Anda di halaman 1dari 15

A.

Hakekat Manusia

Hakikat manusia adalah pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan


pada persoalan yang meminta pemecahan dan penyelesaian. Dalam rangka survive
manusia mampu memenuhi apa yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia
melakukan berbagai cara. Dimana memiliki peran ataupun fungsi yang harus dijalankan
oleh setiap manusia. Sesungguhnya hakikat manusia adalah mahluk yang bertanggung
jawab atas tindakannya dan manusia diberi naluri.

Hakekat manusia adalah sebagai berikut :

1. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
2. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku
intelektual dan sosial.
3. Yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak
pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
5. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk
mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih
baik untuk ditempati
6. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan
ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
7. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan
baik dan jahat.
8. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial,
bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa
hidup di dalam lingkungan sosial.

Manusia sebagai Makhluk Individu

Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata
individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang
tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan
masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia. Dalam pandangan psikologi sosial,
manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi
mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang
tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas didalam lingkungan sosialnya, melainkan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan
massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang
ditampilkannya hampir identik dengan tingkah laku masa.Manusia sebagai makhluk individu
diartikan sebagai person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi. Manusia sebagai diri
pribadi merupakan makhluk yang diciptakan secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Disebutkan dalam Kitab Suci Al Quran bahwa Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya “. Jika kita amati secara seksama benda-benda atau makhluk
ciptaan Tuhan yang ada di sekitar kita, mereka memiliki unsur yang melekat padanya, yaitu
unsur benda, hidup, naluri, dan akal budi.

Manusia menyadari keberadaan dirinya sendiri. Kesadaran manusian akan


dirinya sendiri merupakan perwujudan individualitas manusia. Manusia sebagai individu
atau pribadi merupakan kenyataan yang paling riil dalam kesadaran manusia. Sebagai
individu, manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi, memiliki perbedaan
dengan manusia lainnya sehingga bersifat unik, dan merupakan subjek yang otonom.
Setiap manusia mempunya dunianya sendiri, tujuan hidupnya sendiri. Masing-
masing secara sadar berupaya menunjukkan eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri
atau bebas bercita – cita untuk menjadi seseorang tertentudan masing – masing mampu
menyatakan “inilah aku” ditengah segala yang ada. Setiap manusia mampu mengambil
distansi, menempati posisi, berhadapan, menghadapi, memasuki, memikirkan, bebas
mengambil sikap, dan bebas mengambil tindakan atas tanggung jawabnya sendiri atau
otonom. Karena itu, manusia adalah subjek dan tidak sebagai objek.

Hakikat Manusia sebagai Makhluk Sosial


Manusia disebut makhluk sosial karena setiap manusia mutlak tergantung pada
manusia lainnya. Tidak ada satupun manusia dibumi ini yang tidak tergantung pada
manusia lain. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki beberapa fungsi dan tugas.
Seorang manusia tidak hanya memiliki peranan khas, melainkan juga mempunyai
kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya, baik di dalam lingkungan sosial
maupun dalam lingkungan keluarga. Untuk mengembangkan konsep hakikat manusia
sebagai makhluk social orangtua dan guru memiliki tugas atau peran yang penting.
Peran orangtua adalah memberi contoh yang baik pada anak tentang bagaimana
berinteraksi dengan orang lain, bagaimana berbicara yang sopan kepada orang yang
lebih tua dan lain sebagainya, serta menjalin interaksi yang baik dengan anggota
keluarga sehingga dapat menjadi teladan bagi anak. Sedangkan peran guru di sekolah
adalah menciptakan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa social siswa melalui
kegiatan yang dengan suasana demokratis, menurut Sulthoni (2016:106) “Suasana
demokratis yaitu menghargai hak-hak orang lain dalam menyampaikan pendapat,
saran, berekspresi, berkreasi.” misalnya di dalam kelas guru dapat menerapkan model
pembelajaran kooperatif. Dengan merapkan model pembelajaran tersebut, tidak hanya
kemampuan intelektualnya saja yang berkembang, namun juga kemampuan sosialnya.
Dimana dalam kegiatan diskusi siswa dapat belajar untuk mengutarakan pendapat di
depan teman, serta belajar menerima perbedaan pendapat dalam diskusi.

