Anda di halaman 1dari 31

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Filsafat dpt dibagi dlm bbrp cabang mnrt lingkungan


bahasannya masing-masing, yaitu filsafat teoritis dan
filsafat praktis. Klmpok pertama mempertanyakan sgl
sesuatu yg ada, sdg klmpok kedua membahas bgmn
mns bersikap thdp yg ada tsbt.
Filsafat teoritis mempertanyakan dan berusaha mencari
jawaban ttg sgl sesuatu, mslnya hakikat mns, alam,
hakikat realitas, ttg pengetahuan, ttg apa yg kita
ketahui, ttg yg transenden dan sbgnya. Oleh krn itu
filsafat teoritispun mempunyai maksud-maksud dan
berkaitan erat dg hal-hal yg bersifat praktis, krn
pemahaman yg diacari menggerakkan kehidupannya
(Kaelan, 2010: 86).
APA ITU ETIKA ?
Scr etimologis (asal kata), etika berasal dari bhs Yunani,
ethos, yg artinya watak kesusilaan atau adat. Istilah ini
identik dg moral yg berasal dari bhs latin, mos yg jamaknya
mores, yg berarti adat atau cara hidup. Meskipun kata etika
dan moral memiliki kesamaan arti, dlm pemakaian sehari
hari dua kata tsbt digunakan scr berbeda. Moral atau
moralitas digunakan utk perbuatan yg sdg dinilai, sdg etika
digunakan utk mengkaji sistem nilai yg ada (Zubair, 1987,
dlm Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat
Pendidikan Tinggi, Depdiknas, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan RI, 2013: 94). Dlm bahasa Arab, padanan kata
etika adlh akhlak yg mrpkn kata jamak khuluk yg berarti
perangai, tingkah laku atau tabiat (Zakky, 2008: 20).
Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu etika umum
dan etika khusus. Etika adlh mrpkn suatu
pemikiran kritis dan mendasar ttg ajaran-ajaran
dan pandangan-pandangan moral. Etika mrpkn
ilmu pengeth yg membahas ttg bgmn dan
mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral ttt
atau bgmn kita hrs mengambil sikap yg
bertangung-jawab berhadapan dg pelbagai ajaran
moral (Suseno, 1987, dlm Kaelan, 2010: 86).
PEMBAGIAN ETIKA

1. Etika Umum
→ mempertanyakan prinsip-prinsip yg berlaku bagi setiap
tindakan mns.
2. Etika Khusus
→ membahas prinsip-prinsip itu dlm hubungannya dg
pelbagai aspek kehidupan mns.
3. Etika khusus, dpt dibagi mjd etika individual yg membahas
kewajiban mns trhdp diri sendiri, dan etika sosial yg
membahas ttg kewajiban mns thd mns lain dlm hidup
bermasy yg mrpkn bagian terbesar dari etika khusus
(Kaelan, 2010: 86). Etika berkaitan dg nilai → krn etika
membicarakan ttg nilai susila - tdk susila, baik - tdk baik.
PENGERTIAN NILAI, NORMA DAN MORAL
 1. Pengertian nilai
 Nilai atau “value” (bhs Inggris) termasuk bdg kajian
filsafat. Nilai dibahas dan dipelajari oleh cabang
filst yaitu filst nilai (Axiologi, Theory of value). Istilah
nilai di dlm filst dipakai utk menunjuk kata benda
anstrak yg artinya keberhargaan (worth) atau
kebaikan (goodness), dan kata kerja yg artinya
suatu tindakan kewijaan ttt dlm menilai atau
melakukan penilaian (Frankena, dlm Kaelan, 2010:
Kaelan, 2010: 87).
 Dlm Dictionary of sociology and related sciences, bhw nilai adlh
kemampuan yg dipercayai yg ada pd suatu benda utk memuaskan
mns. Sifat dari suatu benda yg menyebabkan menarik minat seseorg
atau kelompok. Jadi nilai pd hakikatnya mrpkn sifat atau kualitas yg
melekat pd suatu objek, bukan objek itu sendiri. Sesuatu
mengandung nilai, artinya ada sifat atau kualitas yg melekat pd
sesuatu. Mslnya bunga itu indah, perbuaatan itu susila. Adanya nilai
krn ada kenyataan lain sbg pembawa nilai (Warirager). Sesuatu itu
bernilai apabila sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah , baik,
religius (nilai agama) dll. Di dalam nilai terkandung cita-cita,
harapan-harapan, dambaan-dambaan dan keharusan. Maka apabila
kt berbicara ttg nilai berarti kt berbicara ttg hal yg ideal, ttg hal yg
mrpkn cita-cita, harapan dambaan dan keharusan. Berbicara ttg
nilai berarti kt berbicara ttg das Sollen, bukan das Sein (Kaelan,
2010: 87- 88, dan Iqbal, 2002: 187).
