Anda di halaman 1dari 2

Pendidikan karakter sangat penting untuk diajarkan kepada anak sekolah untuk menumbuhkan rasa

tanggung jawab. Untuk mencapai tujuan program pembengunan yang sudah direncanakan dengan
baik, pengembangan pendidikan karakter di Indonesia sangat membutuhkan sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas tinggi. Pendidikan karakterlah yang dapat membentuk individu yang
berkualitas untuk mendukung tercapainya cita-cita bangsa dan hubungannya dengan pendidikan.
Pendidikan yang dapat menggabungkan pendidikan karakter dengan pendidikan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan setiap aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
kognitif, fisik, sosial-emosional, kreativitas, dan spiritual, saat ini sangat dibutuhkan. Model
pendidikan seperti ini dapat membantu anak-anak membentuk orientasi mereka menjadi individu
yang sempurna. Anak-anak memiliki kualitas yang lebih baik dalam hal kognitif dan karakter. Hal ini
sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005–2025 (UU No. 17
Tahun 2007), yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. Salah satu cara untuk
mewujudkan pendidikan karakter adalah melalui pendidikan. Tujuannya adalah untuk membuat
orang Indonesia bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (YME), berperilaku sesuai dengan aturan,
mematuhi hukuman, menjalin hubungan yang baik dengan orang dari berbagai agama, budaya, ras,
suku, dan budaya, dan menerapkan nilai-nilai luhur. Sistem pendidikan karakter menanamkan nilai-
nilai budaya bangsa melalui komponen cognitive yang mengajarkan aspek pengetahuan, kemudian
sikap, perasaan, dan tindakan yang akan diterapkan di kehidupan bersosial dengan masyarakat
sekitar, menjunjung tinggi nilai toleransi antar umat beragama baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa
(YME). Menurut Ki Hajar Dewantara, karakter dapat didefinisikan sebagai watak atau budi pekerti
(dalam Wibowo, 2013, p. 34). Menurut Koesoema (2007, p. 80), karakter dianggap identik dengan
kepribadian jika dilihat dari perspektif perilaku yang menekankan ciri-ciri somatopsikis yang dimiliki
seseorang sejak lahir. Hereditas mempengaruhi karakter. Menurut Samani dan Hariyanto (2013),
karakter dapat didefinisikan sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang. Karakter ini
dibentuk oleh kedua faktor genetik dan lingkungan, yang membedakan seseorang dari orang lain
dan mewujudkan sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter
dapat membantu perkembangan sosial, moral, dan emosional siswa dengan memperhatikan,
memahami, dan bertindak sesuai dengan norma atau etika yang berlaku. Salah satu tindakan positif
yang dapat dilakukan oleh guru adalah menerapkan pendidikan karakter untuk mempengaruhi
karakter siswa dengan memberi mereka nilai moral, budi pekerti, dan watak. Pada akhirnya, ini akan
membantu siswa belajar membuat pilihan yang bijaksana dalam kehidupan bersosial di masyarakat.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 8 November 2023 di SD N 6 Songan, terutama kelas V,
menunjukkan bahwa pendidikan karakter belum diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Guru hanya melakukan tugas belajar selama proses pembelajaran tanpa memperhatikan tujuan atau
nilai pendidikan yang akan dicapai. Dalam proses mengajar, guru lebih fokus pada nilai numerik
daripada nilai sikap. Meskipun proses pengajaran guru sudah rutut, anak masih kurang memahami
tujuan pendidikan karakter. Hal ini memerlukan pendidikan karakter yang lebih baik di sekolah
Bahasa Indonesia. seperti mengubah pendidikan ini dengan menggunakan dongeng, yang dapat
meningkatkan minat belajar dan membuatnya menyenangkan. Dongeng ini juga dapat mengajarkan
siswa moralitas untuk hidup di era modern. Hal ini sejalan dengan penelitian dengan judul
Penanaman Nilai Karakter Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 6 Songan Melalui Dongeng
"Sayembara Pandai Tidur". Penelitian ini mencakup penerapan pendidikan karakter melalui dongeng
sebagai inovasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yang dilakukan melalui mendongeng untuk
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 6 Songan. Hal ini harus dilakukan untuk mempertahankan
dongeng sebagai salah satu kekayaan Indonesia yang menjadi budaya leluhur untuk menerapkan
pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari yang jarang terlihat. Karena itu, sangat
disayangkan jika tidak memberikan cerita di tengah pengaruh negatif yang dihasilkan dari era
globalisasi dengan kemajuan teknologi. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju di era
globalisasi saat ini, manusia sekarang dapat dengan mudah mendapatkan informasi. Saat ini,
Indonesia sedang mengalami krisis multi dimensi, dengan banyaknya contoh penyimpangan moral
yang mudah ditemukan di internet. Analisis penerapan pendidikan karakter pada pembelajaran IPS
di SD Inpress Borong Jambu II Kota Makassar berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh R.
Supardi (2014).

Anda mungkin juga menyukai