Manusia Sebagai Makhluk Etika


Hal yang terpenting untuk membangun pemahaman suatu ilmu secara utuh bisa
dilakukan dengan mencari asal-usul, alasan,dan segala hal terkait dengan
perkembangan ilmu tersebut.Begitu juga dengan istilah-istilah yang muncul berkaitan
dengan definisi suatu cabang keilmuan tertentu yang harus ada kesimpulan yang
membawa alasan mengapa istilah itu dimunculkan.Dengan mengetahui perkembangan
istilah tersebut setiap orang mampu memahami hal yang dimaksudkan istilah tersebut
secara menyeluruh,bukan hanya mengartikannya secara sembarang atau berpendapat
menggunakan istilah tersebut semaunya sendiri.Meskipun istilah tersebut mengalami
perubahan makna harus diterangkan bagaimana proses perubahan istilah tersebut
terjadi dikaitkan dengan berbagai aspek,salah satunya aspek penggunaannya.
Etika berasal dr kata Yunani,yaitu Ethos,secara etimologis etika adalah ajaran
tentang baik buruk. Etika sama artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin) yang
berbicara tentang peredikat nilai susila,atau tidak susila,baik dan buruk.
Bertens menyebutkan ada tiga jenis makna etika yaitu :
1. Etika dalam nilai-nilai atau norma untuk pegangan seseorang atau kelompok
orang dalammengatur tingkah laku.
2. Etika dalam kumpulan asas atau moral (dalam arti lain kode etik)
3. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk artinya daalam filsafat
moral.

Etika (kesusilaaan) lahir karena kesadaraan akan adannya naluri-solidaritas sejenis


pada makhluk hidup untuk melestarikan kehidupannya,kemudian pada manusia etika ini
menjadi kesadaran sosial ,memberi rasa tanggungjawab dan bila terpenuhi akan
menjelma menjadi rasa bahagia.(A.A Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-4).
Pada manusia yang bermasyarakat etika ini berfungsi untuk mempertahankan
kehidupan kelompok dan individu.Pada awalnya Etika dikenal pada sekelompok manusia
yang sudah memiliki peradaban lebih tinggi.Terdapat proses indrawi yang diperoleh
secara visual dan akustik(instrumental) .
Keduanya (proses indrawivisual dan akustik) mengambil peran tambahan
melakukan fungsi-fungsi yang jauh lebih tinggi,bukan hanya melakukan fungsi vital ,
tetapi telah melibatkan proses-proses yang terjadi dalam budi dan intelektualitas dan
lebih bertujuan untuk memberi pengetahuan dan kebahagiaan jasmani dan ruhani. .(A.A
Djelantik,Estetika Sebuah Pengantar.hal-3).
Etika pada pada perkembangannya terbagi atas usaha untuk melakukan
perbuatan baik dan usaha untuk keindahan sehingga menimbulkan rasa senang
terhadap suatu kebaikan.Sedangkan Estetika sendiri merupakan pemisahan
dari pengertian Etika yang mengkhususkan pada usaha untuk keindahan saja.

Manusia sebagai Makhluk yang Beragama

Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi


manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran
suatu agama yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia
manapun, baik dalam rentan waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rintang
geografis dimana manusia berada. Keberagamaan menyiratkan adanya pengakuan dan
pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama.
Dilain pihak, Tuhanpun telah menurunkan wahyu melalui utusan-utusanNya, dan telah
menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan manusia agar manusia
beriman dan bertaqwa kepadaNya. Manusia hidup beragama karena agama
menyangkut masalah-masalah yanag bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagamaan
akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu. Hal ini
baik berkenaan dengan sistem keyakinannya, sistem peribadatan maupun berkenaan
dengan pelaksanaan tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya,
hubungan manusia dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam.
Pengertian Pendidikan Menurut Pakar Luar Negeri dan Dalam Negeri

1. John Dewey.

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara


intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia

2. M.J. Longeveled

Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anaka agar
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

3. Thompson

Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan


perubahan-perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.

