Anda di halaman 1dari 27

BEST PRACTICE

PEMBIASAAN PEMBACAAN ASMA’UL HUSNA SEBAGAI


SALAH SATU CARA PENGUATAN PENDIDIKAN
KARAKTER:RELIGIUS DI SD

Disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah


Dasar Pendidikan dan Pembelajaran
Dosen Pengampu Dr. Sri Utaminingsih, M.Pd.

Oleh:

Nama : Roikhatul Mufidah


Kelas : A
NIM : 201803057

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2018
PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kebijakan

pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengimplementasikan

Nawacita Presiden Joko Widodo – Jusuf Kalla dalam sistem pendidikan

nasional. Kebijakan PPK ini terintegrasi dalam Gerakan Nasional

Revolusi Mental (GNRM) yaitu perubahan cara berpikir, bersikap, dan

bertindak menjadi lebih baik. Nilai-nilai utama PPK adalah religius,

nasionalis, mandiri, gotong royong, integritas. Nilai-nilai ini ingin

ditanamkan dan dipraktikkan melalui sistem pendidikan nasional agar

diketahui, dipahami, dan diterapkan di seluruh sendi kehidupan di

sekolah dan di masyarakat. PPK lahir karena kesadaran akan tantangan

ke depan yang semakin kompleks dan tidak pasti, namun sekaligus

melihat ada banyak harapan bagi masa depan bangsa. Hal ini menuntut

lembaga pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik secara

keilmuan dan kepribadian, berupa individu-individu yang kokoh dalam

nilai-nilai moral, spiritual dan keilmuan. Memahami latar belakang,

urgensi, dan konsep dasar PPK menjadi sangat penting bagi kepala

sekolah agar dapat menerapkannya sesuai dengan konteks pendidikan

di daerah masing-masing. (https://www.nyiurtimes.com/penguatan-

pendidikan-karakter-ppk-untuk-dilakukan/)

Di SDN Karangsari 03 mengadakan Kegiatan pembacaan Asmaul

husna sebagai salah satu cara PPK ini dalam dimensi religiusitas.
b. Tujuan Best Practice

1. Membangun dan membekali Peserta Didik sebagai generasi

emas Indonesia Tahun 2045 guna menghadapi dinamika

perubahan di masa depan khususnya peserta didik SDN

Karangsari 03, dengan mempertebal sisi religiusitas.

PEMBAHASAN

A. Sekilas tentang PPK di SD

Salah satu butir Nawacita Presiden Joko Widodo adalah

memperkuat pendidikan karakter bangsa. Presiden Joko Widodo ingin

melakukan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) yang akan

diterapkan di seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara,

termasuk di dalam dunia pendidikan.

Pendidikan karakter sudah pernah diluncurkan sebagai gerakan

nasional pada 2010. Namun, gema gerakan pendidikan karakter ini

belum cukup kuat. Karena itu, pendidikan karakter perlu digaungkan

dan diperkuat kembali menjadi gerakan nasional pendidikan karakter

bangsa melalui program nasional Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Lembaga pendidikan menjadi sarana strategis bagi pembentukan

karakter bangsa karena memiliki struktur, sistem dan perangkat yang

tersebar di seluruh Indonesia dari daerah sampai pusat.


Pembentukan karakter bangsa ini ingin dilaksanakan secara

masif dan sistematis melalui program Penguatan Pendidikan Karakter

(PPK) yang terintegrasi dalam keseluruhan sistem pendidikan, budaya

sekolah dan dalam kerja sama dengan komunitas. Program PPK

diharapkan dapat menumbuhkan semangat belajar dan membuat peserta

didik senang di sekolah sebagai rumah yang ramah untuk bertumbuh

dan berkembang.

Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan kelanjutan

dan revitalisasi gerakan nasional pendidikan karakter yang telah dimulai

pada 2010. Gerakan penguatan pendidikan karakter menjadi semakin

mendesak diprioritaskan karena berbagai persoalan yang mengancam

keutuhan dan masa depan bangsa seperti maraknya tindakan intoleransi

dan kekerasan atas nama agama yang mengancam kebinekaan dan

keutuhan NKRI, munculnya gerakan-gerakan separatis, perilaku

kekerasan dalam lingkungan pendidikan dan di masyarakat, kejahatan

seksual, tawuran pelajar, pergaulan bebas dan kecenderungan anak-anak

muda pada narkoba.

Semua peserta didik harus memiliki karakter yang baik.

Menurut Simon Philips (2008), karakter adalah kumpulan rata nilai yang

menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan

perilaku yang ditampilkan. Sedangkan Doni Koesoema A. (2009)

memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian

dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari
diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima

dari lingkungan.

Menurut Suyanto (2010), karakter adalah cara berpikir dan

berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan

bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan

negara. Jadi, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah bentukan sikap

dan perilaku yang diperoleh dari lingkungan yang muncul secara

spontan yang membedakan seseorang dengan orang yang lain. Seperti

yang telah diketahui bahwa karakter diterima dari lingkungan, baik

lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pada pendidikan

formal, dalam hal ini sekolah, pendidikan karakter sudah ada sejak dulu

di sekolah-sekolah Indonesia. Namun, karena gencarnya pengaruh

globalisasi dan terindikasinya degradasi karakter dan moral anak, maka

perlu untuk diperkuat lagi dengan yang disebut dengan PPK (Penguatan

Pendidikan Karakter). Selain itu, pertimbangan dalam rangka

mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai

religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri,

demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli

lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, pemerintah

memandang perlu penguatan pendidikan karakter. Atas dasar

pertimbangan tersebut, pada 6 September 2017, Presiden Joko Widodo

telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor: 87 Tahun

2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Dalam Perpres ini


disebutkan, Penguatan Pendidikan Karakter adalah gerakan pendidikan

di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter

peserta didik melalui harmonisasi olah hati, olah rasa, olah pikir, dan

olah raga dengan pelibatan dan kerja sama antara satuan pendidikan,

keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional

Revolusi Mental (GNRM). PPK, menurut Perpres ini, memiliki tujuan:

a. membangun dan membekali peserta didik sebagai generasi emas

Indonesia Tahun 2045 dengan jiwa Pancasila dan pendidikan karakter

yang baik guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan; b.

Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan

pendidikan karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan

pendidikan bagi peserta didik dengan dukungan pelibatan publik yang

dilakukan melalui pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal

dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia; dan c.

Merevitalisasi dan memperkuat potensi dan kompetensi pendidik, tenaga

kependidikan, peserta didik, masyarakat, dan lingkungan keluarga dalam

mengimplementasikan penguatan pendidikan karakter. Pendidikan di

sekolah sebagai jalur formal terdiri dari intrakurikuler, kookurikuler, dan

ekstrakurikuler.

Dalam kegiatan intrakurikuler, penyelenggaraan penguatan

pendidikan karakter diharapkan dapat menguatkan nilai-nilai karakter

melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran tersebut meliputi

perencanaan, proses pelaksanaan, bahan ajar, evaluasi, dan lembar kerja

siswa yang digunakan dalam pembelajaran. Perlunya pendidikan


karakter tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 33 dinyatakan bahwa

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab". Berdasarkan pernyataan tersebut,

terlihat bahwa tujuan pendidikan nasional secara keseluruhan adalah

pengembangan karakter siswa. Pengembangan karakter siswa

dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal yakni sekolah. Terdapat

beberapa pengertian mengenai pendidikan karakter. Pendidikan karakter

merupakan pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti

kejujuran, tanggung jawab, kecerdasan, kepedulian, kebenaran,

keindahan, kebaikan, dan keimanan. Pendidikan berbasis karakter dapat

mengintegrasikan informasi yang diperoleh dalam pendidikan untuk

dijadikan pandangan hidup yang berguna bagi upaya penanggulangan

persoalan hidupnya.

Menurut Thomas Lickona (1991), pendidikan karakter adalah

"pendidikan budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek

pengetahuan, perasaan, dan tindakan". Tanpa ketiga aspek ini, maka

pendidikan karakter tidak akan efektif. Dasar pendidikan karakter

sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak. Usia ini akan menentukan


kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya di masa yang akan

datang. Oleh karena itu, pendidikan karakter sebaiknya dimulai dari

dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan

karakter anak.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis

dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.

Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak

dalam menyongsong masa depan. Seseorang akan lebih mudah dan

berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk

tantangan untuk berhasil secara akademis apabila mempunyai

kecerdasan emosional atau karakter yang baik (Daniel Goleman, 1999).

Dalam pendidikan karakter terdapat tiga komponen karakter yang baik,

yaitu: a) Moral knowing (pengetahuan tentang moral) yang terdiri dari

moral awareness (kesadaran moral), knowing moral values (mengetahui

nilai-nilai moral), perspective taking (perspektif), moral reasoning

(penalaran moral), decision making (pengambilan keputusan), self-

knowledge (pengetahuan diri); b) Moral feeling (perasaan tentang

moral), yang terdiri dari conscience (hati nurani), self-esteem

(penghargaan diri), empathy (empati), loving the good (menyukai

kebaikan), self-control (penguasaan diri), humility (kerendahan hati);

dan c) Moral action (tindakan moral), yang terdiri dari kompetensi,

keinginan, dan kebiasaan (Lickona, 1991). Di sini terlihat bahwa makin

lengkap komponen moral dimiliki manusia, maka akan makin

membentuk karakter yang baik atau unggul/tangguh. Keterkaitan antara


nilai-nilai perilaku dalam komponen-komponen moral karakter di atas

terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama, lingkungan, dan kebangsaan

akan membentuk suatu karakter manusia yang baik. Penyelenggaraan

pendidikan karakter memerlukan pengelolaan yang memadai.

Pengelolaan yang dimaksudkan adalah bagaimana pembentukan

karakter dalam pendidikan direncanakan, dilaksanakan, dan

dikendalikan secara memadai.

B. Profil SDN Karangsari 03

SDN Karangsari 03 terletak di Desa Karangsari RT 4 RW 1

Kecamatan Cluwak kabupaten Pati Jawa Tengah Lintang -6.5143 dan

bujur 110.9526 . Sekolah ini berdiri mulai tahun 1983 dan baru

mendapat bantuan rehap kelas 3 lokal tahun 2011 pada masa jabatan

kepala sekolah Rini Hastuti, S.Pd. disusul rehap 4 lokal secara bertahap

yang sampai saat ini 4 lokal tersebut masih tidak berpintu, tidak

berjendela dan bertembok merah. (belum ada kelanjutannya), pada

masa jabatan kepala Sekolah Eko Sansin, S.Pd. tahun 2016. Meskipun

demikian semangat belajar para siswa tidak terpengaruh oleh kondisi

ruangan tersebut.

C. Kegiatan Pembiasaan Pembacaan Asma’ul husna SDN Karangsari

03

C.1. Pengertian Asmaul Husna

Dalam agama Islam, Asma’ul husna (Arab: ‫هللا‬ ‫أسماء‬

asmāʾ allāh al-ḥusnā ,‫ )الحسنى‬adalah nama-nama Allah yang indah


dan baik. Asma berarti nama (penyebutan) dan husna berarti yang

baik atau yang indah, jadi Asma’ul husna adalah nama nama

milik Allah yang baik lagi indah.

Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan

menafsirkan nama-nama ini, karena nama-nama Allah adalah

alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan sebenarnya.

Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan

penafsirannya akan tetapi yang jelas adalah kita tidak

bolehmusyrik dalam mempergunakan atau menyebut nama-

nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan

menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada

yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama,

namun menurut mereka, yang terpenting adalah

hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh

orang-orang yang beriman seperti Nabi Muhammad.

Asma’ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan,

gelar Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya.

Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu merupakan suatu

kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan

milik Allah.

Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah

konsistensi dengan kebenaran yang lain. Dengan cara ini,

umat Muslim tidak akan mudah menulis"Allah adalah ...", karena

tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan
tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan keteranganAl-

Qur'an tentang Allah ta'ala. Pembahasan berikut hanyalah

pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat

terbatas ini. Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami

keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu

tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu,

seperti tercantum dalam surat Al-Ikhlas.

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha


Esa. Allah adalahTuhan yang bergantung kepada-Nya
segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara
dengan Dia". (Al-Ikhlas 112:1-4)

Para ulama menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama

kepada Dzat yang pasti ada namanya. Semua nilai kebenaran

mutlak hanya ada (dan bergantung) pada-Nya. Dengan

demikian, Allah Yang Memiliki Maha Tinggi. Tapi

juga Allah Yang Memiliki Maha Dekat. Allah Memiliki Maha

Kuasa dan juga Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sifat-

sifat Allah dijelaskan dengan istilah Asmaaul Husna, yaitu nama-

nama, sebutan atau gelar yang baik.

Berikut adalah beberapa terjemahan dalil yang terkandung di

dalam Al-Qur'an dan Hadits tentang asmaa'ul husna:


1. "Dialah Allah, tidak ada Tuhan/Ilah (yang berhak disembah)

melainkan Dia, Dia mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama

yang baik)." (Thaa-Haa 20:8)

2. Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan


nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai alasmaa'ul
husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu
mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua
itu" (Al-Israa' 17:110)
3. "Allah memiliki Asmaa' ulHusna, maka memohonlah kepada-
Nya dengan menyebut nama-nama yang baik itu..." (Al-
A'raaf :180)
Disadur dari laman https://id.wikipedia.org/wiki/Asma%27ul_husna

C.2. Sejarah Diturunkannya Ayat Tentang Asmaul Husna

Di dalam kitab Asbabunnuzul diterangkan bahwa pada suatu

hari Rasulullah melakukan shalat di Mekah dan berdoa dengan kata-

kata: "Ya Rahman, Ya Rahim". kemudian Doa tersebut terdengar oleh

sebagian kaum musyrikin. saat itu kamu musyrikin berkata,

"Perhatikan orang yang murtad dari agamanya! dia melarang kita

menyeru dua Tuhan, dan ia sendiri menyeru dua Tuhan". Dari adanya

ucapan tersebut, turunlah Surat Al-Isra:110:

‫ّللا ادْعُوا قُل‬ َ ۖ ‫ص هَلتكه ت ه ْج هه ْر هو هل ۚ ْال ُح ْسن َٰهى ْاْل ه ْس هما ُء فهلههُ تهدْعُوا هما أهيًّا‬
‫الرحْ َٰ همنه ادْعُوا أهو َ ه‬ ‫هو هل ب ه‬

ْ ‫يَل َٰذهلكه بهيْنه هوا ْبت هغ ب هها تُخهاف‬


‫ت‬ ً ‫سب‬
‫ه‬

Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama


yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna dan
janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalat mu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu".(Q.S. Al-Isra:110)

Berdasarkan Surat Al-Isra:110, kaum musyrikin mengira bahwa

Rasulullah, menyebut nama Allah dan Ar-Rahman karena

sepengetahuan mereka di daerah Yamamah ada orang yang

mempunyai nama Rahman. Dengan turunnya Q.S. al-Isra ayat 110,

hal tersebut mematahkan dugaan mereka (kaum musyrikin).

kemudian Pada ayat lain, Allah SWT berfirman:

‫سيُجْزه ْونه أ ه ْس همائه في ي ُْلحد ُونه الَذينه هوذه ُروا ب هها فهادْعُوهُ ْال ُح ْسنهى ْاْل ه ْس هما ُء هو َلِل‬
‫كهانُوا هما ه‬

‫يه ْع هملُونه‬

"Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka memohonlah kepada-Nya


dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama Nya. Nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan". (Q.S. Al-A’raf:180).

Ayat diatas mengajarkan kepada kita agar menyebut nama Allah

SWT dengan nama kebesaranNya, yakni dengan asmaul husna.

Berikut 99 Asmaul Husna (99 nama baik Allah) beserta Arti

nama Allah dalam bahasa Indonesia:

No Nama Indonesia Arab

Allah Allah ‫هللا‬

1 Ar Rahman Allah Yang Maha Pengasih ‫الرحمن‬

2 Ar Rahiim Allah Yang Maha Penyayang ‫الرحيم‬

3 Al Malik Allah Yang Maha Merajai (bisa diartik ‫الملك‬


an Raja dari semua Raja)

