Anda di halaman 1dari 19

RESUMEKONSEP DASAR PKN SD

“ HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAHLUK TUHAN YANG MAHA ESA ”

DOSEN PENGAMPU :
YESI ANITA, S.Pd,. M.Pd

OLEH :

RHAUDAHTUL JANNAH (21129468)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
Pengertian Individu
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak terbagi”
. Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan dan jiwa
yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia. Individu juga berasal
dari kata in-dividere artinya tidak dapat dibagi-bagikan (Gerungan, 1981) atau sebagai
sebutan manusia yang berdiri sendiri, manusia perorangan (Lysen, 1981). Namun
individu yang dimaksud adalah insan manusia. Aristoteles berpendapat bahwa manusia
merupakan penjumlahan dari
pada beberapa kamampuan tertentu yang masing-masing bekerja tersendiri.
Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat. Dalam ilmu sosial, individu
berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi
menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan
anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat
dibagi lagi ke
dalam satuan yang lebih kecil.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan
bukan sebagai manusia keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa individu adalah
manusia yang memiliki peranan khas atau spesifik dalam kepribadiannya. Dan terdapat
tiga aspek dalam individu yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan
aspek sosial. Dimana aspek-aspek tersebut saling berhubungan. Apabila salah satu rusak
maka akan merusak aspek lainnya. Apabila pola tingkah lakunya hampir identik dengan
tingkah laku massa ya ng
bersangkutan.
Proses yang meningkatakan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada
dirinya sendiri, disebut proses individualisasi atau aktualisasi diri. Dalam proses ini maka
individu terbebani berbagai peranan yang berasal dari kondisi keber samaan hidup, yang
akhirnya muncul suatu kelompok yang akan menentukan kemantapan satu masayarakat.
Individu dalam tingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan: pertama
menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya. Kedua takluk
terhadap kolektif, dan ketiga mempengaruhi masyarakat. (Hartomo, 2004: 64).
Dengan demikian manusia merupakan mahluk individual tidak hanya dalam arti
keseluruhan jiwa-raga, tetapi merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya
dan kecakapannya. Pengertian Individu Menurut
Para Ahli
1. Menurut Dr. A. Lysen
Mengartikan individu sebagai “orang-orang”, sesuatu yang merupakan suatu
keutuhan
yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, kesatuan yang terbatas.
2. Menurut M. J Langeveld (seorang pakar pendidikan yang tersohor di Negeri
Belanda)
Bahwa setiap anak manusia, manusia dilahirkan telah dikaruniai potensi untuk
menjadi berbeda dari yang lain, atau menjadi (seperti) dirinya sendiri. Tidak ada diri
individu yang identik dimuka bumi, bahwa dua anak kembar yang berasal dari satu
telurpun yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua, serupa dan sulit dibedakan satu
dari yang lain, hanya
serupa tapi tidak sama, apalagi identik.

3. Menurut Marthen Luter


Individu berasal dari kata individum (Latin), yaitu satuan kecil yang tidak dapat
dibagi lagi. Individu menurut konsep Sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri.
Individu sebagai mahkluk ciptaan tuhan di dalam dirinya selalu dilengkapi oleh
kelengkapan hidup
yang meliputi raga, rasa, rasio, dan rukun.
a) Raga, merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat membedakan
antara individu yang satu dengan yang lain, sekalipun dengan hakikat yang sama.

b) Rasa, merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari
benda- benda isi alam semesta atau perasaan yang menyangkut dengan keindahan.

c) Rasio atau akal pikiran, merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan


diri, mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri tiap manusia dan
merupakan alat untuk mencerna apa yang diterima o leh panca indera.

d) Rukun atau pergaulan hidup, merupakan bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup
berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi. Rukun
inilah yang dapat membantu manusia untuk membentuk suatu kelompok sosial yang
sering disebut masyarakat.