4. Frederick J. Mc Donald

Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat
(behavior) manusia.

5. H. Horne

Pendidikan adalah proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang berkembang


secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan.

6. J.J. Russeau

Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat anak-anak, akan tetapi
dibutuhkan pada saat dewasa.

7. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani
anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
8. Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan


jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

9. Insan Kamil

Pendidikan adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi
yang ada dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya.

10. Ivan Illc

Pendidikan adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup.

11. Edgar Dalle

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar
dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk
masa yang akan datang.

12. Hartoto

Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis, dan terus-menerus dalam upaya
memanusiakan manusia.

13. Ngalim Purwanto

Pendidikan adalah segala urusan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.

14. Driakara

Pendidikan adalah memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia.

15. W.P. Napitulu

Pendidikan adalah kegiatan yang secara sadar, teratur, dan terencana dalam tujuan
mengubah tingkah laku ke arah yang diinginkan.
Pengertian Pendidikan Menurut Undang-Undang dan GBHN

16. UU No. 2 tahun 1989

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan pelatihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
17. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat,
bangsa, dan negara.

18. GBHN

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di


dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Dari beberapa pengertian pendidikan di atas, pada dasarnya pengertian pendidikan
yang dikemukakan memiliki kesamaan yaitu usaha sadar, terencana, sistematis,
berlangsung terus-menerus, dan menuju kedewasaan.

B. Hakikat Ilmu Pendidikan

Ilmu Pendidikan adalah suatu kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dengan memiliki metode-metode tertentu yang ilmiah untuk menyelidiki,
merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan bantuan atau didikan yang diberikan oleh
orang “dewasa” kepada orang yang “belum dewasa” untuk mencapai kedewasaannya
dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna bagi dirinya,
masyarakat dan Pencipta-Nya.

Ilmu Pendidikan sebagai Ilmu yang Bersifat Teoritis dan Praktis

Ilmu Pendidikan termasuk pengetahuan normatif karena berkaitan erat dengan


pandangan tentang manusia, nilai dan norma hidup yangmembentuk keperibadian
manusia (anak didik).
Ilmu Pendidikan bersifat teoritis dan praktis karena berkaitan dengan strategi
tindakan mendidik atau praktek mendidik. Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik
pandai mengatur dan mensistemkan di dalam swapikirnya masalah yang tersusun
sebagai pola pemikiran pendidikan. Jadi dari praktik-praktik pendidikan disusun
pemikiran-pemikiran secara teoritis. Pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang disusun
dalam satu sistem pendidikan yang biasa disebut Ilmu Mendidik Teoritis.
Terdapat hubungan antara ilmu mendidik teoritis, sistematiss dan histories. Apa
sajakah yang dapat disumbangkan sejarah pendidikan bagi teori pendidikan maupun
praktik pendidikan?. Meskipun ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik
histories, akan tetapi ilmu mendidik histories juga memberikan bantuan dan
memperkaya ilmu mendidik sistematis.
Selanjutnya adalah bagaimana hubungan antara ilmu mendidik histories dan ilmu
mendidik praktis. Seorang maha guru ilmu mendidik JM. Guning berkata : teori tanpa
praktek adalah baik pada human cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya
terdapat pada orang gila dan penjahat – penjahat namun alangkah lebih sempurnanya
ilmu pendidikan itu dilakukan dengan cara teori dan praktek secara bersama-sama.
Untuk lebih memahami bahwa ilmu pendidikan itu adalah yang memerlukan
pemikiran yang teoritis , adalah bahwa setiap pendidik memerlukan kritik- kritik
sumbangan pemikiran dari para ahli/ orang lain, ia dapat belajar dari catatan-catatan
kritik saran dari orang lain, yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ia belajar
berdasarkan teori.
(Angela, Pris. 2013)
Pendidikan sebagai Ilmu Empiris
Ilmu pengetahuan harus bersifat empiris artinya kesimpulan atau konklusi ilmu
pengetahuan yang diambil harus tunduk kepada pemeriksaan atau verifikasi indra
manusia, maka kaidah logika formal dan hukum sebab-akibat harus menjadi dasar
kebenaran yang bersifat realistas, objektif dan netral.

