Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA BAB


KHULAFAUR RASYIDIN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
PAKEM PADA KELAS VII
DI MTSN 2 BLITAR
TAHUN PELAJARAN 2023/2024”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas

Dosen Pengampu :

Dr. H. Ahmad Fauzi, M.Ag

Disusun Oleh :

Indah Rahayu

NIM. 20204210104589

PROGRAM STRATA I JURUSAN TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

(STIT AL MUSLIHUUN TLOGO BLITAR)

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Proses belajar-mengajar selamanya merupakan proses pengalaman, yaitu


proses interaksi individu dengan lingkungannya1. Dalam kegiatan belajar mengajar
yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru dan anak didiklah yang
menggerakannya. Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya
dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik
dalam belajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didik, dengan
menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan. Guru berusaha
menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga
tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dengan anak didik.
Ketika kegiatan belajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam
bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala
konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya
proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang
bersumber dari luar anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya.
Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam
mengelola kelas.
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif
dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu
mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan
mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.
Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak
didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk
yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan
pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak
didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan
pendekatan dalam pengajaran.

1
Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar, hal.90-155

1
Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam
sistemnya. Yaitu tujuan, bahan ajar (materi), anak didik, sarana, media, metode,
partisipasi masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh,
Shochib, 1998). Performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib,
1998). Optimalisasi komponen menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran.
Upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah melakukan sebuah perencanaan
pengelolaan kegiatan belajar mengajar sebelum kegiatan belajar mengajar,2 melakukan
analisis tentang karakteristik setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga
ditemukan konsistensi dan keserasian di antaranya untuk tercapainya tujuan
pembelajaran. Karena pembelajaran mulai dari perencana, pelaksanaan dan evaluasinya
senantiasa merujuk pada tujuan yang diharapkan untuk dikuasai atau dimiliki oleh anak
didik baik instructional effect (sesuai dengan tujuan yang dirancang) maupun nurturrant
effect (dampak pengiring) (Moch. Shochib: 1999).
Realisasi pencapaian tujuan tersebut, terdapat kegiatan interaksi belajar mengajar
terutama yang terjadi di kelas. Dengan demikian, kegiatannya adalah bagaimana terjadi
hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dan dengan anak didik. Interaksi ini
merupakan proses komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan Arief S Sadiman yang menyatakan proses belajar mengajar
pada hakekatnya adalah proses interaksi yaitu proses penyampaian pesan melalui
saluran media/teknik/ metode ke penerima pesan. (Arief S, Sadiman, dkk, 1996:13).
Sejalan dengan inovasi pembelajaran akhir-akhir ini yaitu PAKEM. Interaksi
belajar mengajarnya menuntut anak didik untuk aktif, kreatif dan senang yang
melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan
kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan kontinum dari yang paling
rendah sampai yang paling tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum yang tertinggi baik
pelibatan aspek mental maupun fisik anak didik. Oleh karena itu, interaksi belajar
mengajar dengan paradigma PAKEM menuntut anak:
(1) Berbuat
(2) Terlibat dalam kegiatan
(3) Mengamati secara visual
(4) Menyerap informasi secara verbal

2
Drs. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar B.A. , Drs. Zainal Arifin, Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar, hal.89-90

2
Dengan demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan
anak didik berdasarkan problem based learning, authentic instruction, inquiry based
learning, project based learning, service learning, and cooperative learning. Pola
interaksi yang mampu mengemas hal tersebut dapat mengubah paradigma pembelajaran
aktif menjadi paradigma pembelajaran reflektif.
Dengan interaksi pembelajaran reflektif dapat membuat anak didik untuk
menjadikan hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang dampak ilmu
pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat; mengasah kepedulian sosial,
mengasah hati nurani, dan bertanggungjawab terhadap karirnya kelak. Kemampuan ini
dimiliki anak didik, karena dengan pola interaksi pembelajaran tersebut, dapat membuat
anak didik aktif dalam berfikir (mind-on), aktif dalam berbuat (hand-on),
mengembangkan kemampuan bertanya, mengembangkan kemampuan berkomunikasi,
dan membudayakan untuk memecahkan permasalahan baik secara personal maupun
sosial.
Agar hasil ini dapat optimal, guru dituntut untuk mengubah peran dan fungsinya
menjadi fasilitator, mediator, mitra belajar anak didik, dan evaluator. Ini berarti, guru
harus menciptakan interaksi pembelajaran yang demokratis dan dialogis antara guru
dengan anak didik, dan anak didik dengan anak didik (Moh. Shochib: 1999; dan Paul
Suparno dkk: 2001).
Dengan interaksi pembelajaran yang mengemas nilai-nilai tersebut dapat membuat
pembelajaran lingking (link and math atau life skill) dan delinking (pemutusan
lingkungan negatif), diversifikasi kurikulum, pembelajaran kontekstual, kurikulum
berbasis kompetensi, dan otonomi pendidikan pada tingkat sekolah taman kanak-kanak
dengan manajemen berbasis sekolah, dan bertujuan untuk mengupayakan fondasi dan
mengembangkan anak untuk memiliki kemampuan yang utuh yang disebut: Pendidikan
Anak Seutuhnya (PAS).
Pada dasarnya dalam kehidupan suatu bangsa, faktor pendidikan mempunyai
peranan yang sangat penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup
bangsa tersebut. Secara langsung maupun tidak langsung pendidikan adalah suatu usaha
sadar dalam menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui kegiatan,
bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi kehidupan dimasa yang akan datang.
Tentunya hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, anggota
masyarakat dan orang tua. Untuk mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan
partisipasi aktif yang bersifat terus menerus dari semua pihak.
3
Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional
yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan
bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil
serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam
rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa
kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu
mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya
adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara
langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta
keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan
pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu
menyampaikan semua mata pelajaran yang tercantum dalam proses pembelajaran
secara tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam atau disingkat SKI bab Khulafaur
Rasyidin kelas VII di MTsN 2 Blitar saat ini berjalan dengan cukup baik, namun ada
beberapa hal yang perlu untuk diadakan upaya perbaikan seperti halnya tingkat
pemahaman siswa yang rendah, keaktifan siswa yang kurang dan belum adanya model
pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran ini. akibat adanya hal
tersebut, menjadikan nilai siswa belum mencapai tingkat yang diharapkan. Dengan
menyadari kenyataan tersebut di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil
judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Bab Khulafaur Rasyidin Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran PAKEM Pada Siswa kelas VII Tahun Pelajaran 2023.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah,

