Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ulfatul Fadillah

Nim : 21129527

Dosen Pengampu : Yesi Anita, S.Pd., M.Pd.

Mata Kuliah : Pendidikan Nilai dan Moral

Makna Nilai

Makna nilai adalah berupa norma, etika, peraturan, undang-undang, adat kebiasaan,
aturan agama dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi
seseorang. Nilai bersifat abstrak, berada dibalik fakta, memunculkan tindakan, terdapat dalam
moral seseorang, muncul sebagai ujung proses psikologis, dan berkembang kearah yang lebih
kompleks.

Mengenai makna nilai Kattsoff mengatakan, bahwa nilai mempunyai beberapa


macam makna. Sejalan dengan itu, maka makna nilai juga bermacam-macam yaitu nilai
artinya merupakan objek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang
mengambil sikap “menyetujui‟ atau mempunyai sifat nilai tertentu.

Menurut Kattsoff dalam Sumargono mengungkapkan bahwa makna nilai dapat dijawab
dengan tiga macam cara:

pertama, nilai sepenuhnya berhakikat subjektif, bergantung kepada pengalaman manusia


pemberi nilai itu sendiri. 

Kedua nilai merupakan kenyataan-kenyataan ditinjau dari segi ontology, namun tidak


terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat
diketahui melalui akal. 

Ketiga, nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan. Sedangkan


menurut Sadulloh mengemukakan tetang hakikat nilai berdasarkan teori-teori sebagai berikut:
menurut teori voluntarisme, nilai adalah suatu pemuasan terhadap keinginan atau kemauan.
Menurut kaum hedonisme, hakikat nilai adalah “pleasure” atau kesenangan, sedangkan
menurut formalisme, nilai adalah sesuatu yang dihubungkan pada akal rasional dan
menurut pragmatisme, nilai itu baik apabila memenuhi kebutuhan dan nilai instrumental yaitu
sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa makna nilai adalah sesuatu
hal sesuatu hal yang dihubungkan dengan akal rasional, logis dan bergantung pada
pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri.

Nilai merupakan kepercayaan seseorang mengenai kebenaran, keindahan, dan makna


dari tiap pemikiran, benda, atau perilaku. Nilai memberikan arahan dan arti bagi hidup serta
memandu proses pengambilan keputusan. Nilai juga menentukan perilaku dengan memandu
respons terhadap pengalaman dan pilihan dalam hidup.

Nilai adalah standar atau ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala
sesuatu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting dan
berguna bagi kemanusian. Atau sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai dengan
hahikatnya. Misalnya nilai etik, yakni nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, seperti
kejujuran, yang berkaitan dengan akhlak, benar salah yang dianut sekelompok manusia

Nilai sebagai kata benda konkret. Nilai di sini merupakan sebuah nilai atau nilai-nilai
yang sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia,
dan sistem nilai. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai
sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.

Menurut Hoda Lacey (1999:23), setidaknya ada enam pengertian nilai, yaitu:

 Sesuatu yang fundamental yang dicari orang sepanjang hidupnya.


 Suatu kualitas atau tindakan yang berharga, kebaikan, makna atau pemenuhan
karakter untuk kehidupan seseorang.
 Suatu kualitas atau tindakan yang membentuk identitas seseorang sebagai
pengevaluasian diri, penginterpretasian diri, dan pembentukan diri.
 Suatu kriteria fundamental bagi seseorang untuk memilih sesuatu yang baik
diantara berbagai kemungkinan tindakan.
 Suatu standar yang fundamental yang dipegang oleh seseorang ketika
bertingkah laku bagi dirinya dan orang lain.
 Suatu ”objek nilai”, suatu hubungan yang tepat dengan sesuatu yang sekaligus
membentuk hidup yang berharga dengan identitas kepribadian seseorang.
Objek nilai mencakup karya seni, teori ilmiah, teknologi, objek yang
disucikan, budaya, tradisi, lembaga, orang lain, dan alam itu sendiri.

A. Ciri-ciri Nilai dan Contohnya :

Nilai sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Nilai tercipta secara sosial bukan bawaan lahir. Artinya, seseorang terus menerus
mempelajari nilai seiring berjalannya waktu. Contoh: kamu menganggap pendidikan
adalah nilai kesuksesan karena orang tuamu mengajarkan hal tersebut di dalam
keluarga. Nah, berarti nilai bukan diperoleh dari lahir, melainkan ditanamkan oleh
orang tuamu.
2. Nilai memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap individu dan
masyarakat. Contoh: bagimu, gelar berpengaruh besar terhadap hidup seseorang.
Akan tetapi, orang lain belum tentu memandang hal yang sama. Bisa saja menurut
mereka, koneksi pertemanan yang lebih penting. 
3. Nilai berlangsung secara terus menerus melalui interaksi, kontak sosial, dan
akulturasi. Contoh: Sebelumnya, kamu memandang nilai kesuksesan itu berdasarkan
dari gelar pendidikan. Tapi, seiring waktu, kamu berinteraksi dengan orang baru atau
masuk ke lingkungan baru. Lama-lama, nilai itu bisa berubah.
4. Nilai melibatkan emosi dan perasaan. Artinya, dalam menjalankan nilai, kita akan
dipengaruhi oleh perasaan atau emosi. Contoh: Orang tuamu menjunjung tinggi nilai
pendidikan. Maka mereka rela menabung demi masa depan anak-anaknya.

B. Proses Terbentuknya Nilai


Nilai-nilai sosial yang terbentuk di dalam masyarakat bersumber dari beberapa proses.
Berikut ini adalah proses-proses terbentuknya nilai sosial:

1. Proses dari Tuhan


Sebagian besar manusia percaya dengan adanya Tuhan yang merupakan sumber segalanya,
termasuk nilai-nilai hidup manusia. Di dalam kitab suci berbagai agama terdapat nilai yang
menjadi pedoman manusia dalam berperilaku terhadap sesama dan lingkungannya.

Contoh; nilai kepatuhan, nilai kasih sayang, dan nilai hidup manusia lainnya yang dipercaya
bersumber dari Tuhan.

2. Proses dari Individu


Setiap manusia memiliki sisi yang baik dan sisi yang buruk di dalam dirinya. Dan perjalanan
hidup seseorang akan sangat dipengaruhi nilai-nilai yang ada di dalam dirinya.

Contoh: dalam hal bekerja, jika sisi baik seseorang lebih dominan maka kemungkinan besar
orang tersebut akan sukses dalam pekerjaannya.

3. Proses dari Masyarakat


Sebagian besar masyarakat berkeyakinan bahwa nilai bersifat mutlak dan benar. Hal ini
kemudian menjadi pedoman dalam berperilaku dalam kehidupan setiap individu di dalam
masyarakat.

Contoh: berperilaku baik dalam masyarakat, seperti; sikap sopan dan santun kepada orang
lain, menghargai pendapat orang lain, bertegur sapa, ikut bergotong-royong, dan lain
sebagainya.

C. Klasifikasi Nilai
Dalam teori nilai yang digagags Spranger dalam allport (1964) menjelaskan terdapat enam
orientasi nilai yang sering dijadkan rujukan oleh manusia dalam kehidupannya. Dalam
pemunculannya, enam nilai tersebut cenderungmenampilkan sosok yang khas terhadap
pribadi seseorang. Keenam nilai tesebut adalah  sebagai berikut (Sofyan Sauri dan Herlan
Firmansyah: 2010: 7) :

1. nilai teori

2. Nilai Ekonomis.

3. Nilai Estetika.
4. Nilai Sosial.

5. Nilai Politik

6. Nilai Agama

Spranger melihat bahwa pada sisi nilai inilah kesatuan filsafat hidup dapat dicapai. Diantara
kelompok manusia yang memiliki orientasi kuat terhadap nilai ini adalah para nabi, imam,
atau orang-orang saleh.

Dari beberapa klasifikasi  nilai diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemaknaan terhadap
nilai itu sendiri tergantung pada perspektif masing-masing orang yang membuatnya dan
menjalaninya. Tetapi diantara keenam klasifikasi nilai diatas, nilai yang paling tertinggi
adalah nilai agama.
DAFTAR PUSTAKA

Sofyan Sauri dan herlan Firmansyah, 2010, Pendidikan Nilai.

Mulyana Rohmat, (2004), Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta.

Dwi Laning, Vina. 2009. Sosiologi Kelas 10. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Rahmawati, M., & Harmanto, H. (2020). Pembentukan nilai karakter toleransi dalam
pembelajaran pendidikan pancasila dan kewapembentukan nilai karakter toleransi dalam
pembelajaran pendidikan pancasila dan kewarganegaraan bagi siswa tunagrahita. Journal of
Civics and Moral Studies, 5(1), 59-72.

Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, editor Dudung Rahmat Hidayat.

Waluya, Bagja. 2009. Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta: Departemen


Pendidikan Nasional.

Irwan, I., Akbar, A., Kamarudin, K., Mansur, M., Manan, M., & Ferdin, F. (2021).
Penyuluhan Makna Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Perwujudan Integrasi Bangsa. Jurnal
Abdidas, 2(3), 512-520.

Anda mungkin juga menyukai