• Masa Revolusi Fisik (19 Agst 1945- 27 Des 1949). Disbt revolusi fisik krn masa ini penuh perjuangan fisik, perlawanan dan pertempuran, perundingan, perjanjian serta bnyaknya gangguan (M. Iqbal, 2002: 67- 68), antara lain sbb: 1) Indo mnghdapi sekutu yg berupaya menanamkan kembali kekuasaan Belanda di Indo, dg pemaksaan mengakui pmrntah NICA (Netherlands Indies Civil Administration). 2) Belanda dg licik mempropagandakan ke dunia luar bhw neg prklmasi RI mrpkn hadiah Fasis Jepang (Kaelan, 2001: 49). 3) Pemberontakan PKI di Madiun 1948 4) Pmrntah sering tdk mampu mlksanakan kehendaknya kpd kelompok2 lokal (daerah). Adanya para pembangkang dlm struktur neg, spt Letkol Ahmad Hussein memproklamasikan dewan Banten di Pandang (Des 1956). Sukarmadji Maridjan Kartosuwiryo, Kahar Muzakar, dan Daud Beureuh yg semula pemimpin griliya anti- Belanda, kmdn memimpin pemberontakan yg berkepanjangan di daerah masing-masing (Jawa Barat, Sulawesi selatan, dan Aceh). (Herbert Feith, 1988, dlm Syahrial, 2002: 79). Sdgkan perundingan dan perjanjian, antara lain sbb: 1. Perundingan Jakarta- Hooge Valuwe (Indo- Belanda), dg mediator Inggris (23- 24 April 1946), brtmpat di Belanda (Hooge Valuwe). 2. Persetujuan antara Indo- Belanda dg mediator Inggris (15 Nop 1946) di Linggar Jati Ceribon. 3. Persetujuan Renville antara Indo-Belanda, dg mediator Goodwill Comission (8 Des 1947) di geladak kapal Renville milik AS. 4. Persetujuan Roem- Royen antara Indo-Belanda dg mediator United Nation Comission for Indo (UNCI) pada (14 April 1949) di Jakarta (M. Iqbal, 2002: 68- 69). 5. Konferensi Meja Bundar di Den Haag (23 Agustus- 2 Nov 1949), yg menghasilkan bbrp persetujan adalah sbb: a. Didirikannya neg Rep Indo Serikat. b. Pengakuan kedaulatan oleh pmrntah kerajaan Belanda kpd pmrntahan neg Rep Indo Serikat. c. Didirikannya Uni antara neg Rep Indo Serikat dan kerajaan Belanda. Pengakuan kedaulatan akan dilaksanakan pd tgl 27 Des 1949. Dg dmkn neg Rep Indo (proklamasi) hanya mrpkn neg bagian. Bagi bgs Indo menerima hasil konferensi KMB adlh mrpkn bagian dari perjuangan utk mempertahankan kmrdkaan dan kedaulatannya (Syahrial, 2002: 78). Pd masa revolusi fisik Sistem Pmrnthan brdsrkan UUD 1945 blm dpt dlksnakan, krn bgs Indo msh hrs mempertahnkn neg dari rongrongan penjjh yg tdk mau mngakui kmrdkn Indo. DPA (sementara dibentuk), tetapi DPR, MPR belum dibentuk krn melalui Pemilu. Krn itu msh berlaku pasal Aturan Peralihan (psl IV), yakni sblm MPR, DPR, DPA dibentuk mnrt UUD ini, sgl kekuasaan dijalankan Presiden dg bantuan Komite Nasional. Dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden No. X, tgl 16 Okt 1945 yg menghentikan kekuasaan luar biasa Presiden sblm waktunya (shrsnya berlaku 6 bulan). Maklumat tsbt mmbrikan kekuasaan MPR dan DPR yg semula dipegang Presiden kpd KNIP (Kaelan, 2010: 49). Dg dmkn brdsrkan Maklumat tsbt maka kddukan Komite Nasl Indo Pusat dianggap sbg Dewan Perwakilan Rakyat, dan bahkan sbg Majlis Permusyawaratan Rakayat (Syahrial, 2002: 75- 76). Keluarnya Maklumat Pmrintah tgl 3 Nop 1945, ttg pembentukan Partai-Partai Politik sbnyak-bnyknya. Hal ini sbg akibat adanya anggapan pd waktu itu bhw salah satu ciri dmkrasi adlh multi partai . Adanya Maklumat Pmrintah: 14 Nop 1945, yg mengubah kabinet Presidensial mnjd kabinet Parlementer brdsrkan asas dmkrasi liberal (Kaelan, 2010: 49). Maka sejak tgl 14 Nop 1945 kekuasaan eksekutif dipegang Perdana Menteri, menteri-menteri brtnggng-jawab kpd parlemen, tdk kpd Presiden. Hal ini jelas pnympngan konstitusional thdp UUD 1945 dan Pancasila sbg ideologi neg. Akibatnya neg tdk stabil dan kabinet jatuh bangun. Pembentukan Neg Rep Indo Serikat (RIS) Sbgmn tlh disinggung bhw pengakuan kedaulatan akan dilaksanakan pd tgl 27 Des 1949 sbg hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB), maka pd tgl 27 Des 1949 tsbt ditandatanganilah persetujuan oleh Ratu Belanda Yuliana dan Wakil Pmrntah RI di Den Haag, maka berlaku pulalah persetujuan hasil-hasil KMB lainnya brdsrkan konstitusi RIS, antara lain sbb: a) Konstitusi RIS mnntkan bentuk neg serikat (federalis) dg 16 neg bagian (pasal 1 dan 2). b) Konstitusi RIS mnntukan sifat pmrnthan brdsrkan demokrasi liberal, menteri-menteri brtnggng jawab atas seluruh kbjksnaan pmrntah kpd parlemen (pasal 118 ayat 2). c) Dg dmkn Mukadimah konstitusi RIS tlh mnghpuskan jiwa, smngat maupun isi Pemb UUD 1945 (Kaelan, 2010: 50). Semangat ideologi Liberal memuncak dg dibentuknya neg Federal (Negara Serikat). Pmrnthan RI menerima baik hasil Konferensi Meja Bundar adlh sbg strategi perjuangan bgs Indo utk mmprthankan kmrdkaan dan kedaulatannya. Maka ksmpatan itu dprgnakan dg sebaik-baiknya oleh bgs Indo utk menerima hasil KMB yaitu berdirinya neg Rep Indo Serikat, sebab dg KMB akan adanya pengakuan kedaulatan yg akan dlksnkn pd tgl 27 Des 1949 (Syahrial, 2002: 78). Namun yg terpenting perlu dicatat sbg suatu kenyataan adlh bhw sblm persetujuan KMB bgs Indo tlh memiliki kedaulatan. Oleh krn itu persetujuan tgl 27 Des 1949 tsbt bukanlah penyerahan kedaulatan, ttp pemulihan kedaulatan atau pengakuan kedaulatan (Kaelan, 2010: 50). Terbentukan Neg RI Tahun 1950
kttnegaraan Indo adlh mrpkn taktik politis utk tetap konsisten dg deklarasi Proklamsi yg terkandung dlm Pemb UUD 1945 yaitu neg persatuan dan kesatuan (alinea IV), yaitu ”Pmrntah Neg Indo melindungi segenap bgs Indo dan seluruh tumpah darah Indo....... brdsrkn UUD 1945 dan Pancasila”. Oleh krn itu kmdn terjadilah gerakan-gerakan unitaristis scr sepontan dan rakyat mmbntuk neg kesatuan yaitu dg menggabungkan diri dg neg Proklamasi RI yg ada di Yogyakarta, meskipun pada saat itu neg RI Yogyakarta hanya mrpkn neg bagian RIS saja. Dg dmkn sampai pd tgl 19 Mei 1950 neg RIS hanya tinggal 3 neg bagian saja, yaitu: a) Negara bagian RI Proklamasi b) Negara Indonesia Timur (NIT) c) Negara Sumatera Timur (NST). Terbentukan neg RIS adlh mrpkn bentukan Belanda, krn itu perjuangan bgs Indo utk kembali ke neg kesatuan semakin kuat. Bahkan dg menggabungkan diri dari bbrp neg bagian ke neg RI proklamasi yg ada di Yogyakarta shg kewibawaan pemerintahan neg RIS semakin berkurang utk memerintah. Utk menanggapi keadaan tsbt maka pada akhirnya disetujui oleh kedua