1. Prinsip Potensialitas
Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia yang
ideal. Sosok manusia yang ideal tersebut antara lain adalah manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral
dan berakhlak terpuji/mulia, pintar, cerdas, mempunyai perasaan,
mempunyai kemamuan, mampu berkarya, menghasilkan sesuatu, dst.
Manusia pun memiliki berbagai macam potensi, yaitu potensi untuk
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, potensi untuk
berbuat baik, potensi cipta, potensi rasa, potensi karsa dan potensi
karya. Sebab itu, manusia akan dapat dididik karena manusia sudah
memiliki potensi untuk menjadi manusia yang ideal.
2. Prinsip Dinamika
Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan diupayakan dalam
rangka membantu manusia (peserta didik) agar menjadi manusia yang
ideal. Manusia itu sendiri memiliki dinamika untuk menjadi manusia
yang ideal. Manusia seelalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun
spiritualnya. Ia selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang
lebih dari apa yag telah ada atau yang telah dicapainya. Ia berupaya
untuk mengaktualisasikan diri agar menjadi manusia ideal, baik dala
rangka interaksi/komunikasinya secara horizontal maupun vertikal.
Karena itu dinamika manusia mengimplikasikan bahwa ia akan dapat
dididik.
3. Prinsip Individualitas
Praktek pendidikan merupakan upaya membantu manusia
(peserta didik) yang antara lain diarahkan agar ia mampu menajdi
dirirnya sendiri. Di pihak lain, manusia (peserta didik) adalah individu
yang memiliki kesendirian (subyektifitas), bebas dan aktif berupaya
untuk menjadi dirinya sendiri. Sebab itu, individualitas
mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.
4. Prinsip Sosialitas
Pendidikan belangsung dalam pergaulan (interaksi/komunikasi)
anatar sesama manusia (pendidik dan peserta didik). Melalui
pergaulan tersebut pengaruh pendidikan disampaikan pendidik dan
diterima peserta didik. Hakikat manusia adalah makhluk sosial, ia
hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupan bersama dengan
sesamanya ini akan terjadi hubungan pengaruh timbal balik di mana
setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya.
Sebab itu, sosialitas meimplikasikan bahwa manusia akan dapat
dididik.
5. Prinsip Moralitas
Pendidikan bersifat normtif, artinya dilaksanakan berdasarkan
system nilai norma dan nilai tertentu. Di samping itu, pendidikan
bertujuan agar manusia berakhlak mulia agar manusia berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari
agama, masyarakat dan budayanya. Di pihak lain, manusia berdimensi
moralitas, manusia mampu membedakan yang baik dan yang jahat.
Sebab itu, dimensi moralitas mengimplikasikan bahwa manusia akan
dapat dididik.
Atas dasar berbagai asumsi di atas, jelas kiranya bahwa mnausia
akan dapat dididik, sehubungan dengan ini M.J. Langenveld (1980)
memberikan identitas kepada manusia sebagai “Animal Educabile”.
Dengan mengacu pada asumsi ini diharapkan kita sebagai manusia
harus bersikap sabar dan tabah dalam melaksanakan pendidikan.
C. MANUSIA MAKHLUK BERPENDIDIKAN
Manusia sebagai objek pendidikan adalah manusia dalam
perwujudannya sebagai individu yang menjadi bagian integral dari
masyarakatnya. Dua sisi perwujudan ini dipandang penting dan perlu
untuk proses dalam sistem pendidikan, agar dikemudian hari manusia
dapat menemukan jati dirinya sebagai manusia. Berulang kali
dinyatakan bahwa tanpa pendidikan, manusia tidak mungkin bisa
menjalankan tugas dan kewajibannya di dalam kehidupan, sesuai
dengan hakikat asal-mula dan hakikat tujuan hidupnya. Sehubungan
dengan hal itu, pendidikan secara khusus difungsikan untuk
menumbuh kembangkan segala potensi kodrat (bawaan) yang ada
dalam diri manusia.
Potensi kejiwaan cipta, rasa dan karsa mutlak perlu mendapat
bimbingan berkelanjutan, karena ketiganya adalah potensi kreatif dan
dinamis khas manusia. Adapun sasaran pembimbingan dalam sistem
kegiatan pendidikan adalah menumbuhkan kesadaran atas eksistensi
kehidupannya sebagai manusia yang berasal mula dan betujuan. Di
dalam sistem kegiatan pendidikan berkelanjutan, kesadaran tersebut
menjadi dinamis untuk kemudian bisa membuahkan kecerdasan
spiritual.