Ilmu Pendidikan Sebagai Ilmu Normatif


Sebagai ilmu pengetahuan normatif, ilmu pendidikan merumuskan kaidah atau
pedoman atau ukuran tingkah laku manusia. Sesuatu yang normatif berarti berbicara
tentang baik-buruknya perilaku manusia. Ilmu pendidikan merumuskan peraturan-
peraturan terhadap tingkah laku manusia untuk mencapai keteraturan hidup, karena
keteraturan hidup akan menjamin kelangsungan keeratan (kohesi) hubungan antar
manusia (hubungan sosial manusia).
Ciri-ciri pendidikan sebagai ilmu normatif

1. Ilmu pengetahuan normatif selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan yang


tidak hanya diperoleh dari pengalaman dan praktek mendidik atau pendidikan,
tapi juga didapat dari sumber normatif yaitu norma masyarakat, norma filsafat
(pandangan hidup seseorang atau masyarakat) keyakinan beragama atau rasa
spirit keagamaan yang dianutnya.
2. Ilmu pengetahuan normatif erat kaitanya dengan pengetahuan filsafat, sehingga
melahirkan filsafat pendidikan. Guru atau pendidikan harus selalu mengikat diri
sesuai kaidah filsafat pendidikan.
3. Pendidikan normatif meliputi pendidikan agama, etika, budi pekerti yang
tergolong pendidikan pengembangan kepribadian (sesuai amanat UUNo. 20
tahun 2003). Menentukan dasar-dasar dan tujuan hidup manusia (peserta didik)
karena sangat perilaku atau tindakan peserta didik dalam dalam kehidupan dan
penghidupanya.

Dari keterangan dan ciri-ciri yang telah di terangkan diatas dapat disimpulkan,
bahwa pendidikan dikatakan sebagai ilmu normatif adalah memberikan aturan-aturan
terhadap tingkah laku manusia dalam kehidupanya sehari-hari. Aturan-aturan tersebut
mencakup etika, norma agama, dan lain sebagainya yang jelas mengatur tentang
tingkah laku manusia dalam kehidupanya.
Peranan Ilmu Pendidikan

Ilmu pendidikan mempunyai Peranan sebagai perantara dalam membentuk masyarakat


yang mempunyai landasan individual, sosial dan nsurei dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pada skala mikro pendidikan bagi individu dan kelompok kecil berlangsung
dalam skala nsurei tebatas seperti antara nsurei sahabat, antara seorang guru dengan
satu atau sekelompok kecil siswanya, serta dalam keluarga antara suami dan isteri,
antara orang tua dan anak serta anak lainnya. Pendidikan dalam skala mikro diperlukan
agar manusia sebagai individu berkembang semua potensinya dalam arti perangkat
pembawaanya yang baik dengan lengkap.

Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan


Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan
nasional dan Penyelenggaraan pendidikan.Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif


dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan sistem terbuka dan multimakna. Pendidikan sistem terbuka: fleksibilitas pilihan
dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan. Pendidikan
multimakna: proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi pada
pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai
kecakapan hidup.

