Anda di halaman 1dari 17

PERAN GURU DAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) PADA PEMBELAJARAN DARING (ONLINE)

Muhammad Rapono*, Dedek Kurniawan*, Indah Permata Sari**

*Universitas Islam Negeri Sumatera Utara*

“Jl. William Iskandar, Psr. V, Medan Estate, Sumatera Utara 20371”

Email: muhammadrapono@Uinsu.ac.id, dedek.kurniawan@Uinsu.ac.id,


Lindapermatasari2310@gmail.com.

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran guru dan orangtua dalam
membentuk karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada saat melakukan pembelajaran
daring (Online). Seperti yang diketahui bahwa: Peran orang tua dan guru dalam
mewujudkan karakter yang memiliki hubungan timbal balik. Keluarga sebagai dasar
pembentukan awal sedangkan sekolah sebagai pelengkap pendidikan karakter anak sehingga
terwujud siswa sebagai generasi robbani. Kemunculan covid 19 membuat kegiatan belajar-
mengajar yang pada awalnya di sekolah bertatap muka kini menjadi belajar dari rumah
secara daring. Jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif kualitatif. Dalam upaya
pembentukan karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Tentunya harus dilakukan
pendampingan yang optimal antara guru dan orangtua, agar Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) dapat mengikuti pembelajaran daring (Online) dengan baik dan dapat juga
membentuk karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) agar memiliki adab, akhlak dan
sopan santun yang baik terhadap lingkungannya, Dengan cara guru dan orangtua
melakukan pendampingan dan bimbingan kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Secara
berkala.

Kata Kunci: Peran Guru dan Orangtua, Pendidikan Karakter, Pembelajaran daring (Online)

Pendahuluan

Pada saat ini Negara-negara di dunia tengah dihadapkan pada wabah penyakit yang
dapat mengancam kesehatan. Wabah ini disebabkan karena virus yang biasa disebut dengan
Corona Virus Disease (COVID-19) atau virus corona. Adanya wabah ini memberikan
pengaruh besar terhadap aspek-aspek, baik aspek ekonomi, social, budaya, bahkan
pendidikan. Hampir seluruh jenjang pendidikan di Indonesia saat ini bebabasis daring/online.
Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia, melalui surat edaran kementrian pendidikan dan
kebudayaan (kemendikbud) Direktorat pendidikan Tinggi No. 1 Tahun 2020 mengenai
pencegahan penyebaran covid 19 di dunia pendidikan yang ada di Indonesia. Dalam surat
edaran tersebut tertulis dengan jelas bahwa kemendikbud menghimbau dan mengintruksikan
untuk menyelenggarakan pembelajaran melalui jarak jauh serta menyarankan para peserta
didik untuk melakukan pembelajaran dari rumah mereka masing-masing.(Handarini &
Wulandari, 2020)

Dampak corona virus disease (Covid 19) sangat berpengaruh dalam melumpuhkan
sektor pendidikan, pihak pemerintah dengan segala strategi dan upaya mereka untuk
mengatur bagaimana pendidikan di Indonesia ini bisa terus berjalan dan tidak terhenti
aktivitas pembelajarannya.(Mangunsong et al., 2018). Pihak pemerintah membuat suatu
kebijakan pembelajaran daring, yang mengharuskan para peserta didik baik dari tingkat
Sekolah dasar, Sampai perguruan Tinggi dilakukan secara daring, bahkan sekolah
berkebutuhan khusus juga terkena dampaknya dari peraturan yang dibuat pemerintah
Republik Indonesia.

Dalam pembelajaran daring yang dilakukan, tentunya pihak sekolah berkebutuhan


khsuus maupun para tenaga pendidik harus mampu merancang dan menyusun sebuah konsep
pembelajaran daring yang mampu diterima dan dipahami oleh para peserta didiknya yang
berkebutuhan khusus, dikarenakan anak berkebutuhan khusus haruslah ditangani dan
diperhatikan seara lebih oleh para tenaga pendidik, agar anak berkebutuhan khusus (ABK)
mampu belajar dengan baik dan optimal serta mempunyai karakter yang baik, meskipun
pembelajaran dilakukan secara daring.(Pendas, 2019)

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga
sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter yang dituntut oleh Lickona Thomas


(1992:54) yaitu “mempunyai dasar kurikulum yang mengandung nilai-nilai karakter dan
terintegrasi dalam mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik nantinya”. Begitu
juga dengan cara penilaian yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter ini, yang
mana penilaian yang harus dilakukan dengan benar mencantumkan nilai-nilai karakter yang
telah tercapai oleh peserta didik baik dalam proses pembelajaran maupun dilingkungan
sekitarnya.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan
karakter Anak Berkebutuhan Khusus dalam pembelajaran daring (Online), di SMP-LB
Negeri Pembina Medan.(Karakter & Pembelajaran, 2012)

1. Peran Guru dan Orangtua Dalam Pendidikan Karakter Anak Berkebutuhan


Khusus (ABK)

Masalah pendidikan di Indonesia sangatlah kompleks karena di semua aspeknya


terdapat persoalan yang perlu diselesaikan. Dekadensi moral telah merajalela dalam dunia
pendidikan sehingga menjadi potret buram dalam dunia pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari
maraknya peredaran video porno yang diperankan oleh para pelajar, maraknya perkelahian
antarpelajar, adanya kecurangan dalam ujian nasional, banyaknya kasus narkoba yang
menjerat siswa, banyaknya begal motor yang diperankan oleh siswa, cabe-cabean, perpisahan
sekolah dengan baju bikini, dan berbagai peran negatif lainnya.

