DOSEN PENGAMPU :
YESI ANITA, S.Pd,. M.Pd
OLEH :
b) Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari
benda- benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan.
d) Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup
berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun
inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok sosial yang
sering disebut masyarakat.
1. Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat-
bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi
sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya,
kedudukan manusia secara pribadi antara lain sesuai dengan sifatsifat aslinya,
kemampuannya, dan
bakat-bakat alami yang melekat padanya.
2. Harkat manusia
Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3. Martabat manusia
Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah
kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding
makhluk
yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebih
terhormat dibandingikan dengan makhluk lainnya.
4. HAM
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai
anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak
kebebasan
atau kemerdekaan.
5. Kewajiban manusia
Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia.
Kewajiban manusia adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekw
ensi manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai hakhak asasi. Ditinjau
dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada diskriminasi
dalam
melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.
Komitmen bersama menunjukkan bahwa bangsa kita merupakan masyarakat
yang religius, hal ini terdapat pada UUD 1945 alinea kedua “ …atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya” . Selain itu sila pertama pancasila yang tercantum pada alinea
keempat pembukaan UUD
1945 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
mengakui sebagai insan Tuhan yang menjamin kebebasan warga negara untuk
melaksanakan kewajiban sesuai kewajiban dan kepercayaan karena masyarakat bangsa
kita terdiri dari unsur-unsur masyarakat yang memeluk agama. Penjelasan pengkuan ini
dijelaskan pada
UUD 1945 pasal 29 :
1). Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa.
2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Bahasan tentang individu sebagai insan Tuhan yang Maha Esa,
implikasinya adalah menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Setiap agama
menuntut umatnya untuk melakukan ibadat ritual dan berbuat kebajikan antar manusia
dengan melaksanakan perintah dan menghindari larangan agamanya dalam
kehidupan didunia ini. Dalam konteks Indonesia sebagai bangsa yang terdiri dari
penganut agama yang beragam maka individu yang mengakui sebagai insan Tuhan
Yang Maha Esa, sebagai umat yang beragama dan warga negara perlu memiliki
esensi nilai dan moral dan terkandung dalam kehidupan antar umat beragama yaitu
takwa, toleran, rukun, kerjasama, dan saling
menghormati.
3) Kebebasan beragama merupakan hak asasi yang paling mendasar dan karena agama
itu sendiri bersifat universal (Hamidi, 2001)
2. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga yang
tidak bersendikan Tuhan Yang Maha Esa.
Kehidupan beragama di Indonesia diatur secara lebih rinci oleh Departemen Agama.
Lembaga ini pada mulanya hanya mengurus agama Islam saja. Kemudian, sesuai dengan
perkembangan zaman serta tuntutan dari penganut agama lain, bahwa agama islam,
protestan, katolik, hindu dan budha memiliki kedudukan yang sama, yaitu setingkat
Direktoran Jenderal (Dirjen).
Setelah mengalami perubahan, Departemen Agama sekarang mempunyai lima Dirjen:
1. Dirjen bimbingan masyarakat Islam dan urusan haji
2. Dirjen kelembagaan Islam
3. Dirjen bimbingan masyarakat Kristen Protestan
4. Dirjen bimbingan masyarakat Katolik
5. Dirjen bumbingan masyarakat Hindu Budha
Pembangunan kehidupan beragama di Indonesia bertujuan agar kehidupan beragama
itu selalu menuju ke arah yang positif dan menghindari serta mengurangi akses-akses
negatif yang akan muncul dan merusak kesatuan dan ketentraman masyarakat.
Kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan kehidupan beragama, terutama difokuskan
pada penyiaran agama dan hubungan antar umat beragama, karena disinyalir bahwa
penyiaran agama sering
memicu ketegangan hubungan antar umat beragama.
Dari penjelasan singkat diatas dapat disimpulkan bahwa keterlibatan Negara
pada kehidupan beragama cukup besar. Negara menjamin kebebasan memeluk agama di
dalam
konstitusi tetapi membatasi kepercayaan masyarakat pada uu penodaan agama. Di dalam uu
ini terdapat unsur yang memiliki muatan bahwa seseorang dilarang melakuk an
kegiatan peribadatan yang menyimpang dari agama yang bersangkutan. Disini terlihat
bahwa ada pembatasan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat karena masyarakat
dibatasi harus
melakukan peribadatan sesuai dengan agama yang ditentukan.
Misalnya pada agama X mengharuskan melakukan proses ibadah berupa Y,
tetapi orang tersebut melakukan peribadatan berupa Z maka Negara turut ikut campur dan
bahkan memvonis bersalah pada orang tersebut,bagaimana jika pross Z tersebut
memang yang dipercayai oleh orang ter sebut, bukankah ini bertentangan dengan
konstitusi yang membebaskan masyarakat untuk menganut agama dan kepercayaannya
masing-masing. Disinilah letak dualisme dan pertentangan pengaturan terhadap
kehidupan beragama bagi masyarakat Indonesia, dimana salah satu peraturan membebaskan
dan satu yang lain melarang
kepercayaan masyarakat
REFERENSI
Herdiwanto Heri, dkk. 2010. Cerdas, Kritis Dan Aktif Berwarganegara. Jakarta:
Penerbit
Erlangga.