Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Sri Rejeki Silitonga

NIM : 20208400022

SEM/ PRODI : 3/ PG. Paud

MATKUL : Pendidikan Karakter Bangsa

D. PENGAMPU : Dr. Herinto Sidik Iriansyah, M.Si

TUGAS;

ARTIKEL

KRISIS PENDIDIKAN KARAKTER MENJADI FOKUS PADA ERA DIGITAL SAAT INI

Pendidikan karakter penting untuk ditanamkan pada anak usia dini.  Berbicara tentang pendidikan
karakter, Thomas Lickona (2015) dalam Education for Character menjelaskan bahwa pendidikan karakter
merupakan usaha untuk membantu seseorang sehingga ia dapat memahami, memperhatikan, dan
melakukan nilai-nilai etika yang inti.

Seiring berkembangnya zaman, anak-anak semakin kehilangan pendidikan karakter dari lingkungan
keluarga dan lingkungan sekolah. Sehingga perlu adanya dorongan dari pendidikan non-formal di rumah
dan pendidikan formal di sekolah. Seorang filsuf Yunani bernama Aristoteles mengungkapkan bahwa
kehidupan berbudi luhur cenderung diabaikan di masa sekarang ini.

Anak-anak di zaman sekarang cenderung mengabaikan perilaku dan tindakan mereka terhadap orang
lain. Sejatinya, pendidikan karakter sudah menjadi pembahasan penting. Para ilmuwan dan para ahli
psikologi sudah banyak menggali informasi terkait pendidikan karakter pada anak-anak terutama anak
usia dini. Secara lugas, tulisan ini mencoba menjelaskan peran pendidikan karakter dengan
menghadirkan pembahasan tentang (a) fenomena penyimpangan tuturan menggerus nilai karakter anak,
(b) pentingnya pendidikan karakter yang ditanamkan pada era digital saat ini, dan (c) pengelaborasian
Pembelajaran Akademik di Sekolah dengan Pengembangan Nilai Karakter

Fenomena Penyimpangan Tuturan Menggerus Nilai Karakter A: "Pantes diusir sama orang tuanya." B:
"Eh, kalau orang tua gua ngusir gua, gua usir balik. Gua maki-maki. Gua marahin. Apa lu gunanya
ngusir-ngusir gua." Itulah sepenggal kalimat yang dituturkan seorang anak laki-laki di salah satu akun
media sosialnya. Ucapannya menuai banyak hujatan dan kritikan. Tuturan tersebut merupakan masalah
aktual yang sering ditemukan para masyarakat di media sosial.  Berdasarkan kisah anak tersebut, terjadi
penyimpangan tuturan yang dilakukan sehingga menyebabkan anak tersebut tidak memiliki karakter yang
baik di mata orang lain. Tuturan tersebut juga mencerminkan kurangnya nilai moral yang ditanamkan
pada anak tersebut. Berefleksi dari fenomena penyimpangan tuturan di atas, fenomena tersebut hanya
sebagian kecil dari penyimpangan pendidikan karakter yang terjadi pada anak-anak di Indonesia, untuk
itu penulis berargumen bahwa peran orang tua dan guru sangat penting dalam menanamkan pendidikan
karakter.

Penyimpangan tersebut sering terjadi akibat kurangnya peran orang tua dalam mendidik karakter anak.
Pekerjaan orang tua yang padat membuat relasi anak dan orang tua semakin berkurang. Kurangnya
relasi tersebut membentuk karakter anak menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab, tidak disiplin,
menutup diri, dsb. Padahal, menurut Dahlan (2004) dalam Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja,
orang tua adalah model bagi anak. Peran ini dianggap sebagai bentuk pembelajaran yang sangat
mendasar, suci, dan perwujudan spiritual. Orang tua merupakan pondasi awal anak untuk membentuk
karakter mereka untuk menghadapi situasi di lingkungan sekitar.
Namun, pada tulisan ini, penulis memfokuskan peran guru di sekolah dalam pembentukkan nilai karakter
pada anak. Peran guru di sekolah menentukan pembentukkan karakter anak. Karaketer anak akan
dibentuk dari proses pembelajaran di kelas. Guru harus mampu mengelaborasi materi ajar dengan
pembentukkan nilai karakter. Kemampuan mengelaborasi bahan ajar dengan pembentukkan karakter
anak merupakan langkah yang paling penting untuk dipikirkan sebagai seorang guru. Dengan
kemampuan tersebut diharapkan anak-anak bisa mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan fakta yang aktual, nilai karakter anak-anak di Indonesia saat ini cukup mengkhawatirkan.
BEM UPI dalam artikel berjudul Fakta di balik anak Indonesia: Indonesia Gawat Darurat Pendidikan
Karakter menjelaskan tentang pendidikan karakter di Indonesia yang semakin hari semakin menyimpang.
Penyimpangan nilai karakter ini bisa berupa penyimpangan tuturan dan penyimpangan perilaku mereka
dengan orang di sekitar. Penyimpangan-penyimpangan tersebut menjadi fenomena yang menarik untuk
ditindaklanjuti.

Banyak orang tidak menyadari pentingnya penanaman karakter sejak dini. Pentingnya penanaman
pendidikan karakter sejak dini dapat menghindari fenomena-fenomena penyimpangan perilaku pada anak
di kemudian hari. Terkadang kita masih berpikir untuk meningkatkan pendidikan formal di sekolah tanpa
menyadari bahwa pendidikan karakter juga penting untuk ditanamkan. Pembentukan karakter ini
sejatinya bisa ditindaklanjuti di lingkungan sekolah. Dengan adanya peran guru di sekolah dalam
mendidik peserta didik di bidang kognitif, afektif, dan piskomotorik diharapkan mampu membantu
pembentukkan karakter anak.

Pentingnya Pendidikan Karakter Yang Ditanamkan Pada Era Digital Saat Ini. Driyarkara (1954) dalam
Budi Pekerti dan Pendidikan dijelaskan bahwa pendidikan merupakan sebuah upaya untuk
memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf yang insani. Pendidikan
karakter yang ditanamkan pada anak di sekolah pada dasarnya akan membentuk anak memiliki karakter
dan hidup yang lebih baik. Pendidikan karakter sejatinya juga merupakan salah satu penerapan nilai-nilai
moral dan agama dalam pembelajaran di sekolah, misalnya melalui pembelajaran bahasa, agama, dsb.

Pendidikan akan terus berevolusi sejalan dengan perkembangan zaman. Pada era digital saat ini,
pemanfaatan teknologi dapat membantu meningkatkan perkembangan karakater anak. Yang berperan
dalam pembentukkan karakter anak di era digital saat ini adalah orang tua dan guru. Orang tua dan guru
memiliki tugas sebagai pengawas bagi perkembangan karakter anak. Di era digital saat ini banyak yang
bisa dimanfaatkan guna meningkatkan perkembangan karakter anak ke arah yang lebih baik. 

Pada era digital saat ini, penting bagi para orang tua dan guru menanamkan pendidikan karakter pada
anak. Ada pun peran penting penanaman pendidikan karakter pada anak, yaitu agar anak-anak penerus
bangsa bisa mencerminkan kualitas suatu bangsa. Kualitas tersebut dapat dibentuk dari sikap orang tua
dan guru dalam mendidik anak atau peserta didik dalam bidang kognitif dan moral. 

Orang tua dan guru bisa menanamkan nilai moral pada anak melalui hal-hal kecil. Guru dan orang tua
juga bisa memanfaatkan penggunaan teknologi untuk menanamkan nilai karakter pada anak, contohnya
dengan memberikan video tentang suatu fenomena penyimpangan sosial di masyarakat. Melalui
penayangan video tersebut, anak-anak dapat diarahkan untuk memberikan tanggapan yang baik dengan
tuturan yang tidak menyinggung perasaan orang lain. Pentingnya melakukan contoh konret tersebut pada
anak agar anak-anak dapat berpikir kritis terhadap fenomena-fenomena penyimpangan yang terjadi di
lingkungan saat ini khususnya di media sosial.

Pengelaborasian Pembelajaran Akademik di Sekolah dengan Pengembangan Nilai Karakter Anak Salah
satu bentuk nilai karakter anak yang baik, ditinjau dari tuturan dan perilaku mereka terhadap orang lain.
Perilaku dan tuturan yang ditunjukkan oleh anak-anak pada orang lain tentu bisa dibentuk dengan
bantuan pembelajaran di sekolah. Salah satu langkah yang bisa dilakukan, yaitu dengan mengelaborasi
pembelajaran bahasa Indonesia dengan memasukkan materi ajar berupa kemampuan berbicara untuk
mengembangkan kepribadian berlandaskan pendidikan karakter.

Sejalan dengan itu, Eti Setiawati, dkk (2018) dalam Bahasa Indonesia Akademik: Pengembangan
Kepribadian Berbasis Pendidikan Karakter menjelaskan bahwa ada beberapa bentuk pengelaborasian
dalam materi ajar untuk membentuk nilai karakter pada anak khususnya para mahasiswa. Namun,
pendidikan karakter idealnya dibentuk sejak dini. Dalam buku tersebut banyak ilmu yang bisa dijadikan
sumber bagi para orang tua untuk mengajarkan pendidikan karakter pada anak. Penulis menekankan
pembentukkan karakter pada anak usia dini dengan bantuan lembaga kependidikan.