 Jadi sesuatu yg mempunyai nilai itu tdk hanya sst
yg berwujud benda materi (sifat fisik) saja, tetapi
jg sesuatu yg tdk berwujud benda material (sifat
psikis). Bahkan sst yg bukan benda material dapat
menjadi memiliki nilai yg sangat tinggi dan mutlak
bagi mns (Iqbal, 2002: 188).
 Max Sceler, mengemukakan nilai-nilai yg ada, tdk
sama luhur dan tingginya. Mnrt tinggi rendah,
nilai-nilai dpt dikelompokkan dlm empat tingkatan
sbb:
a. Nilai kenikmatan, dlm tingkatan ini trdpt deretan nilai-nilai yg
mengenakkan dan tidak mengenakkan, yg menyebabkan org
senang atau menderita tdk enak.
b. Nilai-nila kehidupan, dlm tingkatan ini terdptlah nilai-nilai yg
penting bg kehidupan, mslnya kesehatan, kesegaran jasmani,
kesejahteraan umum.
c. Nilai-nilai kejiwaan, dlm tingkatan ini terdpt nilai-nilai kejiwaan yg
sama sekali tdk tergantung dari keadaan jasmani maupun
lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah keindahan, kebenaran,
dan pengetahuan murni yg dicapai dlm filsafat.
d. Nilai-nilai kerohanian, dlm tingkatan ini terdptlah modalitas nilai yg
suci dan tak suci . Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-
nilai pribadi (Kaelan, 2010: 89).
 Sdg Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam, yaitu:
a. Nilai material, yaitu sgl sesuatu yg berguna bg kehidupan
jasmani mns, atau kebutuhan material ragawi mns.
b. Nilai vital, yaitu sgl sesuatu yg berguna bg mns utk dpt
mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu sgl sesuatu yg berguna bg rohani mns,
nilai kerohanian dpt dibedakan atas 4 macam:
1. Nilai kebenaran, yg bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) mns.
2. Nilai Keindahan atau nilai estetis, yg bersumber pada unsur perasaan
(esthetis, gevoel, rasa) mns
3. Nilai kebaikan atau nilai moral, yg bersumber pada unsur kehendak
(will, wollen, karsa) mns.
4. Nilai religius, mrupakan nilai kerohanian tertinggi dan muthlak. Nilai
religius ini bersumber pd kepercayaan atau keyakinan mns (Kaelan,
2010: 89).
 Mnrt Notonagoro, bhw nilai-nilai Pancasila
tergolong nilai-nilai kerokhanian, ttp nilai
kerokhnian yg mengakui adanya nilai material dan
nilai vital. Dg dmkn nilai-nilai lain scr lengkap dan
harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai
kebenaran, nilai keindahan (nilai estetis), nilai
kebaikan (nilai moral), maupun nilai kesucian yg
sistematika-hirarkhis, yg dimulai dari sila
ketuhanan YME sbg “dasar” sampai dg sila
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indo sbg
“tujuan” (Darmodiharjo, dlm Kaelan, 2010: 90).
 2. Pengertian Norma
Nilai pada dasarnya bersifat subyektif, shg tdk mudah menjadi
penuntun perilaku bg ssorg atau masy. Agar nilai (sistem nilai) dpt
diangkat kepermukan, maka perlu ada wujud nilai yg lbh kongkret.
Kongkretisasi nilai ini menghasilkan norma. Norma tdk mengandung
hanya satu nilai saja, ttp juga dpt lbh dari satu nilai. Sekalipun dmkn,
tdk ada norma yg tdk mengandung nilai. Dg dmkn dpt dikatakan bhw
norma adlh pengejawantahan atau penjabaran dari nilai sbg
penuntun perilaku ssorg atau masy.
Norma dpt dibedakan berdasarkan demensinya ke dlm 2 jenis, yaitu
(a) Norma berdemensi pribadi, spt norma agama dan norma
kesusilaan, (b) Norma berdemensi antar pribadi, yaitu norma sopan
santun dan norma hukum (M. Iqbal, 2002: 193-194).
 3. Pengertian Moral
Istilah moral berasal dari bhs latin “mores”, berarti norma-norma
baik- buruk yg diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban, budi pekerti, akhlak ataupun kesusilaan mns. Dlm bdg
filsafat, moral mempersoalkan kesusilaan mengenai ajaran-ajaran
yg baik dan buruk. Mns berkewajiban mempelajari dan
mengamalkan ajaran-ajaran moral agar di dlm pergaulan sesama
mns dpt terjalin suatu hub yg baik.
Mnrt K. Bertenes, moral adlh nilai-nilai dan norma-norma yg menjadi
pegangan bg sesorg atau kelompok dlm menngatur tingkah lakunya.
Sdg mnrt Burhan Nurgiyantoro, moral scr umum menyarankan pd
pengertian ajaran ttg baik buruk yg diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, dan sbgnya, akhlak, budi pekerti, susila
(M. Iqbal, 2002: 191-192).
 Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dptlah
disimpulkan bhw, moral mrpkn ajaran baik buruk ttg
perbuatan dan kelakuan (akhlak) mns. Jd moral
membicarakan tingkah laku mns/masy yg dilakukan dg
sadar dipandang dari sudut baik dan bauruk sbg suatu
hasil penilaian.
Penilaian adlh berarti suatu tindakan memberi nilai,
meletakkan suatu sifat atau kualitas ttt terhadap sesorg
atau masy. Adapun yg dinilai adlh keseluruhan pribadi
org atau masy itu, bukan aspek ttt saja dari org atau
masy tsbt. Dg kata lain moral pada hakikatnya
berkaitan dg integritas mns, dg harkat dan martabatnya
sbg mns (M. Iqbal, 2002: 192).
Pemahaman ttg moral memerlukan suatu pedoman yg dsbt dg
prinsip dasar moral. Ada 3 macam prinsip dasar moral, yaitu:
a. Prinsip sikap baik, yaitu suatu kesadaran bhw mns jangan
sampai berbuat sesuatu yg merugikan org lain, tanpa
membedakan tingkat sosialnya.
b. Prinsip keadilan, yaitu perlakuan yg sama trhdp siapa saja dlm
situasi yg sama dan menghormati hak semua org. Prinsip ini tdk
membenarkan perlakuan yg sama dlm situasi yg berbeda.
c. Prinsip hormat thdp diri sendiri, yaitu agar mns selalu
memperlakukan diri sendiri sbg suatu yg sangat bernilai. Krn itu
mns tdk boleh membiarkan dirinya menjadi obyek mns lain
diperlakukan seenaknya, mslnya diperas, dipaksa, diperalat,
dsbnya (M. Iqbal, 2002: 193).
 4. Hubungan Nilai, Norma, dan Moral
Nilai berbeda dg fakta bhw fakta dpt diobservasi
melalui verifikasi empiris, sdg nilai bersifat abstrak
hanya dpt dipahami, dipikirkan, dimengerti, dan dihayati
oleh mns. Nilai berkaitan dg harapan, cita-cita,
keinginan dan sgl sesuatu pertimbangan internal
(batiniyah) mns. Nilai tdk bersifat kongkrit, tdk dpt
ditangkap dg indra mns, dan nilai itu dpt bersifat
subjektif maupun objektif. Bersifat subjektif manakala
nilai tsbt diberikan oleh subjek (mns sbg pendukung
pokok nilai). Sdg bersifat objektif manakala nilai tsbt
melekat pd sesuatu dan terlepas dari penilaian mns
(Kaelan, 2010: 92).
 Agar nilai mnjdi lbh berguna dlm menuntun sikap dan
tingkah laku mns, maka nilai perlu dikongkritkan dan
diformulasikan mnjdi lbh objektif shg memudahkan mns utk
menjabarkannya dlm tingkah laku scr kongkrit. Maka wujud
yg lbh kongkrit dari nilai tsbt adlh suatu norma.
 Selanjutnya nilai dan norma senantiasa berkaitan dg moral
dan etika. Istilah moral mengandung integritas dan
martabat pribadi mns. Derajat kepribadian sesorg sangat
ditentukan oleh moralitas yg dimilikinya. Makna moral yg
mrpkn kepribadian sesorg itu tercermin pd sikap dan
tingkah lakunya. Dlm pengertian inilah maka kita memasuki
wilayah norma sbg penuntun sikap dan tingkah laku mns (
Kaelan, 2010: 92-93).
 Hubungan antara moral dg etika sangat erat sekali, bahkan
kadangkala kedua hal tsbt disamakan. Sbnrnya kedua hal ini
memiliki perbedaan. Moral mrpkn suatu ajaran, wejangan-wejangan,
patokan-patokan, kumpulan peraturan baik lisan maupun tertulis ttg
bgmn manusia hrs hidup dan bertindak agar mnjdi mns yg baik. Sdg
etika adlh sbg cabang filsafat mrpkn pemikiran kritis dan mendasar
ttg ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Atau sbgmn
dikatakan De Vos dlm Kaelan (2010: 93), bhw etika dpt diartikan sbg
ilmu pengetahuan ttg kesusilaan. Sedang kesusilaan adlh identik dg
pengertian moral. Jd etika pd hakikatnya adlh ilmu pengeth yg
membahas ttg prinsip-prinsip moralitas. Dmknlah hub sistematik
antara nilai, norma dan moral yg pada gilirannya ketiga aspek tsbt
terwujud dlm suatu tingkah laku praksis dlm kehidupan mns
(Kaelan, 2010: 93).
NILAI DASAR, NILAI INSTRUMENTAL DAN NILAI
PRAKSIS
A. NILAI DASAR
 Walaupun nilai bersifat abstrak, namun dlm realisasinya
nilai berkaitan dg tingkah laku atau sgl aspek kehidupan
mns (praktis), dan setiap nilai memiliki nilai dasar (dasar
ontologis), yaitu mrpkn hakikat, esensi, intisari, atau makna
yg terdlm dari nilai-nilai tsbt.
 Nilai dasar, bersifat universal krn menyangkut hakikat
kenyataan obyektif dari segala sst.
Misal : hakikat Tuhan, manusia
Nilai-nilai dasar kemanusiaan dijabarkan dlm norma hukum
→ hak dasar (hak asasi).
Nilai dasar → norma (sumber norma).
B.NILAI INSTRUMENTAL
 Nilai instrumental. mrpkn pedoman yg dpt
diukur dan mrpkn pengarah.
 Nilai instrumental dihubungkan dg tingkah laku
→ mjd norma moral.
 Nilai instrumental dihubungkan dg organisasi /
kenegaraan → mjd arahan, kebijaksanaan -
strategi yg bersumber pd nilai dasar.
C.NILAI PRAKSIS

 Nilai praksis, mrpkn penjabaran nilai instrumental


dlm kehidupan yg nyata.
 Nilai praktis → mrpkn perwujudan nilai dasar dan
nilai instrumental
 Nilai praksis realitasnya dpt berbeda wujudnya,
namun tdk bisa menyimpang atau bahkan tdk dpt
bertentangan. Artinya nilai dasar, nilai
instrumental dan nilai praksis mrpkn suatu sistem
perwujudannya tdk boleh menyimpang dari sistem
tsbt.
NILAI-NILAI PANCASILA SBG NILAI
FUNDAMENTAL NEGARA

 Nilai-nilai Pancasila sbg dasar filst neg, pd hakikatnya mrpkn


sumber dari sgl sumber hukum di neg Indo, maka scr
obyektif mrpkn pandangan hidup, kesadaran, cita-cita
Hukum, serta cita-cita moral yg luhur yg meliputi suasana
kejiawaan, serta watak bgs Indo. Hal ini sbgmn ditetapkan
dlm ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966.
 Nilai-nilai Pancasila terkandung dlm pemb UUD 1945 scr
Yuridis berkedudukan sbg Pokok Kaedah Fundamental Neg.
Pemb UUD 1945 yg di dlmnya memuat nilai-nilai Pancasila
mengandung empat pokok pikiran yg bila dianalisis yg
terkandung tdk lain mrpkn derivasi dari nilai-nilai Pancasila
(Kaelan, 2001 : 183-184).
 Sbg dasar filst sila-sila Pancasila mrpkn suatu
sistem nilai, krn itu sila-sila Pancasila pada
hakikatnya adlh mrpkn suatu kesatuan.
Meskipun setiap sila mengandung nilai-nilai
berbeda, namun kesemuanya mrpkn suatu
kesatuan yg sistematis, setiap sila tdk dpt
dilepaskan dg sila lainnya. Adapun nilai-nilai yg
terkandung dlm sila-sila Pancasila adlh sbg
berikut :
1. KeTuhanan Yang Maha Esa
 Mengandung nilai bhw neg yg didirikan sbg
pengejawantahan tuj mns sbg makhluk Tuhan YME, krn
itu sgl hal yg berkaitan dg plksnaan dan pnylnggraan
neg, bahkan moral neg, moral penyelenggara neg,
politik neg, pmrnthan neg dan peraturan perundang-
undangan neg, kebebasan dan hak asasi wrg neg hrs
dijiwai nilai-nilai ketuhanan YME.
 Dmknlah nilai-nilai etis yg terkandung dlm sila
ketuhanan YME, yg dg sendirinya sila pertama ini
mendasari dan menjiwai keempat sila lainnya.
2. Kemanusiaan yg adil dan beradab
 Sila kemanusiaan mengandung nilai bhw neg hrs
menjunjung tinggi harkat dan martabat mns sbg makhluk yg
beradab. Oleh krn itu dlm khdpn kenegaraan terutama dlm
perundang-undangannya neg hrs mewujudkan tercapainya
tuj ketinggian harkat dan martabat mns, trtama hak-hak
kodrat mns (hak dasar, hak asasi) hrs dijamin dlm
perundang-undangan neg.
 Nilai kemanusiaan yg adil dan beradab mengandung nilai
suatu kesadaran moral dan tingkah laku mns yg didsrkn pd
potensi budi nurani mns dlm hubnya dg norma-norma dlm
kebudayaan pd umumnya baik thdp diri sendiri, sesama mns
maupun thdp lingkungannya.
Nilai kemanusiaan yg adil mengandung makna
hakikat mns sbg makhluk yg berbudaya dan
beradab hrs berkodrat adil:
a) Adil thdp diri sendiri
b) Adil thdp manusia lain
c) Adil thdp masy dan neg
d) Adil thdp lingkungan
e) Adil thdp Tuhan YME
3.Persatuan Indonesia.
 Mengandung nilai-nilai → bhw neg mrpkn
penjelmaan sifat kodrat mns monodualis
(makhluk individu dan makhluk sosial).
 Neg mrpkn khdpn bersama dari persekutuan
suku, ras, klmpok gol, maupun klmpok agama,
yg dikaitkan dg sloka Bhinneka Tunggal Ika.
 Neg mengatasi paham, suku, ras, klmpok gol
maupun klmpok agama.
 Tuj neg dirumuskan utk melindungi segenap wrg
dan seluruh tumpah darahnya, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan slrh wrgnya
dan ikut mlksnkn ketertiban dunia brdsrkn
kemrdkaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
 Nilai Persatuan Indonesia:
1. Nasionalisme Indo adlh nasionalisme religius yaitu
nasionalisme brdsrkn moral Ketuhanan YME.
2. Nasionalisme Indo adlh nasionalisme humanistik yg
menjunjung tinggi harkat dan martabat mns sbg
makhkluk Tuhan YME.
4. Kerakyatan /Perwakilan
 Nilai philisofis yang terkandung dlm sila ke IV ini
adlh bhw hakikat neg sbg penjelmaan kodrat mns
sbg makhluk individu dan makhluk sosial.
 Hakikat rakyat → sklmpok mns sbg makhluk
Tuhan YME bersatu dg tuj mewujudkan harkat dan
martabat mns dlm wilayah Indo.
 Neg adlh dari, oleh dan untuk rakyat.
 Oleh krn itu rakyat mrpkn asal mula kekuasaan
neg
Sila ke IV ini terkandung nilai Demokrasi.
Nilai-nilai Demokrasi dlm Sila ke IV ini adalah sbb:
1. Adanya kebebasan yg disertai tanggung jawab thdp masy, bgs maupun scr
moral thdp Tuhan YME.
2. Menjunjung tinggi harkat dan martabat mns
3. Menjamin dan memperkokoh persatuan/kesatuan dlm hidup bersama.
4. Mengakui adanya perbedaan individu, klmpok, ras, suku, agama, krn
perbedaan mrpkn kodrat mns.
5. Mengakui hak yg melekat pada individu, klmpok, ras, suku, agama.
6. Mengarahkan perbedaan kedalam suatu kerjasama kemanusiaan yg
beradab.
7. Menjunjung tinggi asas musyawarah sbg moral kemanusiaan yang
beradab.
8. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dlm kehidupan sosial agar
tercapai tuj bersama.
5. Keadilan Sosial Indonesia
Dlm sila ke V ini terkandung nilai keadilan yg
hrs terwujud dlm khdpn bersama (kehidupan
sosial). Keadilan didasari dan dijiwai oleh
hakikat keadilan kemanusiaan → dlm hub mns
dg dirinya sendiri, mns dg mns lain, mns dg
masy, bgs dan neg, trhdp Tuhannya serta adil
thdp lingkungan sekitar.
Nilai-nilai keadilan yg hrs diwujudkan:
1. Keadilan Distributif: keadilan atara neg thdp
wrgnya spt: bantuan, subsidi, kesejahteraan dan
lain-lain.
2. Keadilan Legal (Bertaat) : keadilan antara wrg
neg thdp neg, misalnya : mentaati peraturan per-
UU-an.
3. Keadilan Komutatif: keadilan antar sesama wrg
yg satu dg wrg yg lain scr timbal balik.

Anda mungkin juga menyukai