Anda di halaman 1dari 10

4.

Metode Menemukan dan Hierarki


Nilai Dalam Pendidikan
Nilai berhubungan erat dengan kegiatan manusia
menilai. Menilai berarti menimbang, yaitu suatu kegiatan
manisa menghubugkan suatu keputusan. Penilain ini
dihubungkan dengan unsur-unsur atau hal yang ada pada
manusia, seperti jasmani,cipta,rasa,karsa, dan keyakinan.
Oleh karena itu nilai memiliki polaritas dan hierarki, yaitu
Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek
negatif yang sesuai (polaritas) seperti yang baik dan
buruk, keindahan dan kejengkelan. Nilai tersusun secara
hierarki, yaitu hirarki urutan pentingnya.
Menurut Nicholas Rescher (1969, hlm. 14-19) yang menyatakan
adanya 6 klarifikasi nilai, yaitu klarifikasi nilai yang ada
didasarkan atas:

1. Pengakuan, yaitu pengakuan subjek tentang nilai yang harus dimiliki seseorang
atau suatu kelompok, misalnya nilai profesi, nilai kesukuan atau nilai kebangsaan
2. Objek yag dipermasalahkan, yaitu cara mengevaluasi suatu objek dengan
berpedoman pada sifat tertentu objek yang dinilai, seperti manusia dinilai dari
kecerdasanya, bangsa dilihat dari keadilan hukumannya.
3. Keuntungan yang diperoleh yaitu menurut, keinginan, kebutuhan, kepetengan
atau minat seseorang yang diwujudkan secara kenyataan, contohnya kategori
nilai ekonomi, maka keuntungan yang diperoleh adalah berupa produksi.
4. Tujuan yang akan dicapai yaitu berdasarkan tipe tujuan tertentu sebagai reaksi
keadaan yang akan dinilai contoh: nilai akredetasi pendidikan.
5. Hubungan anatara pengembangan nilai dengan keuntungan:
1. Nilai dengan oerientasi pada keluarga-hasilnya kebangaan keluarga
2. Nilai yang berorientasi pada profesi- hasilnya nama baik pada profesi
3. Nialai yang berorientasi pada bangsa- hasilya nilai patriotrisme
4. Nilai yang berorientasi pada masyarakat-hasilnya kedilan sosial
5. Nilai yang berorientasi tpada kemanusian, yaitu nilai universal.
6. Hubungan yang dihasilkan nilai itu sendiri dengan hal lain yang lebih baik ,
dimana nilai tertentu secara hierarki lebih kecil dari nilai lainya
Menurut Max Scheller (dalam kaelan, 2002, hlm. 175)
menyebutkan hierarki tersebut terdiri dari:

1. Nilai Kenikmatan, yaitu nilai yang mengenakan atau


tidak mengenakan yang berkaitan dengan indra
manusia yang menyebabkan manusia senang atau
menderita
2. Nilai kehodupan, yaitu niilai yang penting terhadap
kehidupan
3. Nilai kejiawaan yaitu nilai yang tidak tergantung
terhadap keadaan jasmani dan lingkungan
4. Nilai kerohanian, yaitu moralitas nilai dari yang suci
dan tidak suci
Sedangkan Notonagoro (dalam Dardji. D. 1984, hlm 66-
67) membagi hirarki nilai pada tiga:

1. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur


jasmani manusia
2. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan aktivitas.
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia.
4. Nilai kerohanian ini bisa dibedakan menjadi 4 macam:
a) Nilai kebenaran yang bersumber pada akal
b) Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur
kehendak manusia
c) Nilai kebaikan, atau nilai moralyang bersumber pada unsur
kehendak manusia
d) Niilai religius, yang merupaka nilai kerohanian tertinggi dan mutlak.
Sedangkan di indonesia (khususnya pada dekade penataran P4)
hierarki nilai dibagi tiga (kaelan, 2002,hlm 178) sebagai berikut:

1. Nilai dasar ( dalam bahasa ilmiah disebut dasar


ontologis) yaitu merupakan hakikat, esendi, inti sari
atau makna terdalam dari nilai nilai tersebut. Nilai
dasar ini bersifat universal karena menyakut hakikat
kenyataan objektif segala sesuatu misalnya Tuhan,
manusia dan segala lainya.
2. Nilai Intrumental merupakan suatu pedoman yang
dapat diukur atau di arahkan.
3. Nilai praksis, pada hakikatnya merupakan penjabaran
lebih lanjut dari nilai instrumentak dalam suatu
kehidupan kenyataan.
Dari gambaran hirarki nilai dapat disimpulkan bahwa nilai
yang tertinggi selalu berujung pada nilai yang terdalam dan
terabstrak bagi manusia. Dalam pposisi hierarki nilai ini,
pendidikan pada hakikatnya merupakan upaya membantu peserta
didik untuk menyadari nilai-nilai yang dimilikinya, dan berupaya
mem fasilitaskam mereka agar terbuka wawasan dan perasaanya
untuk memiliki dan menyakini nilai yang lebih hakiki, lebih lama
dan merupakan kebenran yang dihormati dan diyakini secara sahih
sebagai manusia beradab.
Yang jelas dalam dunia pendidikan, kedua cara
mengahasilkan nilai moral tersebut dapat digunakan, karena
pendidikan memandang individu sebagai makluk yang
berpengalaman di satu sisi, dan sebagai individu yang memiliki
potensi untuk mencapaik kebenaran di sisi lain.
5. Pengertian Nilai
1. Menurut Cheng (1995): Nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam arti terdapat
hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk menyempurnakan manusia,
sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang seharusnya dimiliki ( dalam lasy0, 1999,
hlm1).
2. Menurut Dictionary of Sociology and Related Science: Value......, the beliaved capacity of any
object to satisfy human desire, the quality of any object which causes it to be of interest to an
individual or a group. ( nilai adalah kemampuan yang menyakini terdapat pada suatu objek
untuk memuaskan hasyat manusia, yaitu kualitas objek yang menyebabkan tariknya individua
atau kelompok). (dalam kealan, 2002, hlm. 174)
3. Menurut Frankena: Nilai dalam filsafat dipakai untuk menujukan kata benda abstrak yang
artinya “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness) dan kata kerja yang artinya suatu
tindakan kejiawaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian. (dalam kaelan, 2002,
hlm 174)
4. Menurut Lasyo (1999, hlm. 9) sebagai berikut: nilai bagi manusiia merupakan landasan atau
motivasi dalam segala tingakh laku dan perbuatanya
5. Menurut Arthur W.Comb: Nilai adalah keprcayaan yang di generasikan yang berfungsi sebagai
garis pembimbing untuk menyeleksi tujuan serta perilaku yang akan dipilih untuk dicapai.
(dalam Kama A. Hakam, 2000,hlm 45)
6. Menurut Jack R Fraenkel ( 1977, hlm 6): Nilai adalah gagasan-konsep-tentang sesuatu yang
dipandang penting oleh seorang dalam hidup
6. Menurut Charles R knikker (1997, hlm. 1) yaitu Nilai yaitu
sekolompok sikap yang mengerkan perbuatan atau keputusanyang
dengan sengaja menolak perbuatan.)
7. Menurut Herbet Larry Winecoff ( 1987, hlm. 36): Value a set of
atitude which generate pr cause a judgement whice guied action
or in action ( a lack of action) and which provide a standart or a
set of principles.
8. Menurut Dardji Darmodiharjo (1986, hlm. 36): Nilai adalha yang
berguna bagi kehidupan manusia jasmani dan rohani.
9. Menurut John Dewey dalam Dardji, D,. (1986, hlm. 36) Value is
object of social interest.
10. Menurut Encyclopedia Brritainica (hlm. 983): Nilai ialah kualiyas
objek yang menyangkut jenis apresiasi atau minat.
Upaya mereduksi nilai dengan kondisi psikolohis terjadi
apabila dihubungkan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Sesuatu yang menyenangkan untuk dinikmati
2. Identik dengan yang diinginkan
3. Merupakan sasaran perhatian
4. Pereduksian pengertian nilai dengan status benda.
Terjadi apabila diavuhkan dengan objek material yang
menopangnya atau benda yang menyimpan atau menetupi.
Pereduksian nilai dengan status benda disebakan:
1. Kekacauan dimulai dengan kenyatan bhawa nilai tidak
ada dalam dirinya sendiri tapi terhantung penopangnya
yang biasanya merupakan subsansi yang berbadan
2. Kebutuhan adanya penopang bagi nilai menjadikan niali
sebagai eksitansi yang “parasitis”.
6. Makna Nilai bagi Manusia

Nilai itu penting bagi manusia, apakah nilai itu dipandang


dapat mendorong manusia karena diangap berada dalam diri manusia
atau nilai itu menarik manusia karena ada di luar manusia yaitu
terdapat pada objek, sehinga nilai lebih baik dipandang sebagi kegiatan
menilai.
Dan yang terpenting didalam dunia pendidikan, keyakinan
individu pada nilai harus menyetuh samapai hierarki nilai tinggi, sebab
seperti yang diungkapkan oleh shaller, bahwa:
1. Nilai tertingi mengahasilkan kepuasan yang lebih mendalam
2. Kepuasan jangan dikacaukan dengan kenikmatan ( meskipun
kenikmatan merupakn hasil kepuasan)
3. Semakin kurang kerelatifan nilai, semakin tinggi keberadaannya,
nilai tertinggi fsri semua nilai adalah nilai mutlak. (frodzi, 2001,
hkm. 129-130)

Anda mungkin juga menyukai