diantaranya sebagai berikut :

1. Rendahnya keaktifan siswa dalam pembelajaran bab Khulafaur Rasyidin

2. Hasil pemahaman siswa rendah

3. Belum ditemukan metode yang tepat.

4
C. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai

berikut :

1. Bagaimana pembelajaran bab Khulafaur Rasyidin melalui model PAKEM ?

2. Apakah melalui model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan hasil belajar

siswa ?

D. Cara Pemecahan Masalah

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian

Tindakan Kelas adalah pembelajaran dengan model PAKEM diharapkan

pemahaman siswa dalam pembelajaran bab Khulafaur Rasyidin dapat meningkat.

E. Hipotesis Tindakan

Penelitian ini direncanakan terbagi kedalam dua siklus, setiap siklus

dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning ), tindakan (acting),

pengamatan ( observing). Dan refleksi (reflecting). Melalui dua siklus tersebut dapat

diamati peningkatan pemahaman belajar siswa. Dengan demikian, dapat dirumuskan

hipotesis tindakan sebagai berikut ;

“Dengan penerapan model PAKEM hasil belajar bab bab Khulafaur Rasyidin

dapat meningkat”.

F. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar bab Khulafaur Rasyidin setelah
diterapkannya model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas VII B tahun
pelajaran 2023
2. Mengetahui pengaruh motivasi belajar bab Khulafaur Rasyidin setelah
diterapkan model pembelajaran PAKEM pada siswa kelas VII B tahun pelajaran
2023

5
3. Menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran bab Khulafaur Rasyidin dalam
meningkatkan prestasi belajar pada siswa kelas VII B tahun pelajaran 2023

G. Kegunaan Penelitian
Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna
sebagai:
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Sejarah
Kebudayaan Islam dalam meningkatkan pemahaman siswa.
2. Sumbangan pemikiran bagi guru Sejarah Kebudayaan Islam dalam mengajar
dan meningkatkan pemahaman siswa.
3. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang
dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam.
5. Menerapkan metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran Sejarah
Kebudayaan Islam.

