Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Sejarah Wajib tentang Perkembangan kehidupan pada
masa Orde Lama baik dilihat dari segi politik, ekonomi, sosial dan budaya bangsa
Indonesia

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 9 Juli 2016

Kelompok 6
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa orde lama yaitu masa pemerintahan yg dimulai dari proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 sampai masa terjadinya G30 S PKI.
Orde Lama adalah istilah yang diciptakan oleh Orde Baru. Bung
Karno sangat keberatan masa kepemimpinannya dinamai Orde Lama.
Bung Karno lebih suka dengan nama Orde Revolusi. Tapi Bung Karno tak
berkutik karena menjadi tahanan rumah (oleh pemerintahan militer Orde
Baru) di Wisma Yaso (sekarang jadi Museum TNI Satria Mandala Jl. Gatot
Subroto Jakarta).
Tokoh dari sistem pemerintahan orde lama yang dimiliki Indonesia
ialah siapa lagi kalau bukan Bung Karno. Dengan segenap pemikiran,
kepintaran, dan kecakapannya, Bung Karno perlahan mulai "membangun
badan" negara ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan kehidupan pada masa orde lama dari
segi politik ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan kehidupan pada masa orde lama dari
segi ekonomi ?
3. Bagaimana sejarah perkembangan kehidupan pada masa orde lama dari
segi sosial dan budaya ?

C. Tujuan
Dengan pembuatan makalah Sejarah Wajib tentang Perkembangan
kehidupan pada masa Orde Lama baik dilihat dari segi politik, ekonomi, sosial
dan budaya bangsa Indonesia ini, diharapkan para pembaca dapat mengerti
mengenai sejarah perkembangan kehidupan pada masa Orde Lama yang
dilihat dari berbagai segi kehidupan guna meningkatkan ilmu pengetahuan
tentang Sejarah Indonesia.

BAB 2

PEMBAHASAN
A. Kondisi Politik
a. Sistem Pemerintahan RI (Periode 17 Agustus 1945-27
Desember 1949).
Dengan adanya Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa
Indonesia telah merdeka dan tidak terikat lagi oleh kekuatan asing atau
penjajah manapun. Indonesia adalah suatu negara yang merdeka dengan
segala alat perlengkapan ketatanegaraannya. Beberapa poin penting pada
masa itu adalah :
Konstitusi yang dipakai adalah UUD 1945 yang ditetapkan dan disahkan oleh
PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan.
Sistem pemerintahannya adalah presidensiil yang bergeser ke parlementer.
Sistem pemerintahan yang diamanatkan oleh UUD pada saat itu sebenarnya
adalah sistem presidensiil. Kepala negara sekaligus menjabat sebagai kepala
pemerintahan dan menteri-menteri bertanggung jawab kepada presiden. Tetapi
ternyata, sistem presidensiil ini tidak bertahan lama. Menurut ketentuan Pasal IV
Aturan Peralihan UUD 1945, sebelum MPR, DPR, dan Dewan Pertimbangan
Agung terbentuk, presiden akan menjalankan kekuasaannya dengan bantuan
sebuah Komite Nasional. Berarti kedudukan Komite Nasional hanyalah sebagai
pembantu presiden.

Nyatanya pada tanggal 16 Oktober 1945, dengan dikeluarkannya Maklumat Wakil


Presiden No X yang menyatakan bahwa KNIP sebelum terbentuknya MPR dan
DPR diserahi kekuasaan legeslatif dan ikut menetapkan GBHN. KNIP sendiri
dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja yang bertanggung jawab kepada KNIP
(bukan kepada presiden). Badan Pekerja ini diketuai oleh Sutan Syahrir. (Erman
Muchjidin,1986:26-27). Berarti dengan dikeluarkannya Maklumat Wakil Presiden
No X tersebut, KNIP yang semula berperan sebagai pembantu presiden berubah
menjadi badan legeslatif yang merangkap fungsi sebagai DPR dan MPR
sekaligus. Menteri-menteri kemudian tidak bertanggung jawab lagi kepada
presiden, tetapi bertanggung jawab kepada KNIP. Tanggal 14 November 1945
terbentuklah kabinet parlementer dengan PM Sutan Syahrir. Berarti sistem
presidensiil telah beralih menjadi sistem parlementer. (Dasril Radjab,1884:90).

Sitem kepartaian masa itu adalah sistem multipartai. (Erman Muchjidin,1986:27).


Sistem multipartai ini berawal dari dikeluarkannya Maklumat Badan Pekerja
KNIP tanggal 3 November 1945 yang berisi anjuran agar pemerintah dan rakyat
mendirikan partai-partai politik sebagai sarana pembantu perjuangan bangsa
Indonesia.

Alat perlengkapan negaranya terdiri dari


Presiden dan wakil presiden
Menteri-menteri
Majelis Permusyawaratan Rakyat
Dewan Perwakilan Rakyat (Karena MPR dan DPR pada masa itu belum
terbentuk, maka fungsi MPR dan DPR dipegang oleh KNIP sekaligus).
Dewan Pertimbangan Agung.
Mahkamah Agung
Badan Pemeriksa Keuangan. (Dasril Radjab,1884:90).

Sistem Pemerintahan RI (27 Desember 1949-17 Agustus 1950).


Diawali dari adanya Konferensi Meja Bundar yang secara jelas menyebutkan
keberadaan dari Republik Indonesia Serikat. Salah satu hasil dari KMB sendiri
menyebutkan dibentuknya Uni Indonesia Belanda, yang terdiri dari dua negara yaitu
RIS dan Belanda. Berarti negara Indonesia saat itu telah berubah menjadi negara
serikat. Pengakuan kedaulatan oleh Belanda kepada RIS yang sekaligus menandai
perubahan Indonesia menjadi negara serikat ini terjadi pada tanggal 27 Desember
1949. (Erman Muchjidin,1986:33).

Konstitusi yang berlaku pada masa itu adalah Konstitusi RIS 1949.
o Bentuk negara RIS adalah federasi, terbagi dalam 7 buah negara bagian dan 9 buah
satuan kenegaran yang kesemuanya bersatu dalam ikatan federasi RIS. (Erman
Muchjidin,1986:36).
Sistem pemerintahannya adalah parlementer Sistem pemerintahan parlementer
ditandai dengan terbentuknya Senat RIS yang beranggotakan wakil-wakil dari negara
bagian. Sistem kabinetnya disebut dengan Kern Kabinet, yaitu PM, Menteri Luar
Negeri, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pertahanan, Menteri Keuangan, dan Menteri
Ekonomi mempunyai kedudukan yang istimewa. Dalam mengambil keputusan
mereka mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan Dewan Menteri. Menteri-
menteri tersebut baik secara sendiri-sendiri atau pun bersama-sama bertanggung
jawab kepada DPR. Untuk Indonesia, wakil-wakilnya tergabung dalam DPR. (Erman
Muchjidin,1986:35).

Alat perlengkapan RIS terdiri dari :


Presiden
Menteri-menteri
Senat
Dewan Perwakilan Rakyat
Mahkamah Agung Indonesia
Dewan Pengawas Keuangan (BAB III Perlengkapan Republik Indonesia Serikat
tentang Ketentuan Umum UUD RIS 1949).

Sistem Pemerintahan RI (17 Agustus 1950-5 Juli 1959).

Konstitusi RIS ternyata tidak berumur panjang. Hal ini disebabkan isi konstitusi
tersebut tidak mengakar dari kehendak rakyat dan bukan pula merupakan keputusan
politik dari rakyat Indonesia. Akibatnya, timbul tuntutan dimana-mana untuk kembali
ke negara kesatuan. Satu per satu negara atau daerah bagian menggabungkan diri
kembali ke dalam RI. Negara bagian yang lain juga semakin sulit diperintah. Ini jelas
akan mengurangi kewibawaan negara serikat.

Untuk mengatasi keadaan tersebut akhirnya Pemerintah Indonesia Serikat


mengadakan musyawarah dengan Pemerintah Negara Republik Indonesia. Dalam
musyawarah tersebut dicapai kesepakatan bahwa akan bersama-sama melaksanakan
negara kesatuan sebagai jelmaan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan untuk itu diperlakukan UUD Sementara. Akhirnya
dibentuklah panitia yang bertugas merencanakan sebuah rancangan UUDS Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Panitia tersebut dipimpin oleh Soepomo untuk RIS dan
Abdul Halim untuk RI. Melalui UU Federal No 17 Tahun 1950 (LN RIS 1950 No 56)
ditetapkan perubahan KRIS 1949 menjadi UUDS 1950.

UU tersebut hanya berisi dua pasal, yaitu :


Pasal 1, Berisikan tentang perubahan KRIS 1949 menjadi UUDS 1950 dan setelah
itu dimuat selengkapnya naskah dari UUDS 1950, yang terdiri dari mukadimah dan
batang tubuhnya.
Pasal 2, Menentukan tentang mulai berlakunya UUDS 1950, yakni pada tanggal 15
Agustus 1950.(Dasril Radjab,1994:98).

Konstitusi yang berlaku adalah UUDS 1950.


Dikatakan sebagai UUDS karena memang UUD ini bersifat sementara. Pemerintah
Indonesia pada masa itu membentuk suatu badan yang bernama badan konstituante
dimana tugas mereka adalah menyusun UUD.

Bentuk negara menurut UUDS 1950 adalah negara kesatuan.


Pasal 1 ayat 1 UUDS 1950 meyatakan bahwa RI yang merdeka dan berdaulat ialah
negara hukum yang demokratis dan berbentuk kesatuan (Dasril Radjab,1994:102).

Sistem pemerintahan menurut UUDS 1950 adalah parlementer.


Dalam Pasal 83 ayat 2 UUDS 1950 dinyatakan bahwa menteri-menteri bertanggung
jawab atas seluruh kebijaksanaan pemerintah baik bersama-sama untuk seluruhnya,
maupun masing-masing untuk bagiannya sendiri-sendiri kepada DPR. (Dasril
Radjab,1994:103).

Sistem kepartaian masa itu adalah multipartai.


Pemilu tahun 1955 untuk pertama kalinya dilaksanakan untuk memilih anggota
konstituante.

Alat perlengkapan negara menurut Pasal 44 UUDS 1950 adalah:


Presiden dan Wakil Presiden
Menteri-menteri
Dewan Perwakilan Rakyat
Mahkamah Agung
Dewan Pengawas Keuangan

Pada Orde Lama terjadi banyak pergantian kabinet


diakibatkan situasi politik yang tidak stabil. Tercatat
ada 7 kabinet pada masa Orde Lama, yaitu :
1950-1951 - Kabinet Natsir

1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo

1952-1953 - Kabinet Wilopo

1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I

1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap

1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II

1957-1959 - Kabinet Djuanda

Sistem Pemerintahan RI (5 Juli 1959-pasca Dekrit Presiden).


Konstituante yang diharapkan dapat merumuskan UUD guna menggantikan UUDS
1950 ternyata tidak mampu menyelesaikan tugasnya. Hal ini jelas akan menimbulkan
keadaan ketatanegaraan yang membahayakan persatuan dan keselamatan negara.
Presiden selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang mengeluarkan Dekrit Presiden
pada tanggal 5 Juli 1959. Isi dari Dekrit tersebut salah satunya adalah memberlakukan
kembali UUD 1945 dan tidak berlaku kembali UUDS 1950. (Dasril
Radjab,1994:106).
Konstitusi yang dipakai adalah UUD 1945.
Bentuk negara adalah kesatuan
Sistem pemerintahannya adalah presidensiil

Presiden sebagai kepala negara sekaligus sebagai kepala pemerintahan. Menteri-


menteri bertanggung jawab kepada presiden. (Dasril Radjab,1994:108). Sistem
presidensiil ini kelanjutannya akan menjadi presidensiil terpimpin. Presiden justru
sebagai Pimpinan Besar Revolusi, segala kebijaksanaan ada di tangannya.

Alat-alat perlengkapan negara setelah keluarnya Dekrit Presiden adalah :


Presiden dan menteri-menteri
DPR Gotong Royong
MPRS
DPAS
Badan Pemeriksa Keuangan;
Mahkamah Agung (Soehino,1992:148).
Beberapa penyimpangan yang terjadi pada masa setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959
adalah :
Berlakunya demokrasi terpimpin dengan penafsiran bahwa presiden memegang
kepemimpinan yang tertinggi di tangannya, menjadikan dirinya selaku Pimpinan
Besar Revolusi dan konsep Nasakom dalam kehidupan bangsa. Padahal yang
dimaksud dengan terpimpin menurut UUD 1945 adalah terpimpin dengan hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sedangkan konsep Nasakom
berakibat pada PKI dapat menguasai lembaga negara.
Dalam SU MPRS Tahun 1963 Soekarno ditetapkan sebagai presiden seumur hidup.
GBHN Indonesia pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1960 ditetapkan menjadi
Manipol/USDEK (UUD 1945, Sosialis Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi
Terpimpin dan Kepribadian Nasional).
Pemusatan kekuasaan pada presiden tidak saja menjurus kepada pemujaan individu
dan menghilangkan fungsi dari lembaga negara yang ada karena lembaga negara yang
telah dibentuk itu tunduk pada presiden. Orang-orang yang duduk dalam lembaga
negara tidak didapat dari hasil pemilu tapi dipilih langsung oleh presiden.
Presiden membubarkan DPR hasil pemilu karena tidak menyetujui usul RAPBN dari
presiden.
Desakan PKI membuat Indonesia keluar dari PBB. PKI berhasil membuat Indonesia
meninggalkan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan dibelokkan ke
komunis atau poros-porosan (Jakarta-Peking-Pyongyang). Indonesia juga melakukan
konfrontasi dengan Malaysia. Akibatnya Indonesia makin terasingkan dimata
internasional. (Erman Muchjidin,1986:57).

Kondisi Ekonomi

Pada awal kemerdekaan, pembangunan ekonomi Indonesia mengarah perubahan


struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional, yang bertujuan untuk
memajukan industri kecil untuk memproduksi barang pengganti impor yang pada
akhirnya diharapkan mengurangi tingkat ketergantungan terhadap luar negeri.
Sistem moneter tentang perbankan khususnya bank sentral masih berjalan seperti
wajarnya. Hal ini dibuktikan dengan adanya hak ekslusif untuk mencetak uang dan
memegang tanggung jawab perbankan untuk memelihara stabilitas nasional. Bank
Indonesia mampu menjaga tingkat kebebasan dari pengambilan keputusan politik.

Sejak tahun 1955, pembangunan ekonomi mulai meramba ke proyek-proyek besar.


Hal ini dikuatkan dengan keluarnya kebijakan Rencana Pembangunan Semesta
Delapan Tahun (1961). Kebijakan ini berisi rencana pendirian proyek-proyek besar
dan beberapa proyek kecil untuk mendukung proyek besar tersebut.

Perekonomian Indonesia pada masa ini mengalami penurunan atau memburuk.


Terjadinya pengeluaran besar-besaran yang bukan ditujukan untuk pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi melainkan berupa pengeluaran militer untuk biaya konfrontasi
Irian Barat, Impor beras, proyek mercusuar, dan dana bebas (dana revolusi) untuk
membalas jasa teman-teman dekat dari rezim yang berkuasa. Perekonomian juga
diperparah dengan terjadinya hiperinflasi yang mencapai 650%. Selain itu Indonesia
mulai dikucilkan dalam pergaulan internasional dan mulai dekat dengan negara-
negara komunis.

Masa Pasca Kemerdekaan (1945-1950)

Keadaan ekonomi keuangan pada masa awal kemerdekaan amat buruk, antara lain
disebabkan oleh:
1 Inflasi yang sangat tinggi, disebabkan karena beredarnya lebih dari satu mata
uang secara tidak terkendali. Pada waktu itu, untuk sementara waktu pemerintah RI
menyatakan tiga mata uang yang berlaku di wilayah RI, yaitu mata uang De Javasche
Bank, mata uang pemerintah Hindia Belanda, dan mata uang pendudukan Jepang
Kemudian pada tanggal 6 Maret 1946, Panglima AFNEI (Allied Forces for
Netherlands East Indies/pasukan sekutu) mengumumkan berlakunya uang NICA di
daerah-daerah yang dikuasai sekutu. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI juga
mengeluarkan uang kertas baru, yaitu ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang. Berdasarkan teori moneter, banyaknya jumlah uang yang
beredar mempengaruhi kenaikan tingkat harga.
2 Adanya blokade ekonomi oleh Belanda sejak bulan November 1945 untuk
menutup pintu perdagangan luar negri RI.
3 Kas negara kosong.
4 Eksploitasi besar-besaran di masa penjajahan.

Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi, antara


lain :
1 Program Pinjaman Nasional dilaksanakan oleh menteri keuangan Ir.
Surachman dengan persetujuan BP-KNIP, dilakukan pada bulan Juli 1946.
2 Upaya menembus blokade dengan diplomasi beras ke India, mangadakan
kontak dengan perusahaan swasta Amerika, dan menembus blockade Belanda di
Sumatera dengan tujuan ke Singapura dan Malaysia.
3 Konferensi Ekonomi Februari 1946 dengan tujuan untuk memperoleh
kesepakatan yang bulat dalam menanggulangi masalah-masalah ekonomi yang
mendesak, yaitu : masalah produksi dan distribusi makanan, masalah sandang, serta
status dan administrasi perkebunan-perkebunan.
4 Pembentukan Planning Board (Badan Perancang Ekonomi) 19 Januari 1947.
5 Rekonstruksi dan Rasionalisasi Angkatan Perang (Rera) 1948 untuk
mengalihkan tenaga bekas angkatan perang ke bidang-bidang produktif.
6 Kasimo Plan yang intinya mengenai usaha swasembada pangan dengan
beberapa petunjuk pelaksanaan yang praktis. Dengan swasembada pangan,
diharapkan perekonomian akan membaik (Mazhab Fisiokrat : sektor pertanian
merupakan sumber kekayaan).

Masa Demokrasi Liberal (1950-1957)

Pada masa ini disebut masa liberal, karena dalam politik maupun sistem ekonominya
menggunakan prinsip-prinsip liberal. Perekonomian diserahkan pada pasar sesuai
teori-teori mazhab klasik yang menyatakan laissez faire laissez passer. Padahal
pengusaha pribumi masih lemah dan belum bisa bersaing dengan pengusaha
nonpribumi, terutama pengusaha Cina. Pada akhirnya sistem ini hanya memperburuk
kondisi perekonomian Indonesia yang baru merdeka.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah ekonomi, antara lain :
1 Gunting Syarifuddin, yaitu pemotongan nilai uang (sanering) 20 Maret 1950,
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun. Nasionalisasi
De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951 lewat UU no.24
th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
2 Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan
wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan
perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang tertentu dan memberikan
lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta memberikan kredit pada
perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat berpartisipasi dalam
perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal, karena sifat pengusaha
pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha non-
pribumi.
3 Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember
1951 lewat UU no.24 th 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
4 Sistem ekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mr
Iskak Cokrohadisuryo, yaitu penggalangan kerjasama antara pengusaha cina dan
pengusaha pribumi. Pengusaha non-pribumi diwajibkan memberikan latihan-latihan
pada pengusaha pribumi, dan pemerintah menyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-
usaha swasta nasional. Program ini tidak berjalan dengan baik, karena pengusaha
pribumi kurang berpengalaman, sehingga hanya dijadikan alat untuk mendapatkan
bantuan kredit dari pemerintah.
5 Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar, termasuk
pembubaran Uni Indonesia-Belanda. Akibatnya banyak pengusaha Belanda yang
menjual perusahaannya sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa
mengambil alih perusahaan-perusahaan tersebut.

Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1967)

Sebagai akibat dari dekrit presiden 5 Juli 1959, maka Indonesia


menjalankan sistem demokrasi terpimpin dan struktur ekonomi Indonesia
menjurus pada sistem etatisme (segala-galanya diatur oleh pemerintah). Dengan
sistem ini, diharapkan akan membawa pada kemakmuran bersama dan persamaan
dalam sosial, politik,dan ekonomi. Untuk mengatasi krisis ekonomi, pada masa
demokrasi terpimpin diadakan berbagai pembaharuan seperti,
1 Membentuk Dekon (Deklarasi Ekonomi)
o Tujuan membentuk Dekon adalah menciptakan iklim ekonomi yang
mendukung kesejahteraan masyarakat dengan mencanangkan Program Politik
Berdikari. Cara ini dilakukan karena tidak mudah untuk mendapatkan
pinjaman dari luar negeri akibat Indonesia dikucilkan dari pergaulan
internasional.
2 Membentuk Kotoe (Komando Tertinggi Operasi Ekonomi)
o Tujuannya untuk mengatur perekonomian negara semakin sentralistik.
3 Membentuk Kesop (Kesatuan Ekonomi)
o Tujuannya adalah untuk meningkatkan sektor perdagangan.
4 Membentuk bank sentral
Akan tetapi,
kebijakankebijakan ekonomi yang diambil pemerintah di masa ini belum mampu
memperbaiki keadaan ekonomi Indonesia, antara lain :
1 Devaluasi yang diumumkan pada 25 Agustus 1959 menurunkan
nilai uang sebagai berikut: Uang kertas pecahan Rp 500
menjadi Rp 50, uang kertas pecahan Rp 1000 menjadi Rp
100, dan semua simpanan di bank yang melebihi 25.000 dibekukan.
2 Pembentukan Deklarasi Ekonomi (Dekon) untuk mencapai tahap
ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin. Dalam
pelaksanaannya justru mengakibatkan stagnasi bagi
perekonomian Indonesia. Bahkan pada 1961-1962 harga barang-baranga naik
400%.
3 Devaluasi yang dilakukan pada 13 Desember 1965 menjadikan uang
senilai Rp 1000 menjadi Rp 1. Sehingga uang rupiah baru mestinya dihargai 1000
kali lipat uang rupiah lama, tapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai 10
kali lipat lebih tinggi. Maka tindakan pemerintah untuk menekan angka inflasi ini
malah meningkatkan angka inflasi.
4 Terjadinya penyelewengan ekonomi karena miskinnya pengetahuan ekonomi.
5 Semua permasalahan ekonomi diselesaikan dengan kebijakan politis.
6 Organisasi pemerintahan yang buruk sehingga menimbulkan koordinasi yang
tidak baik antarlembaga negara. Akibatnya, kebijakan yang dibuat banyak berhenti di
tengah jalan dan tidak selesai.
Kegagalan-kegagalan dalam berbagai tindakan moneter itu diperparah karena
pemerintah tidak menghemat pengeluaran-pengeluarannya. Pada masa ini banyak
proyek-proyek mercusuar yang dilaksanakan pemerintah, dan juga sebagai akibat
politik konfrontasi dengan Malaysia dan negara-negara Barat. Sekali lagi, ini juga
salah satu konsekuensi dari pilihan menggunakan sistem demokrasi terpimpin yang
bisa diartikan bahwa Indonesia berkiblat ke Timur (sosialis) baik dalam politik,
eonomi, maupun bidang-bidang lain.

Masalah pemanfaatan kekayaan alam.


Pada masa orde lama : Konsep Bung Karno tentang kekayaan alam sangat jelas. Jika
Bangsa Indonesia belum mampu atau belum punya iptek untuk menambang minyak
bumi dsb biarlah SDA tetap berada di dalam perut bumi Indonesia. Kekayaan alam itu
akan menjadi tabungan anak cucu di masa depan. Biarlah anak cucu yang menikmati
jika mereka sudah mampu dan bisa. Jadi saat dipimpin Bung Karno, meski RI hidup
miskin, tapi Bung Karno tidak pernah menggadaikan (konsesi) tambang-tambang
milik bangsa ke perusahaan asing. Penebangan hutan pada masa Bung Karno juga
amat minim.

Kondisi Sosial Dan Budaya

Pasca proklamasi kemerdekaan banyak terjadi perubahan sosial yang ada di dalam
kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya. Dikarenakan sebelum kemerdekaan
di proklamirkan, didalam kehidupan bangsa Indonesia ini telah terjadi diskriminasi
rasial dengan membagi kelas-kelas masyarakat. Yang mana masyarakat di Indonesia
sebelum kemerdekaan di dominasi oleh warga eropa dan jepang, sehingga warga
pribumi hanyalah masyarakat rendahan yang kebanyakan hanya menjadi budak dari
bangsawan atau penguasa.
Tetapi setelah 17 agustus 1945 segala bentuk diskriminasi rasial dihapuskan dari bumi
bangsa Indonesia dan semua warga negara Indonesia dinyatakan memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam segala bidang.

http://patrice-share.blogspot.co.id/2015/03/sistem-pemerintahan-orde-lama-orde-
baru.html

http://poros-pengetahuan.blogspot.co.id/2014/11/kondisi-ekonomi-politik-dan-sosial.html
http://nuria-supma.blogspot.co.id/2016/02/perkembangan-perekonomian-indonesia.html

http://sistempemerintahannegaraindonesia.blogspot.co.id/2015/08/sistem-pemerintahan-
indonesia-masa-orde-lama.html

Anda mungkin juga menyukai