Tersirat dalam kodratnya sebagai makhluk pendidikan, atas
potensi kodrat cipta, rasa dan karsanya, manusia berkemampuan untuk
dididik dan mendidik. Kemampuan dididik berarti tiga potensi
kejiwaannya itu sejak kecil bisa menerima perawatan, pertolongan dan
pembimbingan dari orang lain. Sedangkan kemampuan mendidik
berarti pada tingkat kesadaran dan keadaan tertentu, manusia bisa
melakukan perawatan, pembinaan dan pertolongan kepada orang lain.
Dengan kemampuan pendidikan inilah manusia terus membuat
perubahan untuk mengembangkan hidup dan kehidupan dirinya
sebagai manusia. Karena pendidikan adalah masalah khas kodrati
manusia, sepanjang ada manusia, pendidikan akan selalu ada. Jadi
bagi manusia, pendidikan adalah mutlak. Karena itu, tanpa
pendidikan manusia tidak mungkin mampu mencptakan perubahan
untuk mengembagkan hidup dan kehidupannya. Sebab, jika hanya
dengan insting saja, keberadaan manusia dipastikan akan segera
punah.
Manusia haruslah bersikap dan berpilaku adil terhadap diri
sendiri, masyarakat dan terhadap alam. Agar bisa berbuat demikian,
manusia harus berusaha mendapatkan pengetahuan yang benar
mengenai keberadaan segala sesuatu yang ada ini,dar mana asalanya,
bagaimana keberadaannya, dan apakah menjadi tujuan akhir
keberadaan tersebut. Untuk itu, manusia harus mendidik diri sendiri
dan sesamanya secara terus-menerus.
A. Arti Filsafat
B. Makna Pendidikan
1. pendekatan tradisional,
2. pendekatan progresif.
Pengertian masing-masing pendekatan dan variasi pendekatan
daripadanya dan aliran-aliran filsafat pendidikan dihasilkannya
akan dijelaskan di bawah ini:
1. Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional dalam filsafat pendidikan melandaskan
diri pada asas-asas sebagai berikut:
a. Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah filsafat, sehingga
untuk mempelajari filsafat pendidikan haruslah memiliki
pengetahuan dasar tentang filsafat.
b. Bahwa kenyataan yang esensial baik dan benar adalah
kenyataan yang tetap, kekal dan abadi.
c. Bahwa nilai norma yang benar adalah nilai yang absolut,
universal dan obyektif.
d. Bahwa tujuan yang baik dan benar menenukan alat dan
sarana, artinya tujuan yang baik harus dicapai dengan alat
sarana yang baik pula.
e. Bahwa faktor pengembang sejarah atau sosial (science,
technology, democracy dan industry) adalah sarana alat
untuk prosperity of life dan bukannya untuk welfare of life
sebagai tujuan hidup dan pendidikan sebagaimana yang
ditentukan oleh filsafat.
2. Pendekatan Progresif
Sebagai penghujung yang lain dari pendekatan di atas dan dari
kontinuitas aliran filsafat pendidikan adalah pendekatan
progresif kontemporer dengan dasar-dasar pemikiran sebagai
berikut:
a. Bahwa dasar-dasar pendidikan adalah sosiologi, atau filsafat
sosial humanisme ilmiah, yang skeptis terhadap kenyataan
yang bersifat metafisis transendental.
b. Bahwa kenyataan adalah perubahan, artinya kenyataan hidup
yang esensial adalah kenyataan yang selalu berubah dan
berkembang.
c. Bahwa truth is man-made, artinya kebenaran dan kebajikan
itu adalah kreasi manusia, dengan sifatnya yang relatif
temporer bahkan subyektif.
d. Bahwa tujuan dan dasar-dasar hidup dan pendidikan relatif
ditentukan oleh perkembangan tenaga pengembang sosial
dan manusia, yang merupakan sumber perkembangan sosial
masyarakat.
e. Bahwa antara tujuan dan alat adalah bersifat kontinu, bahwa
tujuan dapat menjadi alat untuk tujuan yang lebih lanjut
sesuai dengan perkembangan sosial masyarakat.
A. Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring,
pengetahuan berarti segala sesuatu yg diketahui; kepandaian atau
segala sesuatu yg diketahui berkenaan dengan hal (mata
pelajaran).Adapun pengetahuanmenurut beberapa ahli adalah:
1. Menurut Pudjawidjana (1983), pengetahuan adalah reaksi dari
manusia atas rangsangannya oleh alam sekitar melalui persentuhan
melalui objek dengan indera dan pengetahuan merupakan hasil
yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan sebuah objek
tertentu.
2. Menurut Ngatimin (1990), pengetahuan adalah sebagai ingatan
atas bahan-bahan yang telah dipelajari dan mungkin ini
menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang
luas dari hal-hal yang terperinci oleh teori, tetapi apa yang
diberikan menggunakan ingatan akan keterangan yang sesuai.
3. Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah merupakan
hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan
terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
mata dan telinga.