhan Khusus.
Dengan melakukan pola pendidikan karakter yang baik, bukan tidak mungkin, walaupun
pembelajaran dilakukan secara daring (Online) tetap mampu untuk membentuk karakter
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menjadi seorang Anak Yang memiliki karakter Islami
yang baik.(Wahyuni & Putra, 2020)
Pembelajaran daring adalah suatu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan cara
jarak jauh atau bisa disebut pembelajaran yang dilakukan tidak dengan bertatap wajah,
Meskipun jarak antara pendidik dan peserta didik berjauhan.sistem hal yang ingin dicapai
dalam pembelajaran daring ini adalah memberikan suatu layanan pembelajaran yang
berkualitas dalam jaringan yang bersifat masif dan terlihat untuk menjangkau peminat ruang
belajar agar lebih tertata dan lebih terstruktur dengan luas.(Handarini & Wulandari, 2020)
Melalui sebuah perangkat mobile seperti smartphone, laptop atau sebagainya, telah
diterapkan dan dipakai oleh seluruh kalangan masyarakat di segala usia dari mulai kalangan
anak-anak hingga dewasa maupun jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan
menggunakan perangkat mobile ini sebagai salah satu media untuk belajar dan
menghubungkan komunikasi antara rekan kerja, bisnis maupun antara guru dengan peserta
didik.(Pendas, 2019)
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara daring banyak ditemui hambatan
maupun rintangan, ketidak efektifan dan kestabilan, serta terbatasnya fasilitas yang tersedia.
Membuat para peserta didik menjadi jenuh dan bosan ketika harus berada dirumah saja untuk
melakukan pembelajaran secara daring.(Age et al., 2016)
Dalam situasi pandemi saat ini, Office of The High Commissioner Human Rights
(OHCHR, 2020) memberikan rekomendasi beberapa hal yang bisa dilakukan maupun
diagendakan agar proses pembelajaran dapat berlangsung termasuk untuk pembelajaran anak
berkebutuhan khusus (ABK), Salah satunya adalah mengakses panduan mengenai
kewenangan dan tanggung jawab pihak sekolah di samping juga memberikan informasi
keberadaan sumber-sumber pendukung pembelajaran yang mudah di akses.(Inklusi, 2014)
Secara umum yang dapat diketahui bahwa permasalahan yang dialami oleh orang tua
dalam pembelajaran daring untuk peserta didik berkebutuhan khusus di masa pandemi,
meliputi:
Dalam kondisi seperti ini diperlukan solusi alternatif yang harus dilakukan oleh
lembaga pendidikan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dalam upaya penegahan
corona virus disease (Covid 19) dan mampu memaksimalkan, serta mengatur segala akses
pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus, agar mereka tetap dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik dan tidak membuat para peserta didik berkebutuhan khusus
menjadi bosan dan tidak nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan
secara daring.(Damayanto, 2020)
Tuntutan untuk menjadi seorang pendidik atau guru sangatlah berat, apalagi dalam
pendidikan pendidik inklusi yang pastinya sangat membutuhkan pengetahuan yang luas dan
tepat dalam penanganan pada anak berkebutuhan khusus (ABK). Beberapa tuntutan untuk
menjadi seorang guru dalam mengajar dan membentuk karakter didalam setting pendidikan
anak berkebutuhan khusus (ABK), Yaitu:
a. Seorang guru Guru harus memiliki pemahaman holistik tentang anak berkebutuhan
khusus (ABK).
b. Memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus
(ABK).
c. Seorang guru anak berkebutuhan khusus harus memiliki kecerdasan, baik emosional
maupun sosial, dan mampu untuk menyesuaikan diri dengan anak berkebutuhan
khusus (ABK).
d. Mampu menjalankan peran sebagai terapis , peran administratif, bahkan ada yang
menuntut peran paramedis.(Haryono, n.d.)
Metode Penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk didapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan
tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, karena lebih mementingkan
proses dari pada hasil, dengan membatasi penelitian dengan fokus dan memiliki ciriciri yang
sesuai dengan penelitian kualitatif.
a. Ibu Nurrisma, Yang merupakan ibu kandung dari peserta didik berkebutuhan khusus
yang bernama Askar Khairan habib. Beliau merupakan seorang guru SD, yang
kesehariannya menjadi seorang pendidik dan merangkap menjadi Ibu Rumah Tangga.
b. Bapak muhammad Shaleh, Beliau merupakan seorang karyawan swasta dibidang
properti bangunan.
c. Serta seorang peserta didik bernama Askar Khairan Habib yang merupakan salah satu
siswa SMP Luar Biasa Negeri Pembina Medan.
Dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dalam
pengumpulan datanya, Diantaranya, Yaitu:
1. Observasi
2. Wawancara
Pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti kepada orangtua dari peserta didik
anak berkebutuhan khsuus . Pedoman wawancara dibuat sebagai acuan dalam melakukan
wawancara kepada subjek penelitian terkait penelitian yang berjudul Pembelajaran Daring
Pada Anak Berkebutuhan Khusus. Pedoman wawancara ini bersifat tak terstruktur dengan
tujuan menemukan masalah secara terbuka yaitu agar subjek dapat mengemukakan pendapat
dan ide-idenya secara terbuka.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan sumber informasi yang kaya. Secara konseptual relevan dan
mendasar dalam konteksnya. Alat pengumpulan data ini terdiri dari kurikulum pembelajaran
anak berkebutuhan khusus (ABK), Serta gambaran kegiatan belajar dan pembelajaran anak
berkebutuhan khusus.
Penelitian ini dilakukan secara langsung dengan mendatangi rumah salah satu peserta
didik berkebutuhan khusus, tetapi dengan syarat tetap mematuhi anjuran pemerintah dengan
mengikuti protokol kesehatan yang ada, penelitian ini selain dilakukan secara langsung, juga
dilakukan secara online, dengan menggunakan media aplikasi Google meet. Observasi
dilakukan dengan dua kali pertemuan, yang pertama dengan dilakukan secara pertemuan
langsung, dan yang kedua dengan melalui aplikasi Google meet.
4. Teknik Penjamin Keabsahan Data
Agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka peneliti
melakukan pemeriksaan data. Data yang telah dikumpulkan diuji keabsahannya dengan
teknik perpanjangan keikut sertaan, menekuni pengamatan, triangulasi. Perpanjangan keikut
sertaan berarti perpanjangan waktu penelitian agar peneliti memiliki cukup waktu untuk
mengenal lingkungan, mengadakan hubungan dengan orang-orang yang berada dalam
lingkungan itu dan mengecek kebenaran informasi. Menekuni pengamatan dilakukan untuk
memperoleh keakuratan data penelitian yang lebih baik. Dengan ketekunan pengamatan
maka peneliti dapat memperhatikan segala sesuatunya dengan lebih cermat, terinci dan
mendalam.
Hasil penelitian yang akan dipaparkan mencakup tiga pokok utama pembahasan
mengenai Peran Guru dan Orangtua Dalam Pembentukan Karakter Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) Pada Pembelajaran Daring (Online). Ada tiga fokus utama pembahasan dari
penelitian ini yang ingin diketahui, antara lain, yaitu: Pertama, Mengenai Peran Guru dan
Orangtua Dalam Pendidikan Karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Kedua, Mengenai
Pembelajaran Daring (Online) Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Ketiga, Mengenai
Pendampingan yang dilakukan guru dan orangtua dalam membentuk karakter Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) pada saat pembelajaran daring (Online). Berikut, merupakan
penjelasannya :
Fenomena melorotnya akhlak generasi bangsa, termasuk di dalamnya para elit bangsa,
acapkali menjadi apologi bagi sebagian orang untuk memberikan kritik pedasnya terhadap
institusi pendidikan. Hal tersebut teramat wajar karena pendidikan sesungguhnya memiliki
misi yang amat mendasar yakni membentuk manusia utuh dengan akhlak mulia sebagai salah
satu indikator utama, generasi bangsa dengan karatekter akhlak mulia merupakan salah satu
profil yang diharapkan dari praktek pendidikan nasional.
Pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai
akhlak dan moral yang baik, untuk menciptakan kehiupan berbangsan yang adil, aman dan
makmur. Landasan pendidikan karakter disebut di dalam Alqur’an Q.S Luqman Ayat 17,
Yaitu: “Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”.
Penanaman karakter dengan cara menanamkan nilai-nilai universal untuk mencapai
kematangan karakter melalui penanaman cinta kasih dalam keluarga.