6
BAB II
KAJIAN TEORI

A. MODEL PAKEM
Model PAKEM adalah model pembelajaran yang bertumpu pada empat
prinsip, yaitu: aktif, kreatif. efektif, dan menyenangkan. Model ini dapat dikembangkan
secara sederhana oleh guru dengan memperhatikan prinsip PAKEM.
Model PAKEM berorientasi pada proses dan tujuan. Orientasi proses dalam
model PAKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi belajar. Kemandirian dan
tanggung jawab dibina sejak awal. Kebersamaan dan bekerja sama untuk mengasah
emosional. Persaingan yang sehat ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama
lain serta menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi tujuannya adalah agar anak
belajar lebih mendalam, anak lebih kritis dan kreatif, suasana belajar menjadi bervariasi
serta meningkatkan kematangan emosional. Tidak kalah pentingnya anak siap
menghadapi perubahan dan berpartisipasi dalam proses perubahan.
1. Makna Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
Tampaknya untuk memaknai aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan masih
terlalu abstrak. Beberapa pendidik masih kabur dengan makna ini. Meskipun untuk
memaknai istilah tersebut pernah didiskusikan oleh para pendidik, namun bukan
berarti makna ini sudah paten. Makna tersebut masih perlu dikembangkan lagi
sesuai dengan kondisi yang sesungguhnya. Dalam diskusi itu, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Aktif
1) Selalu mencoba
2) Tidak ingin menjadi penonton
3) Memanfaatkan modalitas belajar (visual, auditorial, atau kinestika)
4) Penuh perhatian dalam setiap proses pembelajaran
b. Kreatif
1) Menginginkan adanya perubahan yang baru
2) Ingin mengadakan inovasi
3) Mempunyai banyak cara untuk melakukan sesuatu
4) Tidak cepat putus asa
5) Tidak mudah puas dengan hasil kerjanya dan selalu ingin berbuat terus
6) Menumbuhkan motivasi, percaya diri, dan kritis
7
7) Mempunyai banyak cara
c. Efektif
1) Memanfaatkan alat peraga yang ada di sekitar
2) Diajak ke sumber belajar, melakukan observasi
3) Memanfaatkan waktu yang ada
4) Memanfaatkan rangkuman yang tepat
5) Mengoptimalkan panca indera
6) Mengatur stategi pembelajara
d. Menyenangkan
1) Penampilan guru yang menarik
2) Suasana belajar tidak searah
3) Kaya dengan metode
4) Desain kelas yang tidak membosankan
5) Belajar sambil bermain dan bernyanyi
6) Hasil belajar anak dipajang di kelas
7) Didekatkan ke alam nyata
8) Ada penghargaan bagi yang berprestasi
2. Pelaksanaan pembelajaran PAKEM
a. Persiapan
1) Berpusat pada siswa
Perubahan paradigma pembelajaran sangat terasa saat ini. Dulu guru
lebih dominan dalam proses pembelajaran atau dengan kata lain
pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning). Saat ini
pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa (student centered learning)
2) Guru membuat persiapan matang
Persiapan bagi seorang guru merupakan hal yang mutlak harus
dikerjakan. Tanpa persiapan guru akan kehilangan arah dalam proses
pembelajaran. Berbagai metode dengan karakter materi yang akan diajarkan
sudah dipersiapkan sebelum diajarkan.
3) Skenario pembelajaran secara rinci dan matang
Skenario merupakan salah satu dari persiapan yang harus dibuat oleh
guru. Skenario pembelajaran juga sering disebut dengan langkah-langkah
pembelajaran atau strategi pembelajaran. Dengan disusun skenario
pembelajaran, seorang guru sudah membuat format pada setiap pertemuan
8
dengan siswa. Bukan hanya sekedar format, melainkan guru sudah
mendesain pola pembelajaran yang ideal dengan karakter materi yang
sedang diajarkan.
4) Menerapkan asas fleksibilitas
Asas fleksibilitas, artinya lebih lentur dalam memahami kondisi yang
akan dihadapi. Seorang guru tidak bisa kaku dalam menerapkan pola
pembelajaran di kelas. Berbagai hambatan dalam proses pembelajaran akan
dihadapi. Untuk itu, berbagai alternatif terutama berbagai metode harus
disiapkan. Seorang guru tidak hanya terpaku pada satu metode yang ada.
Jika hal itu sudah diantisipasi maka akan terjadi proses pembelajaran yang
mengasyikkan.
5) Melayani perbedaan individual
Semua memaklumi bahwa anak mempunyai perbedaan, baik
perbedaan cara belajar maupun perbedaan kecerdasan. Untuk itulah, dalam
menangani anak sudah dipersiapkan cara pelayanannya. Seorang guru tidak
bisa membuat anak sama seperti gerigi sisir, tetapi disesuaikan dengan
karakter dan kepribadian yang khas yang dimiliki anak. Sebagaimana
berbagai teori sudah disepakati oleh para pakar pendidikan bahwa setiap
anak mempunyai modalitas belajar atau gaya belajar yang berbeda.
Modalitas belajar yang dimiliki anak ada tiga, yaitu gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik.
Modalitas belajar anak cenderung pada karakter alamiah yang
dimiliki. Anak yang mempunyai gaya belajar visual, cenderung senang
dengan cara melihat, baik itu gambar maupun bagan. Anak yang
mempunyai gaya belajar auditoria, cenderung sedang denagn mendengar,
sedangkan aank yang mempunyai gaya belajar kinestetik, cenderung belajar
dengan cara bergerak, bekarja, dan menyentuh.
Selain perbedaan gaya belajar, anak juga mempunyai perbedaan
kecerdasan. Jika selama ini orang lebih banyak membicarakan teori yang
dikembangkan oleh ahli psikologi, Alfred Bine, yaitu intelgensi tunggal yang
sering disebut intelligence quotient (IQ). Saat ini muncul teori intekgensi
majemuk yang sering disebut multiple intelligences. Teori ini dirumuskan
oleh Prof. Howard Gardner. Menurut Gardner anak mempunyai delapan
kecerdasan, yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis,
9
kecerdasan visual-spasial, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan
musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan
natural.
Dengan berpedoman pada kenyataan bahwa murid mempunyai
kelebihan serta kekurangan sendiri, jelas tidak bijak bagi guru (terutama
orang tua) untuk memaksa anak yang tidak ingin pada bidang-bidang
tertentu. Orang tua atau guru yang demikian telah bertindak di luar realitas
psikologi tentang perkembangan inteligensi anak dan mungkin lebih
dipengaruhi oleh motif sendiri. Teori Gardner juga mengingatkan kita agar
sejak pendidikan usia muda, guru dan orang tua menyediakan berbagai
pengalaman belajar yang merangsang berbagai minat anak. Melalui
pendekatan ini, mungkin ini pendekatan yang terbaik. Guru serta orang tua
dapat mendampingi anak di dalam mengembangkan potensi sepenuhnya
dengan penuh minat dan kegembiraan.
b. Proses
1) Mendengarkan pendapat siswa
Setiap anak mempunyai karakter dan keinginan yang berbeda untuk
itu apa yang diinginkan siswa harus didengarkan. Mendengarkan apa yang
diinginkan merupakan penghargaan terhadap siswa.
2) Menggunakan bermacam-macam sumber belajar
Sumber belajar yang harus dimiliki oleh guru adalah dari sumber
tangan pertama dan tangan kedua. Sumber belajar tangan pertama, artinya
sumber belajar yang langsung dialami oleh siswa, seperti pengalaman
kunjungan belajar, peristiwa yang dialami atau dilihat, situs bersejarah,
nara sumber, dan lingkungan sekitarnya. Adapun sumber belajar tangan
kedua adalah sumber belajar yang sudah dihasilkan oleh orang lain,
misalnya: buku paket atau perlengkapan perpustakaan, dan media
pembelajaran lainnya.
Seorang guru dalam model PAKEM tidak boleh selaku menganggap buku
paket sebagai satu-satunya sumber belajar yang lebih bervariatif, terutama
sumber belajar yang dihasilkan oleh siswa dan segala yang ada di sekitar.