Kedudukan Ilmu Pendidikan dalam Penyelenggaraan Pendidikan

Ilmu pendidikan sebagai suatu ilmu harus dapat bersifat:

1. Empiris, karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman.


2. Rokhaniah, karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia
tidak membiarkan peserta didik kepada keadaan alamnya.
3. Normatif, karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang buruk.
4. Histories, karena memberikan uraian teoritis tentang sitem-sistem pendidikan
sepanjang jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang
berpengaruh pada jaman tertentu.
5. Praktis, karena memberikan pemikiran tentang masalah dan ketentuan
pendidikan yang langsung ditujukan kepada perbuatan mendidik.

Kedudukan ilmu pendidikan itu berada di tengah-tengah ilmu yang lain dalam
penyelenggaraan pendidikan. Ilmu pendidikan ialah suatu llmu pengetahuan yang
membahas masalah yamg berhubungan dengan pendidikan, sedangkan, definisi yang
terpenting dari suatu pendidikan itu sendiri yaitu: Meningkatkan pengetahuan,
pengertian, kesadaran, dan toleransi.

 Meningkatkan questioning skills dan kemampuan menganalisakan sesuatu –


termasuk pendidikannya.
 Meningkatkan kedewasaan individu.

Untuk perkembangan Negara, diperlukan pendidikan yang menghargai kreativitas dan


supaya negara dapat membuat sesuatu yang baru dan lebih baik, dan tidak hanya meng-
copy dari negara lain. Pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau asasi dalam
hidup manusia dimana ada kehidupan disitu pasti ada pendidikan.

Pendidikan sebagai gejala sekaligus upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam
perkembangan adanya tuntutan adanya pendidikan lebih baik, teratur untuk
mengembangkan potensi manusia, sehingga muncul pemikiran teoritis tentang
pendidikan. Pendidikan adalah upaya sadar untuk mengembangkan potensi-potensi
yang dimiliki manusia, melahirkan teori-teori pendidikan.
LANDASAN PENDIDIKAN

Landasan Pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan.

Jenis - Jenis Landasan Pendidikan :

Landasan Religius Pendidikan

Landasan religius pendidikan adalah asumsi-asumsi yang ber sumber dari ajaran agama yang
dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: “Carilah ilmu sejak dari buaian hingga masuk
liang lahat (hingga meninggal dunia)”; “Menuntut ilmu adalah fardlu bagi setiap muslim” (al-
Hadits). Bertitik tolak kepada Hadits tadi, maka bagi setiap muslim bahwa belajar atau
melaksanakan pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu kewajiban. Silahkan Anda cari
contoh-contoh lainnya dalam ajaran agama Islam yang semestinya dijadikan titik tolak dalam
praktek pendidikan dan/atau dalam rangka studi pendidikan.

Landasan Filosofis Pendidikan

Landasan filosofis pendidikan adalah asumsiasumsi yang ber sumber dari filsafat yang menjadi
titik tolak dalam pendidikan. Ada berbagai aliran filsafat, antara lain: Idealisme, Realisme,
Pragmatisme, Pancasila, dsb. Landasan filosofis pendidikan tidaklah satu melainkan ragam
sebagaimana ragamnya aliran filsafat. Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis pendidikan
Idealisme, landasan filsofis pendidikan Pragmatisme, dsb. Contoh landasan filsafat pendidikan:
Penganut Realisme antara lain berpendapat bahwa ”pengetahuan yang benar diperoleh
manusia melalui pengalaman indra (penginderaan)”. Implikasinya, penganut Realisme
mengutamakan metode mengajar yang memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung (misal: melalui observasi, praktikum,
dsb.) atau pengalaman tidak langsung (misal: melalui membaca laporan-laporan hasil
penelitian, dsb).

Landasan Sosiologis

Dasar sosiologis berkenaan dengan perkembangan, kebutuhan dan karakteristik


masayarakat.Sosiologi pendidikan merupakan analisi ilmiah tentang proses sosial dan pola-pola
interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh
sosiologi pendidikan meliputi empat bidang:

1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.