Menurut Bapak Muhammad Shaleh dan Ibu Nurrisma sebagai orangtua dari peserta
didik yang bernama Askar Khairan Habib mengatakan bahwa: Peran orang tua dan guru
dalam mewujudkan karakter yang Islami memiliki hubungan timbal balik. Keluarga sebagai
dasar pembentukan awal sedangkan sekolah sebagai pelengkap pendidikan karakter anak
sehingga terwujud siswa sebagai generasi robbani. Apalagi pada saat situasi dan kondisi saat
ini, pembelajaran yang biasanya dilakukan disekolah, harus dirubah dengan pembelajaran
daring, Maka dari itu peran Guru dan Orangtua sangat penting untuk terus mendidik,
mengawasi dan tentunya menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada peserta didik,
khususnya Anak Berkebutuhan Khusus.
Dalam pelaksanaan pembelajaran daring dan proses pembetukan karakter ini juga
memiliki hambatan yang sangat nyata, yaitu: para peserta didik beranggapan belajar dan
pembinaan itu disekolah bukan dirumah dan membuat mood siswa berubah-ubah. Solusinya
ialah guru memberikan anak pemahaman yang kuat melalui video call atau kunjungan secara
langsung, serta memberikan waktu yang cukup fleksibel dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Apalagi perlu diingat dan menjadi catatan penting bahwa anak berkebutuhan
khusus memerlukan perhatian lebih dan arahan yang khusus, sehingga disini hambatannya
ialah tidak ada pendamping saat mengakses pembelajaran.
Peran guru dan orangtua sebagai pendidik anak berkebutuhan khusus, dalam kasus ini
adalah anak usia remaja, tentu mengharuskan guru dan orangtua untuk mampu mendampingi
dan mengarahkan anak yang berkebutuhan khusus agar dapat belajar dengan baik dan
nyaman. Peran guru dan orangtua saat mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus tentunya
berbeda dengan peran sebagai guru dan orangtua yang tidak memiliki anak berkebutuhan
khusus. Perwujudan peran sebagai pendamping anak berkebutuhan khusus disini
mengharuskan adanya perilaku-perilaku khusus sebagai dalam upaya memenuhi kebutuhan
kebutuhan unik milik si anak berkebutuhan khusus.
Pemahaman akan konsep Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) itu sendiri merupakan
modal utama dan modal yang penting, Khususnya sebagai guru atau pendidik dari Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). Pemahaman itu kemudian kemudian diperkaya dengan
keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran yang sesuai bagi anak-anak didiknya yang
berkebutuhan khusus,. Apalagi pada situasi dan kondisi saat ini mengharuskan guru yang
mengajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk bertindak kreatif dan mampu
menjalankan proses belajar mengajar dengan maksimal dan tidak membuat peserta didik
berkebutuhan khusus menjadi tidak nyaman dan bosan.
Selain guru, Peran dari orangtua juga sangatlah penting dalam mendampingi dan
mengarahkan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus dalam melakukan proses
pembelajaran daring dengan baik. Maka dari itu guru dan orangtua harus saling bekerjasama
dalam menangani dan mengatasi masalah ini, tentunya dalam melakukan pembelajaran
daring anak yang memiliki kebutuhan khusus harus dilayani dengan sedikit berbeda daripada
anak-anak normal lainnya, mereka harus selalu di dampingi dan diarahkan agar Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat mengikuti pembelajaran daring dengan nyaman dan
membentuk karakter mereka agar menjadi seorang anak yang memiliki akhlak serta moral,
maupun kedisiplinan untuk mengikuti pembelajaran daring (Online).
Orangtua dari Askar Khairan habib, mengatakan bahwa memang dalam proses
pembelajaran daring ini memiliki banyak sekali kendala dan hambatan yang terjadi dalam
prosesnya, khususnya pada saat anak melakukan pembelajaran daring, apalagi anak ini
memiliki kebutuhan khsus, tidak seperti anak normal lainnya. Maka dari itu orangtua dari
Askar Khairan habib mengatakan bahwa kunci utama agar Anak Berkebutuhan Khusus ini
mau mengikuti pembelajaran dan tidak jenuh dalam mendengarkan arahan yang diberikan
oleh guru pada saat proses pembelajaran daring dilakukan adalah dengan adanya
pendampingan baik dari guru yang mengajarnya, maupun kedua orangtua dari peserta didik
yang memiliki kebutuhan khusus.
