Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai adalah sesuatu yang tidak akan bisa lepas dari segala aspek kehidupan kita,
dengan nilai kita akan mampu mengetahui, mengukur dan merasakan segala hal yang
ada di sekitar kita. Apabila dilihat dari konteks secara umum, nilai dalam arti secara universal
yaitu, sesuatu yang memiliki nominal/harga, hal ini terbukti dalam sebuah hasil laporan yang
ditulis oleh UNESCO yaitu suatu club yang bernama A Club of rome yang menyatakan
bahwa nilai terdiri dari dua gagasan, yaitu nilai yang berhubungan dengan keuangan/ekonomi
yang meliputi nilai/nominal dari sebuah produk, tingkat kesejahteraan ataupun nominal suatu
nilai harga, dengan apresiasi yang menaunjukkan penghargaan yang berhubungan dengan
material. Dirancangkan dalam hal ini, sistem nilai/nominal/harga menerangkan kelompok
nilai/harga yang saling memiliki urgensi dan memiliki masing-masing peran yang tidak dapat
dipisahkan. Selaras dengan Sofyan dan Herlan yang mengungkapakan bahawa nilai secara
umum juga dapat diartikan sebagai sebuah harga. Sehingga dalam nilai itu sendiri
terdapat dua pengertian yang memiliki makna yang berbeda yakni nilai yang berarti
suatu makna dalam hidup dan juga nilai yang di ungkapakan dalam bentuk angka atau
harga. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan M. Arifini bahawa system nilai berupa
keseluruhan susunan yang melibatkan beberapa elemen baik yang paling sedikit dua atau
selebihnya antara elemen yang satu dengan yang lainnya sehingga memiliki hubungan
saling berpengaruh atau mampu beroperasi dalam satu konsistensi yang melingkar dan
mengarah kepada nilai/harga1.
Adapun dalam konteks yang berbeda, nilai/harga bertujuan untuk mengungkapkan suatu
yang berhubungan dengan makna yang bersifat abstrak dan tidak dapat diukur batasannya,
seperti keadilan dalam menentukan suatu hal, sikap jujur seseorang, perasaan dalam memaknai
bebas, tenang serta kesamaan dalam suatu hal. Sesuai dengan definisi nilai menurut Steeman
(dalam Adisusilo, 2013:56) bahwa nilai adalah sesuatu yang memberi makna dalam
hidup, yang memberi acuan, titik tolak dan tujuan hidup, selaras dengan Robert M. Z.
Lawang bahwa nilai adalah bentuk gambaran dari suatu hal yang diinginkan, yang
dianggap berharga, pantas untuk diapresiasi dan mampu mempengaruhi perilaku sosoial
seluruh individu yang memiliki nilai tersebut. Nilai ialah cerminan dan pedoman dalam
mewujudkan tata tertib kehidupan dalam bermasyarakat, yaitu sesuatu yang dijunjung

1
M. ArifinFilsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal.139
tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari
sekedar keyakinan, nilai selalu menyangkut pola pikir dan tindakan, sehingga ada
hubungan yang amat erat antara nilai dan etika.
Menurut Abdurrahman Al-Nahlawi, kata tarbiyah secara bahasa merupakan
kata yang berasal tiga (3) akar kata, yakni, pertama raba – yarbu, yang berarti bertambah
atau bertumbuh. Pengertian ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an, surat Al-Rum, ayat 39. 2
Kedua, berasal dari rabiya-yarba, yang berarti menjadi dasar, dan yang ketiga, rabba-
yarubbu, yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntut, menjaga dan
memelihara. Pengertian ini dapat dilihat pada Al-Qur’an, surat Al-Isra, ayat 24. 3
Sementara, menurut Naquib Al-Attas, kata tarbiyah mengandung konotasi mengasuh,
menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, menumbuhkan
(membentuk) dan juga menjadikannya lebih matang. Dengan demikian, maka yang
dimaksud dengan Al-Tarbiyah adalah proses mengasuh, membina, mengembangkan,
memelihara serta menjadi kematangan bagi suatu objek. Bahkan dalam hal ini, Imam
Baidawi memperjelas makna Tarbiyah dengan “Al Rabbu fi al Ashli bima’na al-
Tarbiyah, wahiya al-Tabligh al-Syai’u ila kamalihi syai’an fa syay’an (Al-Rabb asal
katanya bermakna Tarbiyah, yakni mengantarkan sesuatu menuju ke arah kesempurnaan
sedikti demi sedikit).4
Memahami pendidikan Islam dapat ditelusuri melalui keseluruhan sejarah
kemunculan Islam itu sendiri. Tentu saja untuk memahaminya, tidaklah dipahami sebagai sebuah
sistem pendidikan yang sudah mapan dan sistematis, melainkan proses pendidikan lebih banyak
terjadi secara insidental bahkan mungkin lebih banyak yang bersifat jawaban dari berbagai
problematika yang berkembang pada masa itu.Pendidikan dalam Islam, secara bahasa memiliki
istilah yang sangat varian. Perbedaan ini tidak terlepas dari banyaknya istilah yang muncul
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits sebagai sumber rujukan utama pendidikan Islam yang
menyebutkan kata (kalimah) yang memiliki konotasi pendidikan atau pengajaran.
Setidaknya, ada empat (4) istilah yang digunakan untuk menyebutkan makna pendidikan,
misalnya tarbiyah, ta’dib, ta’lim dan riyadhah. Tiga (3) dari empat (4) istilah tersebut

2
Wa mã ãtaitum min ribban liyarbũ fi amwãli al-nas falã yarbũ ‘inda Allah (Dan suatu riba (tambahan)
yang kalian berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi
Allah.
3
rabbi irhamhumâ kamâ rabbayâni shaghirâ (ya Tuhan, sayangilah keduanya (ibu-bapak) sebagaimana
mereka telah memelihara (mengasuhku) sejak kecil).
4
Wahdi Sayuti, “ Ilmu Pendidikan Islam; Memahami Konsep Dasar dan Lingkup Kajian”, diakses dari
https://wahdi.lec.uinjkt.ac.id/articles/ilmupendidikanislam, pada tanggal 8 Desember 2022 pukul 10.18
pernah direkomendasikan oleh Konfrensi Internasional I tentang Pendidikan Islam di
Mekkah pada tahun 1977.5
Program nilai pada konteks tarbiyah mengarah pada ranah pendidikan agama
Islam yang memiliki tujuan membimbing dalam segala aspek, baik aspek akademik,
karakter religius yang menghantarkan kita pada kedekatan pada sang pencipta, hubungan
sosial masyarakat serta yang utama adalah pembenahan pribadi yang berakhlah sehingga
terefleksikan dalam kehidupan setiap individu. Pendidikan agama Islam merupakan salah
satu usaha yang sangat diperlukan karena berupa pengajaran yang bertujuan untuk
mengembangkan pola pikir individu sekaligus mengembangkan berbagai hal positif
dalam diri berupa karakter yang religius sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Hadist
yang didalamnya mengajarakan berbagai nilai yang kompleks bagi kehidupan yang
berhubungan dengan intelektualitas, keagamaan ataupun karakter positif yang harus
tertanam dalam diri setiap individu yang terlahir memiliki fitrah sebagai seorang hamba
yang harus memiliki aturan dalam kehudupannya. Dengan pendidikan Islam maka
seorang individu akan mampu menempatkan diri dari berbagai aspek yang ada, tidak
hanya memusatkan pada intelektualitas belaka namun mampu menyeimbangan diri
dalam berbagai ranah.
Dalam kehidupan yang tidak pernah luput dari namanya problematika sosial,
banyak sekali kita temukan di berbagai media masa dan nyata dalam lingkungan kita
berbagai permasalahan yang timbul sebagai akibat kurangmya nilai karakter dalam
masyarakat kita. Seperti halnya seks bebas, pergaulan bebas, narkoba, tindakan
kriminalitas, korupsi dikalangan orang yang terpelajar sekalipun, kolusi hingga
nepotisme. Sedangkan dilihat dari segi histori, Indonesia adalah negara timur yang
terkenal akan nilai karakter yang tinggi, namun seiring berkembangnya zaman, nilai ini
tidak mampu untuk melawan derasnya aliran buruk sebagai dampak dari kemajuan
zaman. Adapun tarbiyah atau pendidikan merupakan kunci dan memiliki peran yang
sangat penting dalam menyokong akhlak, tumbuh kembangnya nilai ketuhanan dan
karakter yang baik fikiran positif sehingga tertanam dan terbiasa dalam diri peserta
didik. Adapun yang harus dilalui peserta didik tidak langsung secara signifikan,
melainkan bertahap.

5
Lihat, Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), cet.ke-1,
h. 2. Konfrensi tersebut merekomenadikan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah
“totality in context of Islam inherent in the conotation of three each these term conveys concerning man
in his society and environment in relation to God Islam related to ten other and together they represent
the scope of education in Islam both “Formal” and “non Formal” (Conference Book, 1997 : 1).
Dalam konteks pendidikan agama Islam atau tarbiyah, Rasulullah
SAW.Merupakan tokoh panutan dalam pendidikan karakter dan pendidikan dalam
segala aspek kehidupan, dalam kitab Ar-Rahiqul Makhtum karya Syeikh Al-
Mubarakfuri sebagai salah satu judul buku yang mengulas tentang sirah nabawi,
menjelaskan bagaimana karakter dan kehidupan Rasulullah mulai dari beliau masih
berada di ayunan hingga beliau meninggalkan dunia ini. Hal ini adalah sesuatu yang
tidak akan pernah membosankan untuk di teliti dan dipelajari, sehingga sangatlah
penting bagi kita untuk merefleksikan karakter luhur beliau sekaligus merelevankan
deangan pendidikan karakter dalam tarbiyah baik di lembaga maupun di lingkungan
lainya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja nilai tarbiyah yang terkandung dalam kitab Ar-Rahiqul Makhtum karya
syeikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri ?
2. Bagaimana relevansi pendidikan karakter dalam kitab Ar-Rahiqul Makhtum karya
Syeikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri dengan konsep pendidikan karakter dalam
kurikulum merdeka ?

C. Tujuan Kajian
1. Untuk mengetahui nilai tarbiyah yang terkandung dalam kitab Ar-Rahiqul Makhtum
karya syeikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri.
2. Untuk mengetahui relevansi pendidikan karakter dalam kitab Ar-Rahiqul Makhtum
karya Syeikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri dengan konsep pendidikan karakter
dalam kurikulum merdeka.

D. Kegunaan Kajian
1. Dengan dilakukannya kajian dalam penelitian ini diharapkan kedepannya dapat
memberikan kemanfaatan bagi pembaca dan membuka wawasan keilmuan dalam
bidang pendidikan karakter yang terekflesikan dari diri Rasulullah.
2. Menumbuhkan kecintaan kita sebagai umat Islam terhadap Rasulullah
3. Agar masyarakat khususnya para generasi muda muslim memiliki akhlaq yang ada
pada diri Rasulullah
4. Menyelaraskan pendidikan agar sesuai dengan syariat Islam baik dalam lembaga
pendidikan, lingkungan keluarga dan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai