Anda di halaman 1dari 4

PENGERTIAN NILAI, HAKIKAT DAN

MAKNA NILAI, KLASIFIKASI NILAI,


DAN HIREARKI NILAI

PENGERTIAN NILAI, HAKIKAT DAN MAKNA NILAI, KLASIFIKASI NILAI, DAN


HIREARKI NILAI

I. REFERENSI

Ine Kusuma Aryanti, dan Markum Susatim, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis
Nilai.

Sofyan Sauri dan herlan Firmansyah, 2010, Pendidikan Nilai.

Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, editor Dudung Rahmat Hidayat.

II. RESUME

1. A. Pengertian Nilai

Dalam Kanal pendidikan, istilah nilai mengacu pada aksiologi pendidikan, sejauh mana
pendidikan itu memunculkan dan menerapkan nilai/moral kepada peserta didik (Zaim
Elmubarok:11-12).

Pengertian nilai menurut para ahli (Sofyan Sauri, dan herlan Firmansyah: 2010: 3-5):

1. Menurut Fraenkel (1977) “A Value is an idea- a concept about- what some thinks is
important in life ( nilai adalah ide atau konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang atau
dianggap penting oleh seseorang)

2. Danandjaja, nilai merupakan pengertian-pengertian (conceptions) yang dihayati seseorang


mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik,
dan apa yang lebih benar atau kurang benar.

3. Kluckhohn (mulyana, 2004:1) Nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya
membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang memengaruhi
tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antar dan tujuan akhir. Defenisi ini berimplikasi
terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya, seperti yang diungkapkan oleh Brameld dalam
bukunya tentang landasan-landasan budaya pendidikan. Dia mengungkapkan ada enam
implikasi terpenting, yaitu sebagai berikut:

a. Nilai merupakan konstruk yang melibatkan proses kognitif (logis dan rasional) dan proses
ketertarikan dan penolakan menurut kata hati.

b. Nilai selalu berfungsi secara potensial, tetapi tidak selalu bermakna apabila diverbalisasi.
c. Apabila hal itu berkenaan dengan budaya, nilai diungkapkan dengan cara unik oleh
individu atau kelompok.

d. Karena kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak, maka perlu diyakini bahwa pada
dasarnya disamakan (aquated) dari pada diinginkan, ia didefenisikan berdasarkan keperluan
system kepribadian dan sosiol budaya untuk mencapai keteraturan dan menghargai orang lain
dalam kehidupan social.

e. Pilihan diantara nilai-nilai alternative dibuat dalam konteks ketersediaan tujuan antara
(means) dan tujuan akhir (ends)

f. Nilai itu ada, ia merupakan fakta alam, manusia, budaya, dan pada saat yang sama ia adalah
norma-norma yang telah disadari.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai itu adalah
sesuatu hal yang bersifat abstrak, seperti penilaian baik atau buruknya sesuatu, penting atau
kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang
benar yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat sesuatu hal
dalam kehidupan sosial.

1. B. Hakikat dan Makna Nilai

Menurut Kattsoff dalam Sumargono mengungkapkan bahwa hakikat nilai dapat dijawab
dengan tiga macam cara: pertama, nilai sepenuhnya berhakikat subjektif, bergantung kepada
pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri. Kedua nilai merupakan kenyataan-kenyataan
ditinjau dari segi ontology, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut
merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal. Ketiga, nilai-nilai merupakan
unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan. Sedangkan menurut Sadulloh
mengemukakan tetang hakikat nilai berdasarkan teori-teori sebagai berikut: menurut teori
voluntarisme, nilai adalah suatu pemuasan terhadap keinginan atau kemauan. Menurut kaum
hedonisme, hakikat nilai adalah “pleasure” atau kesenangan, sedangkan menurut formalisme,
nilai adalah sesuatu yang dihubungkan pada akal rasional dan menurut pragmatisme, nilai itu
baik apabila memenuhi kebutuhan dan nilai instrumental yaitu sebagai alat untuk mencapai
tujuan (Sofyan Sauri dan Herlan Firmansyah: 2010: 6)

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat dan makna nilai
adalah sesuatu hal sesuatu hal yang dihubungkan dengan akal rasional, logis dan bergantung
pada pengalaman manusia pemberi nilai itu sendiri.

1. C. Klasifikasi Nilai

Dalam teori nilai yang digagags Spranger dalam allport (1964) menjelaskan terdapat enam
orientasi nilai yang sering dijadkan rujukan oleh manusia dalam kehidupannya. Dalam
pemunculannya, enam nilai tersebut cenderungmenampilkan sosok yang khas terhadap
pribadi seseorang. Keenam nilai tesebut adalah sebagai berikut (Sofyan Sauri dan Herlan
Firmansyah: 2010: 7) :

1. nilai teori

2. Nilai Ekonomis.
3. Nilai Estetika.

4. Nilai Sosial.

5. Nilai Politik

6. Nilai Agama

Spranger melihat bahwa pada sisi nilai inilah kesatuan filsafat hidup dapat dicapai. Diantara
kelompok manusia yang memiliki orientasi kuat terhadap nilai ini adalah para nabi, imam,
atau orang-orang saleh.

Dari beberapa klasifikasi nilai diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pemaknaan terhadap
nilai itu sendiri tergantung pada perspektif masing-masing orang yang membuatnya dan
menjalaninya. Tetapi diantara keenam klasifikasi nilai diatas, nilai yang paling tertinggi
adalah nilai agama.

1. D. Hirearki Nilai

Menurut Max Scheller dalam kaelan menyebutkan hirarki nilai tersebut terdiri atas (Sofyan
Sauri dan Herlan Firmansyah: 2010: 9)

1. nilai kenikmatan, yaitu nilai yang mengenakan atau tidak mengenakan, berkitan dengan
indra manusia yang menyebabkan manusia senang atau menderita.

2. nilai kehidupan, yaitu nilai yang penting bagi kehidupan

3. nilai kejiwaan, yaitu nilai yang tidak bergantung pada keadaan jasmani maupun
lingkungan.

4. Nilai kerohanian, yaitu maralitas nilai dari yang suci dan tidak suci.

Adapun dalam Notonagoro dalam Darji (11984:66-67) membagi hirearki nilai pada tiga
tingkatan, yaitu sebagai berikut (Sofyan Sauri, dan Herlan Firmansyah: 2010: 9) :

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang erguna bagi unsure jasmani manusia.

2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan.

3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Di Indonesia (khususnya pada dekade penataran P4), hirearki Nilai dibagi tiga (kaelan, 2002),
yaitu sebagai berikut (Sofyan Sauri dan Herlan Firmansyah: 2010: 9)

1. Nilai dasar (dalam bahasa ilmiahnya disebut sebagai daasr ontologisme) yaitu merupakan
hakikat, esensi, itisari, atau makna yang terdalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai daar ini
bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu, misalnya
hakikat Tuhan, manusia, atau yang lainnya.
1. Nilai instrumental, merupakan suatu pedoman yang dapat diukur atau diarahkan. Nilai
instrumental merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.

3. Nilai praksis, pada hakikatnya merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental
dalam suatu kehidupan nyata.

Dari hirearki nilai diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hirearki nilai ini dangat tergantung
dari sudut pandang mana si penilai menilai. Misalnya orang materialis, akan meletakkan
nilai-nilai materi pada tingkat yang paling tinggi, dan begitu juga sebaliknya pada orang
religius akan menempatkan nilai-nilai religius pada tingkatan yang paling tinggi, dan
seterusnya.

III. REFLEKSI

Nilai itu adalah sesuatu hal yang bersifat abstrak, seperti penilaian baik atau buruknya
sesuatu, penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang
lebih benar atau kurang benar yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak
atau berbuat sesuatu hal dalam kehidupan sosial. Makna dari sebuah nilai tergantung pada
penilaian seseorang, misalnya orang seniman memaknai hakikat nilai estetika adalah nilai
yang paling tinggi. Tetapi di Indonesia sendiri nilai yang paling tertinggi adalah nilai
ketuhanan. Hal itu terdapat dalam hirearki pancasila. Nilai keagamaan adalah harga mutlak
yang harus dijunjung tinggi oleh seluruh warga Negara Indonesia, walaupun pada
kenyataanya nilai ketuhanan ini sering di kesampingkan. Hal ini dapat dilihat dari perilaku
WNI yang selalu menduluankan pekerjaan dari pada ingat pada Tuhannya, contohnya WNI
yang beragama Islam lupa menjalankan Sholat lima waktu dan bagi orang Kristen lupa
beribadah pada hari minggu.

Anda mungkin juga menyukai