2. Hubungan kemanusiaan.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan
kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
Landasan Legalistik/ Hukum

Landasan hukum/landasan yuridis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari


peraturan perundangan yang berlaku, yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: Di
dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan: “Setiap warga
negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”
(Pasal 6); “Setiap warga Negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar”
(Pasal 34). Implikasinya, Kepala Madrasah Ibtidaiyah atau para guru panitia penerimaan siswa
baru di MI harus memprioritaskan anak-anak (pendaftar) berusia tujuh tahun untuk diterima
sebagai siswa daripada anak-anak yang baru mencapai usia enam tahun. Karena itu, panitia
penerimaan siswa baru perlu menyusun daftar urut anak (pendaftar) berdasarkan usianya,
selanjutnya, berdasarkan aturan di atas baru panitia menetapkan batas nomor urut pendaftar
yang akan diterima sesuai kapasitas yang dimiliki sekolah.

Landasan Kultural

Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab kebudayaan dapat
dilestarikan/ dikembangkan dengan jalur mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi
penerus dengan jalan pendidikan, baiksecara formal maupun informal.

Landasan Psikologis

Psikologis merupakan ilmu jiwa,yakni ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia. Jiwa atau
psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia,yang selalu berada dan melekat pada
manusia itu sendiri.

Landasan psikologis pendidikan harus mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik yang
dipandang sebagai subjek pendidikan yang akan berkembang sesuai dengan tingkatan
pertumbuhan dan perkembangan mereka.Pendidikan harus akomodatif terhadap tingkat
perkembangan dan pertumbuhan mereka.

Landasan Ilmiah dan Teknologis

Kebutuhan pendidikan yang mendesak cenderung memaksa tenaga pendidik untuk


mengadopsinya. Teknologi dari berbagai bidang teknologi ke dalam penyelenggaraan
pendidikan. Pendidikan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran penyetahuan haruslah
mendapat perhatian yang proposionaldalam bahan ajaran, dengan demikian pendidikan bukan
hanya berperan daam pewarisan IPTEK tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK
dan calon pakar IPTEK itu. Selanjutnya pendidikan akan dapat mewujudkan fungsinya dalam
pelestarian dan pengembangan iptek tersebut.
Landasan Ekonomi

Manusia pada umumnya tidak bisa lepas dari kebutuhan ekonomi. Sebab kebutuhan dasar
manusia membutuhkan ekonomi. Orang tidak mampu pun memerlukan uang untuk mengisi
perutnya dan sekedar berteduh di waktu malam. Dengan demikian pembahasan tentang
ekonomitidak hanya menyangkut orang kaya saja, melainkan semua orang, termasuk dunia
pendidikan yang ditekuni.Dunia sekarang ini tidak hanya di timbulkan oleh dunia politik,
melainkan juga masalah dari dunia ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi, dan
penghasilan Negara bertambah, walaupun hutang luar negri cukup besar dan penghasilan
rakyat kecil masih minim. Perkembangan ekonomi pun menjadi pengaruh dalam bidang
pendidikan. Sudah banyak orang kaya bersedia secara sukarela menjadi orang tua angkat agar
anak kurang mampu bisa sekolah. Sikap dan tindakan ini sangat terpuji dan membantu
pemerintah menyukseskan wajib belajar 12 tahun.

Landasan Historis/Sejarah

Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang
didasari oleh konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi yang mengandung kejadian –
kejadian, model-model, konsep-konsep, teori-teori, praktik-praktik, moral, cita-cita dan
sebagainya. Informasi yang lampau ini terutama yang bersifat kebudayaan pada umumnya
berisi konsep, praktik, dan hasil yang diperoleh. Setiap bidang kegiatan yang dikerjakan oleh
manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan juga dengan bagaimana keadaan bidang itu
pada masa lampau. Demikian juga dalam bidang pendidikan sebelum menangani bidang itu,
terlebih dahulu mereka memeriksa sejarah tentang pendidikan baik yang bersifat nasional
maupun internasional.

