Anda di halaman 1dari 19

RESUME

EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD

Tentang

KLASIFIKASI TEKNIK PENILAIAN

Disusun Oleh :

Kelompok VI

1. FAHRANI AZZAHRA (18129011)

2. HAMMIDAH (18129016)

3. ILMA FEBRIANI (18129115)

4. RANDIKI SAPUTRA (18129133)

5. ANGGIE REZKY WIRA VERDILA (18129227)

SEKSI : 18 AT 14

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGRI PADANG

2020
FAHRANI AZZAHRA (18129011)

KLASIFIKASI TEKNIK PENILAIAN

Permendiknas No. 22 tahun 2006 menyatakan bahwa Standar Isi (SI)


untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi minimal
dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Di dalam SI dijelaskan bahwa
kegiatan pembelajaran dalam KTSP meliputi tatap muka, penugasan terstruktur,
dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Tatap muka adalah pertemuan formal antara pendidik dan peserta didik
dalam pembelajaran di kelas. Penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak
terstruktur adalah kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi pembelajaran
oleh peserta didik yang dirancang oleh pendidik untuk mencapai standar
kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh pendidik,
sedangkan waktu penyelesaian kegiatan mandiri tidak terstruktur diatur sendiri
oleh peserta didik. Sejalan dengan ketentuan tersebut, penilaian dalam KTSP
harus dirancang untuk dapat mengukur dan memberikan informasi mengenai
pencapaian kompetensi peserta didik yang diperoleh melalui kegiatan tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur.

Penilaian hasil belajar dapat menggunakan berbagai teknik penilaian


sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai. Ditinjau dari tekniknya,
penilaian dibagi menjadi dua yaitu teknik tes dan non tes.

A. TEKNIK TES

Teknik tes merupakan teknik yang digunakan dengan melaksanakan tes


berupa pertanyaan yang harus dijawab, pertanyaan yang harus ditanggapi atau
tugas yang harus dilakukan oleh orang yang dites. Dalam hal tes hasil belajar
yang hendak diukur adalah kemampuan peserta didik dalam menguasai
pelajaranyang disampaikan meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.
Berdasarkan alat pelaksanaannya, secara garis besar alat penilaian dengan teknik
tes dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Tes Lisan

Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan


tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik. Tes ini memiliki
kelebihan dan kelemahan.

Kelebihannya antara lain sebagai berikut.

a) Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta


didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan
langsung.
b) Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga
sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk
ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung
kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
c) Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.

Sedangkan kelemahan dari tes lisan adalah sebagai berikut.

1) Subjektivitas guru sering mencemari hasil tes

2) Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.

2. Tes Tulisan (Objektif dan Uraian)

Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara
tertulis, baik berupa pilihan maupun isian. Tes tertulis dapat digunakan pada
ulangan harian atau ulangan tengah dan akhir semester atau ulagan kenaikan
kelas. Tes tertulis dapat berbentuk pilihan ganda, menjdodohkan benar salah,
isian singkat atau uraian (essay).
a) Tes Bentuk Uraian

Bentuk uraian dapat digunakan untuk mengatur kegiatan-kegiatan belajar


yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut
peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban
dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu
dengan yang lainnya.

Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk


uraian ini dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu:

1) Uraian Terbatas (Restricted Respons Items)

Dalam menjawab soal bentuk uraian ini, peserta didik harus


mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat
jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah
ditentukan dan dikendaki dalam soalnya. Contoh:

a) Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer!


b) Sebutkan lima komponen dalam sistem komputer!

2) Uraian Bebas (Extended Respons Items)

Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara
dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai
dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara
dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap mempunyai acuan atau
patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti. Contoh:

a) Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, jelaskan secara


singkat!
b) Bagaimana peranan komputer dalam pendidikan!
HAMMIDAH (18129016)

Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya guru mengikuti


petunjuk praktis berikut ini.

1) Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas


dan mudah dipahami.
2) Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih
beberapa soal dari sejumlah soal yang diberikan, sebab cara demikian tidak
memungkinkan untuk memperoleh skor yang dapat dibandingkan.
3) Instrumen soalnya dapat berupa: menjelaskan, menelaah, mendeskripsikan,
membandingkan, mengemukakan kritik, memecahkan masalah, dan lain
sebagainya.

Terdapat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki pada soal bentuk


uraian. Adapun kelebihan bentuk soal uraian antara lain:

a) Proses penyusunan soal relatif mudah.


b) Memberikan kebebasan luas kepada peserta didik untuk menyatakan
tanggapannya.
c) Dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran.
d) Mengurangi faktor menebak dalam menjawab.

