Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud
membantu peserta didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi
kemanusiaanya. Potensi kemanusiaan merupakan benih kemungkinan
untuk menjadi manusia. Tugas mendidik hanya mungkin dilakukan
dengan benar dan tepat tujuan, jika pendidikan memiliki ciri khas yang
secara prinsipil berbeda dengan hewan. Ciri khas manusia yang
membedakanya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa yang
disebut dengan hakikat menusia. Disebut sifat hakikat manusia karena
secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat
pada hewan. Pemahaman pendidikan terhadap sifat hakikat manusia akan
membentuk peta tentang karakteristik manusia dalam bersikap, menyusun
startegi, metode dan tekhnik serta memilih pendekatan dan orientasi dalam
merancang dan melaksanakan komunikasi dalam interaksi edukatif.
Sebagai pendidik bangsa Indonesia, kita wajib memiliki kejelasan
mengenai hakikat manusia Indonesia seutuhnya. Sehingga dapat dengan
tepat menyusun rancangan dan pelaksaaan usaha kependidikannya. Selain
itu, seorang pendidik juga harus mampu mengembangkan tiap dimensi
hakikat manusia, sebagai pelaksanaan tugas kependidikanya menjadi lebih
profesional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari hakikat manusia?
2. Apa saja aspek-aspek pada hakikat manusia?
3. Bagaimana akhlak dan pendidikan akhlak?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hakikat manusia
2. Untuk mengetahui aspek-aspek pada hakikat manusia
3. Untuk mengetahui akhlak dan pendidikan akhlak

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Hakikat Manusia


Hakikat manusia merupakan makhluk yang memiliki 3 unsur yaitu
roh, nafsu dan rasio, dimana roh merupakan simbol kebaikan, nafsu
sebagai simbol keburukan dan penggunaan kedua unsur tersebut kemudian
dikontrol dan dikendalikan oleh rasio/akal (plato).
Hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki sifat sosial,
individualitas, dan moralitas, yang mana sifat tersebut menjadi dasar dan
tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan
tujuan setiap orang dan kelompoknya. Dengan keberadaan sifat itu pula
maka setiap manusia akan saling membutuhkan, saling membantu, dan
saling melengkapi dan juga selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk
mencapai tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk
pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya (M.J. Langeveld :1955).
Hakikat manusia adalah keberadaan kontrak sosial dari manusia itu
sendiri, yaitu setiap orang harus menghargai dan menjaga hak orang lain
(Thomas Hobbes).
Hakikat manusia merupakan sosok makhluk sosial yang ditandai
dengan keberadaan kontrak sosial di dalamnya. Dimana manusia itu
sendiri tidak dapat menjalani kehidupannya secara sendiri-sendiri,sehingga
harus saling menghargai antar sesama dan saling menjaga hak-hak satu
sama lain (Tafsir : 2010).
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna
diantara yang lainnya karena kita dikaruniai akal, pikiran dan perasaan
oleh Tuhan. Maka akan selalu memilih yang terbaik diantara yang dapat
diambil. Hakikat manusia juga memiliki banyak arti, yaitu;
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan
hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas
tingkah laku intelektual dan sosial.

2
c. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur
dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus
berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha
untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat
dunia lebih baik untuk ditempati

Pemenuhan akan hak dan pelaksanaan kewajiban berkaitan erat dengan


keadilan, dapat dikatakan kedilan terwujud bila hak sejalan dengan
kewajiban. Kemampuan menghayati kewajiban sebagai keniscayaan tidak
lahir dengan sendirinya, tetapi melalui suatu proses pendidikan (disiplin).

