Anda di halaman 1dari 12

Pandangan Filsafat Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan

Nasional

Dosen pengampu: Mahfuzi Irwan S. Pd, M. Pd

Disusun Oleh:

Theodorus Asrot Simarmata(1193151027)

BK Reguler C

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Medan

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa kami panjatkan, karena hanya dengan
rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “Pandangan Filsafat
Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional”. Tidak lupa kami mengucapkan kepada
dosen pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga
dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
Latar Belakang.......................................................................................................... 1
Rumusan Masalah..................................................................................................... 1
Tujuan....................................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................ 2
Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional..........2
Asas Ilmiah dan Teknologi..............................................................................................4
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
Pendahuluan

A.Latar Belakang

Pancasila Sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah
diterima secara luas dan telah bersifat final. Namun walaupun pancasila saat ini telah dihayati
sebagai filsafat hidup bangsa dan dasar negara, yang merupakan perwujudan dari jiwa
bangsa,sikap mental, budaya dan karakteristik bangsa, saat ini asal usul dan kapan di
keluarkan/ disampaikannnya Pancasila masih dijadikan kajian yang menimbulkan banyak
sekali penafsiran dan konflik yang belum selesai hingga saat ini.

Pancasila merupakan dasar pandangan hidup rakyat Indonesia yang di dalamnya


memuat lima dasar yang di dalam isinya merupakan jatidiri bangsa Indonesia. Sila-sila dalam
Pancasila menggambarkan tentang pedoman hidup bernbangsa dan bernegara bagi manusia
Indonesia seluruhnya dan seutuhnya. Masuknya Pancasila sebagai suatu Ideologi dan falsafah
bangsa Indonesia tak lepas pula dari peran Bung Karno. Menurut Sutrisno (2006), “Pancasila
adalah suatu philosofiche grounfslag atau Weltanschauung yang diusulkan Bung Karno di
depan sidang BPUPKI 1 Juni 1945 sebagai dasar negara Indonesia yang kemudian merdeka.”

Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup
yaitu merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan
bangsa tersebut, tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus
berdasarkan filsafat yang dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu
cara atau mekanisme dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut.
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem
norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung
oleh lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya
pendidikan dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-llandasan filosofis dan landasan
ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan pembinaan.

B.Rumusan masalah

 Bagaimana pandangan filsafat pancasila terhadap sistem pendidikan nasional?


 Apa asas yang mempengaruhi sistem pendidikan nasional?

C.Tujuan

 Mengetahui pandangan filsafat pancasila terhadap sistem pendidikan nasional


 Menhgetahui asas yang mempengaruhi sistem pendidikan nasional
BAB II
Pembahasan
Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan Nasional

Bagi bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi dasar negara dan pandangan hidup
segenap bangsa Indonesia. Nilai yang terkandung dalam Pancasila sepatutnya menjadi acuan
dasar dalam kehidupan manusia Indonesia. Dengan demikian, pembangunan pendidikan
nasional sebagai usaha sadar dan sistimatis untuk membina manusia Indonesia.
Pendidikan nasional harus mampu membawa segenap bangsa Indonesia untuk
menjadi manusia Pancasila seperti telah dirumuskan dalam GBHN (1993) yaitu “Pendidikan
nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian,
mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, bertanggung jawab, dan
produktif serta sehat jasmani dan rohani, menimbulkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa
cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta
kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi
ke masa depan.
Tap MPR No. II/MPR/1978 memberi petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila
Pancasila, bagi bidang pendidikan, hal ini sangat penting karena akan terdapat kepastian nilai
yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Petunjuk pengamalan tersebut dapat
pula disebut sebagai 36 butir nilai-nilai pancasila sebagai berikut.

1. Ketuhanaan Yang Maha Esa.


a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan pemeluk-pemeluk
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebesan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan.
d. Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada oranglain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab


a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, persamaan kewajiban antar sesame manusia.
b. Saling mencintai sesame manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan manusia.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan
h. Bngsa Indonesia merasakan dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu
dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia
a. Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara diatas
kepentingan pribadi atau golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara.
c. Cinta tanah air dan bangsa.
d. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
ika.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan
a. Mengutamakan kepentingan Negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab meneriama dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat, serta nilai-nilai kebenaran dan
keadilan.

5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia


a. mengembangkan perbutan-perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaandan bergotong royong.
b. Bersikap riil.
c. Menjaga keseimbangan anrtara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak-hak orang lain.
e. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
f. Menjauhi sikap pemerasan kepada orang lain.
g. Tidak bersikap boros.
h. Tidak bergaya hidup mewah.
i. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
j. Suka bekerja keras.
k. Menghargai hasil karya orang lain.
l. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan social.