Sedangkan kelemahan bentuk soal uraian antara lain:


a. Proses pengoreksian membutuhkan waktu yang relatif lama.
b. Ada kecenderungan dari guru bersikap subjektif.
c. Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan
tulisannya.

b)Tes Bentuk Objektif


Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored
item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Tes
objektif terdiri dari beberapa bentuk, antara lain:

1) Benar-Salah (True-False, or Yes-No)


Bentuk tes benar-salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal
benar-salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
membedakan antara fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak
digunakan unyuk mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan
hubungan yang sederhana.

Ada beberapa teknik/petunjuk praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:
a) Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
b) Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat
sederhana.
c) Hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.

2) Pilihan Ganda (Multiple Choice)


Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian,
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Pilihan jawaban (option)  terdiri atas
jawaban yang benar atau paling benar, selanjutnya disebut kunci jawaban dan
kemungkinan jawaban salah yang dinamakan pengecoh (distractor/decoy/fails)

Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu:
a) Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
b) Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah
dipelajari peserta didik.
c) Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak
terputus.
d) Harus diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
e) Bila perlu beri jawaban pengecohnya.

Kelebihan soal bentuk pilihan-ganda, antara lain:

(1) cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan objektif,

(2) dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas,

(3) mampu mengungkap tingkat kognitif rendah sampai tinggi,

(4) dapat digunakan berulang kali.

Sedangkan kelemahannya antara lain:

(1) proses penyusunan soal benar-benar membutuhkan waktu yang lama,

(2) memberi peluang siswa untuk menebak jawaban,

(3) kurang mampu meningkatkan daya nalar siswa.

3) Menjodohkan (Matching)

Soal tes bntuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom berbeda, yaitu kolom
sebelah kiri menunjukkan kumpulan persoalan, dan kolom sebelah kanan
menunjukkan kumpulan jawaban. Bentuk soal seperti ini sangat baik untuk
mengukur kemampuan peserta didik dalam mengidentifikasi hubungan antara dua
hal.

Untuk penyusunan soal bentuk ini perlu memperhatikan teknik berikut:

a) Sesuaiakan dengan kompetensi dasar dan indikator.


b) Kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri, dan jawaban di sebelah kanan.
c) Gunakan kalimat singkat dan terarah pada pokok persoalan.

4) Melengkapi (Completion)

Soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan dalam kalimat yang


tidak lengkap. Contoh:

a) Tempat sampah daur ulang dalam komputer disebut . . .


b) Program dan data dapat disimpan dalam . . . atau . . .

Beberapa petunjuk teknis dalam penyusunan soal bentuk melengkapi


(completion), antara lain:

a) Hendaknya tidak mengambil pernyataan langsung dari buku (textbook).


b) Titik-titik kosong sebagai tempat jawaban hendaknya diletakkan di akhir
kalimat.
c) Jangan menyediakan titik-titik kosong terlalu banyak.
d) Jika perlu, dapat diberi gambar-gambar sehingga dapat dipersingkat dan
jelas

3. Tes Perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk


lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau
unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan
persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.

Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format


pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa agar pendidik dapat
menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan.
Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan
yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual.
Untuk tes perbuatan yang dilaksanakan secara kelompok digunakan format
tertentu yang sudah disesuaikan untuk keperluan pengamatan kelompok.

Tujuan Tes Perbuatan atau Tindakan :

Tes perbuatan atau tindakan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan


siswa dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam tes perbuatan, persoalan disajikan
dalam bentuk tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Pada intinya ada dua unsur
yang bisa disajikan bahan penilaian dalam tes perbuatan, yaitu proses dan
produk. Pengukuran proses merujuk kepada pengukuran keterampilan dari
kemahiran siswa melakukan suatu kegiatan, sedangkan pengukuran produk
merujuk kepada segi kualitas hasil. 

ILMA FEBRIANI (18129115)

Tes tindakan memiliki beberapa keunggulan yaitu sebagai berikut:

1. Cocok digunakan untuk mengukur aspek perilaku psikomotor. Salah satu


wujud perubahan hasil belajar adalah berupa keterampilan melakukan
suatu kegiatan. Aspek keterampilan ini tidak bisa diungkap dengan tes
tertulis, dan hanya cocok diungkap dengan tes tindakan.
2. Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian untuk mengecek kesesuaian
antar pengetahuan, teori, dan keterampilan mempraktekkannya.
Penggunaan tes tertulis dan lisan hanya terbatas kepada pengungkapan
pengetahuan teoritis. Dengan menggunakan tindakan, guru akan
mengetahui sejauh mana siswa mampu menerapkan pengetahuan-
pengetahuan teoritisnya dalam kegiatan nyata, sehingga informasi untuk
penilaian menjadi lebih lengkap.
3. Tidak ada kesempatan untuk menyontek. Dalam tes perbuatan, penguji
bisa mengamati langsung bagaimana seseorang yang diuji memeragakan
sesuatu kegiatan. Di samping itu, keterampilan seseorang untuk
melakukan suatu kegiatan akan sangat tergantung atas kemampuan
dirinya, maksudnya tidak bisa meniru begitu saja.
Untuk tes perbuatan atau tindakan yang sifatnya individual, sebaiknya
menggunakan format pengamatan individual sedangkan jika pelaksanaannya
untuk kelompok sebaiknya menggunakan format tertentu yang sudah disesuaikan
untuk keperluan pengamatan kelompok.

B. TEKNIK NON TES

Teknik non-tes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran


terutama mengenai karakter, sikap, dan kepribadian. Selama ini teknik non-tes
kurang digunakan dibandingkan teknik tes. Dalam proses pembelajaran pada
umumnya kegiatan penilaian menggunakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih
berperannya aspek pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan
yang dilakukan guru pada saat menentukan siswa. Teknik penilaian harus
disesuaikan dengan :

a. Kompetensi yang diukur

b. Aspek yang akan diukur, pengetahuan, keterampilan atau sikap

c. Kemampuan siswa yang akan diukur

d. Sarana dan prasarana yang ada

1. Daftar Cek

Menurut Gudnanto (2013) daftar cek adalah deretan pertanyaan singkat


di mana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda centang (√) pada
aspek yang diamati sesuai dengan hasil penilaiannya.

Fungsi Daftar Check :

a) Untuk memudahkan individu mengmukakan masalah yang pernah dan


sedang dialami.

b) Untuk sistematisasi jenis masalah yang ada pada individu agar


memudahkan analisis dan sintesis dengan cara/alat lain.
c) Untuk menyarankan suatu prioritas program pembelajaran

Kegunaan daftar cek :

a. Untuk melengkapi data individu yang sudah ada

b. Untuk mengenali individu yang perlu segera mendapat bimbingan


khusus

c. Sebagai pedoman penyusunan program klasikal dan bimbingan


kelompok pada umumnya

d. Untuk mendalami masalah individu maupun kelompok.

Petunjuk Pengadministrasisan Daftar Cek :


1) Petunjuk bagi guru

Dalam melaksanakan daftar cek, tugas yang harus dilakukan oleh guru
yang mencakup persiapan yaitu sebelum melaksanakan dan pelaksanaan
yaitu menjelang dan pada waktu mengerjakan.

Hal-hal penting dalam persiapan adalah :

a. Menyiapkan bahan (buku daftar cek) sesuai dengan jumlah siswa

b. Menguasai petunjuk cara mengerjakan daftar cek

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan meliputi


berbagai kegiatan, antara lain :

a) Mengontrol situasi ruangan

b) Instruktur menerangkan maksud menggunakan daftar cek tersebut

c) Menuruh siswa mempersiapkan alat tulis


d) Membagikan lembar daftar cek

e) Menginstruksikan kepada siswa untuk menulis identitas dan tanggal


pelaksanaan daftar cek

f) Membagikan buku daftar cek

g) Membacakan petunjuk cara mengerjakan daftar cek

h) Memberi contoh misal menulis di papan tulis atau dilayar LCD cara
mengerjakan daftar cek, yaitu memberi tanda ceklis pada nomor
dilembar jawaban yang item nomor tersebut menjadi masalah bagi
dirinya

i) Memberi instruksi menegerjakan daftar cek, mengingatkan agar para


siswa mengerjakan dengan tenang teliti dan memberi tahukan waktu
yang disediakan cukup lama kurang lebih 40 menit

j) Mengontrol apakah siswa telah mengerjakan daftar cek dengan benar

k) Mengumpulkan pekerjaan siswa

RANDIKI SAPUTRA (18129133)

2) Petunjuk bagi siswa


Beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh siswa yaitu :

a) Siswa harus mempunyai minat dan kemauan untuk mengutakarakan


masalah ang sebenarnya

b) Siswa harus menyadari bahwaa jika ia mengerjakan secara asal-asalan


ataupun tidak serius hanya akan memrugikan dirinya sendiri

c) Siswa harus menulis identitas dirinya sendiri

d) Siswa harus mematuhi tata cara mengerjakan daftar cek.


Contoh:

Daftar cek tentang keaktifan peserta didik dalam diskusi kelompok pada mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

No. Nama Siswa SB B C K SK

1 Ardi Maulana √
2. Erlin Roslina √
3. Arie Apriadi √
4. Angga Zalindra √

5. Diandra Rasya √ √ √ √

Keterangan:

SB: Sangat Baik C : Cukup SK : Sangat Kurang

B : Baik K : Kurang

2. Skala Penilaian

Menurut Sudjana (2009) skala penilaian adalah alat untuk mengukur


nilai, sikap, minat dan perhatian, dan lain-lain yang disusun dalam bentuk
pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan
nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dalam uraian ini hanya akan
dijelaskan skala penilaian (rating scale) dan skala sikap.
a. Skala Penilaian (Rating Scale)

Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain oleh


seseorang melalui pernyataan perilaku individu pada suatu titik kontinium atau
suatu kategori yang bermakna nilai. Titik atau kategori diberi nilai rentangan
mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Rentangan ini bisa dalambentuk
huruf (A,B,C,D), angka (4,3,2,1), atau 10, 9, 8, 7, 6, 5. Sedangkan rentangan
kategori bisa tinggi, sedang, rendah, atau baik, sedang, kurang.

b. Skala Sikap
Skala Sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek
tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap yakni mendukung (positif), menolak
(negatif) dan netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan perilaku pada
seseorang. Sikap juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap suatu stimulus
yang datang kepada dirinya.

Ada tiga komponen sikap yakni kognisi, afeksi dan konasi. Kognisi
berkenaan dengan pengetahuan seseorang tentang objekatau stimulus yang
dihadapinya, afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek
tersebut, sedangkan konasi berkenaan dengn keenderungan berbuat terhadap
objek tersebut. Oleh sebab itu sikap selalu bermakna bila dihadapkan kepada
objek tertentu, misalnya sikap siswa terhadap mata pelajaran, sikap mahasiswa
terhadap pendidikan politik, atau sikap guru terhadap propesinya. Skala sikap
dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh respoden, apakah
pernyataan pernyataan itu didukung atau ditolaknya, melalui rintangan nilai
tertentu. Oleh sebab itu,pernataan yang diajukan dibagi kedalam dua kategori,
yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif.
Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah skala Likert. Dalam
skala likert, pernyataan-pernyataan nyang diajukan, baik pernyataan positif
maupun negatif, dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju tidak punya
pendapat, tidak setuju, sangat tidak setuju. Skor yang diberikan terhadap pilihan
tersebut bergantung pada penilai asal penggunaannya konsisten.
Beberapa petunjuk untuk menyusun skala likert

1) Tentukan objek yang dituju, kemudian tetapkan variabel yang akan


diukur dengan skala tersebut
2) Lakukan analisis variabel tersebut menjadi beberapa subvariabel atau
dimensi variabel, lalu kembangkan indikator setiap dimensi tersebut.
3) Dari setiap indikator diatas, tentukan ruang lingkup pernyataan sikap
yang berkenaan dengan aspek kognisi, afeksi, dan konasi terhadap objek
sikap.
4) Susunlah pernyataan untuk masing-masing aspek terssbut dalam dua
kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif, secara
seimbang banyaknya.

ANGGIE REZKY WIRA VERDILA (18129227)

3. Sosiometri

Kata “sociometry” berasal dari bahasa Latin“socius,” berarti sosial dan


“metrum,” berarti pengukuran, yang secara harfiah bermakna pengukuran sosial.
Oleh karena itu, sosiometri adalah sebuah cara mengukur derajat hubungan antar-
orang/manusia (Rumiyati (2016)

Sosiometri merupakan suatu teknik untuk mengetahui posisi peserta


didik dalam hubungan sosialnya dengan peserta didik lain. Misalnya peserta didik
yang paling disenangi, peserta didik yang banyak menjadi rujukan teman-
temannya yang ingin bertanhya. Berdasarkan pengertian sosiometri tersebut,
maka sosiometri dapat digunakan untuk tujuan penilaian antar peserta didik.
Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menegaskan kepada semua peserta didik
di kelas untuk memilih satu atau dua temannya yang mau membantu temannya
saat kesulitan belajar di kelas atau memilih satu atau dua temannya yang tidak
mau melibatkan diri dalam kerja kelompok, atau memilih satu atau dua temannya
yang aktif terlibat dalam diskusi kelompok. Pilihan-pilihan itu dituliskan dalam
lembar pedoman sosiometri.