Fenomena melorotnya akhlak generasi bangsa, termasuk di dalamnya para elit bangsa,
acapkali menjadi apologi bagi sebagian orang untuk memberikan kritik pedasnya terhadap
institusi pendidikan. Hal tersebut teramat wajar karena pendidikan sesungguhnya memiliki
misi yang amat mendasar yakni membentuk manusia utuh dengan akhlak mulia sebagai salah
satu indikator utama, generasi bangsa dengan karatekter akhlak mulia merupakan salah satu
profil yang diharapkan dari praktek pendidikan nasional.

Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA), seorang sahabat utama Rasulullah
Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam) menganjurkan: Ajaklah anak pada usia sejak
lahir sampai tujuh tahun bermain, ajarkan anak peraturan atau adab ketika mereka berusia
tujuh sampai empat belas tahun, pada usia empat belas sampai dua puluh satu tahun
jadikanlah anak sebagai mitra orang tuanya. Ketika anak masuk ke sekolah mengikuti
pendidikan formal, dasar-dasar karakter ini sudah terbentuk. Anak yang sudah memiliki
watak yang baik biasanya memiliki achievement motivation yang lebih tinggi karena
perpaduan antara intelligence quotient, emosional quotient dan spiritual quotient sudah
terformat dengan baik.(Subianto, 2013)

Dalam upaya pembentukan generasi yang memiliki kualitas iman dan taqwa serta
akhlak yang terpuji, pendidikan karakter atau pendidikan akhlak sejak dini mutlak
dibutuhkan. Sebab, seorang anak adalah generasi yang akan hidup di masa yang akan datang.
Hitam dan putihnya generasi yang akan datang, sangat ditentukan oleh kegigihan para orang
tua dalam menanamkan karakter serta nilainilai/ajaran agama yang benar.(Ginanjar, 2013)
Pendidikan adalah salah garda terdepan untuk memajukan sebuah bangsa, tanpa ada
pendidikan yang bagus maka perkembangan bangsa kedepan hanya tinggal isapan jempol
semata, bahkan secara gamblang bapak bangsa Vietnam membuat sebuah pernyataan sebagai
tolak ukur fondasi pentingnya pendidikan yaitu: “No Teacher, No Education, No Education,
No Economic and Social Development. Dari pernyataan tersebut dijelaskan secara tersurat
bahwa tanpa ada pendidikan tidak akan mungkin ada perkembangan ekonomi dan sosial.
(Subang, 2020)

Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu
mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal
ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan
materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Pendidikan karakter
harus diberikan pada pendidikan formal khususnya lembaga pendidikan TK/RA, SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SLB dan Perguruan tinggi melalui pembelajaran dan
ekstrakulikuler, penciptaan budaya satuan pendidikan, dan pembiasaan dan tenaga
kependidikan.Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleransi, bergotong rayong, berjiwa patriotik,
berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai
oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.(Subianto, 2013)

Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama. Pertama, fungsi pembentukan dan
pengembangan potensi. Pendidikan karakter membentuk dan mengembangkan potensi siswa
agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku sesuai dengan falsafah pancasila. Kedua,
fungsi perbaikan dan penguatan. Pendidikan karakter memperbaiki dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan
bertanggung jawab dalam pengembangan potensi warga negara dan pembangunan bangsa
menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera. Ketiga, fungsi penyaring. Pendidikan
karakter memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilainilai budaya bangsa dan karakter bangsa yang bermartabat.(Blitar, 2014)

Pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai
akhlak dan moral yang baik, untuk menciptakan kehiupan berbangsan yang adil, aman dan
makmur. Landasan pendidikan karakter disebut di dalam Alqur’an Q.S 31:17 “Hai anakku,
dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya
yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”. Penanaman karakter
dengan cara menanamkan nilai-nilai universal untuk mencapai kematangan karakter melalui
penanaman cinta kasih dalam keluarga. Rasa rendah diri dapat menyebabkan seseorang
melakukan kekerasan terhadap dirinya sendiri dan keluarga.(Agama et al., 2018)

Pembentukan dan pengembangan karakter diawali dari lingkungan keluarga sebagai


model utama atau teladan pengembangan karakter anak untuk mewujudkan manusia sebagai
makhluk individu, sosial, berakal dan religius. Keluarga merupakan wadah pembentukan
karakter anak. Sebuah keluarga, orang tua menjadi model pengembangan dan terbentuknya
karakter anak . Memasuki usia sekolah, maka guru sebagai penggerak dan penerus karakter
yang telah dibentuk dalam keluarganya. Memiliki adab, etika dan kebiasaan yang baik dalam
berbagai kegiatan yang telah diprogram oleh sekolah.