B. Aspek-Aspek Hakikat Manusia


1. Manusia Sebagai Makhluk Tuhan
Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness)
dan penyadaran diri (self – awarness). Karena itu, manusia adalah
subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan
dirinyadengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek) selain
itu, manusia bukan saja mampu berpikir tentang diri dan alam
sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentang pemikirannya. Namun,
sekalipun manusia menyadari perbedaanya dengan alam bahwa dalam
konteks keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian
daripadanya.
Manusia berkedudukan sebagai makhluk tuhan YME maka dalam
pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sebdiri adanya
fenomena kemakhlukan (M.I. Soelaeman, 1998). Fenomena
kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan
adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada tuhannya.
Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan
Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan
dan ketidakberdayaannya dibanding tuhannya Yang Maha Kuasa dan

3
Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba
Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat Abadi,
manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih
siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia
terhadap tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa kagum,
rasa hormat, dan rasa segan karena TuhanNya begitu luhur dan suci.
Semua itu menggugah kesedian manusia untuk bersujud dan berserah
diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan Maha Kasih
SayangNya Sang Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan
berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu
muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk
mengambil tindakan dalam hidupnya.

2. Manusia Sebagai Makhluk Individu


Sebagaimana Anda alami bahwa manusia menyadari keberadaan
dirinya sendiri. Kesadaran manusian akan dirinya sendiri merupakan
perwujudan individualitas manusia. Manusia sebagai individu atau
pribadi merupakan kenyataan yang paling riil dalam kesadaran
manusia. Sebagai individu, manusia adalah satu kesatuan yang tak
dapat dibagi, memiliki perbedaan dengan manusia lainnya sehingga
bersifat unik, dan merupakan subjek yang otonom.
Setiap manusia mempunya dunianya sendiri, tujuan hidupnya
sendiri. Masing-masing secara sadar berupaya menunjukkan
eksistensinya, ingin menjadi dirinya sendiri atau bebas bercita – cita
untuk menjadi seseorang tertentudan masing – masing mampu
menyatakan “inilah aku” ditengah segala yang ada. Setiap manusia
mampu mengambil distansi, menempati posisi, berhadapan,
menghadapi, memasuki, memikirkan, bebas mengambil sikap, dan
bebas mengambil tindakan atas tanggung jawabnya sendiri atau
otonom. Karena itu, manusia adalah subjek dan tidak sebagai objek.

4
3. Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk individual, namun demikian ia tidak
hidup sendirian, tak mungkin hidup sendirian, dan tidak pula hidup
untuk dirinya sendiri. Manusia hidup dalam keterpautan dengan
sesamanya. Dalam hidup bersama dalam sesamanya (bernasyarakat)
setiap individu menempati kedudukan (status) tertentu. Disamping itu,
setiap individu mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-masing,
mereka juga mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama
dengan sesamanya. Selain dengan adanya kesadaran diri, terdapat pula
kesadaran sosial pada manusia. Melalui hidup dengan sesamanyalah
manusia akan dapat mengukuhkan eksistensinya. Sehubungan dengan
ini Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk sosial atau
makhluk bermasyarakat.
Setiap manusia adalah pribadi (individu) dan adanya hubungan
pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya maka
idiealnya situasi hubungan antara individu dengan sesamanya itu tidak
merupakan hubungan anatara subjek dengan objek, melainkan subjek
dengan subjek.

4. Manusia Sebagai Makhluk yang Unik


a) Manusia sebagai makhluk biologis
Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo
sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah
berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin
seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak
muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai
pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan
dewasa sebagai wanita. Penggolongan lainnya adalah berdasarkan
usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik,
pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.

5
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang
lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata;
bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama
(penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota
partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat,
keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman;
musuh) dan lain sebagainya.
Dalam biologi, manusia biasanya dipelajari sebagai salah
satu dari berbagai spesies di muka Bumi. Pembelajaran biologi
manusia kadang juga diperluas ke aspek psikologis serta
ragawinya, tetapi biasanya tidak ke kerohanian atau keagamaan.
Secara biologi, manusia diartikan sebagai hominid dari spesies
Homo sapiens. Satu-satunya subspesies yang tersisa dari Homo
Sapiens ini adalah Homo sapiens. Mereka biasanya dianggap
sebagai satu-satunya spesies yang dapat bertahan hidup dalam
genus Homo. Manusia menggunakan daya penggerak bipedalnya
(dua kaki) yang sempurna. Dengan ada nya kedua kaki untuk
menggerakan badan, kedua tungkai depan dapat digunakan untuk
memanipulasi obyek menggunakan jari jempol (ibu jari).
Rata-rata tinggi badan perempuan dewasa Amerika adalah
162 cm (64 inci) dan rata-rata berat 62 kg (137 pound). Pria
umumnya lebih besar: 175 cm (69 inci) dan 78 kilogram (172
pound). Tentu saja angka tersebut hanya rata rata, bentuk fisik
manusia sangat bervariasi, tergantung pada faktor tempat dan
sejarah. Meskipun ukuran tubuh umumnya dipengaruhi faktor
keturunan, faktor lingkungan dan kebudayaan juga dapat
mempengaruhinya, seperti gizi makanan.
Anak manusia lahir setelah sembilan bulan dalam masa
kandungan, dengan berat pada umumnya 3-4 kilogram (6-9 pound)
dan 50-60 centimeter (20-24 inci) tingginya. Tak berdaya saat
kelahiran, mereka terus bertumbuh selama beberapa tahun,
umumnya mencapai kematangan seksual pada sekitar umur 12-15

6
tahun. Anak laki-laki masih akan terus tumbuh selama beberapa
tahun setelah ini, biasanya pertumbuhan tersebut akan berhenti
pada umur sekitar 18 tahun.

Sebuah kerangka manusia.

Warna kulit manusia bervariasi dari hampir hitam hingga


putih kemerahan. Secara umum, orang dengan nenek moyang yang
berasal dari daerah yang terik mempunyai kulit lebih hitam
dibandingkan dengan orang yang bernenek-moyang dari daerah
yang hanya mendapat sedikit sinar matahari. (Namun, hal ini tentu
saja bukan patokan mutlak, ada orang yang mempunyai nenek
moyang yang berasal dari daerah terik dan kurang terik; dan orang-
orang tersebut dapat memiliki warna kulit berbeda dalam lingkup
spektrumnya.) Rata-rata, wanita memiliki kulit yang sedikit lebih
terang daripada pria.

Perkiraan panjang umur manusia pada kelahiran mendekati


80 tahun di negara-negara makmur, hal ini bisa tercapai berkat
bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Jumlah orang yang
berumur seratus tahun ke atas di dunia diperkirakan berjumlah
sekitar 50,000 pada tahun 2003. Rentang hidup maksimal manusia
diperhitungkan sekitar 120 tahun.

Sementara banyak spesies lain yang punah, Manusia dapat


tetap eksis dan berkembang sampai sekarang. Keberhasilan mereka
disebabkan oleh daya intelektualnya yang tinggi, tetapi mereka
juga mempunyai kekurangan fisik. Manusia cenderung menderita
obesitas lebih dari primata lainnya. Hal ini sebagian besar
disebabkan karena manusia mampu memproduksi lemak tubuh
lebih banyak daripada keluarga primata lain. Karena manusia
merupakan bipedal semata (hanya wajar menggunakan dua kaki
untuk berjalan), daerah pinggul dan tulang punggung juga
cenderung menjadi rapuh, menyebabkan kesulitan dalam bergerak

7
pada usia lanjut. Juga, manusia perempuan menderita kerumitan
melahirkan anak yang relatif (kesakitan karena melahirkan hingga
24 jam tidaklah umum). Sebelum abad ke-20, melahirkan
merupakan siksaan berbahaya bagi beberapa wanita, dan masih
terjadi di beberapa lokasi terpencil atau daerah yang tak
berkembang di dunia saat ini.

b) Manusia sebagai makhluk psikologi


Mengenai sifat makhluk yang bernama manusia itu sendiri
yakni bahwa makhluk itu memiliki potensi lupa atau memiliki
kemampuan bergerak yang melahirkan dinamisme, atau makhluk
yang selalu atau sewajarnya melahirkan rasa senang, humanisme
dan kebahagiaan pada pihak-pihak lain. Dan juga manusia itu pada
hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, berbicara, berjalan,
menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta bergerak.
Psikologi itu merupakan ilmu mengenai jiwa. Menurut
Plato, manusia adalah jiwanya dan tubuhnya hanya sekadar alat
saja. Sedangkan aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah fungsi
dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata.
Walaupun jiwa itu tidak nampak, tetapi dapat dilihat keadaan-
keadaan yang dapat dipandang sebagai gejala-gejala kehidupan
kejiwaan, misalnya orang yang sedang menggerutu, suatu pertanda
bahwa orang ini sedang tidak senang dalam hatinya.
Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini
berpendapat bahwa penentu perilaku utama manusia dan corak
kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi
lingkungan. Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan
bahwa filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang
menempatkan manusia sebagai pusat segala pengalaman dan
relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang
menyangkut masalah manusia. Aliran psikologis ini , yakni:

8
1) Psikoanalisis
Pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1839),
seorang neurolog berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Freud
memandang manusia sebagai homo volens, yakni makhluk
yang perilakunya dikendalikan oleh alam bawah sadarnya.
Menurut freud kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yaitu
id (dorongan biologis), Ego (kesadaran terhadap realitas
kehidupan), dan Superego (kesadaran normatif) yang
berinteraksi satu sama lain. Id merupakan potensi yang terbawa
sejak lahir yang berorientasi pada kenikmatan (pleasure
principle), menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan, dan
menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi. Ego berusaha
memenuhi keinginan dari id berdasarkan kenyataan yang ada
(Reality principle). Sedangkan superego menuntut adanya
kesempurnaan dalam diri dan tuntutan yang bersifat idealitas.
2) Behaviorisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia adalah netral, baik
atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh situasi dan
perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Aliran ini
memandang perilaku manusia bukan dikendalikan oleh factor
dalam (alam bawah sadar) tetapi sepenuhnya dipengaruhi oleh
lingkungan. Menurut aliran ini manusia disebut sebagai homo
machanicus, manusia mesin.
c) Manusia sebagai makhluk sosial
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau
makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal
pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam
hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia
selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan
masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan
dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya
manusia akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia

9
dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia
ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan
orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia
kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin
bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia
bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan
bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk
sosial, karena beberapa alasan, yaitu:
1) Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
2) Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang
lain.
3) Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang
lain
4) Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-
tengah manusia.
d) Manusia sebagai makhluk spiritual
Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan
konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti
dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk
hidup, dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan
ras lain. Manusia adalah satu kata yang sangat bermakna dimana
makhluk yang sangat sempurna dari makhluk makhluk lainya
,makhluk yang sangat spesial dan berbeda dari makhluk yang ada
sebelumnya , makhluk yang bersifat nyata dan mempunyai akal
fikiran dan nafsu yang diberikan Tuhan untuk berfikir, mecari
kebenaran, mencari Ilmu Pengetahuan, membedakan mana yang
baik atau buruk, dan hal lainya. Karena begitu banyak
kesempurnaan yang di miliki manusia tidak terlepas dari tugas
mereka sebagai khalifah di Bumi ini. Karena itu, kualitas, hakikat,
fitrah, kesejatian manusia adalah baik, benar, dan indah. Tidak ada

