Evaluasi :
- Kehadiran
- Penugasan
- Responsi dan diskusi
- UTS
- UAS
Rincian materi perkuliahan tiap pertemuan
Pertemuan 1 : Perkenalan perkuliahan; tujuan, syarat, materi, kelulusan, dosen
Pertemuan 2 : Pendidikan nilai, moral dan prinsip-prinsip nilai, moral secara umum dan
khusus yang berlaku di negara Indonesia :
- Pengertian pendidikan nilai, moral;
- Prinsip-prinsip nilai, moral
Pertemuan 3 : Tujuan pendidikan nilai, moral; Madzhab-madzhab etika
Pertemuan 4 : VCT & Games sebagai strategi pembelajaran nilai, moral
Pertemuan 5 : UTS
Pertemuan 6 : Merefleksikan nilai-nilai yang berbeda & Pendidikan nilai sebagai
sarana memberikan filsafat hidup
Pertemuan 7 : Manusia dan kebahagiaannya & Moralitas, norma-norma moralitas dan faktor-
faktor penentu moralitas
Pertemuan 8 : Penugasan dan Diskusi Kelompok
Pertemuan 9 : UAS
1. Apa pendidikan itu?
2. Apa pendidikan nilai itu?
3. Apa pendidikan moral itu?
4. Apa Prinsip-prinsip nilai, moral secara umum dan
khusus yang berlaku di negara Indonesia;
PENGERTIAN PENDIDIKAN
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani paedagogie, yang akar katanya pais yang berarti
anak dan again yang artinya bimbingan. Dengan demikian, paedagogie berarti bimbingan yang
diberikan kepada anak.
Dalam bahasa inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi education. Education berasal dari
bahasa Yunani educare, yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak, untuk
dituntun agar tumbuh dan berkembang.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat
imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan
mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya pengajaran
dan pelatihan.
Para ahli memberikan definisi pendidikan di antaranya sebagai berikut:
1. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian
pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
2. Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
3. Sedangkan pengertian pendidikan menurut H. Horne, adalah proses yang terus menerus (abadi) dari
penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang
bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan
kemanusiaan dari manusia.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh
orang dewasa kepada perkembangan anak untuk
mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak
dengan bantuan orang lain.
PENGERTIAN NILAI
Nilai, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1994: 690) adalah harga (dalam arti taksiran harga).
Dari konsep dan prinsip yang terdapat dalam Pancasila, dapat ditemukan nilai dasar
yang menjadi dambaan bangsa Indonesia, yang ingin diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Taqwa adalah suatu sikap berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
bersedia untuk mematuhi segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Ketaatan dan kepatuhan ini didasari oleh keikhlasan dan kerelaan.
Adil adalah menempatkan segala perkara pada tempatnya. Segala unsur yang terlibat
dalam suatu kegiatan dihormati dan didudukkan sesuai dengan harkat dan martabatnya,
disesuaikan dengan peran fungsi dan kedudukkannya. Kewajiban dan hak asasi
dihormati dan didudukkan sesuai dengan prinsip Pancasila.
Setara adalah menempatkan segala perkara tanpa membeda-bedakan baik dari
segi jender, suku, ras, agama, adat dan budaya. Setiap orang diperlakukan sama
dihadapan hukum, memperoleh kesempatan yang sama dalam pelayanan
pendidikan, kesempatan kerja sesuai dengan potensi, kemampuan dan peran yang
dimilikinya.
Bijaksana adalah hal ihwal yang menggambarkan hasil olah fikir dan olah rasa
yang bersendi pada kebenaran, dan keadilan. Bagi bangsa Indonesia tolok ukur
kebijaksanaan tiada lain adalah prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Tetapi kecuali kalau betul-betul sama sekali tidak ada jalan lain untuk menjamin bahwa anak ibu itu dapat
makan, kiranya kita harus mengatakan bahwa dengan segala maksud baik itu kita tetap tidak boleh mencuri.
Mencuri melanggar hak milik pribadi dan dengan demikian keadilan. Berbuat baik dengan melanggar hak pihak
ketiga tidak dibenarkan.
Secara teoritis : Prinsip kebaikan hanya menegaskan agar kita bersikap baik terhadap
siapa saja.
Tetapi kemampuan manusia untuk bersikap baik secara hakiki terbatas, itu tidak
hanya berlaku pada benda-benda materiil yang dibutuhkan orang : uang yang telah
diberikannya kepada seseorang pengemis tidak dapat dibelanjakan bagi anak-
anaknya sendiri; melainkan juga dalam hal perhatian dan cinta kasih : kemampuan
untuk memberikan hati kita juga terbatas!
Desisionisme adalah pandangan etis yang berpendapat bahwa keputusan etis hanyalah
masalah pemilihan bebas, dan tidak memerlukan norma atau kriteria apapun.
Desisionisme tak mengenal kata “jangan” dalam hal apapun. Karena tidak mengacu kepada
norma etis atau agama tertentu, orang yang membuat keputusan berdasarkan ajaran desisionisme
tidak mengenal istilah “salah” atau “dosa”. Yang ada dan dimengerti adalah “cocok”, ”tepat”,
atau “sesuai”. berdasarkan pilihan bebas, keputusan itu bersifat subyektif.
1. Keunggulan Desisionisme
Yaitu Unsur keberanian pada waktu mengambil keputusan dan keberanian untuk menanggung
konsekuensinya. Setiap keputusan membawa resiko, keputusan yang mempertimbangkan segala
unsur dan dibuat masak-masak pun tak terhindar dari resiko, untuk menghadapi itu tak akan
terjadi tanpa adanya suatu keberanian. Namun, bagaimana pun juga, keberanian merupakan
unsur positif pada desisionisme.
2. Kelemahan Desisionisme
Disini kelemahan desisionisme bersumber dari prinsipnya sendiri. Desisionisme waktu
memutuskan hanya bersandar pada pilihan pribadi bebas, diantaranya:
1. Hasil keputusan semacam ini tak seimbang karena banyak unsur lain yang tersangkut dalam
keputusan tidak dipertimbangkan.
2. Hasil keputusan yang tidak seimbang memiliki kemungkinan besar untuk ditolak oleh orang-
orang yang bersangkutan. Keputusan yang tidak diterima sulit dilaksanakan.
3. Dalam hidup dan kegiataan manusia entah sadar atau tidak dipengaruhi oleh berbagai faktor.
4. Manusia adalah makhluk yang berkepentingan pribadi, apapun bentuknya. Keputusan yang
bersandar pada pilihan bebas mau tak mau dipengaruhi oleh kepentingan pribadi. Kecuali
tidak bebas lagi, keputusan yang dipengaruhi oleh kepentingan pribadi cenderung untuk
memihak pada kepentingan pribadi itu.
Keputusan merupakan kegiatan penting dalam hidup manusia. Mutu keputusan mempengaruhi
hidup dan pribadi manusia.
Dalam pembahasan desisionisme ini menjadi penting dan berguna sebagi contoh pengambilan
keputusan yang perlu dilengkapi pertimbangannya. Keputusan yang tidak lengkap
pertimbangnya jelas membawa akibat yang tidak hanya tidak lengkap, tetapi juga negatif.
C. INDIVIDUALISME
1. Pengertian Individualisme
Dari berbagai ajaran dan doktrin yang menekankan perorangan atau pribadi. Ajaran atau
doktrin itu disebut individualisme. Nama itu sesuai dengar arti kata asalnya.
Individualisme berasal dari kata Latin individuus, yang dalam kata sifatnya menjadi
individualis. Kata indiduus dan individualis berarti ‘perorangan’,’pribadi’,dan ’bersifat
perorangan, pribadi’.
Menurut individualisme perorangan memiliki kedudukan utama dan kepentingannya
merupakan urusan yang tertinggi. Setiap orang itu berharga. Setiap orang merupakan pribadi
yang otonom,berdiri sendiri. Setiap orang berhak menjadi diri sendiri. Untuk itu setiap orang
berhak mempergunakan kebebasan dan inisiatifnya. Untuk mencapai kepenuhan diri, setiap
orang perlu dijaga dan dilindungi kepentingannya.
Diterapkan dalam etika, individualisme berpendirian bahwa dasar kehidupan
etis adalah pribadi perorangan. Normanya adalah kepentingan pribadi
perorangan.
Tujuannya adalah menjaga dan mengembangkan pribadi perorangan dan
kepentingannya.
Cara yang ditempuh adalah memberi kebebasan sebesar-besarnya kepada
setiap orang dan menyediakan ruang yang seluas-luasnya untuk inisiatifnya
dalam perkara pribadi, sosial, ekonomi, politik, agama.
2. Kelemahan Individualisme
Yaitu konsep tentang manusia. Individualisme terlalu menekankan tinggi
kedudukan pribadi dan perorangan dengan mengabaikan unsur sosialnya
(kepentingan bersama). Karena itu, masyarakat tidak perlu dipertimbangkan dalam
perbuatan etis. Begitu juga segala pedoman, peraturan, dan hukum yang ada
padanya. Untuk keluar dari kemelut dan menemukan kembali keseimbangan
pandangan dan sikap, individualisme perlu meninjaunya dengan meneliti hakikat
kesosialan manusia.
Manusia bersifat sosial tidak hanya karena kebetulan, tetapi karena kodratnya.
Untuk hidup dan mencapai kepenuhannya, manusia memerlukan orang lain
(sesamanya). Maka dari itu terciptanya keseimbangan antara pengembangan
pribadi serta kepentingan sesamanya.
Keseimbangan antara perorangan dan kelompok, antara kepentingan pribadi
perorangan dan kepentingan bersama dalam masyarakat merupakan hal yang tak
mudah untuk dijaga.
Ketidakmampuan menjaga keseimbangan itu mengakibatkan orang terlalu
menekankan pribadi perorangan dan kepentingannya dengan mengabaikan
kelompok, atau sebaliknya. Terlalu mengutamakan kelompok dan kepentingannya
dengan mengorbankan pribadi perorangan.
D. MORALISME
1. Pengertian Moralisme
Moral berasal dari bahasa Latin mores, yang berarti ‘akhlak', ’tabiat’,
‘kelakuan’, ‘cara hidup’, ‘adat istiadat’ (yang baik). Dari kata itu terbentuk
kata “moralis”, yang artinya ‘berkaitan dengan akhlak, tabiat, kelakuan’. Dari
sini turun kata “moral”.
Kata ini dipergunakan untuk menyebut baik-buruknya manusia sebagai
manusia dalam hal sikap perilaku, tindak tanduk, dan perbuatannya.
Dipandang dari segi moral, dapat terjadi bahwa seseorang dari segi tertentu
baik, tetapi dari segi moral buruk.
Misalnya, si A sebagai tukang kayu bagus, hasil kerjanya mengikuti
mode, artisik, kuat, dan tahan lama. Akan tetapi, sebagai manusia dari
segi moral tidak sebab dia suka tidak jujur dengan keuangan. Jika
diminta membeli material, dia selalu menambahkan harga. Sebaliknya,
B dari segi manusia secara moral baik, jujur, setia, adil, penuh cinta
kasih. Akan tetapi, sebagai pekerja ia tidak baik karena lambat, untuk
menyelesaikan tugasnya, ia memakan waktu lebih lama yang diperlukan
dan hasilnya selalu saja ada kekurangannya.
Dari kata “moral” yang menjadi kata untuk menilai manusia sebagai manusia itu, kita mendapat kata
benda “moralitas”, yang berarti mutu baik-buruknya manusia sebagai manusia. Untuk mengukur mutu
manusia sebagai manusia itu dipergunakan norma atau patokan moral. Tolak ukur untuk menetapkan baik-
buruknya sikap, tindak tanduk, dan perbuatan manusia. Setelah membedakan tiga istilah: etiket, etika, dan
moral itu, kita berbicara tentang aliran atau sikap moral yang disebut moralisme. Moralisme berasal dari
kata “moral” dan imbuhan “isme”.
Moralitas merupakan bagian penting dalam hidup manusia. Dengan moralitas, mutu manusia sebagai
manusia dipertaruhkan. Moralitas rendah membuat mutu manusia rendah. Moralitas tinggi menjadikan
mutu manusia tinggi. Pengembangan dan pendidikan moralitas dapat membawa dampak bagi peningkatan
mutu kehidupan manusia. Akan tetapi, moralitas bukan merupakan keseluruhan kehidupan manusia. Para
penganut aliran ini memandang dan memikirkan hidup dan perbuatan hanya dari segi moralitas.
2. Kelemahan Moralitas
Kelemahan dari madzhab moralitas diantaranya, yaitu:
a. Terlalu cepat menawarkan norma, patokan, dan petunjuk moral sebagai pemecahan suatu
masalah sebelum diselidiki perkaranya dan dicari penyelesaiannnya sesuai dengan duduk
perkaranya.
b. Menerapkan kaidah moral secara ketat, berlebihan, dan tidak pada tempatnya pada bidang
hidup terutama dibidang seni dan politik.
Petunjuk moralitas yang terlalu cepat diberikan sebelum duduk perkaranya diselidiki banyak
terjadi dalam hidup keluarga, masyarakat, dan bernegara.
Misalnya, dua orang anak bertengkar. Sebelum mendengar dari kedua anak itu apa yang
menjadi sebab pertengkaran, orang tua sudah memberi nasihat moralistis. “kamu kan
bersaudara,”kata orang tua itu, ”kamu harus rukun. Sebagai orang tua kami malu bila
mempunyai anak yang tidak rukun.”
Moralisme pemecahan masalah lewat nasihat, petuah, pengarahan moralistis
dapat meredakan suasana dan masalah, baik secara langkah awal untuk
memecahkannya.
• Menurut Sjarkawi (2008), moral adalah suatu kepekaan dalam pikiran perasaan, dan tindakan
dibandingkan dengan tindakan lain yang tidak hanya berupa kepekaan terhadap prinsip dan aturan.
• Menurut Mini (2008), perilaku moral adalah perilaku seseorang dalam berhubungan dengan orang
lain yang mengacu pada seperangkat peraturan, kebiasaan, dan prinsip-prinsip tertentu yang
berdampak pada kesejahteraan manusia.
• Menurut Ali dan Asrori (2006), moral diartikan sebagai standar baik dan buruk yang ditentukan
bagi individu oleh nilai-nilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial.
• Menurut Nurdin (1993), akhlak atau moral adalah seperangkat nilai yang dijadikan tolok ukur
untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan, atau suatu sistem nilai yang mengatur pola sikap
dan tindakan manusia.
Menurut Daradjat (1992), perilaku moral yang baik pada seseorang
dapat dilihat dari hal-hal sebagai berikut:
ASPEK DAN perbuatan yang sesuai dengan aturan dan kaidah yang telah
2. Berbuat benar
UNSUR ditetapkan oleh masyarakat..
MORALITA
S
3. Berlaku adil menempatkan sesuatu pada tempatnya.
Disiplin meliputi tindakan yang konsisten dan peri laku yang dapat
diandalkan, menghormati norma-norma sosial, dan arti otoritas. Disiplin
1. Semangat disiplin membebaskan kita dari kebutuhan untuk merancang setiap solusi untuk
setiap situasi dari awal.
A. MODELING
Seseorang yang dihadapkan pada model yang bertingkah laku secara moral, mereka
cenderung meniru tingkah laku model tersebut. Selain itu, efektivitas meniru model
tergantung pada karakteristik model itu sendiri, misalnya kekuasaan, kehangatan,
keunikan dan lain-lain. Kehadiran proses kognitif, seperti kode simbolik dan perumpamaan
untuk meningkatkan ingatan mengenai tingkah laku moral.
B. SITUASIONAL
Moral dan tingkah laku seseorang tergantung pada situasinya, seperti faktor lingkungan
dan kesenjangan antara pemikiran moral dan tindakan moral. Seseorang cenderung tidak
menunjukkan tingkah laku yang konsisten dalam situasi sosial yang berbeda-beda.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORALITAS
C. LINGKUNGAN
Kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang, demikian pula halnya dengan
moral dimana nilai-nilai moral yang dimiliki seseorang merupakan sesuatu yang diperoleh
dari luar dirinya. Seseorang diajarkan oleh lingkungannya mengenai bagaimana ia harus
bertingkah laku yang baik dan tingkah laku yang tidak baik atau salah. Lingkungan ini
dapat berarti orang tua, saudara, teman-teman, guru dan sebagainya.
D. DIRI
Landasan motivasional bagi perilaku moral berada pada tuntutan internal untuk
perealisasian konsistensi diri secara psikologis. Self atau diri adalah pengorganisasian
mengenai informasi keterhubungan diri dimana terdapat banyak elemen yang tergabung di
dalamnya dan membentuk beberapa konsistensi psikologis.