SMAN 98 Jakarta
A. Pertumbuhan Uni Eropa
Bergabungnya 10 negara Eropa Timur May, 2004 merupakan ekspansi terbesar UE.
Sebagimanan disebutkan sebelumnya, negara-negara anggota baru ini sudah antri sejak tahun
1997. Dengan keanggotaan yang semakin besar, traktat baru yang mampu mengakomodasi
kondisi baru institusi. Gagalnya referendum di Belanda dan Perancis 2005 merupakan
peringatan bagi UE bahwa segala sesuatu ada batasnya termasuk integrasi. Walau perwakilan
ke-25 negara anggota UE telah menandatangani konstitusi UE oktober 2004, ternyata rakyat
di negara anggota jauh lebih berkuasa. Konstitusi yang sudah ditandatangani itu untuk
sementara belum bisa diratifikasi. Pimpinan UE mendeklarasikan period of reflection untuk
sementara masing-masing anggota memikirkan ulang secara seksama alasan kegagalan
ratifikasi ini yang merupakan hal yang cukup memprihatinkan pemimpin UE. Apakah rakyat
masih bersama mereka?
UE sangat berhasil memperluas integrasi dari segi kwantitas, namun belum tentu
berhasil dalam mempertahankan kwalitas integrasinya. Kekhawatiran tentang adanya
keterbatasan UE dalam memperdalam integrasi dan adanya defisit demokrasi dalam sistem
pengambilan keputusan UE yang cenderung Top Down mulai mengemuka. Usaha UE
untuk meingkatkan kwalitas integrasinya sejak anggotanya berjumlah 27 yaitu dengan
menampung aspirasi di Perancis dan Belanda dan merevisi konstitusi UE yang ditolak tahun
2005 menjadi Traktat Lisbon (TL) kembali mendapatkan batu sandungan setelah referendum
di Irlandia menyatakan tidak untuk TL.
Pada tahun 2016, Inggris menyatakan keluar dari Uni Eropa dengan alasan pertama,
mereka yang menginginkan Brexit terjadi percaya bahwa jangkauan kekuasaan UE begitu
besar hingga berdampak pada kedaulatan Inggris.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu prinsip kunci dari UE adalah pergerakan
bebas setiap warganya. Ini berarti warga Inggris dapat bekerja dan hidup di negara mana saja
yang tergabung dalam UE, begitu juga sebaliknya.
Terdapat sekitar 3 juta warga UE lainnya yang hidup di Inggris, sementara terdapat
1,2 juta warga Inggris yang tersebar di sejumlah negara UE. Briton, sebutan untuk warga
Inggris, menyalahkan para migran terkait dengan sejumlah isu seperti pengangguran, upah
rendah, dan rusaknya sistem pendidikan serta kesehatan bahkan kemacetan lalu lintas.
Meskipun begitu, Uni Eropa tetap bertekad solid setelah hengkangnya Inggris dari Uni Eropa.
"For us, Europe is a major trade and economic partner and our natural, most important
partner, including in the political sphere." (Vladimir Putin)
Dua elemen utama kebijakan luar negeri Rusia terhadap Eropa inilah yang kemudian
mendasari pembentukan Partnership and Cooperation Agreement (PCA) antara Rusia dan
UE pada tahun 1997 (yang akan berakhir pada 30 November 2007) dan kemudian
membentuk kemitraan strategis di antara kedua aktor politik ini pada tahun 1999.
Dalam perjalanannya, kemitraan strategis Rusia dan UE terus mengalami pasang surut.
Rusia dan UE memiliki banyak kesamaan kepentingan ekonomi dan politik. Namun, di
sisi lain, kedua entitas politik ini juga memiliki beragam perbedaan persepsi dan
implementasi nilai-nilai demokrasi, standar politik, dan penegakan hukum.
Sejak ditandatanganinya PCA pada tahun 1994, PCAyang menyajikan berbagai poin
penting dalam menata pola hubungan antara Rusia dan UEtelah menjadi cornerstone
bagi hubungan kedua aktor politik ini. Kendatipun demikian, banyak analis yang juga
menyatakan pola hubungan kedua aktor ini lebih cenderung bersifat asimetris. UE
merupakan partner dagang utama Rusia, sedangkan Rusia merupakan pemasok utama
kebutuhan energi UE. Dalam bidang perdagangan, misalnya, total perdagangan UE
terhadap Rusia mencapai 125 miliar euro pada tahun 2004 dengan defisit perdagangan
bagi UE sebesar 35 miliar euro.
Rusia selama ini memasok kebutuhan energi UE sejumlah 50 persen kebutuhan gas UE
dan 30 persen kebutuhan minyak mentah UE. Pada tahun 2030, diperkirakan Rusia
memenuhi 70 persen kebutuhan total energi UE. Guna mengantisipasi berbagai implikasi
negatif kebutuhan energi UE terhadap Rusia, kedua aktor telah bersepakat membentuk
sebuah komisi bersama untuk membicarakan harga energi Rusia agar sesuai dengan harga
pasar dunia, keamanan suplai energi, dan transfer teknologi. Arti penting energi dalam
hubungan kedua aktor ini bahkan dirumuskan ke dalam pembentukan "European Strategy
for Sustainable, Competitive and Secure Energy" yang akan diintegrasikan sebagai bagian
dari kerangka besar kerja sama Rusia dan UE.
Bidang kerja sama lain yang juga mendapa perhatian Rusia dan UE adalah kerja sama
dalam bidang internal security, freedom and justice, khususnya dalam aspek terorisme,
nonproliferasi senjata pemusnah massal, kriminalitas terorganisasi, serta kerja sama
kepolisian dan keimigrasian. Berbagai aspek keamanan tradisional, terutama
nontradisional, di atas memang menjadi fokus perhatian disebabkan kondisi ekonomi,
sosial, dan politik yang relatif belum stabil di Rusia yang telah mendorong munculnya
beragam ancaman keamanan individual di banyak negara UE.
Kemitraan antara Rusia dan UE juga merambah pada bidang-bidang politik keamanan
yang bertujuan memberikan kontribusi pada keamanan dan perdamaian global. Namun,
berbagai dialog di antara kedua aktor ini dalam bidang kebijakan luar negeri dan
pertahanan baru hanya mencapai tingkat konsultasi. Hal ini terutama karena masih
tajamnya perbedaan kepentingan antara Rusia dan UE. Rusia, misalnya, tetap
menginginkan keterlibatannya dalam berbagai fora yang membahas perkembangan
kebijakan pertahanan UE, khususnya yang membahas lingkungan keamanan di negara-
negara bekas satelitnya dan negara pecahan Uni Soviet, seperti Polandia, Bulgaria,
Moldova, dan Ukraina.
Sementara itu, UE pun menolak keterlibatan penuh Rusia dalam berbagai kebijakan
pertahanan UE, khususnya mengabaikan usulan Rusia untuk membentuk EU-Russia
Council. Usulan Rusia mengenai pembentukan dewan ini mengadopsi Permanent NATO-
Russia Council yang sudah terbentuk sebelumnya antara NATO dan Rusia. Kendatipun
memang telah banyak terbentuk beragam dialog politik keamanan antara Rusia dan UE,
dari sisi substansi, kemitraan antara Rusia dan UE dalam bidang politik keamanan masih
sangat lemah. Salah satu faktor utama masih lemahnya kerja sama dalam bidang politik
keamanan ini adalah masih tajamnya ketidaksepakatan antara di kedua aktor mengenai
bentuk (form) dan cakupan (scope) kerja sama yang ingin dibentuk.
Kemitraan Rusia dan UE kini memasuki masa transisi. Ketidakhatihatian dari kedua aktor
ini dalam menegosiasikan kembali berbagai kepentingan strategis mereka hanya akan
mendorong kemitraan ini menjadi sesuatu yang dapat mengganjal keutuhan UE dan pola
hubungannya dengan AS. Pemilihan umum presiden Rusia pada tahun 2008 dapat
menjadi salah satu indikator utama arah perjalanan kemitraan Rusia dan UE ini.
Sebaliknya, kemampuan Rusia dan UE dalam menyinergikan berbagai kepentingan
strategis mereka dapat menjadi faktor pendorong bagi terciptanya road map for a more
solid basis for the future partnership.