10
3) Merangsang keberanian siswa untuk menyatakan dan menanyakan
sesuatu
Guru seyogyanya menumbuhkan minat anak untuk menanyakan
sesuatu atau menyatakan pengalamannya. Semua pembelajaran berpusat
pada siswa maka seorang guru bisa menggali potensi yang ada pada siswa
dengan memberikan rangsangan agar anak mempunyai keberanian dalam
mengungkapkan sesuatu.
4) Pertanyaan terbuka, menantang, dan produktif
Agar anak lebih berwawasan luas, pertanyaan yang diberikan oleh
guru diusahakan mampu mengembangkan cara berpikir anak dengan
pertanyaan terbuka. Dengan demikian, anak akan lebih produktif dalam
mengembangkan cara berpikir yang lebih luas dan terbuka.
5) Pemecahan masalah (problem solving)
Pembelajaran yang dilakukan lebih mengarah pada pemecahan yang
dihadapi oleh anak agar pembelajaran lebih menarik dan bermanfaat.
6) Menuntut hasil terbaik dari siswa
Guru menyiapkan dan mengarahkan dalam proses pembelajaran
sehingga mendapat hasil yang maksimal dari siswa.
7) Memberikan umpan balik seketika
Kebiasaan anak-anak mempertanyakan segala hal harus dapat
direspon dengan baik oleh guru. Pertanyaan yang timbul dari anak itu
didorong oleh kebutuhan psikologis alamiah, yaitu rasa ingin tahu
(curiosity). Banyaknya pertanyaan yang diajukan anak menunjukkan
dinamisme dan kreativitas. Melihat gejala anak seperti ini, seorang guru
harus memberikan umpan balik seketika. Dengan demikian, akan muncul
keingintahuan yang lebih besar. Dalam kondisi seperti ini, sebenarnya
sudah terjadi proses pembelajaran yang berarti.
8) Siswa menampilkan hasil karyanya
Sesuatu yang sangat berarti bagi seorang anak adalah ketika apa yang
dikerjakan mendapat pengakuan dari orang yang ada di sektiarnya,
terutama orang-orang yang sangat dicintainya. Dalam proses
pembelajaran, siswa sering menunjukkan hasil karyanya, namun
terkadang kurang mendapat penghargaan. Mungkin karena tidak ada
tempat atau mungkin dianggap kurang layak untuk diberikan
11
penghargaan. Agar anak tumbuh motivasi yang lebih besar, hasil karyanya
dipajang di dalam kelas, apa pun bentuk karyanya.
10) Kompetetif dan kooperatif
Persaingan dan kerja sama perlu diciptakan sejak dini. Persaingan dalam
hal ini mempunyai pengertian bahwa ada perbedaan individu yang perlu
dikembangkan potensinya. Setiap anak harus bisa mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya dan guru sangat berperan untuk menggali
dan mengembangkan potensi ini. Di sisi lain harus diciptakan kerja sama
yang baik. Perbedaan yang satu dengan yang lain mampu mewujudkan
rasa saling menghargai dan mampu bekerja sama dengan baik.
3. Kegiatan PAKEM
Kegiatan model PAKEM haruslah bervariatif dan tidak monoton. Ada beberapa
yang perlu diketahui, misalnya:
a) Mengamati, mengukur dan mendiskripsikan
b) Mengajukan pertanyaan dan mencatat
c) Berdiskusi, berdebat, dan membuat rangkuman
d) Merencanakan dan melakukan percobaan
e) Melaporkan, mempresentasikan, bermain peran, membuat puisi atau hasil karya
lain dan memajangkan
4. Ciri lulusan PAKEM
Jika proses model PAKEM dilaksanakan dengan benar, dengan asumsi dasar
bahwa belajar merupakan proses individual, belajar merupakan proses sosial, belajar
harus menyenangkan, belajar harus selalu aktif, dan belajar tak pernah terhenti.
Dengan demikian, akan menghasilkan lulusan yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a) Berpikir kritis, kreatif, dan produktif
b) Mampu belajar mandiri
c) Bisa bertanggung jawab
d) Bisa bekerja sama dengan orang lain
e) Siap menghadapi perubahan
f) Selalu mencari dan memanfaatkan informasi
g) Dapat memecahkan masalah

12
B. PRESTASI BELAJAR
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar. Perubahan ini
merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil yang akan
dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991:768),
prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan), dalam hal ini prestasi
belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan
ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh
siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan
kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan mengadakan
penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat
mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapat diartikan bahwa prestasi belajar PAI adalah
nilai yang diperoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang
dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor
(keterampilan) dalam proses belajar mengajar.

C. KHULAFAUR RASYIDIN
1. Pengertian Khulafaur Rasyidin
Ketahuilah bahwa al-Khulafa’u ar-Rasyidμn artinya pemimpin yang
diberikan petunjuk oleh Allah Swt. Al-Khulafa’u ar-Rasyidμn adalah pengganti
Rasulullah saw. Mereka berjumlah empat orang, yaitu Abu Bakar as-Siddiq, Umar
bin Khathab, ‘Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Tercatat dalam sejarah peradaban manusia, bahwa al-Khulafa’u ar-
Rasyidμn adalah pribadi-pribadi terbaik hasil didikan Rasulullah saw. Mereka
telah teruji kehebatan dan kepiawaiannya sebagai teladan dalam kepemimpinan
untuk membangun peradaban lslam yang lebih maju. Tidak ada pemimpin-
pemimpin dunia saat ini yang menghasilkan bangunan peradaban yang dapat
disejajarkan dengan mereka.
Mereka memiliki sifat-sifat terpuji yang patut menjadi teladan umat Islam
zaman sekarang. Pengabdiannya kepada agama tidak disangsikan lagi.

13
Kepeduliaannya terhadap sesama, membuat pribadi-pribadi ini dicintai oleh
rakyatnya.
Kesemuanya itu adalah orang-orang yang setia dengan Rasulullah saw. di
saat susah maupun senang. Mereka memiliki akhlak mulia karena mereka selalu
meneladani.
2. Biografi Khulafaur Rasyidin
a. Abu Bakar
Abu Bakar As-Sidiq lahir pada tahun 573 M dari sebuah keluarga
terhormat di Mekah dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad saw.
Nama aslinya adalah Abdullah ibn Abu Kuhafah. Ia mendapat gelar as-Siddq
setelah masuk Islam.Abu Bakar diberi gelar oleh Rasulullah saw. “as-Siddiq”,
artinya yang benar. Mengapa beliau mendapat gelar seperti ini? Ketika itu,
Rasulullah saw. melakukan Isra’ Mi’raj, yaitu melakukan perjalanan malam dari
Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Palestina dan naik ke langit sampai
ke Sidratul Muntaha dalam waktu sepertiga malam. Pada peristiwa itu Rasulullah
saw. diberi tugas oleh Allah berupa salat lima kali sehari semalam.
Ketika berita ini disampaikan kepada orang-orang kafir Mekah, serentak
orang-orang kafir Mekah tidak mempercayainya, bahkan mereka menganggap
bahwa Nabi Muhammad saw. melakukan kebohongan. Akan tetapi, Abu Bakar
langsung membenarkan apa yang dikatakan oleh Nabi tersebut.
Abu Bakar as-Siddiq termasuk as-Sabiqμn al-awaalμn, yaitu orang-orang
yang pertama masuk Islam. Ketika ia masuk Islam, seluruh harta dan jiwanya
dikorbankan untuk membela agama Islam yang pada saat itu masih belum
berkembang. Dengan kegigihan dan keuletannya, beliau setia mendampingi Nabi
Muhammad saw. untuk selalu berdakwah mengajarkan ajaran Islam.
Abu Bakar as-Siddiq selalu dicaci-maki oleh musuh-musuhnya gara-gara
mengikuti agama Islam. Akan tetapi, Abu Bakar tetap saja setia bahkan sampai
pada saat Rasulullah saw. mau hijrah, ia tetap setia mendampinginya, meskipun
rintangan yang dihadapinya sangat berat.
Abu Bakar as-Siddiq sudah memberi contoh yang baik. Ia selalu
mengorbankan jiwa dan raganya hanya untuk kejayaan Islam. Ia juga patuh pada
ajaran agamanya. Kita yang sudah mengenal Islam sejak kecil, sejak sekolah
taman kanak-kanak, sudah diajari tentang salat, tentang berbuat baik, tentu
sekarang tinggal mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita harus yakin
14
jika kita dan orang lain berbuat baik, niscaya dunia ini akan aman dan tenteram,
tidak akan ada lagi peperangan dan permusuhan.
Pada masa Abu Bakar as-Siddiq menjadi Khalifah, program yang terkenal
adalah:
1. Memerangi orang-orang yang keluar dari Islam (murtad),
2. Memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat,
3. Memerangi orang-orang yang mengaku nabi (nabi palsu).
b. Umar Bin Khattab
Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan
Umar bin Khaththab adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw. yang
juga adalah Khalifah kedua setelah Abu Bakar Siddiq.
Umar dilahirkan di kota Mekah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku
Quraisy, suku terbesar di kota Mekah saat itu. Ayahnya bernama Khaththab bin
Nufail Al- Shimh Al-Quraisy dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar memiliki
julukan yang diberikan oleh Nabi, yaitu al-Faruk yang berarti orang yang bisa
memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Umar bin Khaththab adalah orang yang sangat berani sehingga ia dijuluki
singa padang pasir. Sebelum masuk Islam, ia sangat ditakuti oleh orang-orang
Islam karena kebengisannya. Begitu juga ketika sudah masuk Islam, ia sangat
ditakuti oleh musuhnya, yaitu orang-orang kafir.
Meskipun keras kepala, tetapi hati beliau lembut. Ia keras terhadap orang-
orang yang mengingkari ajaran Islam atau orang-orang kafir, tetapi ia sangat
lembut terhadap orang-orang yang baik.
Ketika menjadi pemimpin, ia selalu mendahulukan kepentingan orang
banyak. Ia tidak pernah mendahulukan kepentingan sendiri. Prinsipnya, lebih baik
tidak makan dan tidur di lantai dari pada makan enak dan tidur di istana sementara
rakyatnya menderita.
Pada suatu malam, hartawan Abdurrahman bin Auf dipanggil oleh Khalifah
Umar bin Khaththab untuk diajak pergi ke pinggir kota Madinah. “Malam ini akan
ada serombongan kafilah yang hendak bermalam di pinggir kota, dalam
perjalanan pulang,” kata Khalifah Umar kepada Abdurrahman bin Auf.
“Lalu maksud Anda bagaimana?’’ tanya Abdurrahman. “Oleh karena kafilah
itu membawa barang dagangan yang banyak, maka kita ikut bertanggung jawab

15
atas keselamatan barang dari gangguan tangan-tangan usil. Jadi, nanti malam kita
bersama-sama harus mengawal mereka,’’ sahut Khalifah.
Ajakan itu disambut gembira oleh Abdurrahman. Bahkan, dia sudah
mempersiapkan jiwa-raganya untuk berjaga semalam suntuk. Namun, apa yang
terjadi di sana? Ternyata lain dengan yang diduganya semula.
Ketika malam telah mulai sepi, Khalifah Umar bin Khaththab berkata padanya,
”Abdurrahman… kau boleh tidur! Biarlah saya saja yang berjaga-jaga. Nanti
kalau ada apa-apa kau saya bangunkan”.
Suatu malam, Auza’iy pernah memergoki Khalifah Umar masuk ke rumah
seseorang. Ketika keesokan harinya dia datang ke rumah itu, ternyata
penghuninya seorang janda tua yang buta dan sedang menderita sakit. Janda itu
mengatakan bahwa tiap malam ada orang yang datang ke rumahnya untuk
mengirim makanan dan obat-obatan. Siapa nama orang itu, janda tua itu sama
sekali tidak tahu. Padahal orang yang tiap malam datang ke rumahnya adalah
Khalifah yang mereka kagumi.
Suatu malam, Khalifah Umar berjalan-jalan di pinggir kota. Tiba-tiba,
didengarnya rintihan seorang wanita dari dalam sebuah kemah yang kumal.
Ternyata yang merintih itu seorang wanita yang akan melahirkan. Di sampingnya,
suaminya kebingungan. Pulanglah Khalifah ke rumahnya untuk membawa
istrinya, Ummu Kulsum, untuk menolong wanita yang akan melahirkan itu.
c. Ustman Bin Affan
‘Utsman bin ‘Affan adalah sahabat Nabi yang termasuk al-Khulafa’u ar-
Rasyidμn yang ke-3 setelah Umar bin Khaththab. Ia dikenal sebagai pedagang
kaya raya dan pebisnis yang handal namun sangat dermawan. Banyak bantuan
ekonom yang diberikan olehnya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia
mendapat julukan zunnμrain yang berarti “pemilik dua cahaya.” Julukan ini
didapat karena ‘Utsman bin ‘Affan telah menikahi putri kedua dan ketiga
Rasullah, yaitu Ruqayah dan Ummu Kulsum.‘Utsman bin ‘Affan tidak segan-
segan mengeluarkan kekayaannya untuk kepentingan agama dan masyarakat
umum. Ia membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000
dirham yang setara dengan dua setengah kilogram emas pada waktu itu. Sumur
itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum. ‘Utsman bin ‘Affan juga
memberi bantuan untuk memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah di
sekitarnya.
16
Ia mendermakan 1.000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1.000 dirham
sumbangan pribadi untuk Perang Tabuk yang nilainya sama dengan sepertiga
biaya ekspedisi tersebut. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, Usman juga pernah
memberikan gandum yang diangkut dengan 1.000 unta untuk membantu kaum
miskin yang menderita di musim kering.

d. Ali Bin Abi Thalib


Ali bin Abi Thalib mempunyai nama asli Haydar (singa) bin Abu Thalib.
beliau adalah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga Nabi Muhammad
saw. Ali adalah sepupu Nabi Muhammad saw. dan menantunya setelah menikah
dengan Fatimah. Ali dilahirkan dari pasangan Fatimah binti Asad dan Abu Thalib.
Kelahiran Ali banyak memberi hiburan bagi Nabi Muhammad saw. karena beliau
tidak punya anak laki-laki. Nabi Muhammad saw. bersama istrinya, Khadijah,
mengasuh Ali dan mengangkatnya sebagai anak. Hal ini sekaligus untuk
membalas jasa Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga
dewasa. Dengan demikian sejak kecil Ali sudah bersama dengan Nabi
Muhammad saw.

Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari
Rasulullah. Beliau selalu dekat Nabi karena menjadi anak angkatnya dan berlanjut
menjadi menantunya. Didikan langsung Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu
Islam menggemblengnya menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani,
dan sabar.Setelah hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan
putri kesayangannya, Fatimah. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam
banyak hal, seperti nasab keluarga yang serumpun (Bani Hasyim) yang paling
dulu mempercayai kenabian Muhammad (setelah Khadijah).

Ali bin Abi Thalib adalah salah seorang ilmuwan yang sangat cerdas.
Rasulullah mengatakan “Anaa madiinatul ‘ilm wa ‘aliyu babuha” (Saya adalah
kota ilmu dan Ali adalah pintu gerbangnya). Sebagaimana Khalifah Umar bin
Khatab,Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah terakhir juga memiliki sifat yang
sama, cerdas dan tegas. Proses pergantian Khalifah dari ‘Utsmann bin ‘Affan ke
Ali bin Abi Thalib mengalami hambatan. Ada kelompok yang setuju dan yang
menentang. Dalam situasi genting seperti ini, Ali bin Abi Thalib tampil dengan

17
tegas sehingga dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul.
Inilah kepiawaian Khalifah Ali bin Abi Thalib..

2. Prestasi Khulafaur Rasyidin


a. Perluasan Wilayah
b. Kodifikasi Al-Qur’an
c. Memerangi Nabi Palsu dan Para Pembangkang
d. Pembenahan Administrasi Negara
e. Penetapan Kalender Hijriyah
f. Dewan Pemilihan Khalifah
g. Pembentukan Angkatan Laut
h. Ilmu Nahwu
i. Renovasi Masjid Nabawi
j. Mengganti Pejabat yang korup

18
BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena


penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian
ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Sukidin dkk (2002:54) ada 4 macam bentuk penelitian tindakan,
yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan
kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terintegratif, dan (4) penelitian tindakan
sosial eksperimental.
Keempat bentuk penelitian tindakan di atas, ada persamaan dan
perbedaannya. Menurut Oja dan Smulyan sebagaimana dikutip oleh Kasbolah,
(2000) (dalam Sukidin, dkk. 2002:55), ciri-ciri dari setiap penelitian tergantung
pada: (1) tujuan utamanya atau pada tekanannya, (2) tingkat kolaborasi antara pelaku
peneliti dan peneliti dari luar, (3) proses yang digunakan dalam melakukan
penelitian, dan (4) hubungan antara proyek dengan sekolah.
Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana
guru sangat berperan sekali dalam proses penelitian tindakan kelas. Dalam bentuk
ini, tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah untuk meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh
dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain
dalam penelitian ini peranannya tidak dominan dan sangat kecil.
Penelitian ini mengacu pada perbaikan pembelajaran yang
berkesinambungan. Kemmis dan Taggart (1988:14) menyatakan bahwa model
penelitian tindakan adalah berbentuk spiral. Tahapan penelitian tindakan pada suatu
siklus meliputi perencanaan atau pelaksanaan observasi dan refleksi. Siklus ini
berlanjut dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah cukup.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan
penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di MTsN
2 Blitar.Dan penulis mengambil objek pada kelas VII B

19
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian
ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai februari
tahun 2023. Penentuan waktu disesuaikan dengan kalender pendidikan sekolah,
karena penelitian ini memerlukan beberapa siklus tindakan dalam proses belajar
mengajar.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas VII B tahun pelajaran 2023/2024
pada pokok bahasan mengenai khulafaur Rasyidin.
B. Rancangan Penelitian
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal
yang terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat
dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002:82). Ciri
atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan
kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah
satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk
proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
tersebut dapat saling mendukung satu sama lain.
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip
sebagai berikut:
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-
benar nyata dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam
jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukan tidak
boleh sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.
3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien, artinya terpilih dengan
tepat sasaran dan tidak memboroskan waktu, dana dan tenaga.
4. Metodologi yang digunakan harus jelas, rinci, dan terbuka, setiap langkah dari
tindakan dirumuskan dengan tegas sehingga orang yang berminat terhadap
penelitian dapat mengecek setiap hipotesis dan pembuktiannya.

20
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang
berkelanjutan (on-going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan
terhadap kualitas tindakan memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi
tantangan sepanjang waktu. (Arikunto, Suharsimi, 2002:82-83).

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus
yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya
adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum
masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi
permasalahan.
Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya
instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran. Kegiatan dan pengamatan, meliputi
tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep
siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya pengajaran kontekstual
model pengajaran berbasis masalah. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan
lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat. Rancangan/rencana yang direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk
dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam dua siklus, yaitu siklus 1, 2, dimana masing siklus
dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok
bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Siklus ini
berkelanjutan dan akan dihentikan jika sesuai dengan kebutuhan dan dirasa sudah
cukup.

21
C. SUMBER DATA

Sumber Data PTK ini adalah :

a. Siswa, untuk melihat adanya peningkatan pemahaman siswa dalam pembelajaran

Bab Khulafaur Rasyidin

b. Guru, untuk melihat tingkat keberhasilan model PAKEM dalam upaya peningkatan

Bab Khulafaur Rasyidin

c. Teman Sejawat, untuk melihat Implementasi PTK secara menyeluruh baik dari sisi

siswa maupun guru.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Tehnik Pengumpulan Data

a. Tes, untuk mendapat data hasil belajar siswa

b. Observasi, untuk mendapat data tentang keaktifan siswa dalam PBM.

c. Angket, untuk mendapat data tentang tingkat keberhasilan model pembelajaran

PAKEM dalam upaya peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Bab Khulafaur Rasyidin

2. Alat Pengumpulan Data

a. Tes, menggunakan tes tertulis

b. Observasi, menggunakan lembar Observasi

c. Angket, menggunakan lembar angket.

E. Indikator Kinerja

Indikator kinerja penelitian Tindakan Kelas berupa :

1. Siswa

a. Tes : rata-rata nilai ulangan harian

b. Observasi : Keaktifan siswa dalam pembelajaran Khulafaur Rasyidin

22
2. Guru

a. Dokumentasi : Laporan Presensi siswa

b. Observasi : Hasil Observasi

F. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam setiap kegiatan pelaksanaan pembelajaran

dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik prosentase untuk melihat

kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

1. Hasil belajar dengan menganalisa hasil rata-rata ulangan harian .

2. Keaktifan siswa, dengan menganalisa keaktifan siswa melalui lembar Observasi.

3. Implementasi Model pembelajaran PAKEM dengan menganalisa tingkat

keberhasilan.

G. Proses Penelitian

1) Siklus I PTK

Penelitian Tindakan Kelas ini melalui 4 tahapan : Perencanaan, Pelaksanaan,

Pengamatan dan Refleksi3

a. Perencanaan (planning)

1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui Kompetensi Dasar

Pembelajaran

2. Membuat rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model pembelajaran

PAKEM

3. Membuat media pembelajaran yang relevan dengan Model Pembelajaran

PAKEM

4. Menyusun alat Evaluasi.

3
Koenandar, S.Pd, M.Si,2006, Langkah Mudah Penelitian TindakanKelas, Jakarta, Raja Wali
Press, Hal. 40

23
b. Pelaksanaan (acting)

1. Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang disebut kelompok inti,

beranggotakan 5 orang. Setiap siswa diberi nomor kepala misalnya A, B, C,

D,E.

2. Guru menampilkan sebuah media pembelajaran Audio Visual / LCD projektor

berupa film mengenai kisah khulafaur rasyidin

3. Setiap kelompok harus mendengarkan dan melihat secara seksama mengenai

film yang dipaparkan.

4. Guru membagikan materi berbeda-beda yang berhubungan dengan

pembelajaran masing-masing kelompok satu materi.

5. Setiap kelompok harus membuat rangkuman mengenai materi yang di

dapatkan sesuai dengan film yang di paparkan.

6. Beri kesempatan secara bergiliran bagi kelompok untuk mempresentasiakan

materi yang telah mereka tulis.

7. Setelah mempresentasikan materi, kelompok pemapar memeberikan

pertanyaan kepada kelompok yang lain mengenai materi yang disampaikan.

Jika terdapat kelompok yang menjawab pertanyaan terlebih dahulu dari

kelompok lain maka mereka berhak mendapat poin tambahan.

8. Bila kelompok sudah menyelesaikan tugasnya secara keseluruhan, guru

memberikan klarifikasi. (10 menit).

c. Pengamatan (observing)

1) Situasi Pembelajaran dengan model PAKEM

24
2) Keaktifan Siswa

3) Kemampuan siswa menyelesaikan tugas Individu.

d. Refleksi dan Perencanaan Ulang (reflecting and replaining)

Penelitian Tindakan Kelas ini berhasil apabila memenuhi criteria :

1) Sebagian besar siswa (> 70% siswa ) aktif dalam pembelajaran dengan

model PAKEM

2) Sebagian besar siswa (> 70 % siswa ) mampu menyelesaikan tugas individu

3) Penyelesaian tugas individu sesuai dengan waktu yang disediakan

2) Siklus II PTK

a. Perencanaan (planning )Tim membuat rencana ulang pembelajaran berdasarkan hasil

refleksi pada siklus I

b. Pelaksanaan (acting)

1. Guru membagikan materi kepada setiap siswa

2. Siswa diberikan waktu untuk mempelajari dan memahami materi sesuai bagain

masing-masing selama 30 menit.

3. Siswa kemudian membuat suatu gambar berupa mind mapping sesuai dengan

materi yang ia dapatkan dengan tanpa melihat buku atau sumber belajar lain.dan

harus murni dari ingatan siswa.

4. Setelah membuat mind mapping siswa harus mempresentasika secara individu

di depan kelas.

5. Siswa menempelkan hasil karyanya berupa mind mapping di Majalah dinding

yang dimiliki kelas.

c. Pengamatan (Observing)

Tim melakukan observasi terhadap pembelajaran dengan model

pembelajaran PAKEM

25
d. Refleksi ( reflecting )

Tim merefleksi pelaksanaan siklus II PTK dan menganalisis serta

membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran dengan model PAKEM

dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Bab Khulafaur

Rasyidin di MTsN 2 Blitar.

26
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa


Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineksa Cipta.

Azhar, Lalu Muhammad. 1993. Proses Belajar Mengajar Pendidikan. Jakarta: Usaha
Nasional.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang:
Aneka Ilmu.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Hasibuan K.K. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Margono. 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineksa Cipta.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya: University Press.
Univesitas Negeri Surabaya.

Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.

27

Anda mungkin juga menyukai