Salah satu bentuk pengelaborasian materi ajar dan pembentukkan karakter adalah dengan menyisipkan
kegiatan berbicara di depan kelas menggunakan bahasa yang santun sebagai bentuk pengembangan
karakter di sekolah dengan memanfaatkan media sosial yang ada. Guru bisa meminta peserta didik untuk
menyebar kebaikan melalui tuturan yang baik.

Abidin Yunus (2012) dalam Pengembangan Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter menjelaskan adanya
keterkaitan antara keterampilan berbicara dengan pembentukan karakter. Keterkaitan tersebut
disampaikan dalam tujuan penting pembelajaran berbicara. Salah satu tujuan yang dikembangkan dari
pembelajaran tersebut ialah sikap toleransi, demokratis, menghargai pendapat orang lain, komunikatif,
dan tanggung jawab. Pengembangan nilai karakter tersebut di wujudkan dalam proses keterampilan
berbicara. Terdapat dua tahap yang dapat ditempuh oleh anak-anak, yaitu tahap praberbicara, dan tahap
berbicara. Kedua tahapan ini secara langsung akan membentuk karakter anak menjadi pribadi yang
bertanggung jawab, kritis, kreatif, mandiri, pandai menggunakan bahasa dengan baik dan benar, dsb.

Pengelaborasian materi ajar dengan pembentukkan karakter dapat diwujudkan dalam beberapa bentuk.
Pertama, guru bisa memanfaatkan media sosial YouTube dengan menampilkan situasi fenomena
penyimpangan perilaku anak pada orang tua dalam pelajaran bahasa. Guru kemudian meminta para
murid memberi tanggapan terkait video tersebut. Setelah memberi tanggapan, guru mengamati
penggunaan bahasa dan emosional anak saat memberi tanggapan tersebut. setelah itu, guru
memberikan masukkan atau tanggapan dengan memunculkan pemikiran yang kritis. Dengan begitu,
murid akan terstimulus untuk berpikir kritis dalam menanggapi sesuatu yang terjadi di media sosial.

Kedua, guru bisa memanfaatkan permainan dari media digital dengan membentuk peserta didik menjadi
beberapa kelompok. Guru menyisipkan beberapa masalah untuk dipecahkan oleh peserta didik. Melalui
permainan tersebut, nilai karakter yang bisa diperoleh oleh anak adalah nilai kerja sama, toleransi, dan
tanggung jawab. Permainan tersebut dapat meningkatkan kepekaan masing-masing anak dalam
menghadapi situasi dan kondisi berkelompok di kehidupan masyarakat. Anak-anak diharapkan mampu
menyikapi situasi yang ada dengan baik dan benar.

Dengan adanya pengelaborasian antara penggunaan bahasa dengan pembentukkan karakter anak,
diharapkan anak-anak dapat mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter yang mereka dapat di
sekolah pada lingkungan sekitar mereka. Harapannya, anak-anak bisa terbiasa melakukan tindakan yang
baik dan benar baik dalam bertutur maupun dalam bertindak. Tuturan yang baik dan tidak melukai
perasaan orang lain dapat meningkatkan nilai moral pada anak.

Melalui pengelaborasian materi ajar dengan pembentukkan karakter anak dapat membentuk sikap anak
yang kritis dan inovatif dalam menanggapi situasi di media digital saat ini. Sikap kritis pada era digital
saat ini sangat dibutuhkan guna menghindari perpecahan yang ada di masyakarat. Pengelaborasian
materi ajar dan pembentukkan nilai karakter dengan memanfaatkan media digital sebetulnya memiliki
manfaat yang luar biasa bagi anak-anak untuk menghadapi kenyataan hidup di lingkungan masyarakat.

Akhirnya, demikian sedikit gagasan penulis berkaitan dengan fenomena penyimpangan nilai karakter
pada anak, pentingnya pendidikan karakter di era digital ini, serta pengelaborasian pengembangan
karakter anak dengan memanfaatkan keterampilan berbicara di sekolah. Bruce Lee seorang aktor,
sutradara dan penulis dari Cina-Amerika pada tahun 1940-1973 pernah mengatakan "Pengetahuan akan
memberimu kekuatan, tetapi karakter memberimu kehormatan." Kita bisa berefleksi bersama-sama
melalui kata-kata bijak tersebut bahwa karakter kita mencerminkan diri kita yang sesungguhnya. Nilai
karakter dapat terbentuk dari perilaku kita terhadap sesama dan peran orang tua dan gurulah yang dapat
membantu perkembangan karakter anak.

Anda mungkin juga menyukai