Seperti yang dikatakan oleh Moreno, “Pilihan adalah fakta yang


fundamental dalam semua hubungan sosial yang sedang berjalan, dalam memilih
orang maupun benda. Tidak penting apakah motivasi pemilih diketahui atau
tidak, apakah pilihannya jelas atau tidak, apakah rasional atau tidak. Selain itu,
tidak dibutuhkan justifikasi khusus sepanjang mereka spontan dan benar bagi
pemilih (Moreno, 1953 :720).

Teknik sosiometeri ini sangat bermanfaat sekali untuk mengontrol hidup


atau tidaknya diskusi kelompok. Kemampuan guru dalam mengamati keaktifan
seluruh peserta didiknya sangatlah terbatas karena keterbatasan indera
penglihatan guru jika hanya mengandalkan dua mata untuk mengamati sekian
puluh peserta didik di kelas setiap detiknya. Misalnya ketika diskusi kelompok,
ketika guru mengamati proses diskusi satu kelompok, maka kelompok yang lain
akan luput dari perhatian guru. Berdasarkan pertimbangan itulah, maka teknik
sosiometri merupakan salah satu alternatif yang dapat dilaksanakan untuk
membantu guru dalam mengetahui kondisi peserta didiknya secara lebih dekat
melalui bantuan seluruh peserta didik di kelas.

Secara garis besar kegiatan sosiometri dapat dibagi ke dalam tiga tahap,
yaitu tahap persiapan, tahap pengukuran, dan tahap pengolahan data. Misalkan
akan dilakukan pengukuran terhadap siswa untuk mengetahui hubungan sosial
antar-siswa di sebuah kelas tertentu, maka langkah-langkah umum yang harus
dijalankan adalah sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

a. Menentukan kelompok siswa yang akan diselidiki.


b. Memberikan informasi atau keterangan tentang tujuan penyelenggaraan
sosiometri.

c. Mempersiapkan angket sosiometri.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Membagikan angket sosiometri dan siswa diminta mengisi angket yang


sudah diterima.

b. Mengumpulkan angket yang sudah diisi dan memeriksa apakah angket


sudah diisi dengan benar dan lengkap.

3. Tahap Pengolahan

a. Memeriksa hasil isian angket.

b. Mengolah data sosiometri dengan cara menganalisa indeks, menyusun


tabel tabulasi, dan membuat sosiogram.

4. Questionaire (Angket)

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden). Angket adalah alat penilaian hasil belajar yang berupa
daftar pertanyaan tertulis untuk menjaring informasi tentang sesuatu, misalnya
tentang latar belakang keluarga siswa, kesehatan siswa, tanggapan siswa terhadap
metode pembelajaran, media, dan lain- lain. Angket umumnya dipergunakan pada
ranah afektif.

Macam-macam Kuesioner :
a. Kuesioner tertutup
Merupakan kuesioner yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertutup,
responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang sudah disediakan
b. Kuesioner terbuka
Merupakan kuesioner yang menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka,
responden diberikan kesempatan sebebas-bebasnya untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang disediakan
c. Kuesioner terbuka tertutup
Merupakan kuesioner yang pertanyaan-pertanyaannya berupa gabungan dari
pertanyaan terbuka dan tertutup baik dalam satu item maupun keseluruhan
item.

Contoh kuisioner:

Pada waktu melihat sampah bertebaran di jalan, saya berusaha untuk membuang
ke tempat sampah:
a) sangat sering                           
b) sering                                      
c) kadang-kadang
d) jarang
e) tidak pernah
Daftar Rujukan

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta. Bumi


Aksara

Erawati, Yeti Eka. 2014. Penilaian Sikap dengan Menggunakan Pedoman


Sosiometri(Online)
(https://www.kompasiana.com/yetieka/54f994cca3331116568b4612/peni
laian-sikap-dengan-menggunakan-pedoman-sosiometri, diakses tanggal 7
Feb 2020 )

Moreno, Jacob Levy. 1953. Revised Edition. Who Shall Survive? Foundation of
Sosiometry, Grup Psychotherapy and Sociodrama. Beacon, New York.

Rumiyati, Agnes T. 2016. Pengantar Sosiometri. Tangerang Selatan : Universitas


Terbuka

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung.


Remaja Rosdakarya

Gudnanto, Susilo Raharjo. 2013. Pemahaman Individu (Teknik non tes). Jakarta.
Kencana

Anda mungkin juga menyukai