Dalam pembentukan karakter, kita juga harus melaksanakan secara utuh dan terus
menerus, yakni dengan Habituasi (pembiasaan), Membelajarkan hal-hal yang baik,
merasakan dan mencintai yang baik, tindakan yang baik, Keteladanan dari lingkungan
sekitar, Tobat (kembali) kepada Allah setelah melakukan kesalahan.(Dan et al., 2018)

Peran orang tua dan guru dalam mewujudkan karakter yang Islami memiliki
hubungan timbal balik. Keluarga sebagai dasar pembentukan awal sedangkan sekolah sebagai
pelengkap pendidikan karakter anak sehingga terwujud siswa sebagai generasi robbani.
Apalagi pada saat situasi dan kondisi saat ini, pembelajaran yang biasanya dilakukan
disekolah, harus dirubah dengan pembelajaran daring, Maka dari itu peran Guru dan
Orangtua sangat penting untuk terus mendidik, mengawasi dan tentunya menanamkan nilai-
nilai karakter yang baik kepada peserta didik, khususnya Anak Berkebutuhan Khusus.
Dengan melakukan pola pendidikan karakter yang baik, bukan tidak mungkin, walaupun
pembelajaran dilakukan secara daring (Online) tetap mampu untuk membentuk karakter
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) menjadi seorang Anak Yang memiliki karakter Islami
yang baik.(Wahyuni & Putra, 2020)

2. Pembelajaran Daring (Online) Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Status kedaruratan kesehatan dan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar


(PSBB) telah ditetapkan pemerintah. Dengan keluarnya aturan tersebut, diminta kepada
seluruh kepala daerah tidak membuat kebijakan sendiri yang tidak terkoordinir. Pembatasan
sosial ini merupakan salah satu upaya untuk menghadapi wabah covid 19 dalam memutus
mata rantai penyebarannya. Pembatasan sosial berskala besar tersebut tertuang dalam
Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan Pasal 59 Ayat 2 pada tahun 2020 yang
menyebutkan tujuan dari peraturan ini adalah untuk mencegah meluasnya penyebaran
penyakit, kedaruratan kesehatan masyarakat yang sedang terjadi antar orang di suatu wilayah
tertentu. Selanjutnya Undang-Undang Kekarantinaan Kesehatan Pasal 59 Ayat 3 tahun 2020
menjelaskan bahwa “pembatasan sosial berskala besar ini paling sedikit meliputi peliburan
sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan atau pembatasan kegiatan di
tempat atau fasilitas umum.”

Hal tersebut mengakibatkan untuk sementara waktu pembelajaran tidak dapat


dilakukan di rumah. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilakukan di rumah masing-masing
(study from home). Salah satu hal yang harus dilakukan adalah pembelajaran daring supaya
kegiatan belajar tetap berjalan. Penggunaan virtual learning dalam proses pembelajaran jarak
jauh diyakini memberikan lebih kemudahan belajar, dapat berkomunikasi secara langsung
sehingga materi mudah untuk diterima. Namun untuk melakukan pembelajaran daring
diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, misalnya jaringan internet, smartphone,
laptop maupun komputer. Hal penting yang berpengaruh adalah pengertian orang tua,
dukungan, serta bantuan untuk mensukseskan pembelajaran daring ini dan meskipun
pembelajaran dilakukan secara daring (Online) , Diharapkan tetap mampu untuk membentuk
karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) agar menjadi anak yang mempunyai akhlak
yang baik dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan secara daring
(Online).

Pembelajaran daring adalah suatu sistem pembelajaran yang dilakukan dengan cara
jarak jauh atau bisa disebut pembelajaran yang dilakukan tidak dengan bertatap wajah,
Meskipun jarak antara pendidik dan peserta didik berjauhan.sistem hal yang ingin dicapai
dalam pembelajaran daring ini adalah memberikan suatu layanan pembelajaran yang
berkualitas dalam jaringan yang bersifat masif dan terlihat untuk menjangkau peminat ruang
belajar agar lebih tertata dan lebih terstruktur dengan luas.(Handarini & Wulandari, 2020)

Melalui sebuah perangkat mobile seperti smartphone, laptop atau sebagainya, telah
diterapkan dan dipakai oleh seluruh kalangan masyarakat di segala usia dari mulai kalangan
anak-anak hingga dewasa maupun jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan
menggunakan perangkat mobile ini sebagai salah satu media untuk belajar dan
menghubungkan komunikasi antara rekan kerja, bisnis maupun antara guru dengan peserta
didik.(Pendas, 2019)
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan secara daring banyak ditemui hambatan
maupun rintangan, ketidak efektifan dan kestabilan, serta terbatasnya fasilitas yang tersedia.
Membuat para peserta didik menjadi jenuh dan bosan ketika harus berada dirumah saja untuk
melakukan pembelajaran secara daring.(Age et al., 2016)

Dalam situasi pandemi saat ini, Office of The High Commissioner Human Rights
(OHCHR, 2020) memberikan rekomendasi beberapa hal yang bisa dilakukan maupun
diagendakan agar proses pembelajaran dapat berlangsung termasuk untuk pembelajaran anak
berkebutuhan khusus (ABK), Salah satunya adalah mengakses panduan mengenai
kewenangan dan tanggung jawab pihak sekolah di samping juga memberikan informasi
keberadaan sumber-sumber pendukung pembelajaran yang mudah di akses.(Inklusi, 2014)