Dalam hal tentunya guru dituntut harus memaparkan dan menjelaskan materi-materi
pembelajaran dengan sebaik baiknya dan kreatif agar peserta didik berkebutuhan khusus
tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang ada, Dikarenakan Anak berkebutuhan Khusus
(ABK) memiliki hak yang sama seperti anak-anak normal lainnya dalam merasakan dan
mengikuti pendidikan.(Kelas et al., 2015). Maka dari itu kerjasama antara guru dan orangtua
harus terjalin dengan dengan baik dan maksimal, maka dari itu kunci utamanya adalah
dengan melakukan komunikasi secara berkala antara guru dan orangtua dalam memantau
perkembangan baik kognitif maupun karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) selama
melakukan pembelajaran daring.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peran Guru dan Orangtua Dalam Pembentukan
Karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Pada Pembelajaran Daring (Online). dapat
ditarik kesimpulan bahwa: Pendidikan adalah salah garda terdepan untuk memajukan sebuah
bangsa, tanpa ada pendidikan yang bagus maka perkembangan bangsa kedepan hanya tinggal
isapan jempol semata, bahkan secara gamblang bapak bangsa Vietnam membuat sebuah
pernyataan sebagai tolak ukur fondasi pentingnya pendidikan yaitu: “No Teacher, No
Education, No Education, No Economic and Social Development. Pendidikan karakter adalah
segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai akhlak
dan moral yang baik, untuk menciptakan kehiupan berbangsan yang adil, aman dan makmur.
Peran orang tua dan guru dalam mewujudkan karakter yang Islami memiliki hubungan timbal
balik. Keluarga sebagai dasar pembentukan awal sedangkan sekolah sebagai pelengkap
pendidikan karakter anak sehingga terwujud siswa sebagai generasi robbani.
Dengan adanya pendampingan yang dilakukan guru dengan melakukan kunjungan kerumah
peserta didik berkebutuhan khusus tentunya akan menambah semangat dan antusias Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk semangat belajar dan mampu mengikuti pembelajaran
dengan perasaan dan pikiran yang tenang. Maka dari itu kerjasama antara guru dan orangtua
harus terjalin dengan dengan baik dan maksimal, maka dari itu kunci utamanya adalah
dengan melakukan komunikasi secara berkala antara guru dan orangtua dalam memantau
perkembangan Anak, Maupun perkembangan karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
selama melakukan pembelajaran daring.
Daftar Pustaka
Agama, I., Negeri, I., & Curup, I. (2018). Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di
Era Digital. 2(1).
Age, G., Ilmiah, J., Kembang, T., & Usia, A. (2016). Optimlisasi Kemampuan Interaksi
Sosial Anak di PAUD Inklusi Ahsanu Amala Yogyakarta Nadlifah | 17. 1, 17–26.
Berkebutuhan, A., Di, K., & Nurul, S. L. B. (2015). Gambaran pengetahuan ibu tentang pola
asuh pada anak berkebutuhan khusus di slb nurul ikhsan. 4(2), 81–89.
Dan, N., Pembentukan, S., Akhlak, K., & Islam, D. (2018). TA’LIM : Jurnal Studi
Pendidikan Islam Vol.1 No.2 Juli 2018. 1(2), 325–346.
Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study
From Home ( SFH ) Selama Pandemi Covid 19 Pembelajaran Daring Sebagai Upaya
Study From Home ( SFH ) … .. 8(1), 496–503.
Inklusi, D. I. S. (2014). Pemenuhan hak anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. 176–
186.
Kelas, K., Dkv, X. I., Smk, D. I., Padang, N., Studi, P., & Dan, B. (2015). PROSES
PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN Oleh :
MARDIANSYAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT PADANG PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI
UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4
PADANG Oleh : Mardiansyah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI
Sumatera Barat.
Makagingge, M., Karmila, M., & Chandra, A. (2018). SOSIAL ANAK ( Studi Kasus Pada
Anak Usia 3-4 Tahun di KBI Al Madina Sampangan Tahun Ajaran 2017-2018 ).
Mangunsong, F. M., Wahyuni, C., Psikologi, F., & Indonesia, U. (2018). Keterlibatan Orang
Tua terhadap Keterampilan Sosial Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar
Inklusif. 45, 167–180. https://doi.org/10.22146/jpsi.32341
Subianto, J. (2013). Peran Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pembentukan Karakter
Berkualitas. Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8(2), 331–354.
https://doi.org/10.21043/edukasia.v8i2.757
Wahyuni, I. W., & Putra, A. A. (2020). Kontribusi Peran Orangtua dan Guru dalam
Pembentukan Karakter Islami Anak Usia Dini. 5(1). https://doi.org/10.25299/al-
thariqah.2020.vol5(1).4854