4. Menurut Sujatmiko Eko


Pengertian individu adalah orang seorang; pribadi orang (terpisah dari orang
lain). Organisme yang hidupnya berdiri sendiri, secara fisiologi bersifat bebas (tidak
mempunyai
hubungan organik dengan sesamanya).
2.2 Pengertian Individu sebagai Warga Negara Indonesia dan ebagai Makhluk Tuhan
Yang Maha Esa
1. Pengertian Individu sebagai Warga Negara Indonesia
Dalam membahas individu sebagai warga negara akan sangat berkaitan
dengan hak dan kewajiban warga negara, antarwarga negara dan antarwarga negara
dengan negaranya. Individu sebagai warga negara, diharapkan dapat memiliki 5
atribut seperti
dikatakan oleh Cogan (1998) yaitu:
a) A Sense of Identity
Warga negara harus memiliki identitas atau jati diri sesuai dengan ideologi
negaranya, seperti warga negara Indonesia memiliki identitas sebagai insan Tuhan,
insan yang peduli terhadap orang lain, dan lingkungannya dan loyal terhadap
bangsa dan
negaranya.
b) The Enjoyment of Certain Rights
Warga negara yang memiliki hak-hak tertentu artinya warga negara
mengatahui
haknya dan pemerintah menjamin hak-hak warga negaranya.
c) The Fulfillment of Cerresponding Obligations
Warga negara yang memiliki kewajiban-kewajiban yang menjadi keharusan
sehingga selalu menjaga keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan
kepentingan publik
serta memiliki sikap tanggung jawab.
d) A Degree of Interest and Involement in Public Affairs
Yaitu warga negara yang memiliki sikap tanggung jawab untuk berpartisipasi
demi kepentingan umum sehingga merasa terpanggil untuk ikut serta dalam
kegiatan-
kegiatan yang bersifat umum.
e) An Acceptance of Basic Sicietal Values
Warga negara yang memiliki sikap menerima nilai-nilai dasar
kemasyarakatan sehingga mampu menjalin dan membina kerja sama, kejujuran,
dankedamaian serta
rasa cinta dan kebersamaan.

Jadi warga negara yang diharapkan adalah memiliki atribut berikut :


a. Harus memiliki identitas
b. Memiliki hak-hak tertentu
c. Memiliki kewajiban-kewajiban
d. Memiliki sikap tanggung jawab
e. Memiliki sikap menerima nilai-nilai dasar kemasyarakatan.
Dalam konteks Indonesia warga negara perlu memiliki pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), kecakapan warga negara (civic skills) dan
watak
kewarganegaraan (civic dispositions).
Dalam menghadapi kehidupan abad 21, warga negara perlu
memiliki karakteristik, keterampilan dan kompetensi tertentu agar dapat
mengahadapi dan mengatasi kecenderungan yang tidak diinginkan serta dapat
menumbuh kembangkan kecenderungan-kecenderungan yang diinginkan. Cogan
(1998) mengidentifikasi 8
karakteristik yang perlu dimiliki warga negara yaitu sebagai berikut:
1. Mendekati masalah atau tantangan sebagai anggota masyarakat global.
2. Memiliki kehendak dan kemampuan untuk bekerjasama dengan orang lain
dan memikul tanggung jawab atas peran dan kewajibannya dalam masyarakat.
3. Mampu memahami, menerima dan toleran terhadap perbedaan budaya.
4. Mampu berpikir kritis dan sistimatis.
5. Mampu untuk menyelesaikan konflik tanpa kekerasan.
6. Peka terhadap hak asasi manusia.
7. Mampu untuk merubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtif guna
melindungi lingkungan.
8. Berpatisipasi dalam politik pada tingkat lokal, nasional dan internasional.