Asas Asas Pendidikan

A. Asas Tut Wuri Handayani

Sebagai asas pertama, tut wuri handayani merupakan inti dari sitem Among perguruan.
Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan oleh
Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso
Sung Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
 Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)
 Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)
 Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)

B. Asas Belajar Sepanjang Hayat

Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari sisi lain
terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Kurikulum yang dapat
meracang dan diimplementasikan dengan memperhatikan dua dimensi yaitu dimensi
vertikal dan horisontal.

C. Asas Kemandirian dalam Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian dalam


belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu suiap untuk
ulur tangan bila diperlukan.Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan
menempatkan guru dalamperan utama sebagai fasilitator dan motifator. Salah satu
pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik
adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

Pilar Pendidikan

Pilar pendidikan adalah tiang atau penunjang dari suatu kegiatan usaha, pengaruh,
perlindungan dan bantuan yang akan diberikan kepada anak didik uang bertujuan untuk
pendewasaan anak.

Jenis – Jenis Pilar Pendidikan :

a. Learning to know (belajar untuk mengetahui)


Artinya belajar itu harus dapat memahami apa yang dipelajari bukan hanya dihafalkan
tetapi harus ada pengertian yang dalam. Hal ini dapat diartikan bahwa siswa harus
memiliki pemahaman yang bermakna terhadap proses pendidikan mereka. Siswa
diharapkan memahami secara bermakna asal mula teori dan konsep, serta
menggunakannya untuk menjelaskan dan memprediksi prose-proses berikutnya. Ini
adalah bagian dari proses pembelajaran yang memungkinkan pelajar/mahasiswanya
untuk tidak sekedar memperoleh pengetahuan tapi juga menguasai teknik memperoleh
pengetahuan tersebut. Pilar ini berpotensi besar untuk mencetak generasi muda yang
memiliki kemampuan intelektual dan akademik yang tinggi.
b. Learning To Do
Learnning to do mengandung makna bahwa belajar bukanlah sekedar mendengar dan
melihat untuk mengakumulasi pengetahuan, akan tetapi belajar dengan dan untuk
melakukan sesuatu aktivitas dengan tujuan akhir untuk menguasai kompetensi yang
diperlukan dalam menghadapi tantangan kehidupan. Kompetensi akan dapat dimiliki
oleh pesrta didik apabila diberikan kesempatan untuk belajar dengan melakukan apa
yang harus dipelajarinya secara langsung.Dengan demikian learning to do juga berarti
proses pembelajaran berorientasi pada pengalaman langsung (learning by experience).
c. Learning to Be (belajar untuk menjadi seseorang)
Learning to be adalah belajar untuk berkembang secara utuh. Konsep ini memaknai
belajar sebagai proses untuk membentuk manusia yang memiliki jati dirinya sendiri.
Siswa diharapkan untuk dapat mandiri dan bertanggung jawab. Selain itu, pendidikan
juga diharapkan mampu mencetak generasi muda yang berperikemanusiaan.
Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses untuk membentuk
manusia yang memiliki jati dirinya sendiri. Oleh karena itu, pendidik harus berusaha
memfasilitasi peserta didik agar bealajar mengaktualisasikan dirinya sendiri sebagai
individu yang berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai individu sekaligus
sebagai anggota masyarakat. Dalam pengertian ini terkandung makna bahwa kesadaran
diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yakni makhluk hidup yang memiliki tanggung
jawab sebagai khalifah serta menyadari akan segala kekurangan dan kelemahannya.
Learning to be, sehingga dapat mengembangkan kepribadian lebih baik dan mampu
bertindak mandiri, membuat pertimbangan dan rasa tanggung jawab pribadi yang
semakin besar, ingatan, penalaran, rasa estetika, kemampuan fisik, dan keterampilan
berkomunikasi.
d. Learning To Live Together
Learning to live together ini mengajrakan seseorang untuk hidup bermasyarakat dan
menjadi manusia berpendidikan yang bermnafaat baik bagi diri sendiri dan
masyarakatnya maupun bagi seluruh umat manusia.Dalam konteks pendidikan siswa
diharapkan daopat bersosialisasi dan berkomunikasi dalam proses pendidikan.
Learning to live together adalah belajar untuk bekerjasama melalui proses bekerjasama.
Hal ini sangat diperlukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan dalam masyarakat global
dimana manusia baik secara individual maupun secara kelompok tidak mungkin dapat
hidup sendiri
e. Learning to believe in God ( belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa )
Satu pilar lagi yang sangat penting dalam proses pembelajaran dan sistem pendidikan
adalah belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai
bentuk rasa syukur dan aplikasi dari nilai keagamaan dari setiap peserta didik. Yang
bertujuan untuk membentuk kepribadian dan karakter serta akhlak mulia. Dalam artian
ini bahwa pengetahuan yang dicari seseorang harus dapat memberi manfaat untuk isi
alam itu sendiri, dan bagaimana mengelolanya untuk kebaikan bersama secara
berkelanjutan yang secara religius dapat dipertanggungjawabkan kepada Yang
Mahakuasa.