Untuk mengoptimalkan perkembangan anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak lain


adalah dengan memberikan sebuah pendidikan maupun latihan yang dilakukan kepada anak
berkebutuhan khusus agar mereka mendapatkan kemampuan dan bakat, keterampilan
maupun dapat mnguasai materi-materi akademis yang diberikan oleh para pendidik, melalui
arahan tersebut diharapkan juga karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terbentuk dan
membuat mereka mempunyai karakter diri yang baik.(Berkebutuhan et al., 2015)

Secara umum yang dapat diketahui bahwa permasalahan yang dialami oleh orang tua
dalam pembelajaran daring untuk peserta didik berkebutuhan khusus di masa pandemi,
meliputi:

a. Keterbatasannya dan kurangnya sarana pendukung untuk anak berkebutuhan khusus


(ABK) melakukan pembelajaran daring.
b. Kurangnya keterampilan orangtua dalam mengajari anak berkebutuhan khusus
(ABK).
c. Keterbatasan waktu orangtua untuk mendampingi anak berkebutuhan khusus (ABK)
dalam pembelajaran daring, dikarenakan orangtua harus bekerja disaat anak mereka
belajar dirumah.(Baharun & Awwaliyah, 2018)

Dalam kondisi seperti ini diperlukan solusi alternatif yang harus dilakukan oleh
lembaga pendidikan dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dalam upaya penegahan
corona virus disease (Covid 19) dan mampu memaksimalkan, serta mengatur segala akses
pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus, agar mereka tetap dapat mengikuti
proses pembelajaran dengan baik dan tidak membuat para peserta didik berkebutuhan khusus
menjadi bosan dan tidak nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan
secara daring.(Damayanto, 2020)

3. Pendampingan yang dilakukan guru dan orangtua dalam membentuk karakter


Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada saat pembelajaran daring (Online)

Tuntutan untuk menjadi seorang pendidik atau guru sangatlah berat, apalagi dalam
pendidikan pendidik inklusi yang pastinya sangat membutuhkan pengetahuan yang luas dan
tepat dalam penanganan pada anak berkebutuhan khusus (ABK). Beberapa tuntutan untuk
menjadi seorang guru dalam mengajar dan membentuk karakter didalam setting pendidikan
anak berkebutuhan khusus (ABK), Yaitu:

a. Seorang guru Guru harus memiliki pemahaman holistik tentang anak berkebutuhan
khusus (ABK).
b. Memiliki tingkat kesabaran yang tinggi dalam menghadapi anak berkebutuhan khusus
(ABK).
c. Seorang guru anak berkebutuhan khusus harus memiliki kecerdasan, baik emosional
maupun sosial, dan mampu untuk menyesuaikan diri dengan anak berkebutuhan
khusus (ABK).
d. Mampu menjalankan peran sebagai terapis , peran administratif, bahkan ada yang
menuntut peran paramedis.(Haryono, n.d.)

Untuk menanamkan nilai-nilai Karakter kepada anak didiknya yang memiliki


kebutuhan khusus maka guru dan orangtua harus melakukan beberapa hal, Yaitu: Pertama,
guru dan orangtua harus menjadi seorang yang penyayang dan efektif dalam menanggapi
anak berkebutuhan khusus (ABK). Kedua, guru dan orangtua menjadi contoh atau model
seperti harus memiliki etika dan sopan santun yang baik, agar ditiru oleh peserta didiknya.
Ketiga, guru dan orangtua harus mampu menjadi mentor yang beretika terhadap peserta anak
didik berkebutuhan khusus, terutama dalam mengahadapi anak berkebutuhan khusus (ABK)
tentulah harus memiliki rasa sabar yang tinggi dan keikhlasan dalam mengajari anak
berkebutuhan khusus (ABK).(pendidikan karakter, 2016)

Dalam melakukan pendampingan seorang guru harus mampu memahami karakter


anak berkebutuhan khusus dan mamapu mendesain suatu pembelajaran yang tepat, agar anak
berkebutuhan khusus (ABK) dapat mendengarkan arahan yang diberikan oleh guru agar
proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar, Meskipun dilakukan online atau disebut
dari jarak jauh.(Inklusif, 2020)
Dalam melaksanakan pembelajaran secara daring tentunya seorang guru yang
mengajari anak berkebutuhan khusus (ABK) harus mampu kreatif dan inovatif dalam
melakukan pendampingan agar anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat belajar dengan
tenang dan nyaman, dengan kreatifnya seorang guru dalam mengkonsep atau mengatur
jalannya pembelajaran yang dilakukan dengan cara daring, tentulah akan menghasilkan suatu
tujuan yang baik.(Makagingge et al., 2018)

Anak berkebutuhan khusus sering sekali diidentifikasikan dan diidentikkan sangat


sulit untuk memahami suatu pembelajaran, tetapi jika guru mampu untuk mengkonsep dan
mendesain pembelajaran daring seara kreatif dan efisien, tentunya para peserta didik
berkebutuhan khusus menjadi senang dalam mengikuti pembelajaran daring, walaupun
pembelajaran ini tidak dilakukan disekolah, dengan susunan konsep dan strategi yang baik
akan membantu memupuk minat belajar anak berkebutuhan khusus agar mau mengikuti
pembelajaran daring tanpa adanya unsur paksaan dari orangtua maupun guru. Maka dari itu
kuncinya adalah dengan melakukan upaya mediasi atau bisa dikatakan pendampingan guru
dan orangtua untuk tetap memberikan semangat serta arahan agar anak berkebutuhan khusus
bisa menjalankan pembelajaran daring dengan baik dan maksimal.(Purwokerto, 2016)

Metode Penelitian

1. Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk didapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan
tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, karena lebih mementingkan
proses dari pada hasil, dengan membatasi penelitian dengan fokus dan memiliki ciriciri yang
sesuai dengan penelitian kualitatif.

2. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian adalah orangtua peserta didik, Yaitu:

a. Ibu Nurrisma, Yang merupakan ibu kandung dari peserta didik berkebutuhan khusus
yang bernama Askar Khairan habib. Beliau merupakan seorang guru SD, yang
kesehariannya menjadi seorang pendidik dan merangkap menjadi Ibu Rumah Tangga.
b. Bapak muhammad Shaleh, Beliau merupakan seorang karyawan swasta dibidang
properti bangunan.

c. Serta seorang peserta didik bernama Askar Khairan Habib yang merupakan salah satu
siswa SMP Luar Biasa Negeri Pembina Medan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini. Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data dalam
pengumpulan datanya, Diantaranya, Yaitu:

1. Observasi

lembar observasi yang dibuat peneliti memuat butir-butir pernyataan mengenai


pembelajaran daring anak berkebutuhan khusus. Lembar observasi ini berguna sebagai alat
bantu dalam pengambilan data lapangan .

2. Wawancara

Pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti kepada orangtua dari peserta didik
anak berkebutuhan khsuus . Pedoman wawancara dibuat sebagai acuan dalam melakukan
wawancara kepada subjek penelitian terkait penelitian yang berjudul Pembelajaran Daring
Pada Anak Berkebutuhan Khusus. Pedoman wawancara ini bersifat tak terstruktur dengan
tujuan menemukan masalah secara terbuka yaitu agar subjek dapat mengemukakan pendapat
dan ide-idenya secara terbuka.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan sumber informasi yang kaya. Secara konseptual relevan dan
mendasar dalam konteksnya. Alat pengumpulan data ini terdiri dari kurikulum pembelajaran
anak berkebutuhan khusus (ABK), Serta gambaran kegiatan belajar dan pembelajaran anak
berkebutuhan khusus.

Penelitian ini dilakukan secara langsung dengan mendatangi rumah salah satu peserta
didik berkebutuhan khusus, tetapi dengan syarat tetap mematuhi anjuran pemerintah dengan
mengikuti protokol kesehatan yang ada, penelitian ini selain dilakukan secara langsung, juga
dilakukan secara online, dengan menggunakan media aplikasi Google meet. Observasi
dilakukan dengan dua kali pertemuan, yang pertama dengan dilakukan secara pertemuan
langsung, dan yang kedua dengan melalui aplikasi Google meet.
4. Teknik Penjamin Keabsahan Data

Agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah maka peneliti
melakukan pemeriksaan data. Data yang telah dikumpulkan diuji keabsahannya dengan
teknik perpanjangan keikut sertaan, menekuni pengamatan, triangulasi. Perpanjangan keikut
sertaan berarti perpanjangan waktu penelitian agar peneliti memiliki cukup waktu untuk
mengenal lingkungan, mengadakan hubungan dengan orang-orang yang berada dalam
lingkungan itu dan mengecek kebenaran informasi. Menekuni pengamatan dilakukan untuk
memperoleh keakuratan data penelitian yang lebih baik. Dengan ketekunan pengamatan
maka peneliti dapat memperhatikan segala sesuatunya dengan lebih cermat, terinci dan
mendalam.

Hasil dan Pembahasan Penelitian

Hasil penelitian yang akan dipaparkan mencakup tiga pokok utama pembahasan
mengenai Peran Guru dan Orangtua Dalam Pembentukan Karakter Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) Pada Pembelajaran Daring (Online). Ada tiga fokus utama pembahasan dari
penelitian ini yang ingin diketahui, antara lain, yaitu: Pertama, Mengenai Peran Guru dan
Orangtua Dalam Pendidikan Karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Kedua, Mengenai
Pembelajaran Daring (Online) Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Ketiga, Mengenai
Pendampingan yang dilakukan guru dan orangtua dalam membentuk karakter Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) pada saat pembelajaran daring (Online). Berikut, merupakan
penjelasannya :

a. Peran Guru dan Orangtua Dalam Pendidikan Karakter Anak Berkebutuhan


Khusus (ABK)

Fenomena melorotnya akhlak generasi bangsa, termasuk di dalamnya para elit bangsa,
acapkali menjadi apologi bagi sebagian orang untuk memberikan kritik pedasnya terhadap
institusi pendidikan. Hal tersebut teramat wajar karena pendidikan sesungguhnya memiliki
misi yang amat mendasar yakni membentuk manusia utuh dengan akhlak mulia sebagai salah
satu indikator utama, generasi bangsa dengan karatekter akhlak mulia merupakan salah satu
profil yang diharapkan dari praktek pendidikan nasional.