2. Pengertian Individu sebagai makhluk tuhan yang Maha Esa


Individu berasal dari kata in-dividere artinya tidak dapat dibagi-bagikan
(Gerungan,1981). Namun individu yang dimaksud adalah manusia. Aristoteles
berpendapat bahwa manusia merupakan perjumlahan dari pada beberapa kemampuan
tertentu yang masingmasing bekerja tersendiri. Dalam pembahasan Individu
sebagai Insan Tuhan YME, difokuskan kepada bagaimana seorang individu warga
negara RI yang
memiliki keyakinan sesuai dengan agama yang dianutnya.
Pada dasarnya setiap ajaran agama menuntut umatnya untuk
melakukan pengabdian dalam bentuk ibadah ritual vertikal dan berperilaku baik yang
diaplikasikan dalam kehidupan secara horizontal. Dari pembahasan Individu sebagai
Insan Tuhan YME dalam kaitannya sebagai warga negara dituntut untuk membangun
kerukunan hidup antar umat beragama yang ditopang oleh ibadah ritual sesuai
keyakinan, sikap toleran dan saling menghormati. Individu sebagai insan Tuhan Yang
Maha Esa, difokuskan kepada
individu sebagai warga negara yang menganut agama.
Setiap ajaran agama menuntut untuk berperilaku baik yang diaplikasikan
dalam kehidupan secara horizontal, disamping mengabdi dalam bentuk ibadat ritual
vertikal sesuai dengan keyakinannya. Masing-masing agama memiliki kewajiban
ibadat yang ritual yang bersifat vertikal yaitu untuk mengabdi kepada Tuhan
sebagai pencipta misalnya umat islam melaksanakan ibadat ritualnya di Masjid, umat
katolik dan protestan beribadat di Gereja, umat Hindu beribadat di Kelenteng dan
umat Budha beribadat di Pura. Ketika umat Hindu melaksanakan kewajiban ibadatnya
di Kelenteng, tentu umat beragama yang lainnya harus bersikap toleran dan
menghormatinya. Jika sikap ini dimiliki oleh setiap umat beragama, tentu kehidupan
rukun antar umat beragama akan
terjalin.
Individu sebagai Insan Tuhan YME dalam kaitannya sebagai warga negara dituntut
untuk membangun kerukunan hidup antar umat beragama yang ditopang oleh
ibadah ritual
sesuai keyakinan, sikap toleran dan saling menghormati
Di Indonesia ada berbagai macam agama yang tersebar dan memiliki ajaran yang
sesuai dengan kepercayaan masing-masing agama, diantaranya adalah sebagai berikut:
1). Agama Islam mengajar bahwa belum sempurna iman seseorang, kalau kasih sayang
kepada orang belum sama dengan kasih sayang kepada dirinya. Bahkan agama
Islam mengajarkan salah satu ciri orang yang beriman adalah orang itu
mencintai
negaranya.
2). Agama Kristen Katholik mengajarkan bahwa tujuan Tuhan menciptakan
manusia untuk kebahagiaan manusia, dosa menhancurkan kebahagiaan manusia,
dan Yesus
Kristus pembebas manusia dari dosa.
3). Dalam agama Hindu dikenal dengan ajaran yang tersirat dalam Sloka
Moksartham jagat hitaca iti dharma artinya tujuan agama (dharma) ialah tercapainya
kesejahteraan dunia (jagat hita) dan kebahagiaan spritual (moksa). Selanjutnya
dirinci menjadi empat yaitu yang disebut Catur Purusa Artha yaitu empat tujuan
hidup manusia yaitu
Dharma, Artha, Kama dan Moksa.
4). Dalam agama Budha dikenal dengan ajaran Catur Paramita yaitu empat sifat luhur
di dalam hati nurani manusia yaitu, Metta atau Maitri, Karuna, Mudita, dan
Upekha. Kelangsungan kegiatan keagamaan dijamin oleh perundang-undangan
seperti pada Pembukaan dan batang tubuh UUD 1945, dan Kitab Undang-undang
Hukum Pidana
serta pada perundangundangan yang lainnya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia
didudukkan
sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.

1. Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat-
bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi
sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya,
kedudukan manusia secara pribadi antara lain sesuai dengan sifatsifat aslinya,
kemampuannya, dan
bakat-bakat alami yang melekat padanya.
2. Harkat manusia
Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

3. Martabat manusia
Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah
kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding
makhluk
yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebih
terhormat dibandingikan dengan makhluk lainnya.
4. HAM
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia sebagai
anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak
kebebasan
atau kemerdekaan.
5. Kewajiban manusia
Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia.
Kewajiban manusia adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekw
ensi manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai hakhak asasi. Ditinjau
dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada diskriminasi
dalam
melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.
Komitmen bersama menunjukkan bahwa bangsa kita merupakan masyarakat
yang religius, hal ini terdapat pada UUD 1945 alinea kedua “ …atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan yang luhur supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya” . Selain itu sila pertama pancasila yang tercantum pada alinea
keempat pembukaan UUD
1945 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
mengakui sebagai insan Tuhan yang menjamin kebebasan warga negara untuk
melaksanakan kewajiban sesuai kewajiban dan kepercayaan karena masyarakat bangsa
kita terdiri dari unsur-unsur masyarakat yang memeluk agama. Penjelasan pengkuan ini
dijelaskan pada
UUD 1945 pasal 29 :
1). Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa.
2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Bahasan tentang individu sebagai insan Tuhan yang Maha Esa,
implikasinya adalah menganut agama sesuai dengan keyakinannya. Setiap agama
menuntut umatnya untuk melakukan ibadat ritual dan berbuat kebajikan antar manusia
dengan melaksanakan perintah dan menghindari larangan agamanya dalam
kehidupan didunia ini. Dalam konteks Indonesia sebagai bangsa yang terdiri dari
penganut agama yang beragam maka individu yang mengakui sebagai insan Tuhan
Yang Maha Esa, sebagai umat yang beragama dan warga negara perlu memiliki
esensi nilai dan moral dan terkandung dalam kehidupan antar umat beragama yaitu
takwa, toleran, rukun, kerjasama, dan saling
menghormati.