Implementasi Jenis Pilar Pendidikan :


1. Implementasi Learning to Know
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas
pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat
perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kemampuan belajar bagi siswanya,
dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam
pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar,
maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar.
2. Implementasi Learning to Do
Sekolah sebagai wadah masyarakat belajar hendaknya memfasilitasi siswanya untuk
mengaktualisasikan ketrampilan yang dimiliki, serta bakat dan minatnya agar “Learning
to do” dapat terealisasi. Keterampilan merupakan sarana untuk menopang kehidupan
seseorang bahkan banyak orang meyakini bahwa memiliki keterampilan jauh lebih
penting daripada menguasai pengetahuan semata. Secara umum, bakat adalah
kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa
yang akan datang. Sedangkan minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Oleh sebab itu, siswa harus dilibatkan secara aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas
mereka. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa bertanggung jawab atas diri dan
pendidikannya sehingga mereka akan belajar untuk meningkatkan kemampuan dalam
memecahkan masalah.
3. Implementasi Learning to Be
Peran guru adalah sebagai kompas penunjuk arah sekaligus menjadi fasilitator sangat
dibuthkan unutk menumbuhkembangkan potensi siswa secara utuh dan maksimal.
Pendidik juga membimbing siswa belajar mengaktualisasikan diri sebagai individu yang
berkepribadian utuh dan bertanggung jawab sebagai individu sekaligus sebagai anggota
masyarakat.
Konsep learning to be perlu dihayati oleh praktisi pendidikan untuk melatih siswa agar
memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Kepercayaan merupakan modal utama bagi siswa
untuk hidup dalam masyarakat. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan merupakan
bagian dari proses menjadi diri sendiri (learning to be) (Atika, 2010). Menjadi diri sendiri
diartikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan dan jati diri. Belajar
berperilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar
menjadi orang yang berhasil, sesungguhnya merupakan proses pencapain aktualisasi
diri.
4. Implementasi Learning to Live Together
Dalam kaitan ini adalah tugas pendidikan untuk memberikan pengetahuan dan
kesadaran bahwa hakekat manusia adalah beragam tetapi dalam keragaman tersebut
terdapat persamaan. Itulah sebabnya Learning to live together menjadi pilar belajar
yang penting untuk menanamkan jiwa perdamaian.
5. Implementasi learning to Believe in God
Dalam pendidikan adanya pelajaran Pendidikan agama , disini peserta didik diajarkan
nilai-nilai serta kaidah-kaidah tentang agamanya. Melalui ini peserta didik diajarkan
bagaimana dalam bersikap serta menggunakan ilmu yang ia miliki.

Anda mungkin juga menyukai