4 Al Quddus Allah Yang Maha Suci ‫القدوس‬

Allah Yang Maha MemberiKesejahter

5 As Salaam aan ‫السالم‬

6 Al Mu`min Allah Yang Maha Memberi Keamanan ‫المؤمن‬

7 Al Muhaimin Allah Yang Maha Mengatur ‫المهيمن‬

8 Al `Aziiz Allah Yang Maha Perkasa ‫العزيز‬

Allah Yang Memiliki MutlakKegagah

9 Al Jabbar an ‫الجبار‬

Allah Yang Maha Megah,

10 Al Mutakabbir YangMemiliki Kebesaran ‫المتكبر‬

11 Al Khaliq Allah Yang Maha Pencipta ‫الخالق‬

Allah Yang Maha Melepaskan(Memb

12 Al Baari` uat, Membentuk,Menyeimbangkan) ‫البارئ‬

Allah Yang Maha Membentuk Rupa(

13 Al Mushawwir makhluknya) ‫المصور‬

14 Al Ghaffaar Allah Yang Maha Pengampun ‫الغفار‬

Allah Yang Maha Menundukkan /

15 Al Qahhaar Menaklukkan Segala Sesuatu ‫القهار‬

16 Al Wahhaab Allah Yang Maha Pemberi Karunia ‫الوهاب‬

17 Ar Razzaaq Allah Yang Maha Pemberi Rezeki ‫الرزاق‬


No Nama Indonesia Arab

18 Al Fattaah Allah Yang Maha Pembuka Rahmat ‫الفتاح‬

Allah Yang Maha Mengetahui(Memili

19 Al `Aliim ki Ilmu) ‫العليم‬

Allah Yang Maha Menyempitkan(mak

20 Al Qaabidh hluknya) ‫القابض‬

Allah Yang Maha Melapangkan(makh

21 Al Baasith luknya) ‫الباسط‬

Allah Yang Maha Merendahkan(makh

22 Al Khaafidh luknya) ‫الخافض‬

Allah Yang Maha Meninggikan(makhl

23 Ar Raafi` uknya) ‫الرافع‬

Allah Yang Maha Memuliakan(makhl

24 Al Mu`izz uknya) ‫المعز‬

Allah Yang Maha Menghinakan(makh

25 Al Mudzil luknya) ‫المذل‬

26 Al Samii` Allah Yang Maha Mendengar ‫السميع‬

27 Al Bashiir Allah Yang Maha Melihat ‫البصير‬

28 Al Hakam Allah Yang Maha Menetapkan ‫الحكم‬

29 Al `Adl Allah Yang Maha Adil ‫العدل‬

30 Al Lathiif Allah Yang Maha Lembut ‫اللطيف‬


No Nama Indonesia Arab

31 Al Khabiir Allah Yang Maha Mengenal ‫الخبير‬

32 Al Haliim Allah Yang Maha Penyantun ‫الحليم‬

33 Al `Azhiim Allah Yang Maha Agung ‫العظيم‬

Allah Yang Maha MemberiPengampu

34 Al Ghafuur nan ‫الغفور‬

Allah Yang Maha Pembalas Budi

35 As Syakuur (Menghargai) ‫الشكور‬

36 Al `Aliy Allah Yang Maha Tinggi ‫العلى‬

37 Al Kabiir Allah Yang Maha Besar ‫الكبير‬

38 Al Hafizh Allah Yang Maha Memelihara ‫الحفيظ‬

39 Al Muqiit Allah Yang Maha Pemberi Kecukupan ‫المقيت‬

Allah Yang Maha MembuatPerhitunga

40 Al Hasiib n ‫الحسيب‬

41 Al Jaliil Allah Yang Maha Luhur ‫الجليل‬

42 Al Kariim Allah Yang Maha Pemurah ‫الكريم‬

43 Ar Raqiib Allah Yang Maha Mengawasi ‫الرقيب‬

44 Al Mujiib Allah Yang Maha Mengabulkan ‫المجيب‬

45 Al Waasi` Allah Yang Maha Luas ‫الواسع‬

46 Al Hakim Allah Yang Maha Bijaksana ‫الحكيم‬

47 Al Waduud Allah Yang Maha Mengasihi ‫الودود‬

48 Al Majiid Allah Yang Maha Mulia ‫المجيد‬


No Nama Indonesia Arab

50 As Syahiid Allah Yang Maha Menyaksikan ‫الشهيد‬

51 Al Haqq Allah Yang Maha Benar ‫الحق‬

52 Al Wakiil Allah Yang Maha Memelihara ‫الوكيل‬

53 Al Qawiyyu Allah Yang Maha Kuat ‫القوى‬

54 Al Matiin Allah Yang Maha Kokoh ‫المتين‬

55 Al Waliyy Allah Yang Maha Melindungi ‫الولى‬

56 Al Hamiid Allah Yang Maha Terpuji ‫الحميد‬

Allah Yang Maha Mengalkulasi(Meng

57 Al Muhshii hitung Segala Sesuatu) ‫المحصى‬

58 Al Mubdi` Allah Yang Maha Memulai ‫المبدئ‬

Allah Yang Maha MengembalikanKeh

59 Al Mu`iid idupan ‫المعيد‬

60 Al Muhyii Allah Yang Maha Menghidupkan ‫المحيى‬

61 Al Mumiitu Allah Yang Maha Mematikan ‫المميت‬

62 Al Hayyu Allah Yang Maha Hidup ‫الحي‬

63 Al Qayyuum Allah Yang Maha Mandiri ‫القيوم‬

64 Al Waajid Allah Yang Maha Penemu ‫الواجد‬

65 Al Maajid Allah Yang Maha Mulia ‫الماجد‬

66 Al Wahid Allah Yang Maha Tunggal ‫الواحد‬

67 Al Ahad Allah Yang Maha Esa ‫االحد‬

Allah Yang Maha Dibutuhkan, Tempa

68 As Shamad tMeminta ‫الصمد‬


No Nama Indonesia Arab

70 Al Muqtadir Allah Yang Maha Berkuasa ‫المقتدر‬

71 Al Muqaddim Allah Yang Maha Mendahulukan ‫المقدم‬

72 Al Mu`akkhir Allah Yang Maha Mengakhirkan ‫المؤخر‬

73 Al Awwal Allah Yang Maha Awal ‫األول‬

74 Al Aakhir Allah Yang Maha Akhir ‫األخر‬

75 Az Zhaahir Allah Yang Maha Nyata ‫الظاهر‬

76 Al Baathin Allah Yang Maha Ghaib ‫الباطن‬

77 Al Waali Allah Yang Maha Memerintah ‫الوالي‬

78 Al Muta`aalii Allah Yang Maha Tinggi ‫المتعالي‬

Allah Yang Maha Penderma (MahaPe

79 Al Barru mberi Kebajikan) ‫البر‬

80 At Tawwaab Allah Yang Maha Penerima Tobat ‫التواب‬

81 Al Muntaqim Allah Yang Maha Pemberi Balasan ‫المنتقم‬

82 Al Afuww Allah Yang Maha Pemaaf ‫العفو‬

83 Ar Ra`uuf Allah Yang Maha Pengasuh ‫الرؤوف‬

Allah Yang Maha Penguasa Kerajaan(

84 Malikul Mulk Semesta) ‫مالك الملك‬

Dzul Jalaali W Allah Yang Maha Pemilik Kebesarand ‫ذو الجالل و‬

85 alIkraam an Kemuliaan ‫اإلكرام‬

86 Al Muqsith Allah Yang Maha Pemberi Keadilan ‫المقسط‬

87 Al Jamii` Allah Yang Maha Mengumpulkan ‫الجامع‬

88 Al Ghaniyy Allah Yang Maha Kaya ‫الغنى‬


No Nama Indonesia Arab

90 Al Maani Allah Yang Maha Mencegah ‫المانع‬

Allah Yang Maha PenimpaKemudhara

91 Ad Dhaar tan ‫الضار‬

92 An Nafii` Allah Yang Maha Memberi Manfaat ‫النافع‬

Allah Yang Maha Bercahaya(Meneran

93 An Nuur gi, Memberi Cahaya) ‫النور‬

94 Al Haadii Allah Yang Maha Pemberi Petunjuk ‫الهادئ‬

Allah Yang Maha Pencipta Yang Tiad

95 Al Badii’ aBandingannya ‫البديع‬

96 Al Baaqii Allah Yang Maha Kekal ‫الباقي‬

97 Al Waarits Allah Yang Maha Pewaris ‫الوارث‬

98 Ar Rasyiid Allah Yang Maha Pandai ‫الرشيد‬

99 As Shabuur Allah Yang Maha Sabar ‫الصبور‬

Sumber : http://www.markijar.com/2015/10/99-asmaul-husna-lengkap-arti-
dan.html

C.1.2. Kegiatan Pembiasaan Pembacaan Asmaul Husna di SDN


Karangsari 03

Latar belakang kegiatan ini adalah untuk membekali siswa

SDN Karangsari 03 supaya bertambah sikap religiusitasnya dan

berguna bagi masyarakat Desa Karangsari, gagasan pembiasaan

pembacaan Asmaul husna dimulai ketika Bapak Mulyadi, S.Pd.

menjabat sebagai Kepala Sekolah pada tahun 2014. Pembacaan

Asmaul Husna dilakukan setiap pagi setelah peserta didik selesai


membaca buku-buku cerita di teras sekolah, semua peserta didik dari

kelas 1 sampai kelas 6 berbaris, disiapkan oleh salah satu siswa yang

bertugas secara bergiliran,. Pembacaan Asmaul Husna bersama-

sama dimulai didampingi oleh guru-guru sehingga pembacaan

asmaul husna berlangsung dengan khidmat. Kegiatan belajar

dimulai sekitar pukul 07.30 WIB kegiatan ini berlangsung setiap

pagi di halaman sekolah hingga sekarang. Ketika hujan pembacaan

Asmaul Husna dilakukan di kelas masing-masing dipimpin oleh

salah satu siswa dikelas tersebut.

D. Hubungan Antara Pembiasaan Pembacaan Asmaul Husna dengan


Penguatan Pendidikan karakter : Religiusitas

Peraturan Presiden No. 87 tahun 2017 tentang PPK, memiliki

Nilai Pancasila dalam pendidikan karakter yang lima unsur karakter

utama yaitu sebagai berikut:1) Religiusitas dalam beriman, bertaqwa,

toleransi dan cinta lingkungan. 2) Nasionalisme, cinta tanah air,

semangat kebangsaan dan menghargai kebinekaan. 3) Kemandirian,

kerja keras, kreatif, disiplin, berani dan pembelajar. 4) Gotong royong,

kerja sama, saling menolong, dan kekeluargaan. 5) Integritas, kejujuran,

keteladanan, kesantunan, dan cinta pada kebenaran.

Ada 3 penjabaran PPK; 1) PPK berbasis kelas; Pembelajaran

adalah wahana yang dirancang oleh pendidik secara sadar untuk

mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran terwujudkan dalam interaksi

belajar-mengajar yang dinamis dan diarahkan kepada pencapaian tujuan,


yaitu perubahan perilaku dan pribadi peserta didik yang optimal.

Perubahan yang terjadi pada peserta didik itu ditampilkan dalam

karakter, sebagai perilaku yang dilandasi nilai-nilai kehidupan yang

sangat luhur. Setiap proses pembelajaran melibatkan mata pelajaran

tertentu atau tema yang sedang dilaksanakan, metode pembelajaran yang

digunakan oleh guru, serta pengelolaan kelas. 2) PPK berbasis budaya

sekolah; Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berbasis budaya sekolah

memotret berbagai macam bentuk pembiasaan, model tata kelola

sekolah, termasuk di dalamnya pengembangan peraturan dan regulasi

yang mendukung PPK. Proses pembudayaan menjadi sangat penting

dalam penguatan pendidikan karakter karena dapat memberikan atau

membangun nilai-nilai luhur kepada generasi muda.

Budaya sekolah yang baik diharapkan dapat mengubah perilaku

peserta didik menjadi lebih baik. Contoh kegiatan yang dapat

dikembangkan dalam membangun budaya sekolah adalah 1) pembiasaan

dalam kegiatan literasi; 2) kegiatan ekstrakurikuler, yang

mengintegrasikan nilai-nilai utama PPK, dan 3) menetapkan dan

mengevaluasi tata tertib atau peraturan sekolah. Budaya sekolah yang

baik dapat mengembangkan iklim akademik yang kompetitif dan

kolaboratif, yang diperlukan sekolah dalam menetapkan atau

memperkuat branding sekolah. 3) PPK berbasis masyarakat; Berbagai

studi yang terkait peran masyarakat dalam pendidikan menunjukkan

bahwa keberhasilan pendidikan (pendidikan karakter) bergantung pada


kemitraan yang sinergis antara para pelaku pendidikan yakni keluarga,

sekolah, dan masyarakat.

Di SDN Karangsari 03 ini semua guru dan peserta didik

beragama Islam, sehingga hal ini memudahkan pembiasaan pembacaan

Asmaul husna, pengintegrasian PPK melalui pembiasaan pembacaan

Asmaul husna setiap pagi, supaya menjadi budaya sesuai nilai Pancasila

dam pendidikan karakter “Religiusitas dalam beriman, bertaqwa,

toleransi dan cinta lingkungan” sesuai dengan Peraturan Presiden No. 87

tahun 2017 tentang PPK. Dalam hal cinta lingkungan ini pemerintah

juga mempunyai program “sekolah Adiwiyata” sebagai strategi

kebudayaan yang turut berperan dalam mengatasi penurunan kualitas

dan kerusakan lingkungan dengan melakukan pendidikan dan

pengajaran kepada generasi muda Indonesia (peserta didik), sehingga

lahirlah generasi emas Indonesia 2045 yang cinta dan peduli lingkungan.

(https://scholar.google.co.id/citations?user=GFsc0UMAAAAJ&hl=id)

Tanpa diawali PPK program sekolah adiwiyata tentu tidak berjalan

dengan lancar karena kurangnya sikap kesadaran peserta didik dan

warga sekolah.

Dalam jurnal Addin, Volume XI Tahun 2017 oleh Sri

Utaminingsih, dkk dengan judul Strengthening Of Indonesian Islamic

Character Though Islamic Education Management Based Of Soft Skills,

“Indonesia as a country that is very popular with multicultural idiom

has a big challenge to unite the Muslimmajority societies. It is known

that different ethnic, tribal, cultural and customary owned can often be a
good trigger inter-religious conflict and internal people in a religion. It

should be realized that some cases of intolerance that occurred lately

are the symptoms start waning value of diversity that has long been

established by the founding fathers. Islam Pancasila is a representation

of internalizing the values of Pancasila in the daily lives of Muslims. The

principle of the unity of Indonesia as stated in the third principle of

Pancasila should be the leader looked at differences in the structure of

Indonesian society. Harmonization of social life different ethnic groups,

different religions and different cultures absolutely must be done as a

symbol of Indonesian national unity.15 She picked up the values of

Pancasila and the values contained in the goals of the nation and of all

aspects of life, showing the recognition of the idea of a moral absolute

in the sense of the agreed value and importance.”

Terjemahkan bebas oleh google translate “Indonesia sebagai

negara yang sangat populer idiom multikultural memiliki tantangan

besar untuk menyatukan masyarakat mayoritas Muslim. Diketahui

bahwa berbeda suku, suku, Dimiliki budaya dan adat sering dapat

menjadi pemicu yang baik konflik antar-agama dan orang-orang internal

dalam suatu agama. Itu harus disadari bahwa beberapa kasus intoleransi

itu terjadi akhir-akhir ini gejalanya mulai memudarnya nilai

keanekaragaman itu telah lama didirikan oleh para pendiri. Islam

Pancasila adalah representasi dari internalisasi Islam nilai-nilai Pancasila

dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Prinsip persatuan Indonesia

sebagaimana dinyatakan dalam prinsip ketiga Pancasila harus menjadi


pemimpin melihat perbedaan dalam struktur masyarakat Indonesia.

Harmonisasi sosial hidup kelompok etnis yang berbeda, agama yang

berbeda dan berbeda budaya mutlak harus dilakukan sebagai simbol

bahasa Indonesia persatuan nasional. Dia mengambil nilai-nilai

Pancasila dan nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan bangsa dan

semua aspek kehidupan, menunjukkan pengakuan terhadap gagasan

moral absolut dalam arti nilai yang disepakati dan kepentingannya.”

(https://media.neliti.com/media/publications/53973-EN-strengthening-of-

indonesian-islamic-char.pdf)

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa antara islam dan

pancasila sangat berhubungan erat, asmaul husna, nama-nama Allah yang

baik sebagai simbol perwakilan islam dan pancasila sebagai karakter

bangsa saling mendukung, dengan pembiasaan pembacaan Asmaul

Husna setiap pagi sebelum pembelajaran berlangsung, diharapkan siswa

dapat menjadi warga Indonesia yang beriman dan berkarakter pancasila.

