DISUSUN OLEH :
SITI KOMALASARI,S.Pd.I
Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi,
baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan
pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan)Standar Nasional Pendidikan yang meliputi
standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan.
Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat
dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan
tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat,
perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang
mengemuka.
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila
terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran
sebagai berikut:1)dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa;2)dari satu arah
menuju interaktif; 3)dari pasif menuju aktif-menyelidiki; 4)dari maya/abstrak menuju konteks
dunia nyata; 5)dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim; 6)dari alat
tunggal menuju alat multimedia; 7)dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif;
8)dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan; 9)dari penyampaian pengetahuan
menuju pertukaran pengetahuan.
Perubahan kurikulum 2013 meliputi beberapa elemen, antara lain:1) Kompetensi Lulusan :
Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan; 2)Kedudukan Mata Pelajaran :
Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi matapelajaran
dikembangkan dari kompetensi; 3)Pendekatan : Tematik Terpadu dalam semua mata
pelajaran.
Selain hal di atas perubahan juga tentang Struktur Kurikulum (Mata pelajaran dan alokasi
waktu) meliputi: 1)holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya); 2)jumlah matapelajaran
dari 10 menjadi 6; 3)jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan
pembelajaran.
Proses Pembelajaran mengalami perubahan meliputi:1)Pembelajaran Tematik Terpadu;
2)Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi
dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan
Mencipta; 3)belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan
masyarakat; 4)guru bukan satu-satunya sumber belajar; 5)sikap tidak diajarkan secara verbal,
tetapi melalui contoh dan teladan.
Penilaian Hasil Belajar : 1)Penilaian berbasis kompetensi; 2)ergeseran dari penilain melalui
tes [mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja], menuju penilaian autentik
[mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan
hasil]; 3)memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar
didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal) ; 4)penilaian
tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL ; 5)mendorong pemanfaatan
portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian .
Hubungan SKL,KI, dan KDdapat disimpulkan sebagai berikut: KD dikembangkan dari KI; KI
dikembangkan dari SKL; SKL meliputi sikap, keterampilan dan pengetahuan; KI terdiri dari
KI.1, KI.2, KI.3 dan KI.4; KI.1 (sikap spiritual) dikembangkan dalam KD1.1, KD1.2, KD1.3
dan KD1.4; KI.2 (sikap sosial) dikembangkan dalam KD2.1, KD2.2, KD2.3 dan KD2.4; KI.3
(pengetahuan) dikembangkan dalam KD3.1, KD3.2, KD3.3 dan KD3.4; KI.4 (keterampilan)
dikembangkan dalam KD4.1, KD4.2, KD4.3 dan KD4.4; KD dikembangkan dalam indikator.
Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) atau integrated thematic instruction (ITI) pertama
kali dikembangkan pada awal tahun 1970-an; PTP diyakini sebagai salah satu model
pengajaran yang efektif (highly effective teaching model);Pembelajaran Tematik Terpadu
mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik; secara
empirik pembelajaran tematik terpadu (PTP) berhasil memacu percepatan dan meningkatkan
kapasitas memori peserta didik (enhance learning and increase long-term memory capabilities
of learners) untuk waktu yang panjang; menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara
cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis; menginspirasi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman belajar.
Manfaat Pendekatan Tematik Terpadu antara lain: 1)suasana kelas yang nyaman dan
menyenangkan; 2)menggunakan kelompok kerjasama, kolaborasi, kelompok belajar, dan
strategi pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah;
3)mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak (brain-friendly
classroom); 4)peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi.
Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplorasi konsep-
konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan secara siap; 5)materi
pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik
dalam kehidupannya sehari-hari; 6)peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk
menuntaskan program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan
khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas;7)program pembelajaran yang bersifat ramah
otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi
cara penilaian.
Model Pembelajaran Tematik Terpadu adalah model jaring laba-laba (webbed model). Model
ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran.
Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu
maupun antarmata pelajaran. (Robin Fogarty 1991.)
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran
sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.Penilaian tersebut mampu menggambarkan
peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba,
membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaianautentik cenderung fokus pada tugas-tugas
kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi
mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik,
karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar
tentang subjek.Penilaianautentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka
menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan
perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa
yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya
pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan
pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:1)mengetahui bagaimana
menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran; 2)mengetahui
bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka
sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai
bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan;3)menjadi pengasuh proses
pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta
didik;4)menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas
dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
1. a. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam
proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para
peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk
menentukan kriteria penyelesaiannya.
Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja: daftar cek (checklist),catatan
anekdot/narasi (anecdotal/narative records), skala penilaian (rating scale), dan memori atau
ingatan (memory approach).
1. b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang
harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas
dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan,
pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek: 1)keterampilan
peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan
menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis
laporan;2)kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik;3)keaslian sebuah proyek
pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
1. c. Portofolio
1. d. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya
atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat
komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik.
G. RPP
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya
mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis.RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
1. Identitas Sekolah
2. Tema/subtema
3. Kelas/ semester
4. Materi Pokok
5. Alokasi Waktu
6. Tujuan pembelajaran
7. Kompetensi dasar
KD - KI 1
KD – KI 2
KD – KI 3
Indikator ....
KD – KI 4
Indikator...
1. Materi Pembelajaran
2. Alokasi waktu
3. Metode pembelajaran
4. Media Pembelajaran
5. Sumber belajar
6. Langkah-langkah Pembelajaran
7. Penilaian hasil Pembelajaran
Pada kurikulum 2013, istilah standar kompetensi tidak dikenal lagi. Namun muncul istilah
kompetensi inti.
Kompetensi inti adalah gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam
aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus
dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan tema; Kemampuan yang harus
dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran.
1. 1. Kegiatan Pendahuluan
o Elaborasi;
o Konfirmasi; dan
o Pendekatan Scientific
3. Kegiatan Penutup
Pada langkah pembelajaran dalam RPP pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan
harus tampak.Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau scientific
approach padaproses pembelajaran.
Kelas/Semester : ..........................................................
Tema : ...........................................................
Sub Tema : .............................................................
Pertemuan ke : .............................................................
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar
C. Tujuan pembelajaran
D. Materi ajar
1. Metode pembelajaran
F. Kegiatan Pembelajaran
Pendahuluan
Inti
Penutup
- Sumber Belajar
-Teknik
- Bentuk
-Tugas
Demikian resume materi Pelatihan Kurikulum 2013 Di Cijambe tanggal 08 – 13 Mei 2017
yang saya buat. Saya mengucapkan terima kasih kepada LPMP Jawa Barat, Dinas Pendidikan
Kabupaten Subang dan UPTD Kecamatan Cijambe yang telah memberi kesempatan kepada
saya untuk belajar memahami konsep maupun implemetasi Kurikulum 2013.