Pendidikan adalah upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Manusia pada


hakikatnya adalah makhluk tuhan yang paling tinggi derajatnya dibanding dengan makhluk
lain citaannya di muka bumi ini. Manusia sebagai makhluk sosial terikat oleh suatu sistem
sosial dengan segala komponennya seperti pranata sosial, tatanan hidup kemasyarakatan.
Pendidikan adalah suatu proses sosial budaya untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia. Dengan demikian pendidikan secara nyata merupakan proses sosialisasi
antar warga melalui interaksi insani menuju masyarakat yang berbudaya. Nana Sudjana
(1989) menyebutkan tiga gejala yang diwujudkan dalam kebudayaan umat manusia yaitu
berupa:
1. Ide dan gagasan seperti: konsep, nilai, norma, peraturan sebagi hasil ciptaan dan karya
manusia.
2. Kegiatan seperti tindakan yang berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
3. Hasil karya cipta manusia

Pendidikan merupakan suatu proses budaya, maka senantiasa dalam upaya membina
dan mengembangkan cipta, rasa dan karsa ke dalam tiga wujud di atas.
Wujud pertama, yaitu ide dan gagasan sifatnya cenderung abstrak. Adanya dalam pikiran
manusia dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada. Gagasan itu menjadi
motivasi, pendorong, serta memberi jiwa dan makna bagi kehidupan manusia dalam
bermasyarakat sehingga pola pikir tersebut menjadi suatu sistem yang dianut. Wujud yang
kedua adalah kegiatan yang berpola dari manusia, yaitu aktivitas manusia dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
Dalam sistem sosial, aktivitas manusia cenderung bersifat konkret, bisa dilihat dan
bisa di observasi secara langsung. Sedangkan wujud yang ketiga adalah seluruh hasil fisik
atau non fisik serta perbuatan atau karya manusia dalam masyarakat. Sudah barang tentu
wujud fisik dan non fisik ini hasil dari karya manusia sesuai dengan kebudayaan pertama dan
kedua. Artinya, wujud ketiga merupakan hasil buah pikir dan keterampilan manusia sesuai
dengan gagasan atau ide dan aktivitas manusia dalam struktur sistem sosialnya
Dengan demikian program pendidikan yang dirancang untuk membina kompetensi peserta
didik, tak bisa lepas dari aspek sosial budaya masyarakatnya. Di sini berarti asas sosiologis
akan memberikan pijakan yang mendasar untuk memberikan apa yang cocok dipelajari para
peserta didik, bagaimana mempelajari bahan tersebut sehingga produktivitas pendidikan (out
put) sesuai dengan harapan dan tuntutan kebutuhan masyarakat, baik diamati dan
perkembangan sosial budayanya maupun di amati dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Perkembangan sosial budaya akan memberi warna dan corak kepada perencanaan dan
implementasi kurikulum pendidikan. Namun demikian, asas sosiologis tak berarti program
pendidikan hanya berorientasi kepada tuntutan kebutuhan dan perkembangan masyarakat
tanpa menghiraukan kebutuhan peserta didik sebagai pribadi yang mandiri. Oleh sebab itu,
harus dijaga keseimbangan kurikulum (curiculum balance) antara kepentingan peserta didik
sebagai individu yang unik dan mandiri dengan kepentingan peserta didik sebagai anggota
masyarakat.
Pendidikan yang terlalu memusatkan pada kepentingan masyarakat (sociely centered)
akan pincang dan membuahkan beberapa kelemahan. Misalnya, program pendidikan yang
dilakukan kurang menghiraukan perkembangan peserta didik sebagai pribadi yang unik dan
mandiri. Ini berarti, pendidikan harus menjaga keseimbangan kurikulum dengan menyajikan
program antara kepentingan sociely centered dengan program yang mengarah dan
memperhatikan kegiatan yang berorientasi pada student centered (memusatkan perhatian
pada kepentingan peserta didik sebagai pribadi).

Asas Ilmiah dan Teknologi


Asas lain yang mempengaruhi pendidikan adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam beberapa dasa
warsa terakhir ini maju dengan pesat. Sebagai buah dari kegiatan penelitian dalam bidang
ilmu murni (pure science) dan ilmu terapan (applied science) yang berkembang pesat.
Perkembangan ini jelas memberi pengaruh dan dampak yang sangat kuat pada pendidikan.
Sedangkan isi kurikulum itu sendiri merupakan kumpulan pengalaman manusia yang disusun
secara sistematis dan sistemik sebagai hasil atau buah karya kebudayaan umat manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu karakteristik
perkembangan sosial budaya, akan memberi corak dan warna bagi perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan pendidikan.
Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup sehingga mampu menyiapkan peserta
didik untuk dapat hidup wajar sesuai dengan sosial budaya manusia. Dalam konteks inilah,
kurikulum sebagai isi program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan
tersebut, bukan hanya dari penyiapan isi programnya saja tetapi juga pendekatan dan strategi
pelaksanaannya.
Dalam pemahaman yang hampir sama, Daoed Joesoef dalam Raka Joni (1983: 40)
menyebutkan bahwa Sumber ratusan ribu nilai yang ada dalam masyarakat untuk
dikembangkan melalu proses pendidikan ada tiga hal yaitu:
1. Pikiran atau logika
2. Perasaan atau estetika
3. Kemauan (etika)

Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah nilai-nilai yang bersumber pada pikiran dan logika.
Sedangkan seni bersumber pada perasaan dan estetika. Mengingat pendidikan merupakan
proses penyiapan peserta didik dalam menghadapi perubahan zaman yang semakin pesat,
termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) maka
pengembangan pendidikan harus mengacu kepada asas IPTEKS tersebut.
Pada sisi lain perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung akan
menjadi isi / materi pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas pada
pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang
dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni juga dapat dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah pendidikan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai salah satu karakteristik
perkembangan sosial budaya masyarakat akan memberi corak dan warna terhadap
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pendidikan. Sebab pada gilirannya
pembangunan pendidikan nasional adalah arti lain dari upaya untuk pembangunan sumber
daya manusia yang sesuai dengan tuntutan pembangunan nasional.
Dalam UUD 1945 alinea keempat menyebutkan ”.......untuk membentuk satu
Pemerintahan segenap Negara Indonesia yang melindung segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial...
Dalam UUD 1945 tersebut menunjukkan bahwa bangsa Indonesia tetap memiliki
komitmen kuat untuk melakukan upaya sebagai langkah mencerdaskan kehidupan bangsa
dalam rangka mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia internasional.
Lebih lanjut acuan penyelenggaraan sistem pendidikan nasional, UUD 1945 Pasal 31 hasil
amandemen 2002 yaitu :
1. setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
2. pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.yang diatur dengan undang-undang.
3. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari
anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

Apa yang daiamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 belum dapat dilakukan sepenuhnya
dengan konsekuen. Para penyelenggara negara hendaknya harus memperhatikan bahwa
prioritas utama dalam pembangunan bangsa adalah pendidikan.hasilnya belum seperti yang
diharapkan. Pendidikan telah menjadi watak dan karakter budaya bangsa, namun sejauh ini.
Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan, dilihat dari aspek kuantitatif
secara nasional pemerintah telah mengambil berbagai kebijakan yang berkaitan dengan
pendidikan seperti :
1. Perubahan kurikulum pendidikan nasional.
2. Undang-undang dan peraturan mengenai pendidikan, termasuk undang-undang guru dan
dosen dan standarisasi pendidikann dan undang-undang lainnya.
3. Peningkatan angka partisipasi belajar anak usia sekolah pada semua jenjang sekolah.
4. Penambahan anggaran pendidikan oleh daerah, sesuai dengan amanat pembukaan Undang-
undang Dasar 1945
5. Konsep manajemen pendidikan berbasis sekolah, standarisasi pendidikan dsb.

Pendidikan adalah sebagai sutu investasi bagi pengembangan sumber daya manusia
sebagai individu dan anggota masyarakat. Bangsa Indonesiaa yang terdiri dari berbagai etnis
dan budaya yang berbeda merupakan modal atau aset nasional bagi bangsa untuk memajukan
bangsa, tetapi jika diabaikan dapat menjadi potensial sebagai sumber disentegrasi. Karena itu
sisdiknas harus mampu mengembangkan kearifan untuk belajar hidup bersama dalam
perbedaan. Tanpa kearifan yang tulus lembaga pendidikan tidak akan mampu berfungsi
sebagai lembaga pemersatu, bahkan bisa melahirkan benih-benih konflik yang sangat
berbahaya bagi keutuhan bangsa.

Hafid Abbas (2002) menyebutkan sisdiknas belum dapat berfungsi untuk mempersatukan
manusia Indonesia. Agar dapat berfungsi, maka :
1. Pendidikan harus dikelola dengan prinsip keadilan
2. pengelolaan pendidikan harus terbuka dalam rangka mengakomodir partisipasi masyarakat
banyak
3. pengelolaan pendidikan harus bersifat inklusif dan hindari jauh-jauh eklusif berlebihan
4. pengelolaan pendidikan di semua tingkatan harus secara profesional
5. pengelolaan pendidikan dengan melibatkan semua stakeholder dalam rangka pengayaan
dan demokratisasi pendidikan
6. pendidikan nasional hendaknya benar-benar mendorong tercapainya pemerataan
pendidikan

Pendidikan di Indonesia bersifat multi-kulttural. Sistem pendidikan nasional


Indonesia yang berlatar belakang plural harus dapat memahamkan bahwa manusia itu
beraneka ragam, hendaknya saling memahami, menghargai, menerima dan kerjasama dengan
peraturan yang adil dan proporsional, mengembangkan kerjasama demi kejayaan bangsa.
H.A.R.Tilaar (2002:95) mengemukakan bahwa model pendidikan yang populer dewasa ini
adalah pendidikan multikultural. Dengan model pendidikan yang saat ini setiap sub-budaya
diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang dan dipelihara. Model multikultural
semakin diperkuat dengan adanya otonomi daerah, sehingga masing-masing budaya etnis
yang ada di dalam masyarakat dapat berkembang dan dikembangkan dengan seluas-luasnya.
Bila disimak pelaksanaan sistem pendidikan nasional masih belum sesuai dengan batang
tubuh UUD 1945. Ujian Nasinal hanya memfokuskan kepada salah satu aspek kecerdasan
saja yaitu kecerdasan intelektual, dan kurang memperhatikan kecerdasan emosional dan
spritual. Demikian juga biaya pendidikan masih relatif tinggi dan kurang dapat menjangkau
setiap warga negara terutama di desa. Pndidikan sebaiknya dikelola dalam satu atap di bawah
naungan Sisdiknas oleh departemen pendidikan nasional.

Mastuhu (1999: 94-98) menawarkan gagasan untuk mengantisipasi pendidikan abad 21,
yakni
1. pendidikan yang diskriminatif, antara negeri dan swasta.
2. pendidikan dijadikan ” panglima” pembangunan Indonesia
3. dua poin di atas hanya bisa dilaksanakan oleh pemerintahan yang benar-benar demokratis,
terbuka, adil, jujur dan memiliki tatanan kehidupan bernegara terletak di tangan rakyat
4. agar pendidikan diatur sepenuhnya dengan kewenangan akademik, bukan kewenangan
kekuasaan apalagi sentralistik.
5. pendidikan hendaknya menggunakan pendekatan yang beeragam bukan yang serba
diseragamkan.
6. pendidikan hendaknya berorientasi pada siswa bukan pada guru atau materi pelajaran.
7. pendidikan diubah untuk mengarahkan siswa untuk ”menjadi” bukan hanya sekedar
memiliki.
8. pendidikan perlu membentuk ”networking” dengan berbagai sumber, mengingat kini
muncul fenomena tereduksinya peran sekolah dan guru sebagai sumber pendidikan, dan
9. pendidikan harus mampu mengembangkan budaya akademik, dan jangan terjebak pada
budaya politik kekuasaan.
BAB III
Penutup

Kesimpulan
Pancasila merupakan dasar pandangan hidup rakyat Indonesia yang di dalamnya
memuat lima dasar yang di dalam isinya merupakan jatidiri bangsa Indonesia. Sila-sila dalam
Pancasila menggambarkan tentang pedoman hidup bernbangsa dan bernegara bagi manusia
Indonesia seluruhnya dan seutuhnya. Pancasila juga merupakan sebuah filsafat karena
pancasila merupakan acuan intelektual kognitif bagi cara berpikir bangsa, yang dalam usaha
usaha keilmuan dapat terbangun ke dalam sistem filsafat yang kredibel.

Pancasila adalah falsafah yang merupakan pedoman berperilaku bagi bangsa


Indonesia yang sesuai dengan kultur kita bangsa Indonesia yang memiliki adat ketimuran.
Pendidikan karakter memang seharusnya diambil dari nilai-nilai yag terkandung dalam
Pancasila. Agar tercipta manusia Indonesia yang cerdas, berperilaku baik, mampu hidup
secara individu dan sosial, memenuhi hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik
serta beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semuanya telah mencakup
filsafat pendidikan Pancasila yang mempunyai ciri yaitu integral, etis dan reigius.
DAFTAR PUSTAKA
Jumali, dkk, 2004. Landasan Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah University Press

Noor Syam, Moh, 1986. Filsafat Pendidikan dan dasar filsafat Kependidikan
Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional

Rapar, J.H., 1988. Filsafat Politik Aristoteles. Jakarta: Rajawali.

Sutrisno, Slamet, 2006. Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: Andi

Anda mungkin juga menyukai