Dengan mengimani Allah yang Maha Pengasih dan penyayang

diharapkan para peserta didik dapat menyayangi teman-temannya,

menghormati guru-gurunya dan mencintai lingkungannya. Dengan

mengimani Allah beserta Asmaul husna-Nya, peserta didik akan percaya

diri, menaati peraturan dengan sadar diri, mencegah kejahatan/kekejian

dan memerintahkan kebajikan karena peserta didik tahu bahwa Allah

selalu mengawasi, selalu berada dan menyayanginya.

Kondisi mental dan emosional seseorang tergantung pada situasi

dan kondisi yang sedang dihadapi. Suatu misal hari ini seseorang
kelihatan gembira, karena sedang mendapatkan keberuntungan, rejeki

yang berlimpah, atau luapan kegembiraan itu karena diberi uang saku

banyak. Namun demikian pada saat yang lain atau esok harinya

seseorang memperlihatkan wajah kesedihan, atau bermuram durja,

kondisi semacam ini, dapat dikarenakan orang tersebut tidak memperoleh

keberuntungan, atau karena dalam kondisi tertekan, dapat pula seseorang

bersedih karena ditinggal oleh seseorang yang dicintainya, atau karena

menerima kabar bahwa salah satu anggota keluarganya ada yang sakit.

Jika peserta didik sudah punya bekal yaitu berpa keimanan kepada Allah

Yang Maha Esa, Maha Pengasih, Maha penyayang, Maha kuat dan

seterusnya, kondisi semacam ini tidak akan menyusahkan hatinya.

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pembiasaan/pembudayaan pembacaan Asmaul husna setiap pagi

sebelum kegiatan belajar dimulai agar peserta didik mempunyai jiwa

yang religius, jika peserta didik memiliki jiwa yang religius maka

peserta didik mempunyai pondasi untuk menerapkan nilai-nilai

karakter yang lain dengan sadar diri. Keimanan adalah pondasi dari

segala sikap kebaikan. Peserta didik beriman, bertaqwa, toleransi dan

peduli kepada lingkungannya terutama lingkungan sekolah seperti

menyapu kelas, menyapu halaman, menyiram taman, membuag

sampah pada tempat yang disediakan dan masih banyak lagi yang

telah dilakukan secara berkelanjutan. Religiusitas dalam beriman,


bertaqwa, toleransi dan cinta lingkungan sehingga dapat terwujud

peserta didik yang menjadi generasi emas Indonesia Tahun 2045

guna menghadapi dinamika perubahan di masa depan khususnya

peserta didik SDN Karangsari 03.

2. Saran

a. Pembiasaan Kegiatan pembacaan Asmaul Husna di SDN

Karangsari 03 diharapkan dapat dilestarikan meskipun berganti

kepala sekolah;

b. Para guru supaya kompak semua bisa mendampingi Kegiatan

pembacaan Asmaul Husna di SDN Karangsari 03.

DAFTAR PUSTAKA

Ismaya E.A., Membangun Generasi Emas Indonesia 2045 Yang Cinta Dan
Lingkungan dalam https:// researchgate.net diunduh 26 Desember
2018

Lasut, Christian W., Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Untuk


Dilakukan. diunduh 24 Desember 2018
https://www.nyiurtimes.com/penguatan-pendidikan-karakter-ppk-
untuk-dilakukan/

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Modul PPK Bagi Guru e-book
https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/7bdf259274100
7e

Mulyana, Aina, Info Grafis PPK . dalam


https://ainamulyana.blogspot.com/2017/03/download-modul-
penguatan-pendidikan.html diakses 26 Desember 2018
https://id.wikipedia.org/wiki/Asma%27ul_husna diakses 24 Desember 2018

Santoso, Mengembangkan kesiapan mental TKW dan Keluarganya dalam


Jurnal konseling GUSJIGANG Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
https://media.neliti.com/media/publications/106706-ID-
mengembangkan-kesiapan-mental-calon-tkw.pdf Diunduh 26
Desember 2018

Saptina, Novi, Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah dalam


https://www.kompasiana.com/novisaptina/59ca4de348693247dc41
eb92/penguatan-pendidikan-karakter-di-sekolah-dasar?page=all
diakses 26 Desember 2018

Tim PPK, https://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id/?page_id=132 diakses


26 Desember 2018

Utaminingsih, Sri, dkk, Strengthening Of Indonesian Islamic Character


Though Islamic Education Management Based Of Soft Skills”
Jurnal Addin Volume 11 Nomor 1, 2017
https://media.neliti.com/media/publications/53973-EN-
strengthening-of-indonesian-islamic-char.pdf diunduh 23
Desember 2018

Anda mungkin juga menyukai