10
makhluk di dunia ini yang memiliki kualitas dan kesejatian semulia
itu . Sungguhpun demikian, harus diakui bahwa kualitas dan
hakikat baik benar dan indah itu selalu mengisyaratkan dilema-
dilema dalam proses pencapaiannya. Artinya, hal tersebut
mengisyaratkan sebuah proses perjuangan yang amat berat untuk
bisa menyandang predikat seagung itu. Sebab didalam hidup
manusia selalu dihadapkan pada tantangan moral yang saling
mengalahkan satu sama lain. Karena itu, kualitas sebaliknya yaitu
buruk, salah, dan jelek selalu menjadi batu sandungan bagi
manusia untuk meraih prestasi sebagai manusia berkualitas.
Secara fitrah manusia menginginkan “kesatuan dirinya”
dengan Tuhan, karena itulah pergerakan dan perjalanan hidup
manusia adalah sebuah evolusi spiritual menuju dan mendekat
kepada Sang Pencipta. Tujuan mulia itulah yang akhirnya akan
mengarahkan dan mengaktualkan potensi dan fitrah tersembunyi
manusia untuk digunakan sebagai sarana untuk mencapai
“spirituality progress”.
Menurut Abraham Maslow manusia mempunyai lima
kebutuhan yang membentuk tingkatan-tingkatan atau disebut juga
hirarki dari yang paling penting hingga yang tidak penting dan dari
yang mudah hingga yang sulit untuk dicapai atau didapat. Motivasi
manusia sangat dipengaruhi oleh kebutuhan mendasar yang perlu
dipenuhi. Kebutuhan maslow harus memenuhi kebutuhan yang
paling penting dahulu kemudian meningkat ke yang tidak terlalu
penting. Untuk dapat merasakan nikmat suatu tingkat kebutuhan
perlu dipuaskan dahulu kebutuhan yang berada di bawahnya .
Lima (5) kebutuhan dasar Maslow – disusun berdasarkan
kebutuhan yang paling penting hingga yang tidak terlalu krusial :
1) Kebutuhan Fisiologis. Contohnya adalah : Sandang / pakaian,
pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis
seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain
sebagainya.

11
2) Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan. Contoh seperti :
Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa
sakit, bebas dari teror, dan lain sebagainya.
3) Kebutuhan Sosial. Misalnya adalah : memiliki teman, memiliki
keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4) Kebutuhan Penghargaan. Contoh : pujian, piagam, tanda jasa,
hadiah, dan banyak lagi lainnya.
5) Kebutuhan Aktualisasi Diri. Adalah kebutuhan dan keinginan
untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya
5. Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya
Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan
kebudayaan, hidup berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bukan
sesuatu yang ada diluar manusia, bahkan hakikatnya meluputi
perbuatan manusia itu sendiri. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan,
bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena dan bersama
kebudayaannya (C.A. Vanpeursen,1957). Sejalan dengan ini Ernt
Cassirer menegaskan bahwa “manusia tidak menjadi manusia karena
sebuah factor didalam dirinya, misalnya naluri atau akal budi,
melainkan fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaannya, kebudayaanya.
Demikianlah kebudayaan termasuk hakikat manusia” (C.A.
Vanpeursen, 1988).
Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat
dinamika pada diri manusia mengimplikasiakn adanya perubahan dan
pembaharuan kebudayaan. Hal ini tentu saja didukung pula oleh
pengaruh kebudayaan masyarakat atau bangsa lain terhadap
kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, mengingat
adanya dampak positif dan negative dari kebudayaan terhadap
manusia, masyarakat kadang-kadang terombang ambing diantara 2
relasi kecenderungan. Disatu pihak ada yang mau melestarikan bentuk
lama (tradisi), sedang yang lain terdorong untuk menciptkan hal-hal
yang baru (inovasi).

12
6. Manusia Sebagai Makhluk Susila
Dalam uraian terdahulu telah dikemukakan bahwa manusia sadar
akan diri dan lingkungannya, mempunyai potensi dan kemampuan
untuk berpikir, berkehendak bebas, bertanggung jawab, serta punya
potensi untuk berbuat baik. Karna itulah, eksistensi manusia memiliki
aspek kesusilaan.
Sebagai makhluk yan otonom atau memiliki kebebasan, manusia
selalu dihadapkan pada suatu alternative tindakan yang harus
dipilihnya. Adapun kebebasan berbuat ini juga selalu berhubungan
dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus
dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih dan
menentukan perbuatannya secara otonom maka selalu ada penilaian
moral atau tuntunan pertanggung jawaban atas perbuatannya.

7. Manusia Sebagai Makhluk Beragama


Aspek keberagaman merupakan salah satu karakteristik esensial
eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap
dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun, baik dalam
rentan waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rintang
geografis dimana manusia berada. Keberagaman menyiratkan adanya
pengakuan dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama.
Dilain pihak, Tuhanpun telah menurunkan wahyu melalui utusan-
utusanNya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk
dipikirkan manusia agar manusia beriman dan bertaqwa kepadaNya.
Manusia hidup beragama karena agama menyangkut masalah-masalah
yanag bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagaman akan tampak
dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing individu.
Hal ini baik berkenaan dengan sistem keyakinannya, system
peribadatan maupun berkenaan dengan pelaksanaan tata kaidah yang
mengatur hubungan manusia dengan tuhannya, hubungan manusia
dengan manusia serta hubungan manusia dengan alam.

13
C. Akhlak dan Pendidkan Akhlak
a) Definisi Pendidikan Akhlak
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang disusun oleh
WJS Poerwadarminta, Akhlak artinya Budi Pekerti, Watak dan
Tabiat. Watak adalah sifat bathin manusia yang mempengaruhi
segenap pikiran dan perbuatannya, sedangkan menurut etimologi
bahasa Arab, akhlak adalah bentuk masdar (infinitive) dari kata
akhlaqa yang memiliki arti perangai, tabiat atau watak. Kemudian
Imam Gazali dalam kitab Ihya Ulumuddin mengatakan akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan
perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran
dan pertimbangan dan Muhammad Darraz mendefenisikan akhlak
sebagai sesuatu kekuatan dari dalam diri yang berkombinasi antara
kecendrungan pada sisi baik (akhlak al karimah) dengan sisi buruk
(akhlak al madzmumah), selanjutnya Ulil Amri Syafri mengatakan
akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa manusia yang
dapat melahirkan perbuatan-perbuatan baik dan buruk secara
spontan tanpa memerlukan pikiran dan dorongan dari luar.
Dari uraian-uaraian tersebut pengertian akhlak adalah
merupakan penampakan dari sikap (perbuatan) seseorang tertahap
sesuatu tanpa didahului dengan pengaruh-pengaruh dari luar. Bila
kita kaitkan antara satu dengan lainnya maka dapat ditarik suatu
makna pendidikan akhlak berarti pendidikan budi pekerti.
Pendidikan akhlak menurut al-Qur’an adalah suatu usaha
yang dilakukan secara sadar guna memberikan pendidikan jasmani
dan rohani berdasarkan ajaran Islam yang berupa penanaman
akhlak mulia yang merupakan cermin kepribadian seseorang,
sehingga menghasilkan perubahan yang direalisaikan dalam
kenyataan kehidupan sehari-hari. Kenyataan hidup yang meliputi,
tingkah laku yang baik, cara berfikir yang baik dan bersikap baik
yang dapat menjadikan manusia sempurna. Akhlak yang mulia

14
akan mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang
tinggi.
Perbuatan mulia yang keluar dari kekuatan jiwa tanpa
keterpaksaan adalah akhlak yang baik (akhlakul mahmudah).
Kebaikan yang tersembunyi dalam jiwa atau dididik dengan
pendidikan yang buruk sehingga kejelekan dari kegemarannya,
kebaikan menjadi kebencian dan perkataan serta perbuatan tercela
mengalir tanpa rasa terpaksa. Maka yang demikian di sebut akhlak
yang buruk(akhlakul mazmumah). Al-Qur’an Menjadi penyeru
kepada pendidikan akhlak yang baik, mengajak kepada pendidikan
akhlak di kalangan kaum muslimin, menumbuhkannya dalam jiwa
mereka dan yang menilai keimanan seseorang dengan kemuliaan
akhlaknya. Adapun tujuan pendidikan akhlak menurut al-Qur’an
adalah terwujudnya manusia yang memiliki pemahaman terhadap
pendidikan akhlak baik dan buruk yang tercermin dalam perilaku
kognitif, efektif dan psikomotorik secara terpadu sehingga
terwujud manusia yang memiliki kesempurnaan akhlak
sebagaimana yang digambarkan oleh Allah menurut al-Qur’an dan
telah dicontohkan oleh rasulullah SAW, sehingga terwujudlah
keselamatan di dunia dan akherat. Pendidikan akhlak menurut al-
Qur’an meliputi akhlak terhadap Allah dan rasulnya, akhlak
terhadap manusia, akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap
keluarga, akhlak terhadap masyarakat dan akhlak terhadap alam
sekitar kita.

b) Tujuan Pendidikan Akhlak.

Manusia secara natural memang memiliki potensi didalam


dirinya. Untuk bertumbuh dan berkembang mengatasi keterbatasan
manusia dan keterbatasan budayanya. Di pihak lain manusia juga
tidak dapat abai terhadap lingkungan sekitarnya. Tujuan
pendidikan akhlak semestinya diletakkan dalam kerangka gerak
dinamis dialektis, berupa tanggapan individu atau impuls natural

15
(fisik dak psikis), sosial, kultural yang melingkupinya, untuk dapat
menempa dirinya menjadi sempurna sehingga potensi-potensi yang
ada dalam dirinya berkembang secara penuh yang membuatnya
semakin menjadi manusiawi. Semakin menjadi manusiawi berarti
membuat ia juga semakin menjadi makhluk yang mampu berelasi
secara sehat dengan lingkungan diluar dirinya tanpa kehilangan
otonomi dan kebebasannya, sehingga ia menjadi manusia yang
bertanggungjawab.

Pendidikan akhlak lebih mengutamakan pertumbuhan


moral individu yang ada dalam lembaga pendidikan. Untuk ini, dua
paradigma pendidikan karakter merupakan suatu keutuhan yang
tidak dapat dipisahkan. Peranan nilai dalam diri siswa dan
pembaruan kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan
individu merupakan kedua wajah pendidikan karakter dalam
lembaga pendidikan.

c) Dasar Pembentukan Akhlak

Dasar pembentukan akhlak itu adalah nilai baik atau buruk.


Nilai baik disimbolkan dengan nilai malaikat dan nilai buruk
disimbolkan dengan nilai setan. Akhlak manusia merupakan hasil
tarik-menarik antara nilai baik dalam bentuk energy positif dan
nilai buruk dalam bentuk energi negatif. Energi negatif itu berupa
nilai-nilai yang a-moral yang bersumber dasi taghut (setan).

Nilai-nilai etis moral itu berfungsi sebagai sarana


pemurnian, pensucian dan pembangkitan nilai-nilai kemanusiaan
yang sejati (hati nurani). Energi positif itu berupa: pertama,
kekuatan spiritual. Kekuatan spiritual itu berupa Iman, Islam,
Ihsan,dan Taqwa, yang berfungsi membimbing dan memberikan
kekuatan kepada manusia untuk menggapai keagungan dan
kemuliaan (ahsani taqwim); kedua, kekuatan potensi manusia
positif, berupa aqlus salim (akal yang sehat), qalbun salim (hati

16
yang sehat), qalbun munib (hati yang kembali, bersih, suci dari
dosa) dan nafsu muthmainnah (jiwa yang tenang), yang semua itu
merupakan modal insan atau sumber daya manusia yang memiliki
kekuatan luar biasa, ketiga sikap atau prilaku etis ini merupakan
implementasi dari kekuatan spiritual dan kekuatan kepribadian
manusia yang kemudian melahirkan konsep-konsep normatif
tentang nilai-nilai budaya etis, sikap dan prilaku etis ini meliputi
Istiqamah (integritas), Iklhas, Jihad dan Amal Saleh.

Energi Positif tersebut dalam perspektif individu akan


melahirkan orang yang berkarakter, yaitu orang yang bertaqwa,
memiliki integritas (nafs al muthmainnah) dan beramal saleh.
Aktualisasi orang yang berkualitas ini dalam hidup dan bekerja
akan melahirkan akhlak budi pekerti yang luhur karena memiliki
personality (integritas, komitmen dan dedikasi), capacity
(kecakapan), dan competency (kemampuan) serta professional
(ahli). Kebalikan dari energi positif adalah adanya energi negatif,
energi negatif itu di simbolkan dengan kekuatan materialistik dan
nilai-nilai thagut (nilai-nilai destruktif). Kalau nilai–nilai etis
berfungsi sebagai sarana pemurnian, pensucian dan pembangkitan
nilai-nilai kemanusiaan yang sejati (hati nurani), maka nilai-nilai
material (thagut) berfungsi sebaliknya yaitu pembusukan dan
penggelapan nilai-nilai kemanusiaan disebut sebagi energi negatif.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang selalu belajar dan
dipelajari. Sifat hakekat manusia menjadi bidang kajian filsafat, khusnya
filsafat antrofologi. hal ini menjadi keharusan oleh karena pendidikan
bukanlah sekadar soal peraktek melainkan peraktek yang berlandaskan dan
bertujuan. Sedangkan landasan dan tujuan pendidikan itu sendiri sifatnya
filosofis normatif. Besifat filosofis karena untuk mendapatkan landasan
yang kukuh diperlukan adanya kajian yang bersifat mendasar, sistematis
dan universal tentang ciri hakiki manusia. Potensi kemanusiaan
merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Manusia memiliki
ciri khas yang secara prinsipiil berbeda dari hewan. Ciri khas manusia
yang membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari
apa yang disebut sifat hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia
karena secara hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak
terdapat pada hewan.
Oleh karena itu, sangat strategis jika pembahasan tentang hakekat
manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang pendidikan bersifat
normatif karena pendidikan mempunyai tugas untuk menumbuh
kembangkan sifat hakikat manusia tersebut sebagai sesuatu yang bernilai
luhur,dan hal itu menjadi keharusan. Manusia juga merupakan suatu
pribadi yang selalu mencari tau tentang apa yang belum diketahuinya.
B. Saran
Pendidikan akhlak merupakan suatu bentuk yang sangat urgen
dalam membentuk kepribadian anak dimasa depan, oleh karena itu
disarankan bagi orangtua dan guru-guru agar memmperhatikan materi apa
yang seharusnya disampaikan dan waktu kapan dilaksanakan, sehingga
anak-anak itu terbiasa dengan hal-hal yang baikdan sesuai dengan
tuntunan yang dirisalahkan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu alaihi
wa sallam, untuk itu kepada:

18
1. Orangtua, agar senantiasa menjaga dan memelihara anak-anaknya dari
perbuatan yang melanggar perintah Allah dan Rasul dengan terlebih
dahulu orangtualah yang takut kepada Allah dan Rasul-Nya.
2. Guru, agar mendidik para siswa/i untuk selalu melaksanakan perintah
agama yang telah diajarakan dengan memperaktekkannya disekolah,
pada jam-jam tertentu.
3. Pemangku kebijakan, agar disetiap jenjang pendidikan, pendidikan
akhlak mendapatkan prioritas yang utama.
4. Masyarakat, memberikan contoh yang baik kepada lingkungannya,
dengan mengamalkan ajaran agamanya masing-masing, sehingga
saling pengertian diantara ummat terbina dengan baik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abu Zahra Muhammad,1994, Membangun Masyarakat Islam, Pustaka


Firdaus. Jakarta

Beling & Totten, 1980, Modernisasi masalah Model Pembangunan (suntingan


Bur Rasuanto., Rajawali, Jakarta

Imarah, Muhammad, 1999, Islam dan Keamanan Sosial, Gema Insani, Jakarta.

Munawir dan Makmurtono Agus, 1989, Etika ( Filasat Moral), Wira Sari,
Jakarta.

Syafri Ulil Amri, 2014, Pendidikan Karakter, Rajawali, Jakarta


Tim Dosen MPK PAI Unila. 2014, Pendidikan Agama Isla, Rajawali
Jakarta
https://www.scribd.com/doc/114537090/Konsep-Manusia-Sebagai-Makhluk-Bio

Wahyudin, dkk. 2007. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Pusat Penerbitan


Universitas terbuka

20

Anda mungkin juga menyukai