Anda di halaman 1dari 10

Abstrak

Nilai dalam teori merupakan ilmu yang berkaitan dengan masalah-masalah moral,
bersangkutan dengan sikap manusia dalam mengklasifikasikan baik atau buruk, benar atau
salah diterima atau ditolak. Dari pandangan nilai tersebut perlu ataupun tidaknya suatu nilai
ada beberapa pendapat yang meyakini bahwa itu mengandung bebas nilai dan tidak bebas
nilai. Begitu pula dengan ilmu ekonomi merupakan ilmu yang sebagiannya berupa
pengetahuan yang bersifat tidak akan bebas nilai secara ilmiah. Ekonomi Islam salah satu
ilmu kajian pengetahuan yang tidak bebas nilai namun memiliki sumber nilai yang kuat
ajaran diturunkan oleh Rasulullah Muhammad SAW berupa Al-Qur’an dan hadist.
Kata kunci: Ekonomi, Ekonomi Islam, Nilai

Abstract
Value in theory is a science related to moral issues, concerned with human attitudes in
classifying good or bad, right or wrong, accepted or rejected. From this value perspective,
whether a value is necessary or not, there are several opinions that believe that it contains
value-free and is not value-free. Likewise, economics is a science that partly consists of
knowledge that is not scientifically value-free. Islamic economics is a science that is not
value-free but has a strong source of values, taught by the Prophet Muhammad SAW value
based on Quran and hadith.
Keyword: Economic, Islamic Economic, Value

I. Pendahuluan
Nilai merupakan salah satu cabang filsafat yang disebut aksiologi. Terkandung
didalamnya sebuah pertanyaan-pertanyaan yang dicari jawabnya antara lain adalah seperti:
nilai-nilai yang bagaimanakah yang dikehendaki oleh manusia dan yang akan dapat
digunakan sebagai dasar hidup. Jawaban dari pertanyaan tersebut menjadi tolak ukur atas
persoalan kehidupan.
Pengembangan suatu ilmu serta teknologi perlu dikaji ulang tentang pendapat bahwa
cara memperoleh dan ilmu pengetahuan itu harus “bebas nilai”. Apakah benar demikian
mengingat bahwa dalam dinamika mengembangkan pengetahuan berdasarkan apa yang
diketahuinya. Dari cara berpikir itulah yang menghasilkan sebuah ilmu memiliki obyek
maupun subyek formal. Dalam memenuhi syarat tersebut harus meliputi kajian ontology,
epistimologi, dan aksiologinya.
Aksiologi ilmu meliputi nilai-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian
makna terhadap kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita
yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-
material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini wajib dipatuhi dalam
kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu seperti
kajian ilmu ekonomi dan ekonomi Islam.

II. Pembahasan
A. Definisi Nilai
Menjelaskan suatu nilai itu tidaklah mudah, karena nilai merupakan sesuau yang
menarik untuk kita pelajari, sesuatu yang kita senangi, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang
kita sukai dan kita inginkan, singkatnya sesuatu yang baik. Begitu banyak pengertian dari
nilai yang didefinisikan oleh sebagian para ahli dan sengaja dihadirkan dalam pembahasan ini
pada rangka memperoleh pengertian yang lebih kongkrit. Umumnya nilai berkaitan erat
dengan pemahaman-pemahaman dan kegiatan manusia yang komprehensif sehingga sulit
ditentukan batasannya. Nilai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hal-hal yang
penting dan berguna bagi kemanusiaan atau sesuatu yang menyempurnakan manusia sesuai
dengan hakikatnya.1
Niken Ristiana menyebutkan bahwa Nilai (value) merupakan bagian penting dari
pengalaman yang memengaruhi perilaku manusia. Nilai melekat pada sikap manusia, yang
menjadikannya standar untuk tindakan dan keyakinan. Nilai menjadi petunjuk arah dan
prinsip dalam mengarahkan tindakan individu, dan nilai juga menjadi kriteria untuk
pemberian sanksi atau imbalan atas perilakunya sendiri yang di pilih. Dalam Islam, nilai
agama diambil dari sumber-sumber dan akar-akar keimanan terhadap rabbnya yaitu Tuhan
semesta alam. Semua nilai dalam tatanan kehidupan manusia bersumber dari keimanan
terhadap keesaan Tuhan yang menjadi asas agama Islam.2
Nilai juga dapat diartikan sebagai esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat
berarti bagi kehidupan individu. Untuk itu esensi belum ada artinya sebelum dibutuhkan oleh
manusia, namun tidak berarti adanya esensi karena ada manusia yang membutuhkannya.
Maka makna esensi tersebut semakin meningkat dan semakin kuat sesuai dengan
meningkatnya daya tangkap pemaknaan individu itu sendiri. Jadi nilai adalah sesuatu yang
dipentingkan manusia sebagai subject menyangkut semuanya baik atau buruk sebagai

1
Nilai (Def.1), Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online Diakses 10 September 2023, n.d.,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/.
2
Niken Ristianah, “Internalisasi Nilai-Nilai Keislaman Perspektif Sosial Kemasyarakatan,” Pendidikan Agama
Islam Vol 3 no 1 (2020).
abstraksi, sudut pandang, atau tujuan dari macam-macam pengalaman dengan seleksi
perilaku yang ketat.3
Terdapat beberapa pengertian dari nilai yang dikemukakan beberapa ahli yang dikutip
dari Uqbatul Khair Rambe diantaranya adalah:
1. Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah type of belief yang berada
pada ruang lingkup system kepercayaan yang mana seseorang berperilaku atau
menjahui suatu action, atau memiliki dan dipercayai.
2. Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang berkaitan dengan sistem
kepercayaan yang telah terintegrasi dengan subjek yang memberi arti (manusia yang
meyakini). Maka nilai dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bermanfaat dan
berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.
3. Menurut Lauis D. Kattsof mengartikan nilai sebagai berikut: First, nilai adalah
kualitas empiris yang tidak dapat diartikan, namun bisa merasakan dan mengerti cara
langsung kualitas yang terdapat dalam objek tersebut. Dengan demikian, nilai tidak
semata-mata subjektif, melainkan ada tolak ukur yang pasti terletak pada esensi objek
tersebut. Second, nilai sebagai object dari suatu keperluan, yakni suatu object yang
berada dalam real maupun ide. Third, nilai sebagai hasil dari penilaian, nilai diperoleh
dari situasi kehidupan.
Kata “Nilai” memiliki beberapa definisi. Dalam kamus filsafat dijelaskan bahwa nilai
memiliki pengertian:
1. Harkat, yaitu kualitas suatu sifat atau hal yang dapat disukai, diteladani dan
bermanfaat.
2. Keistimewaan, yaitu apa yang hormati, dihargai, dan diagungkan sebagai kebaikan.
3. Ilmu ekonomi, yaitu yang membahsa tentang kegunaan dan nilai tukar benda-benda
material.
4. Dalam Encyclopedia of Philosophy, sebagaimana dikutip oleh Amtsal Bakhtiar,
dijelaskan bahwa nilai (value and valuation) disamakan dengan aspek aksiologi.4
Menurut Aisyiah Aiwani dan Herlinda Dwi Aulia Pengunaan Nilai (value dan valuation)
itu sendiri dikelompokan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak. Dalam pengertian yang lebih detail
seperti baik, menarik, dan bagus. Akan tetapi pada pengertian yang lebih universal
3
Uqbatul Khair Rambe, “Konsep Dan Sistem Nilai Dalam Persfektif Agama-Agama Besar Di Dunia,” Theosofi
Dan Peradaban Islam 2 no 1 (2020).
4
Muhammad Zaini, “Kontrol Nilai Terhadap Sains,” Substantia Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin 19 no 1, no. 37–52
(2017).
meliputi sebagai tambahan semua bentuk keajaiban, kebenaran, dan kesucian. Adapun
pengunaannya yang lebih komprehensif, yaitu kata benda asli sebagai sebuah kritik
atau predikat pro dan kontra, sebagai lawan dari suatu yang lain dan berbeda dengan
fakta.
2. Nilai sebagai kata benda kongkrit. Example ketika sesorang berkata sebuah nilai,
seseorang tersebut seringkali digunakan untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai,
seperti nilainya, nilai seseorang, dan system nilai seoseorang tersebut. Kemudian
dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau bernilai sebagaimana berlawanan
dengan apa-apa yang tidak dianggap baik atau bernilai.
3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai, dan
dinilai. Menilai umumnya sinonim dengan evaluasi ketika hal tersebut secara aktif
digunakan untuk menilai perbuatan.5
Penjelasan-penjelan mengenai nilai di atas terlihat dengan jelas bahwa nilai yang
dimaksud dalam tulisan ini adalah nilai dalam arti sesuatu yang dimiliki manusia untuk
melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai ini dalam
filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika. Nilai dapat dijadikan dasar
pertimbangan setiap individu dalam menentukan sikap serta mengambil keputusannya.
Karena nilai melekat pada esensi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial.

B. Perlu atau tidak perlu suatu nilai


Berbicara tentang nilai berarti berbicara tentang baik dan buruk bukan salah dan
benar. Apa yang baik bagi satu pihak belum tentu baik pula bagi pihak yang lain dan
sebaliknya. Apa yang baik juga belum tentu benar. Membantu pada dasarnya adalah baik tapi
jika membantu orang dalam tindakan kejahatan adalah tidak benar. Jadi, persoalan nilai itu
adalah persoalan baik dan buruk. Penilaian itu sendiri timbul karena ada hubungan antara
subjek dengan objek. Tidak ada sesuatu itu dalam dirinya sendiri mempunyai nilai. Sesuatu
itu baru mempunyai nilai setelah diberikan penilaian oleh seorang subjek kepada objek. Suatu
barang tetap ada, sekalipun manusia tidak ada, atau tidak ada manusia yang melihatnya.
Karena, nilai itu baru timbul ketika terjadi hubungan antara manusia sebagai subjek dan
barang sebagai objek. Namun yang paling penting dari masalah etika adalah implikasi
praksisnya. Artinya sesuatu yang buruk itu seharusnya ditinggalkan sedangkan yang baik

5
Aisyiah Aiwani and Herlinda Dwi Aulia, “Ilmu Sebagai Sumber Pengetahuan Bebas Nilai,” Seminar Nasional
Pnedidikan Dan Pembelajaran 6 (2023): 410–17.
seharusnya dilaksanakan. Dengan demikian ilmu pengetahuan akan memberikan manfaat
bagi kehidupan manusia bukan justru malah mengancam eksistensi manusia itu sendiri. 6
Kegiatan keilmuan dan pengembangan keilmuan memerlukan dua pertimbangan.
Objektifitas yang tertuju kepada kebenaran merupakan landasan tetap yang menjadi pola
dasarnya. Nilai-nilai hidup kemanusiaan merupakan pertimbangan pada tahap pra-ilmu dan
pasca ilmu. Nilai-nilai kemanusiaan merupakan dasar, latar belakang dan tujuan dari kegiatan
keilmuan. Michael Whiterman menyatakan bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap
bersifat ilmiah adalah karena terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati, sehingga untuk
memisahkan satu dari yang lainnya adalah tidak mungkin. Sebaliknya banyak persoalan
filsafati sekarang memerlukan landasan pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak
salah.7

QS. Luqman Ayat 14

‫َوَو َّصْيَنا ٱِإْل نَٰس َن ِبَٰو ِلَد ْيِه َح َم َلْتُه ُأُّم ۥُه َو ْهًنا َع َلٰى َو ْهٍن َو ِفَٰص ُل ۥُه ِفى َعاَم ْيِن َأِن ٱْشُك ْر ِلى‬
‫َو ِلَٰو ِلَد ْيَك ِإَلَّى ٱْلَم ِص يُر‬
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”. (Al-Luqman:14)

Ayat diatas menerangkan bahwa terkandung beberapa nilai karakter diantara lain
karakter syukur merupakan salah satu karakter utama yang perlu dimiliki manusia, sebagai
salah satu karakter, dan sikap yang perlu dikembangkan dan dibiasakan, karena merupakan
kondisi batiniah yang belum selesai sehingga senantiasa perlu diasah dan dibiasakan.
Karakter ima dimana setiap manusia muslim diwajibkan mempercayai dengan sepenuh hati
adanya Allah SWT dan karakter berbuat baik kepada orang tua merupakan sebuah
keniscayaan, karena tanpa jasa, jerih payah, dan pengorbanan orang tua seorang manusia
tidak mungkin terlahir ke bumi.
Setiap aktivitas keilmuan tidak bisa lepas dari nilai yang menjadi pegangan
(paradigma) para pengkaji Islam. Karena itu, bias menjadi fenomena umum yang bisa
dimaklumi, dan obyektivitas dalam satu kajian merupakan sesuatu yang sulit, untuk tidak

6
Iiz Izmuddin and Loni Hendri, Menelusuri Nilai-Nilai Filosofis Doktrin Ekonomi Islam (Ponorogo: Wade Group,
2019).
7
Maria Sanprayogi, Stit Islamiyah, and Karya Pembangunan, “Aksiologi Filsafat Ilmu Dalam Pengembangan
Keilmuan Keterkaitan Ilmu Dengan Filsafat” 4 (2017): 105–20.
mengatakan tidak mungkin. Hal demikian terjadi karena setiap pengkaji selalu memiliki
kepercayaan (belief) atau keyakinan (faith) yang mempengaruhi aktivitas keilmuannya.
Kepercayaan dan keyakinan bisa bersumber dari agama, pemahaman atau aliran tertentu,
budaya nenek moyang, budaya dan peradaban masyarakat lain, kelompok/organisasi, vested-
interests, atau lainnya. Dalam ilmu, kepercayaan dan keyakinan seringkali, bahkan hampir
dipastikan, menjadi paradigma dalam aktivitas ilmiyah bahkan bersifat a-priori. Dengan
perspektif demikian, jika umat Islam terbuka dengan nilainilai yang berasal dari manapun
sebagai sumber paradigma dalam aktivitas keilmuannya sekaligus menjadi inspirasi dan
sumber dalam berpikir dan berprilakunya, maka sewajarnya jika mereka juga terbuka untuk
menjadikan nilai-nilai ajaran Islam (Islamic values) sebagai sumber paradigma dalam hal
ilmu.8

C. Nilai dan Ekonomi


1. Nilai
Teori nilai atau dengan kata lain disebut juga aksiologi merupakan cabang filsafat
yang membahas mengenai kegunaan dari ilmu pengetahuan manusia. Menjawab pertanyaan
besar, untuk apa yang berupa pengetahuan dalam bentuk ilmu di pergunakan. Karena berawal
dari filsafat akan membawa pada pemahaman maupun bertindak, tujuan dari suatu filsafat
mencari dan mengumpulkan pengetahuan melalui penalaran serta analisis. Lalu disusun
dengan suatu sudut pandang tertentu sehingga terbentuk menjadi dasar atas perbuatan atau
tindakan yang dapat dinilai baik serta buruknya.9
Aksiologi dalam ilmu ekonomi syariah, dasarnya merupakan keluaran dari ajaran
agama Islam bersumber pada Qur’an dan Hadits berupa ekonomi syariah, yang
mengutamakan kesejahteraan umat manusia, menyelamatkan umat manusia baik di dunia
maupun di akhirat, mencegah serta menolak segala bentuk eksploitasi yang merugikan umat
manusia yang mengarah pada kerusakan (mafsadah) yang merugikan umat manusia dan
merupakan antitesis dari kemaslahatan (maslahah). Maslahah merupakan pencapaian
kesejahteraan segala bentuk keadaan, baik material maupun non-material yang mampu
meningkatkan kedudukan manusia.10

Aksiologi ilmu ekonomi syariah ini terkait dengan tujuan ekonomi syariah, yakni
maslahah bagi umat manusia, dengan mengusahakan segala aktivitas demi tercapainya hal-
8
Akh Minhaji, “Ilmu Dan Bebas Nilai Dalam Studi Islam,” Studi Islam 3, no. 2 (2018): 53–80.
9
Taufik Nugroho et al., Filsafat Ilmu Ekonomi Islam, ed. Muhammad Nafik Hadi Ryandono and Ari Prasetyo, 1st
ed. (Zifatama Jawara, 2018).
10
Dewi Asmila, Arniyati, and Nuraini, Landasan Filosofis Ilmu Ekonomi Syariah, 2022.
hal yang berakibat pada adanya kemaslahatan bagi manusia. Di samping itu, juga bisa dengan
mengusahakan aktivitas secara langsung dapat merealisasikan kemaslahatan itu sendiri atau
menghindarkan diri dari segala hal yang membawa kemaslahatan bisa diwujudkan dengan
cara mengusahakan segala bentuk aktivitas dalam ekonomi yang bisa membawa
kemaslahatan, sementara di sisi lain menolak dan memerangi segala hal yang bisa
menghambat jalannya kemaslahatan Maslahah sendiri ini pada dasarnya sebagai tujuan dalam
rangka mencapai tujuan hidup yang hakiki, yaitu falah, kebahagiaan di dunia maupun di
akhirat. Untuk kehidupan di dunia, falah mencakup tiga pengertian, yaitu kelangsungan
hidup, kebebasan berkeinginan, serta kekuatan dan kehormatan. Sementara, untuk kehidupan
akhirat, falah mencakup pengertian: kelangsungan hidup yang abadi, kesejahteraan abadi,
kemuliaan abadi, dan pengetahuan abadi.11

2. Ekonomi
Ekonomi adalah ilmu dinamis yang berubah seiring waktu sesuai dengan masalah
keuangan sendiri cenderung berubah seiring berjalannya waktu. Untuk mengganti Hal ini
terjadi baik dalam komunitas ilmiah, perekonomian setiap saat dan seluruh masyarakat.
Ekonomi adalah sebuah ilmu mendiskusikan hubungan Oleh karena itu, ilmu ekonomi adalah
ilmu sosial sangat penting dan luas. Ilmu ini tidak hanya melatih dan mengajar berpikir logis,
tetapi berikan juga alasannya bertindak bijaksana ketika mencoba untuk mematuhi kebutuhan
Ekonomi adalah pembelajaran kepada individu dan masyarakat membuat pilihan
dengan sumber daya yang terbatas jumlah yang dibutuhkan untuk menghasilkan varietas
tersebut barang dan jasa dan mengalokasikannya untuk kebutuhan konsumsi (sekarang dan di
masa depan) individu dan kelompok sosial yang berbeda. Sasaran ilmu ekonomi adalah
hubungan antar manusia dalam memenuhi kebutuhan materialnya. Sedangkan pemenuhan
kebutuhan spiritual tidak termasuk dalam lingkup ekonomi. Ilmu ekonomi mencoba
menguraikan semua permasalahan yang dihadapi. Akan tetapi tujuan utamanya adalah untuk
memahami bagaimana mengupayakan pengalokasian sumber-sumber daya yang dimiliki
yang tentunya terbatas kapasitasnya. Inti dari ilmu ekonomi adalah upaya manusia untuk
memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas tapi bagian bawahnya ada jumlah terbatas (jarang).
Kelangkaan inilah sumber masalah keuangan.12
Definisi ekonomi dalam buku “Micro of Format Ekonomi" adalah Ilmu ekonomi
menanyakan hal-hal apa (apa) diproduksi, bagaimana (bagaimana) barang diproduksi dan

11
Ibid
12
Yazid Nasrullah, “Peran Filsafat Ilmu Terhadap Ilmu Ekonomi Dan Pengembangan Para Sarjananya” XXX, no.
65 (2007): 310–19.
untuk apa siapa (untuk siapa) memproduksi. Ekonomi menganalisis setiap gerakan dan
perubahan apa yang terjadi dalam perekonomian secara keseluruhan, seperti tren internal
harga, produksi, pengangguran dan perdagangan luar negeri Ilmu ekonomi mempelajari
perdagangan antar negara. ilmu ini membantu menjelaskan mengapa negara mengekspor
barang tertentu dan bawa yang lain. Juga informasi ini menganalisis dampak pembatasan
perdagangan internasional. Dari definisi-definisi ekonomi yang ada di atas dapat
disimpulkan, bahwa ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang pola perilaku masyarakat
dalam memanfaaatkan kelangkaan sumber daya dalam rangka memproduksi berbagai barang
atau produk, untuk kemudian menyalurkannya kepada berbagai individu dan kelompok yang
ada dalam suatu masyarakat.13

D. Perlukah Pengembangan Nilai dalam Ekonomi Islam


Tujuan hadirnya ekonomi islam tak lain adalah untuk mewujudkan maslahah
(kemaslahatan) antar sesama manusia. Kemaslahatan yang dibangun oleh sistem ekonomi
islam, tentu berdasar pada al-Qur’an dan al-Hadits yang menjadi landasan hukumnya. 14
Sehingga, untuk dapat mencapai tujuan tersebut, kiranya perlu mengimplementasikan nilai-
nilai yang terkandung dalam landasan Islam, guna mengembangkan praktik ekonomi islam
dan mencapai tujuannya.
Nilai yang dimaksud dalam pengembangan ekonomi islam, adalah aksiologi dalam
rumpun keilmuan filsafat. Artinya, nilai (value) merupakan bagian penting dari sebuah
pengalaman yang bisa mempengaruhi perilaku individu. Baik berupa sikap, tindakan, dan
keyakinan seseorang yang dapat menjadi pedoman dalam bertindak. Hal ini berakar dari
keimanan individu kepada Allah Swt dan al-Qur’an dan al-Hadits yang menjadi dasar
pondasinya.15
Kesalahan pondasi para ilmuan barat yang mendasarkan ilmu ekonomi pada orientasi
matrealistis dan menghilangkan nilai sebagai pengikatnya, maka ekonomi islam hadir sebagai
sebuah bangunan yang orientasinya bukan hanya untuk tujuan dunia, namun akhirat. 16
Berdirinya beragam lini perbankan syariah, agaknya menjadi angin segar bagi semua
khalayak guna mengimplementasikan tujuan syara’. Hanya saja, tak sedikit dari problem-
problem lapangan memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendasar sebagai respon dari

13
Ibid
14
A Rio Makkulau Wahyu, Pengantar Ekonomi Islam (Bandung: PT Refika Aditama, 2020), h. 190
15
Niken Ristianah, “Internalisasi Nilai-Nilai Keislaman Perspektif Sosial Kemasyarakatan,” Pendidikan Agama
Islam Vol 3 no 1 (2020)
16
Ahmad Afan Zaini dan Abdullah Zawawi, Ekonomi Islam dakam Konsep Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi,
(Jurnal Ummul Qura Vol XIV, No. 2 September 2019), h. 55
ketidaksiapan dan ketidakmampuan ekonomi islam sebagai sistem yang dapat menghadapi
perkembangan yang semakin kompleks.17
Al-Qur’an dan al-Hadits sebagai dasar sumber islam, agaknya perlu adanya
rekontekstualisasi pelajaran dan pemahaman, guna menjawab persoalan masyarakat yang
semakin kompleks yang belum dijelaskan dasar hukumnya oleh para ulama salaf. Agar
kandungannya mudah dipahami, diterima dan diaplikasikan masyarakat. Sehingga, ajaran
islam itu hadir dengan membawa dampak nyata bagi peningkatan kemaslahatan manusia.
Diantara permasalahan yang berkaitan dengan aksiologis dalam perkembangan ilmu
ekonomi dan menjadi tanggung jawab para ahli ekonomi di Indonesia adalah masalah
pengangguran, peningkatan mutu kehidupan, peningkatan taraf hidup, dan pelestarian
lingkungan.18
Dalam menanggulangi banyaknya pengangguran akibat keputusan perusahaan yang
menjadikan teknologi canggi sebagai pengganti manusia, guna meningkatkan efesien,
efektivitas, dan produktivitas kerja, perlu direduksi ulang. Hal ini guna mengaplikasikan
konsep nilai tolong menolong dalam islam. Kalaupun harus kinerja mereka diganti dengan
teknologi canggih, tidak lantas membunuh karakter kita untuk tetap memberikan lapangan
pekerjaan bagi mereka.
Dalam peningkatan harkat martabat karyawan, tidak lantas menyamakan mereka
dengan mesin. Saling menghargai, toleransi dan tolong-menolong menjadi nilai penting
dalam proses pengapikasian nilai dalam ekonomi syariah. Pun dalam masalah peningkatan
hidup masyarakat, agaknya juga perlu mengingat dan meninjau kembali bahwa apa-apa yang
kita miliki, esensinya adalah milik Allah Swt. Sehingga tujuan untuk maslahat dan manfaat di
dunia dan akhirat akan terlaksanakan.

III. Kesimpulan
Penerapan nilai guna pengembangan ekonomi islam di era sekarang menjadi penting
untuk dikaji dan direalisasikan. Fenomena perbankan konvensional yang semakin menggurita
dan hanya berasas pada matrealistik, penerapan nilai dalam ekonomi syariat kiranya bisa
menjadi jembatan agar dalam melakukan hubungan sosial; khususnya dalam pereokonomian,
tidak hanya berlandaskan pada otoritas tujuan dunia, namun juga maslahah di dunia dan
akhirat.

17
Iswandi Muhammad. Ekonomi Islam: Kajian dan Model Pendekatam (Jurnal Madzahib. Vol IV, No 1, Juni
2017)
18
Yazid Nasrullah, Peran Filsafat Ilmu Terhadap Ilmu Ekonomi dan Pengembangan Para Sarjananya, (Jurnal
UNISIA, Vol XXX No, 65 September 2007) h. 314
Daftar Pustaka
Aiwani, Aisyiah, and Herlinda Dwi Aulia. “Ilmu Sebagai Sumber Pengetahuan Bebas Nilai.”
Seminar Nasional Pnedidikan Dan Pembelajaran 6 (2023): 410–17.
Asmila, Dewi, Arniyati, and Nuraini. Landasan Filosofis Ilmu Ekonomi Syariah, 2022.
Izmuddin, Iiz, and Loni Hendri. Menelusuri Nilai-Nilai Filosofis Doktrin Ekonomi Islam.
Ponorogo: Wade Group, 2019.
Khair Rambe, Uqbatul. “Konsep Dan Sistem Nilai Dalam Persfektif Agama-Agama Besar Di
Dunia.” Theosofi Dan Peradaban Islam 2 no 1 (2020).
Minhaji, Akh. “Ilmu Dan Bebas Nilai Dalam Studi Islam.” Studi Islam 3, no. 2 (2018): 53–
80.
Nasrullah, Yazid. “Peran Filsafat Ilmu Terhadap Ilmu Ekonomi Dan Pengembangan Para
Sarjananya” XXX, no. 65 (2007): 310–19.
Nilai (Def.1). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online Diakses 10 September 2023,
n.d. https://kbbi.kemdikbud.go.id/.
Nugroho, Taufik, Faishol Lutfhi, Diki S. Riwanto, Faridatun Nila, Dani Rahmati, Sayyidatul
Fitriyyah, Khalwat Asyaria, and Faiz Alan Fahmi. Filsafat Ilmu Ekonomi Islam. Edited
by Muhammad Nafik Hadi Ryandono and Ari Prasetyo. 1st ed. Zifatama Jawara, 2018.
Ristianah, Niken. “Internalisasi Nilai-Nilai Keislaman Perspektif Sosial Kemasyarakatan.”
Pendidikan Agama Islam Vol 3 no 1 (2020).
Sanprayogi, Maria, Stit Islamiyah, and Karya Pembangunan. “Aksiologi Filsafat Ilmu Dalam
Pengembangan Keilmuan Keterkaitan Ilmu Dengan Filsafat” 4 (2017): 105–20.
Zaini, Muhammad. “Kontrol Nilai Terhadap Sains.” Substantia Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin
19 no 1, no. 37–52 (2017).

Anda mungkin juga menyukai