pemerintahan RIS dg RI utk mengadakan musyawarah dg pertimbangan politik bhw neg-neg bagian lebih cenderung utk bergabung kembali pd neg Kesatuan Rep Indo. Maka akhirnya tercapailah suatu kesepakatan melalui Piagam Persetujuan tgl 19 Mei 1950 yg berisi dlm wkt yg sesingkat-singkatnya bersama-sama mlksnakan neg kesatuan sbg penjelmaan dari neg Rep Indo berdasarkan proklmsi 17 Agst 1945 (Syahrial, 2003: 78). Perubahan UUD dari Konstitusi RIS ke UUDS 1950 yakni dg mengubah bagian-bagian dari Konstitusi RIS yg tdk sesuai dg neg jiwa neg kesatuan. Walaupun UUDS 1950 sbg tonggak utk menuju cita-cita Proklamasi, Pancasila, dan UUD 1945, namun dlm kenyataannya tetap msh berorientasi pd pmrnthan yg berasaskan demokrasi liberal, shg isi maupun jiwanya msh mrpkn penyimpangan thdp Pancasila. Plksanaan demokrasi liberal yg dimulai pd th 1945 sampai dg th 1949 mrpkn penyimpangan thdp Pancasila dan UUD 1945. Demikian pula pelaksanaan kabinet parlementer yg menggantikn kabinet presidentil jelas tdk sesuai dg UUD 1945 (Syahrial, 2003: 78- 79). Periode demokrasi setelah thn 1949 ditandai dg kuatnya kedudukan parlemen dlm pmrntahan, pada saat itu kabinet yg tdk menguasai mayoritas seringkali jatuh. Kekuatan berpusat pd partai-partai dan angkatan bersenjata, kedudukan Presiden relatif lemah. Pada awal th 1950 kabinet dipimpin oleh Moh. Hatta dan oleh sejumlah pemimpin moderat lainnya. Kepemimpinannya bersifat luas dan pro- Barat yg cenderung menganggap revolusi sdh selesai. Mereka juga memusatkan perhatiannya pd rehabilitasi dan pemb ekonomi, yg tdk saja memerlukan normalisasi administrasi ttp jg kebijakan yg melindungi modal Belanda dan modal asing lainnya. Pada periode ini ditandai dg kekacauan administratif yg meluas dan kebingaran politik, meskipun masy kelas bawah dpt menikmati kebebasan demokrasi yg lebih besar (Syahrial, 2003: 79). Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Pemilu th 1955 tdk mampu memenuhi harapan dan keinginan
masy, bahkan mengakibatkan tidak stabilnya politik, ekonomi, sosial dan hankam. Hal ini disebabkan krn bbrp hal: a) Makin berkuasanya modal-modal raksasa thdp perekonomian Indo. b) Akibat silih bergantinya kabinet, maka pmrintah tdk mampu menyalurkan dinamika masy ke arah pembangunan terutama pembangunan ekonomi. c) Sistem liberal brdsrkan UUDS 1950 mengakibatkan kabinet jatuh bangun, pmrntahan tdk stabil. d) Pemilu 1955 ternyata tdk mampu mencerminkan dlm DPR suatu perimbangan kekuasaan politik yg sebenarnaya hidup dlm masy. krn masih banyak gol sosial politik di daerah yg blm terwakili di DPR (Syahrial, 2003: 80- 81). e) Faktor yg plg mnntukan dari dekrit Presiden adlh krn dewan Konstituante yg bertugas mmbntuk UUD yg tetap bagi neg RI gagal mlksnkn tugasnya, mekipun tlh bersidang selama dua setengah thn. Bahkan separuh agt sidang menyatakan tdk akan hadir dlm pertemuan-pertemuan Kontituante. Hal ini dsbbkan krn Konstituante yg shrsnya bertgs membuat UUD neg RI yg baru ternyata mmbhas kembali dasar neg. Hal inilah akan mengakibatkan keadaan berbahaya pada persatuan, kesatuan dan keselamatan neg, nusa serta bgs. Maka akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit tgl 5 Juli 1959, isinya sbb: 1. Pembubaran Konstituante 2. Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, tdk berlakunya kembali UUD S thn 1950 3. Dibentuknya MPRS, dan DPAS dlm waktu yg sesingkat- singkatnya (Kaelan, 2010: 52). Pengertian Dekrit Dekrit adlh suatu putusan dari organ tertinggi (kepala neg atau organ lain) yg mrpkn penjelmaan kehendak yg sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bilamana neg dlm keadaan darurat, keselamatan bgs dan neg terancam bahaya. Dasar hukum dekrit adalah “hukum darurat” yg dibedakan ke dlm 2 macam, yaitu: a)Hukum Tatanegara Darurat Subjektif Hukum tataneg subjektif yaitu suatu keadaan hukum yg memberi wwng kpd organ tertinggi utk bila perlu mengambil tindakan hukum bahkan kalau perlu melanggar undang-undang hak asasi rakyat, bahkan kalau perlu UUD. Contoh pembubaran Konstituante, menghentikan UUDS 50 diganti dg UUD 1945. b)Hukum Tatanegara Darurat Objektif Hukum Tataneg Darurat Objektif yaitu suatu keadaan hukum yg memberikan wwng kpd organ tertinggi neg utk mengambil tindakan hukum, namun tetap brlndskan pd konstitusi yg berlaku, contoh SP 11 Maret 1966 (Kaelan, 2011: 52- 53). B. Masa Orde Lama Orde lama adlh Suatu orde atau tatanan masy dan pmrntah sampai saat meletusnya G 30 S PKI, dimuali dari tgl 5 Juli 1959- 11 Maret 1966 (M. Iqbal, 2002: 70). Pada masa orde lama perjuangan mmprthankan dan mengisi kmrdkaan ditandai dg banyaknya penyelewengan dan penyimpangan. Lebih dipengaruhi oleh paham komunis. Dipaksakannya konsepsi Nasakom (Nasionalis, Agama dan komunis) serta mengidentifikasikan Nasakom dg Pancasila (M. Iqbal, 2002: 70). Mengangkat Presiden seumur hidup melalui Tap MPRS No . II /MPRS/ 1963 dan Tap. MPRS No . III/ MPRS/ 1963. Demokrasi terpimpin yg mengarah pd pmrnthan otoriter. Presiden mengeluarkan produk hukum setingkat UU tanpa persetujuan DPR. Presiden membubarkan DPR hasil Pemilu 1955 krn DPR tdk dpt menyetujui RAPBN dan membentuk DPR gotong royong (DPR- GR), yg aggtnya diangkt dan diberhentikan oleh Presiden (Syahrial, 2003: 81). Pimpinan lembaga tertinggi dan tinggi neg dijadikan Menteri Neg, sdg Presiden sendiri menjadi anggota DPA. Penyimpangan dan penyelewengan ini klimaksnya tgl 1 Okt 1965 meletusnya pemberontakan G.30.S PKI, yg didalangi Partai Komunis Indo (PKI) dg tujuan (1) Merebut kekuasaan, (2) Mengganti ideologi Pancasila dg ideologi Komunis, dan (3) Mengganti neg Rep Indo mjd neg Komunis (M. Iqbal, 2002: 71). Lahirnya tuntutan TRITURA (Tiga Tuntutan Hati Nurani Rakyat), yaitu: a) Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya. b) Bersihkan Kabinet dari unsur- unsur PKI. c) Turunkan harga/ perbaiki ekonomi. Pemerintah (Presiden) makin terdesak shg mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966(Super Semar) kpd Letjen TNI Soeharto utk memulihkan keamanan (Kaelan, 2010: 54). C. Masa Orde Baru Orde baru adlh suatu orde atau tatanan khdpn baru dan sikap mental baru brdsrkn Pancasila dan UUD 1945 dlm kenegaraan Indo. Orde baru dimulai antara 11 Maret 1966 - 21 Mei 1998. Orde baru lahir dipelopori oleh para pemuda, yaitu mahasiswa, pelajar dan pemuda pd umumnya yg tergabung dlm kesatuan aksi (Angkatan 66) bersama ABRI, parpol dan ormas ( M. Iqbal, 2002: 71). Lahirnya Tap MPRS: 1. Tap. MPRS No. IX/MPRS/1966 → menerima dan memperkuat supersemar, semenjak ini berarti supersemar tdk lagi bersumberkan hukum tataneg darurat akan tetapi bersumber pd kedaulatan rakyat psl 1 (2) UUD 1945 (Kaelan, 2010: 55). 2. Tap MPRS No. XIII/MPRS/1966 → Pengemban tugas Soeharto segera membentuk Kabinet Ampera. 3. Tap MPRS No. XVIII/MPRS/1966 → dg meminta maaf menarik kembali pengangkatan Pemimpin Besar Revolusi mnjd Presiden Seumur hidup. 4. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 → yang menerima dg baik memorandum DPRGR ttg Sumber Tertib Hukum RI dan tata urutan Perundang-Undangan. 5. Tap MPRS No. XXII/MPRS/1966 → penyederhanaan kepartaian, keormasan dan kekaryaan. 6. Tap MPRS No. XXV/MPRS/1966 → pembubaran PKI dan ormas- ormasnya. • Pada Feb 1967 DPRGR mngluarkan RESOLUSI meminta MPRS mengadakan sidang istimewa utk meminta prtnggngjwaban Presiden. Pada Maret 1967 MPRS mengadakan sidang- sidang istimewa, dg keputusan : 1. Presiden Soekarno tdk dpt memenuhi pertanggungan jawab konstitusional dan tdk dpt menjalankan haluan dan putusan MPRS layaknya Mandataris MPRS, sbgmn diatur dlm UUD 1945. 2. Berlakunya TAP XV/MPRS/1966 ttg pemilihan/ penunjukkan wakil presiden, dan mengangkat Soeharto pengemban Supersemar dg Tap. MPR No. IX/MPRS/1966 sbg pejabat Presiden • Pngngktan Soeharto sbg Presiden sampai terpilihnya Presiden oleh MPR hasil pemilihan umum (Tap. No. XLIV/MPRS/1968). • Meneruskan pembangunan. • Mengadakan pemilu I (pertama) kali pd tgl 3 Juli 1971, brdsrkan UU No. 15 tahun 1969, tetang Pemilihan Umum Agt- agt Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat. • Program-program negara demi utk kekuasaan. • Kekuasaan otoriter ttp seakan-akan demokratis. • Plksnaan UUD 1945 dimanipulasi demi kekuasaan (P4) • Kekuasaan legislatif, yudikatif dibawah Presiden. • Munculnya krisis ekonomi → krisis kepercayaan dan → krisis politik. • Praktek kenegaraan penuh dengan KKN. • Rakyat menghendaki Soeharto turun, yg dipelopori mhs. • Tgl 21 Mei 1998 Soeharto turun. D. Masa Reformasi. Masa ssdh 1998 tepatnya pd saat berhasilnya perjuangan para reformasi, khususnya para mhs yg mengakibatkan turunnya Soeharto, lahirlah era baru yg kemudian dikenal dg era reformasi. Era reformasi ditandai dg tuntutan koreksi total thdp sgl bdg khdpn, dlksnkannya prinsip-prinsip demokrasi, penegakan kebenaran dan keadilan yg brdsrkan hukum, keterbukaan dan pengakuan thdp hak-hak asasi mns. Sejak 21 Mei 1998 B.J Habibie (sebelumnya wakil presiden) diangkat sbg Presiden RI yg ketiga dan membentuk kabinet reformasi pembangunan. Berpijak pada hak-hak politik rakyat, dan plksnaan prinsip-prinsip demokrasi, maka pemilu Juni 1999 diikuti oleh 48 partai politik, dan pemilu itu dlksnkan scr langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil utk menyusun badan- badan legeslatif ditingkat daerah maupun pusat (Soegito, 2001 : 16 – 18).