2.3 Dasar Hukum Warga Negara Indonesia sebagai Makhluk Tuhan


Komitmen bersama menunjukkan bahwa bangsa kita merupakan masyarakat yang
religius, hal ini terdapat pada pembukaan UUD 1945 alinea kedua “atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa..” . Selain itu sila pertama pancasila yang tercantum pada alinea
keempat pembukaan UUD 1945 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini
menunjukkan bahwa bangsa indonesia merupakan bangsa yang mengakui sebag ai insan
Tuhan yang menjamin
kebebasan warga negara untuk melaksanakan kewajiban sesuai agama dan kepercayaannya.
Kehidupan beragama di Indonesia secara yuridis mempunyai landasan yang kuat
dalam hukum ketatanegaraan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Dasar 1945,
pasal 29 ayat 1 yang menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing- masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Negara
berd asarkan Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung prinsip bahwa bangsa Indonesia
adalah bangsa yang beragama atau bukan negara teokrasi dan bukan pula suatu negara
sekularistik. Sedangkan
ayat dua mengandung pengertian :
1) Negara menjamin kemerdekaan, tekandung arti bahwa menjadi kewajiban
pemerintah untuk memberi kesempatan dan mendorong tumbuhnya kehidupan agama
yang sehat

2) Negara tidak punya kompentensi untuk memaksa agam sebagaimana agama


sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk memeluknya

3) Kebebasan beragama merupakan hak asasi yang paling mendasar dan karena agama
itu sendiri bersifat universal (Hamidi, 2001)

Berdasarkan kepada pasal 29 UUD 1945 beserta tafsirnya tersebut, pemerintah


merasa berkewajiban untuk mengatur kehidupan beragama di Indonesia dengan
membentuk Departemen Agama. Campur tangan pemerintah dalam urusan agama ini
mendapat tanggapan dari sejumlah tokoh diantaranya adalah Hatta dan Daliar Noor. Menurut
Hatta masalah agama dan negara harus dipisahkan. Sedangkan menurut Daliar Noor
berpendapat bahwa intervensi
negara/pemerintah dalam masalah agama sebatas lingkup administrasi (Hamidi, 2001).
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Jazim Hamidi dan M. Husnu Abadi (2001)
yang menyatakan intervensi negara atau pemerintah terhadap agama terbatas pada
masalah administrasi belaka meliputi: fasilitas, sarana dan prasarana. Jadi bukan pada materi
agamanya atau dengan kata lain negara tidak mencampiri dan tidak ingin mencampuri
urusan syari’ah
dan ibadah agama-agama di Indonesia.