Pendidikan karakter sangat penting dilakukan dinegara Indonesia, khususnya untuk


anak yang memiliki kebutuhan khusus. Pembentukan karakter Anak Berkebutuhan Khusus
(ABK) tentunya dilakukan dengan cara yang sedikit berbeda dari anak-anak normal lainnya.
Peran guru dan orangtua tentunya sangat penting dalam hal ini, dalam membentuk karakter
yang baik dan disiplin dalam mengikuti pembelajaran daring (Online), Anak berkebutuhan
Khusus (ABK) haruslah ditanmkan nilai-nilai pengetahuan mengenai moral, akhlak dan
tingkah laku yang membuat mereka menjadi seorang anak yang terarah dari segi pendidikan
dan terbina secara baik dari segi adab dan akhlak dalam menghargai satu sama lainnya.

Pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai
akhlak dan moral yang baik, untuk menciptakan kehiupan berbangsan yang adil, aman dan
makmur. Landasan pendidikan karakter disebut di dalam Alqur’an Q.S Luqman Ayat 17,
Yaitu: “Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan
cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah”.
Penanaman karakter dengan cara menanamkan nilai-nilai universal untuk mencapai
kematangan karakter melalui penanaman cinta kasih dalam keluarga.

Menurut Bapak Muhammad Shaleh dan Ibu Nurrisma sebagai orangtua dari peserta
didik yang bernama Askar Khairan Habib mengatakan bahwa: Peran orang tua dan guru
dalam mewujudkan karakter yang Islami memiliki hubungan timbal balik. Keluarga sebagai
dasar pembentukan awal sedangkan sekolah sebagai pelengkap pendidikan karakter anak
sehingga terwujud siswa sebagai generasi robbani. Apalagi pada saat situasi dan kondisi saat
ini, pembelajaran yang biasanya dilakukan disekolah, harus dirubah dengan pembelajaran
daring, Maka dari itu peran Guru dan Orangtua sangat penting untuk terus mendidik,
mengawasi dan tentunya menanamkan nilai-nilai karakter yang baik kepada peserta didik,
khususnya Anak Berkebutuhan Khusus.

b. Cara pembelajaran daring (Online) pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)

Kemunculan covid 19 membuat kegiatan belajar-mengajar yang pada awalnya di


sekolah bertatap muka kini menjadi belajar dari rumah secara daring. Belajar daring (online)
merupakan kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan menggunakan teknologi digital yang
disediakan seperti, google classroom, zoom, video converence, dan lain sebagainya. Seluruh
kegiatan maupun rancangan pembelajaran akhirnya dirubah menjadi daring. Kemudian guru
akan membuat strategi pembelajaran untuk siswa secara daring agar efektif. Dalam
pembelajaran secara daringpun banyak ditemui hambatan, ketidak efektifan, serta terbatasnya
fasilitas yang tersedia. Murid merasa jenuh dengan berada dirumah saja apalagi dengan
kondisi murid berkebutuhan khusus, tentunya mereka sangat merasa tidak nyaman dalam
proses pembelajaran daring.
Dalam hal ini kami sebagai peneliti melihat dan menanyakan langsung mengenai tata
cara proses pembelajaran daring dan pembentukan karakter pada Anak Berkebutuhan Khusus
kepada orangtua dari anak yang berana Askar Khairan Habib, peserta didik ini merupakan
seorang Tuna rungu, tetapi ia mempunyai tingkat kecerdasan dan daya tangkap yang baik
dalam menyerap suatu pelajaran. Orangtua dari anak yang bernama Askar Khairan Habib,
Menjelaskan bahwa tata cara pembelajaran daring dan proses pembentukan karakter yang
dilakukan oleh anaknya tidak jauh berbeda dari pembelajaran daring dan proses pembentukan
karakter yang diterapkan di sekolah-sekolah normal, Namun dalam hal proses pembelajaran
dan pembinaannya, Tentunya ada sedikit perbedaan dalam tata caranya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran daring dan proses pembetukan karakter ini juga
memiliki hambatan yang sangat nyata, yaitu: para peserta didik beranggapan belajar dan
pembinaan itu disekolah bukan dirumah dan membuat mood siswa berubah-ubah. Solusinya
ialah guru memberikan anak pemahaman yang kuat melalui video call atau kunjungan secara
langsung, serta memberikan waktu yang cukup fleksibel dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Apalagi perlu diingat dan menjadi catatan penting bahwa anak berkebutuhan
khusus memerlukan perhatian lebih dan arahan yang khusus, sehingga disini hambatannya
ialah tidak ada pendamping saat mengakses pembelajaran.

c. Pendampingan yang dilakukan guru dan orangtua dalam membentuk karakter


Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) pada saat pembelajaran daring (Online)

Peran guru dan orangtua sebagai pendidik anak berkebutuhan khusus, dalam kasus ini
adalah anak usia remaja, tentu mengharuskan guru dan orangtua untuk mampu mendampingi
dan mengarahkan anak yang berkebutuhan khusus agar dapat belajar dengan baik dan
nyaman. Peran guru dan orangtua saat mendampingi Anak Berkebutuhan Khusus tentunya
berbeda dengan peran sebagai guru dan orangtua yang tidak memiliki anak berkebutuhan
khusus. Perwujudan peran sebagai pendamping anak berkebutuhan khusus disini
mengharuskan adanya perilaku-perilaku khusus sebagai dalam upaya memenuhi kebutuhan
kebutuhan unik milik si anak berkebutuhan khusus.

Pemahaman akan konsep Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) itu sendiri merupakan
modal utama dan modal yang penting, Khususnya sebagai guru atau pendidik dari Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK). Pemahaman itu kemudian kemudian diperkaya dengan
keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran yang sesuai bagi anak-anak didiknya yang
berkebutuhan khusus,. Apalagi pada situasi dan kondisi saat ini mengharuskan guru yang
mengajar Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk bertindak kreatif dan mampu
menjalankan proses belajar mengajar dengan maksimal dan tidak membuat peserta didik
berkebutuhan khusus menjadi tidak nyaman dan bosan.

Selain guru, Peran dari orangtua juga sangatlah penting dalam mendampingi dan
mengarahkan anaknya yang memiliki kebutuhan khusus dalam melakukan proses
pembelajaran daring dengan baik. Maka dari itu guru dan orangtua harus saling bekerjasama
dalam menangani dan mengatasi masalah ini, tentunya dalam melakukan pembelajaran
daring anak yang memiliki kebutuhan khusus harus dilayani dengan sedikit berbeda daripada
anak-anak normal lainnya, mereka harus selalu di dampingi dan diarahkan agar Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) dapat mengikuti pembelajaran daring dengan nyaman dan
membentuk karakter mereka agar menjadi seorang anak yang memiliki akhlak serta moral,
maupun kedisiplinan untuk mengikuti pembelajaran daring (Online).

Orangtua dari Askar Khairan habib, mengatakan bahwa memang dalam proses
pembelajaran daring ini memiliki banyak sekali kendala dan hambatan yang terjadi dalam
prosesnya, khususnya pada saat anak melakukan pembelajaran daring, apalagi anak ini
memiliki kebutuhan khsus, tidak seperti anak normal lainnya. Maka dari itu orangtua dari
Askar Khairan habib mengatakan bahwa kunci utama agar Anak Berkebutuhan Khusus ini
mau mengikuti pembelajaran dan tidak jenuh dalam mendengarkan arahan yang diberikan
oleh guru pada saat proses pembelajaran daring dilakukan adalah dengan adanya
pendampingan baik dari guru yang mengajarnya, maupun kedua orangtua dari peserta didik
yang memiliki kebutuhan khusus.

Dengan adanya pendampingan yang dilakukan guru dengan melakukan kunjungan


kerumah peserta didik berkebutuhan khusus tentunya akan menambah semangat dan antusias
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk semangat belajar dan mampu mengikuti
pembelajaran dengan perasaan dan pikiran yang tenang.

Dalam hal tentunya guru dituntut harus memaparkan dan menjelaskan materi-materi
pembelajaran dengan sebaik baiknya dan kreatif agar peserta didik berkebutuhan khusus
tertarik untuk mengikuti pembelajaran yang ada, Dikarenakan Anak berkebutuhan Khusus
(ABK) memiliki hak yang sama seperti anak-anak normal lainnya dalam merasakan dan
mengikuti pendidikan.(Kelas et al., 2015). Maka dari itu kerjasama antara guru dan orangtua
harus terjalin dengan dengan baik dan maksimal, maka dari itu kunci utamanya adalah
dengan melakukan komunikasi secara berkala antara guru dan orangtua dalam memantau
perkembangan baik kognitif maupun karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) selama
melakukan pembelajaran daring.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Peran Guru dan Orangtua Dalam Pembentukan
Karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Pada Pembelajaran Daring (Online). dapat
ditarik kesimpulan bahwa: Pendidikan adalah salah garda terdepan untuk memajukan sebuah
bangsa, tanpa ada pendidikan yang bagus maka perkembangan bangsa kedepan hanya tinggal
isapan jempol semata, bahkan secara gamblang bapak bangsa Vietnam membuat sebuah
pernyataan sebagai tolak ukur fondasi pentingnya pendidikan yaitu: “No Teacher, No
Education, No Education, No Economic and Social Development. Pendidikan karakter adalah
segala sesuatu yang dilakukan guru yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik.
Pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai akhlak
dan moral yang baik, untuk menciptakan kehiupan berbangsan yang adil, aman dan makmur.
Peran orang tua dan guru dalam mewujudkan karakter yang Islami memiliki hubungan timbal
balik. Keluarga sebagai dasar pembentukan awal sedangkan sekolah sebagai pelengkap
pendidikan karakter anak sehingga terwujud siswa sebagai generasi robbani.

Kemunculan covid 19 membuat kegiatan belajar-mengajar yang pada awalnya di sekolah


bertatap muka kini menjadi belajar dari rumah secara daring. Belajar daring (online)
merupakan kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan menggunakan teknologi digital yang
disediakan seperti, google classroom, zoom, video converence, dan lain sebagainya. Dalam
pelaksanaan pembelajaran daring dan proses pembetukan karakter ini juga memiliki
hambatan yang sangat nyata, yaitu: para peserta didik beranggapan belajar dan pembinaan itu
disekolah bukan dirumah dan membuat mood siswa berubah-ubah. Solusinya ialah guru
memberikan anak pemahaman yang kuat melalui video call atau kunjungan secara langsung,
serta memberikan waktu yang fleksibel dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Dengan adanya pendampingan yang dilakukan guru dengan melakukan kunjungan kerumah
peserta didik berkebutuhan khusus tentunya akan menambah semangat dan antusias Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk semangat belajar dan mampu mengikuti pembelajaran
dengan perasaan dan pikiran yang tenang. Maka dari itu kerjasama antara guru dan orangtua
harus terjalin dengan dengan baik dan maksimal, maka dari itu kunci utamanya adalah
dengan melakukan komunikasi secara berkala antara guru dan orangtua dalam memantau
perkembangan Anak, Maupun perkembangan karakter Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
selama melakukan pembelajaran daring.

Daftar Pustaka

Agama, I., Negeri, I., & Curup, I. (2018). Pendidikan Karakter Pada Anak Sekolah Dasar di
Era Digital. 2(1).

Age, G., Ilmiah, J., Kembang, T., & Usia, A. (2016). Optimlisasi Kemampuan Interaksi
Sosial Anak di PAUD Inklusi Ahsanu Amala Yogyakarta Nadlifah | 17. 1, 17–26.

Baharun, H., & Awwaliyah, R. (2018). BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PERSPEKTIF.


5, 57–71.

Berkebutuhan, A., Di, K., & Nurul, S. L. B. (2015). Gambaran pengetahuan ibu tentang pola
asuh pada anak berkebutuhan khusus di slb nurul ikhsan. 4(2), 81–89.

Blitar, T. (2014). The implementation of character education in the formation of students’


holistic personality. 90–101.

Damayanto, A. (2020). INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK PESERTA DIDIK


BERKEBUTUHAN KHUSUS 01 MASA PANDEMI Pendahuluan. 41–56.

Dan, N., Pembentukan, S., Akhlak, K., & Islam, D. (2018). TA’LIM : Jurnal Studi
Pendidikan Islam Vol.1 No.2 Juli 2018. 1(2), 325–346.

Ginanjar, O. M. H. (2013). KESEIMBANGAN PERAN ORANG TUA DALAM


PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK Oleh: M. Hidayat Ginanjar* Abstrak. 2, 230–242.

Handarini, O. I., & Wulandari, S. S. (2020). Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study
From Home ( SFH ) Selama Pandemi Covid 19 Pembelajaran Daring Sebagai Upaya
Study From Home ( SFH ) … .. 8(1), 496–503.

Haryono, S. E. (n.d.). MINDFULNESS TEACHING. 262–266.

Inklusi, D. I. S. (2014). Pemenuhan hak anak berkebutuhan khusus di sekolah inklusi. 176–
186.

Inklusif, D. I. S. (2020). No Title. 3, 72–91.

Karakter, P. P., & Pembelajaran, D. (2012). Pelaksanaan pendidikan karakter dalam


pembelajaran. 1(1), 237–249.

Kelas, K., Dkv, X. I., Smk, D. I., Padang, N., Studi, P., & Dan, B. (2015). PROSES
PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN Oleh :
MARDIANSYAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
( STKIP ) PGRI SUMATERA BARAT PADANG PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI
UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4
PADANG Oleh : Mardiansyah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI
Sumatera Barat.

Makagingge, M., Karmila, M., & Chandra, A. (2018). SOSIAL ANAK ( Studi Kasus Pada
Anak Usia 3-4 Tahun di KBI Al Madina Sampangan Tahun Ajaran 2017-2018 ).

Mangunsong, F. M., Wahyuni, C., Psikologi, F., & Indonesia, U. (2018). Keterlibatan Orang
Tua terhadap Keterampilan Sosial Siswa Berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar
Inklusif. 45, 167–180. https://doi.org/10.22146/jpsi.32341

Pendas, J. L. (2019). Strategi Pembelajaran Efektif Bagi Anak Berkebutuhan Khusus


Berbasis Mobile Learning Effective Learning Strategies for Children with Special Needs
Based on Mobile Learning. 4(September), 88–97.

pendidikan karakter (Vol. 4, Nomor 1, hal. 20–29). (2016).

Purwokerto, U. M. (2016). PENGAJARAN KREATIVITAS ANAK BERKEBUTUHAN


KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI Lia Mareza Liamareza@yahoo.com. 1(2),
99–105.

Subang, D. I. K. (2020). No Title. VI, 1–9.

Subianto, J. (2013). Peran Keluarga, Sekolah, Dan Masyarakat Dalam Pembentukan Karakter
Berkualitas. Edukasia : Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 8(2), 331–354.
https://doi.org/10.21043/edukasia.v8i2.757

Wahyuni, I. W., & Putra, A. A. (2020). Kontribusi Peran Orangtua dan Guru dalam
Pembentukan Karakter Islami Anak Usia Dini. 5(1). https://doi.org/10.25299/al-
thariqah.2020.vol5(1).4854

Anda mungkin juga menyukai