1. Etika Umum
→ mempertanyakan prinsip-prinsip yg berlaku bagi setiap
tindakan mns.
2. Etika Khusus
→ membahas prinsip-prinsip itu dlm hubungannya dg
pelbagai aspek kehidupan mns.
3. Etika khusus, dpt dibagi mjd etika individual yg membahas
kewajiban mns trhdp diri sendiri, dan etika sosial yg
membahas ttg kewajiban mns thd mns lain dlm hidup
bermasy yg mrpkn bagian terbesar dari etika khusus
(Kaelan, 2010: 86). Etika berkaitan dg nilai → krn etika
membicarakan ttg nilai susila - tdk susila, baik - tdk baik.
PENGERTIAN NILAI, NORMA DAN MORAL
1. Pengertian nilai
Nilai atau “value” (bhs Inggris) termasuk bdg kajian
filsafat. Nilai dibahas dan dipelajari oleh cabang
filst yaitu filst nilai (Axiologi, Theory of value). Istilah
nilai di dlm filst dipakai utk menunjuk kata benda
anstrak yg artinya keberhargaan (worth) atau
kebaikan (goodness), dan kata kerja yg artinya
suatu tindakan kewijaan ttt dlm menilai atau
melakukan penilaian (Frankena, dlm Kaelan, 2010:
Kaelan, 2010: 87).
Dlm Dictionary of sociology and related sciences, bhw nilai adlh
kemampuan yg dipercayai yg ada pd suatu benda utk memuaskan
mns. Sifat dari suatu benda yg menyebabkan menarik minat seseorg
atau kelompok. Jadi nilai pd hakikatnya mrpkn sifat atau kualitas yg
melekat pd suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu
mengandung nilai, artinya ada sifat atau kualitas yg melekat pd
sesuatu. Mslnya bunga itu indah, perbuaatan itu susila. Adanya nilai
krn ada kenyataan lain sbg pembawa nilai (Warirager). Sesuatu itu
bernilai apabila sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah , baik,
religius (nilai agama) dll. Di dalam nilai terkandung cita-cita,
harapan-harapan, dambaan-dambaan dan keharusan. Maka apabila
kt berbicara ttg nilai berarti kt berbicara ttg hal yg ideal, ttg hal yg
mrpkn cita-cita, harapan dambaan dan keharusan. Berbicara ttg
nilai berarti kt berbicara ttg das Sollen, bukan das Sein (Kaelan,
2010: 87- 88, dan Iqbal, 2002: 187).
Jadi sesuatu yg mempunyai nilai itu tdk hanya sst
yg berwujud benda materi (sifat fisik) saja, tetapi
jg sesuatu yg tdk berwujud benda material (sifat
psikis). Bahkan sst yg bukan benda material dapat
menjadi memiliki nilai yg sangat tinggi dan mutlak
bagi mns (Iqbal, 2002: 188).
Max Sceler, mengemukakan nilai-nilai yg ada, tdk
sama luhur dan tingginya. Mnrt tinggi rendah,
nilai-nilai dpt dikelompokkan dlm empat tingkatan
sbb:
a. Nilai kenikmatan, dlm tingkatan ini trdpt deretan nilai-nilai yg
mengenakkan dan tidak mengenakkan, yg menyebabkan org
senang atau menderita tdk enak.
b. Nilai-nila kehidupan, dlm tingkatan ini terdptlah nilai-nilai yg
penting bg kehidupan, mslnya kesehatan, kesegaran jasmani,
kesejahteraan umum.
c. Nilai-nilai kejiwaan, dlm tingkatan ini terdpt nilai-nilai kejiwaan yg
sama sekali tdk tergantung dari keadaan jasmani maupun
lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran,
dan pengetahuan murni yg dicapai dlm filsafat.
d. Nilai-nilai kerohanian, dlm tingkatan ini terdptlah modalitas nilai yg
suci dan tak suci . Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-
nilai pribadi (Kaelan, 2010: 89).
Sdg Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam, yaitu:
a. Nilai material, yaitu sgl sesuatu yg berguna bg kehidupan
jasmani mns, atau kebutuhan material ragawi mns.
b. Nilai vital, yaitu sgl sesuatu yg berguna bg mns utk dpt
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu sgl sesuatu yg berguna bg rohani mns,
nilai kerohanian dpt dibedakan atas 4 macam:
1. Nilai kebenaran, yg bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) mns.
2. Nilai Keindahan atau nilai estetis, yg bersumber pada unsur perasaan
(esthetis, gevoel, rasa) mns
3. Nilai kebaikan atau nilai moral, yg bersumber pada unsur kehendak
(will, wollen, karsa) mns.
4. Nilai religius, mrupakan nilai kerohanian tertinggi dan muthlak. Nilai
religius ini bersumber pd kepercayaan atau keyakinan mns (Kaelan,
2010: 89).
Mnrt Notonagoro, bhw nilai-nilai Pancasila
tergolong nilai-nilai kerokhanian, ttp nilai
kerokhnian yg mengakui adanya nilai material dan
nilai vital. Dg dmkn nilai-nilai lain scr lengkap dan
harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai
kebenaran, nilai keindahan (nilai estetis), nilai
kebaikan (nilai moral), maupun nilai kesucian yg
sistematika-hirarkhis, yg dimulai dari sila
ketuhanan YME sbg “dasar” sampai dg sila
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indo sbg
“tujuan” (Darmodiharjo, dlm Kaelan, 2010: 90).
2. Pengertian Norma
Nilai pada dasarnya bersifat subyektif, shg tdk mudah menjadi
penuntun perilaku bg ssorg atau masy. Agar nilai (sistem nilai) dpt
diangkat kepermukan, maka perlu ada wujud nilai yg lbh kongkret.
Kongkretisasi nilai ini menghasilkan norma. Norma tdk mengandung
hanya satu nilai saja, ttp juga dpt lbh dari satu nilai. Sekalipun dmkn,
tdk ada norma yg tdk mengandung nilai. Dg dmkn dpt dikatakan bhw
norma adlh pengejawantahan atau penjabaran dari nilai sbg
penuntun perilaku ssorg atau masy.
Norma dpt dibedakan berdasarkan demensinya ke dlm 2 jenis, yaitu
(a) Norma berdemensi pribadi, spt norma agama dan norma
kesusilaan, (b) Norma berdemensi antar pribadi, yaitu norma sopan
santun dan norma hukum (M. Iqbal, 2002: 193-194).
3. Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari bhs latin “mores”, berarti norma-norma
baik- buruk yg diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, budi pekerti, akhlak ataupun kesusilaan mns. Dlm bdg
filsafat, moral mempersoalkan kesusilaan mengenai ajaran-ajaran
yg baik dan buruk. Mns berkewajiban mempelajari dan
mengamalkan ajaran-ajaran moral agar di dlm pergaulan sesama
mns dpt terjalin suatu hub yg baik.
Mnrt K. Bertenes, moral adlh nilai-nilai dan norma-norma yg menjadi
pegangan bg sesorg atau kelompok dlm menngatur tingkah lakunya.
Sdg mnrt Burhan Nurgiyantoro, moral scr umum menyarankan pd
pengertian ajaran ttg baik buruk yg diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sbgnya, akhlak, budi pekerti, susila
(M. Iqbal, 2002: 191-192).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dptlah
disimpulkan bhw, moral mrpkn ajaran baik buruk ttg
perbuatan dan kelakuan (akhlak) mns. Jd moral
membicarakan tingkah laku mns/masy yg dilakukan dg
sadar dipandang dari sudut baik dan bauruk sbg suatu
hasil penilaian.
Penilaian adlh berarti suatu tindakan memberi nilai,
meletakkan suatu sifat atau kualitas ttt terhadap sesorg
atau masy. Adapun yg dinilai adlh keseluruhan pribadi
org atau masy itu, bukan aspek ttt saja dari org atau
masy tsbt. Dg kata lain moral pada hakikatnya
berkaitan dg integritas mns, dg harkat dan martabatnya
sbg mns (M. Iqbal, 2002: 192).
Pemahaman ttg moral memerlukan suatu pedoman yg dsbt dg
prinsip dasar moral. Ada 3 macam prinsip dasar moral, yaitu:
a. Prinsip sikap baik, yaitu suatu kesadaran bhw mns jangan
sampai berbuat sesuatu yg merugikan org lain, tanpa
membedakan tingkat sosialnya.
b. Prinsip keadilan, yaitu perlakuan yg sama trhdp siapa saja dlm
situasi yg sama dan menghormati hak semua org. Prinsip ini tdk
membenarkan perlakuan yg sama dlm situasi yg berbeda.
c. Prinsip hormat thdp diri sendiri, yaitu agar mns selalu
memperlakukan diri sendiri sbg suatu yg sangat bernilai. Krn itu
mns tdk boleh membiarkan dirinya menjadi obyek mns lain
diperlakukan seenaknya, mslnya diperas, dipaksa, diperalat,
dsbnya (M. Iqbal, 2002: 193).
4. Hubungan Nilai, Norma, dan Moral
Nilai berbeda dg fakta bhw fakta dpt diobservasi
melalui verifikasi empiris, sdg nilai bersifat abstrak
hanya dpt dipahami, dipikirkan, dimengerti, dan dihayati
oleh mns. Nilai berkaitan dg harapan, cita-cita,
keinginan dan sgl sesuatu pertimbangan internal
(batiniyah) mns. Nilai tdk bersifat kongkrit, tdk dpt
ditangkap dg indra mns, dan nilai itu dpt bersifat
subjektif maupun objektif. Bersifat subjektif manakala
nilai tsbt diberikan oleh subjek (mns sbg pendukung
pokok nilai). Sdg bersifat objektif manakala nilai tsbt
melekat pd sesuatu dan terlepas dari penilaian mns
(Kaelan, 2010: 92).
Agar nilai mnjdi lbh berguna dlm menuntun sikap dan
tingkah laku mns, maka nilai perlu dikongkritkan dan
diformulasikan mnjdi lbh objektif shg memudahkan mns utk
menjabarkannya dlm tingkah laku scr kongkrit. Maka wujud
yg lbh kongkrit dari nilai tsbt adlh suatu norma.
Selanjutnya nilai dan norma senantiasa berkaitan dg moral
dan etika. Istilah moral mengandung integritas dan
martabat pribadi mns. Derajat kepribadian sesorg sangat
ditentukan oleh moralitas yg dimilikinya. Makna moral yg
mrpkn kepribadian sesorg itu tercermin pd sikap dan
tingkah lakunya. Dlm pengertian inilah maka kita memasuki
wilayah norma sbg penuntun sikap dan tingkah laku mns (
Kaelan, 2010: 92-93).
Hubungan antara moral dg etika sangat erat sekali, bahkan
kadangkala kedua hal tsbt disamakan. Sbnrnya kedua hal ini
memiliki perbedaan. Moral mrpkn suatu ajaran, wejangan-wejangan,
patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis ttg
bgmn manusia hrs hidup dan bertindak agar mnjdi mns yg baik. Sdg
etika adlh sbg cabang filsafat mrpkn pemikiran kritis dan mendasar
ttg ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Atau sbgmn
dikatakan De Vos dlm Kaelan (2010: 93), bhw etika dpt diartikan sbg
ilmu pengetahuan ttg kesusilaan. Sedang kesusilaan adlh identik dg
pengertian moral. Jd etika pd hakikatnya adlh ilmu pengeth yg
membahas ttg prinsip-prinsip moralitas. Dmknlah hub sistematik
antara nilai, norma dan moral yg pada gilirannya ketiga aspek tsbt
terwujud dlm suatu tingkah laku praksis dlm kehidupan mns
(Kaelan, 2010: 93).
NILAI DASAR, NILAI INSTRUMENTAL DAN NILAI
PRAKSIS
A. NILAI DASAR
Walaupun nilai bersifat abstrak, namun dlm realisasinya
nilai berkaitan dg tingkah laku atau sgl aspek kehidupan
mns (praktis), dan setiap nilai memiliki nilai dasar (dasar
ontologis), yaitu mrpkn hakikat, esensi, intisari, atau makna
yg terdlm dari nilai-nilai tsbt.
Nilai dasar, bersifat universal krn menyangkut hakikat
kenyataan obyektif dari segala sst.
Misal : hakikat Tuhan, manusia
Nilai-nilai dasar kemanusiaan dijabarkan dlm norma hukum
→ hak dasar (hak asasi).
Nilai dasar → norma (sumber norma).
B.NILAI INSTRUMENTAL
Nilai instrumental. mrpkn pedoman yg dpt
diukur dan mrpkn pengarah.
Nilai instrumental dihubungkan dg tingkah laku
→ mjd norma moral.
Nilai instrumental dihubungkan dg organisasi /
kenegaraan → mjd arahan, kebijaksanaan -
strategi yg bersumber pd nilai dasar.
C.NILAI PRAKSIS