2.4 Peraturan Kehidupan Beragama di Indonesia


Aspek kehidupan masyarakat diatur oleh sebuah peraturan yang diterapkan oleh
petinggi dari masyarakat tersebut baik oleh negara tempat masyarakat tersebut berada
maupun oleh petinggi adatnya. Aspek-aspek yang diatur oleh negara misalnya adalah aspek
kehidupan ekonomi sosial dan kebudayaan,misalnya di Indonesia mengatur demikian.
Adapun hal lain yang diatur oleh Negara kita yaitu mengenai kehidupan beragama. Dalam
hal ini diatur di
dalam konstitusi kita yaitu UUD 1945 pasal 29 yang berbunyi:
1). Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa
2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.
Selain diatur di dalam konstitusi yang tertuang pada pasal 29 tersebut, pemerintah
juga mengukuhkan pengaturan mengenai pengaturan tentang kehidupan beragama pada
UU 1/PNPS/1965 penodaan agama. Pada undang – undang tersebut hanya menjelaskan
bahwa setiap keagamaan yang menyimpang akan ditindak dan digo longkan pada kasus
pidana. Pada pasal 1, “Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan,
menganjurkan,
atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang suatu agama yang
dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai
kegiatan- kegiatan agama itu. “melakukan penafsiran tersebut pada pasal diatas
mengandung makna
yang ganda dan rancu.
Penafsiran suatu agama yang dianut oleh seseorang memang dapat berbedabeda dan
pasal 29 UUD 45 memberikan kebebasan kepada rakyat untuk menganut kepercayaan yang
sesuai
dengan keyakinannya.
Pengaturan kehidupan beragam ada di Indonesia secara hukum diperkuat oleh
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) sebagaimana tercantum pada pasal 156a,
yaitu : Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan
sengaja
dimuka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan:
1. Yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap
suatu agama yang dianut di Indonesia.

2. Dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga yang
tidak bersendikan Tuhan Yang Maha Esa.

Kehidupan beragama di Indonesia diatur secara lebih rinci oleh Departemen Agama.
Lembaga ini pada mulanya hanya mengurus agama Islam saja. Kemudian, sesuai dengan
perkembangan zaman serta tuntutan dari penganut agama lain, bahwa agama islam,
protestan, katolik, hindu dan budha memiliki kedudukan yang sama, yaitu setingkat
Direktoran Jenderal (Dirjen).
Setelah mengalami perubahan, Departemen Agama sekarang mempunyai lima Dirjen:
1. Dirjen bimbingan masyarakat Islam dan urusan haji
2. Dirjen kelembagaan Islam
3. Dirjen bimbingan masyarakat Kristen Protestan
4. Dirjen bimbingan masyarakat Katolik
5. Dirjen bumbingan masyarakat Hindu Budha
Pembangunan kehidupan beragama di Indonesia bertujuan agar kehidupan beragama
itu selalu menuju ke arah yang positif dan menghindari serta mengurangi akses-akses
negatif yang akan muncul dan merusak kesatuan dan ketentraman masyarakat.
Kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan kehidupan beragama, terutama difokuskan
pada penyiaran agama dan hubungan antar umat beragama, karena disinyalir bahwa
penyiaran agama sering
memicu ketegangan hubungan antar umat beragama.
Dari penjelasan singkat diatas dapat disimpulkan bahwa keterlibatan Negara
pada kehidupan beragama cukup besar. Negara menjamin kebebasan memeluk agama di
dalam
konstitusi tetapi membatasi kepercayaan masyarakat pada uu penodaan agama. Di dalam uu
ini terdapat unsur yang memiliki muatan bahwa seseorang dilarang melakuk an
kegiatan peribadatan yang menyimpang dari agama yang bersangkutan. Disini terlihat
bahwa ada pembatasan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat karena masyarakat
dibatasi harus
melakukan peribadatan sesuai dengan agama yang ditentukan.
Misalnya pada agama X mengharuskan melakukan proses ibadah berupa Y,
tetapi orang tersebut melakukan peribadatan berupa Z maka Negara turut ikut campur dan
bahkan memvonis bersalah pada orang tersebut,bagaimana jika pross Z tersebut
memang yang dipercayai oleh orang ter sebut, bukankah ini bertentangan dengan
konstitusi yang membebaskan masyarakat untuk menganut agama dan kepercayaannya
masing-masing. Disinilah letak dualisme dan pertentangan pengaturan terhadap
kehidupan beragama bagi masyarakat Indonesia, dimana salah satu peraturan membebaskan
dan satu yang lain melarang
kepercayaan masyarakat
REFERENSI

Winaputra Udin S dkk. 2010. Materi Dan Pembelajaran PKn SD I.


Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.

Kaelan, M.S. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: Paradigma.

Juliardi, Budi.2014. Pendidikan Kewarganegaraan. Depok: Raja GrafindoPersada.

Herdiwanto Heri, dkk. 2010. Cerdas, Kritis Dan Aktif Berwarganegara. Jakarta:
Penerbit
Erlangga.

Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan


Paradigma Terbaru Untuk Mahasiswa. Bandung: Alvabeta cv.

Winarno. 2008. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai