Anda di halaman 1dari 7

NAMA : NI NYOMAN TRIWAHYUNI

NO. ABSEN : 45

KELAS : X IPA 2

Sejarah Singkat Perubahan Konstitusi Indonesia


Perkembangan Rechtverfassung]di Indonesia ada empat konstitusi yang pernah berlaku di
Indonesia sampai sekarang, yaitu :

1. UUD 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)


Pada periode ini saat negara kita menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 belum
mempunyai Rechtverfassung atau UUD. Baru sehari selepas tanggal 17 Agustus 1945 yaitu pada
tangal 18 Agustus 1945 barulah memiliki UUD yang telah disusun sejak BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau dapat disebut juga Dokuritsu
Junbi Cosakai yang dipimpin Dr. Radjiman Wediodiningrat. BPUPKI merupakan badan
persiapan kemerdekaan yang tidak terlepas dari intervensi Jepang dalam pendiriannya.
Sidang pertama BPUPKI (29 Mei – 1 Juni 1945) membahas berkenaan tentang philosofische
grondslag, dasar falsafah dari Indonesia merdeka, dan dalam rangka tersebut Mr. Muh Yamin, Ir.
Soekarno dan Dr. Soepomo membuat konsep.
a. Ir. Soekarno dengan konsep yang jelas menyatakan berjudul Pancasila dengan konsepsi
sila-silanya :

1) Kebangsaan Indonesia

2) Internasionalisme atau perikemanusiaan

3) Mufakat atau demokrasi

4) Kesejahteraan sosial

5) Ketuhanan Yang Maha Esa


b. Mr. Muh. Yamin dengan konsep dasar negara :

1) Peri Kebangsaan

2) Peri Kemanusiaan

3) Peri Ketuhanan

4) Peri Kerakyatan

5) Kesejahteraan Rakyat

c. Sedangkan konsepsi yang dibuat Dr. Soepomo adalah :

1) Paham Negara Kesatuan

2) Perhubungan Negara dengan Agama

3) Sistem Badan Permusyawaratan

4) Sosialisasi Negara

5) Hubungan antar Bangsa

Catatan :
Mr. Soepomo dalam pidatonya selain memberikan rumusan tentang Pancasila, juga memberikan
pemikiran tentang paham integralistik Indonesia. Hal ini tertuang di dalam salah satu pidatonya
……………………………..,bahwa jika kita hendak mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan
keistimewaan sifat dan corak masyarakat Indonesia, maka negara kita harus berdasar atas aliran
pikiran (staatsidee) negara yang integralistik, negara yang bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang
mengatasi seluruh golongan-golongannya dalam lapangan apapun.
Sejarah terus berlanjut hingga upaya dari pemuda yang terus menekan untuk mempercepat
kemerdekaan sehingga UUD yang telah disahkan menjadi dasar negara sehari setelah
kemerdekaan.

Diskusi panjang mengenai Preambule (pembukaan UUD 1945) dimana perdebatan tersebut
mengenai ideologi bangsa, khususnya pada sila pertama pada Pancasila yang telah menjadi
kesepakatan bersama yang dituangkan dalam Piagam Jakarta. Akan tetapi terjadi pelanggaran
konsensus pada Piagam Jakarta dengan penghapusan 7 (tujuh) kata pada sila pertama
yaitu “Menjalankan Syariat Agama Islam Bagi Para Pemeluknya”. Pembatalan atau
penghapusan tersebut diplopori oleh masyarakat Indonesia Timur. Pada prinsipnya mereka
merasa di anak tirikan sehingga mengirim utusan untuk menemui Muh. Hatta sehingga beliau
menghapus 7 (tujuh) kata tanpa persetujuan bersama. Penghapusan oleh Muh. Hatta
dimaksudkan untuk menjaga keutuhan Bangsa dan Negara Indonesia yang baru merdeka.

Terlepas dari carut marut ideologi bangsa yang lalu, terdapat rasa tidak puas Soekarno atas
konstitusi yang telah ia buat. Ketidakpuasan tersebut dinyatakan Ir. Soekarno dalam pidatonya
pada rapat PPKI 18 Agustus 1945, yang menyatakan sebagai berikut :

“…tuan-tuan semuanya tentu mengerti bahwa Undang-Undang Dasar yang kita buat sekarang ini
adalah Undang-Undang Dasar Sementara. Kalau boleh saya memakai perkataan “ini
adalah Undang-Undang Dasar Kilat” , nanti kalau kita telah bernegara dalam suasana yang lebih
tentram, kita tentu akan mengumpulkan kembali MPR yang dapat membuat Undang- Undang
Dasar yang lebih lengkap dan lebih sempurna…”
Ada pelanggaran konstitusi yang lain pada masa ini yaitu pelanggaran pada pasal 3 ayat (2) UUD
1945 “salah satu tugas MPR adalah menetapkan UUD, sehingga kongklusinya UUD pada masa
ini bukan ditetapkan oleh MPR melainkan PPKI sehingga tidak bisa lain sifatnya adalah
sementara.
Selain itu, pada masa ini Indonesia merupakan negara yang menganut sistem presidensil.
Negara dengan model Presidensil biasanya menganut sistem pemisahan kekuasaan. Pemisahaan
kekuasaan ini dikarenakan bertentangan dengan sistem parlementer yang menganut pembagian
kekuasaan. Sistem Presidensil merupakan pemisahaan secara jelas dalam sistem pemerintahaan
dimana eksekutif tidak dapat membubarkan legeslatif dan eksekutif dipilih oleh badan pemilih
(parlemen). Presiden dalam sistem Presidensil menjabat Kepala Negara serta Kepala Pemerintah,
sedangkan parlemen terdapat pembagian antara Kepala Pemerintahan (Perdana Menteri) dengan
Kepala Negara (Raja). Pemaparan diatas telah menjelaskan kedudukan Indonesia dalam sistem
pemerintahan terdapat pada sistem pemerintahan Presidensil dengan pola pemisahaan kekuasaan.
Sejak pertama kali Indonesia mengikrarkan diri menjadi negara yang merdeka, telah tejadi
pelanggaran terhadap konstitusi yang telah terbentuk dan disetujui pada tanggal 18 Agustus
1945. “Sebagai contoh, Presiden dan Wakil Presiden yang seharusnya di pilih oleh MPR
(Majelis Permusyawaran Rakyat) menurut pasal 6 ayat (2) UUD 1945 ternyata dipilih oleh
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) menurut Pasal III Aturan
Peralihan”. Pelanggaran tersebut tidak bisa serta-merta di telaah secara mentah karena banyak
alasan pembenar dari pengangkatan Presiden berserta Wakilnya karena saat itu tekanan begitu
banyak dan harus disikapi secara cepat dan tepat. Penetapan yang dilakukan PPKI terkait
Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai orang nomor satu dan dua bangsa Indonesia adalah
benar dan tepat.

2. KONSTITUSI RIS (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)


Pada periode ini bentuk pemerintaha Indonesia adalah parlementer. Indonesia mengalami agresi
militer Belanda yang mengharuskan mengubah bentuk negara yang bermodel Presidensil
menjadi model pemerintahan Parlementer. Selanjutnya akibat dari berubahnya model
pemerintahan Indonesia sehingga haruslah mengubah konstitusi negara. Bentuk negara Indonesia
berubah menjadi parlementer yang menjadikan Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara bukan
Kepala Pemerintahan.
UUD 1945 lalu berubah menjadi UUD RIS (Undang-undang Republik Indonesia Serikat) atau
Konstitusi RIS. Pada Konfrensi Meja Bundar (KMB) dihasilkan persetujuan pokok yaitu :
1. Mendirikan Negara Republik Indonesia Serikat
2. Penyerahan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat
3. Didirikan Uni antara Republik Indonesia Serikat dan Kerajaan Belanda

Dan seluruhnya disetujui oleh pihak Indonesia sebagai suatu persetujuan bersama yang mulai
berlaku pada tanggal 27 Desember 1949. Wilayah Indonesia yang terbagi-bagi yang diatur
dengan pasal UUD RIS atau Konstitusi RIS dengan 16 negara bagian berdasarkan perjanjian
Renvile. Negara bagian tersebut memiiki kedaulatan sendiri untuk mengurus urusan dalam
negaranya. Pada masa ini presiden pertama sekaligus kepala negara merupakan Soekarno
sedangkan Moh. Hatta sebagai perdana menteri yang memiliki kabinet yang berisi antara lain
Sri Sultan HB IX, Ir. Djuanda, Mr. Wilopo, Dr. Soepomo, dr. Leimina, Arnold Mononutu, Ir
Herling Loah dan perwakilan BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg).

Kabinet RIS merasa tidak puas dengan persetujuan atas KMB (Konfrensi Meja Bundar) karena
tidak sesuai dengan cita-cita bangsa yaitu kesatuan bangsa Indonesia dalam naungan Negara
Kesatuan. Berangkat dari ketidakpuasan tersebut the founding fathers mencoba
mengembalikannya kepada cita-cita utama, hal ini terlihat dalam perjuangan kabinet Abdul
Halim dari Negara Bagian RI pejuang anti KMB dan RIS dari Yogyakarta. Semangat Abdul
Halim ini terbukti, dalam kurun waktu 1 tahun telah membuat beberapa perjanjian dengan negara
serikat lainya untuk bersatu dengan Negara Republik Indonesia (Yogyakarta) dan seluruh negara
bagian menggabungkan diri menjadi negara kesatuan. Setelah terbentuknya negara kesatuan
tersebut maka mulailah melakukan perubahan (penggantian) terhadap konstitusi RIS.

3. UUD SEMENTARA (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)

Akibat UUD RIS merupakan paksaan dari Belanda dan bersifat sementara maka Soekarno dan
para Tokoh Bangsa berkumpul kembali untuk merumuskan kembali secara baik UUD yang
terbaik. Proses peralihan ini mengharuskan mengganti terlebih dahulu UUD RIS dengan UUDS
1950 yang bersifat sementara dan mengatur tentang pembubaran RIS menjadi RI. Pembubaran
tersebut diproklamirkan oleh Soekarno dihadapan parlemen (DPRS). Pembubaran yang
dilakukan oleh Soekarno memiliki alasan yang tidak bisa dibantah oleh Belanda dimana
berdasarkan UUD RIS pasal 43 yang menyebutkan :

“Dalam penyelesaian susunan federasi RIS maka berlakulah asas pedoman, bahwa kehendak
rakyatlah di daerah-daerah bersangkutan yang dinyatakan dengan merdeka menurut jalan
demokrasi, memutuskan status yang kesudahannya akan diduduki oleh daerah-daerah tersebut
dalam federasi.”. Selanjutnya naskah UUD baru ini diberlakukan secara resmi mulai 17 agustus
1950, yaitu dengan ditetapkannya UU No 7 tahun 1950.
Berbeda dengan UUD RIS , yang tidak sempat mewujudkan Konstituante, maka di bawah
UUDS 1950 sebagai realisasi dari pasal 134, telah dilaksanakan pemilu pada bulan Desember
1955 untuk memilih anggota konstituante. Pemilihan umum ini dilaksanakan pada tanggal 10
November 1956 di Bandung dan diresmikanlah konstituante dengan legalisasi pemilu
berdasarkan UU no 7 tahun 1953.
Masa konstituante inilah yang mengulang sejarah perdebatan alot pada landasan idiil negara
yaitu Pancasila, dalam kurun waktu kurang lebih 2,5 tahun konstituante tidak dapat merumuskan
UUD yang sempurna sehigga pada tanggal 22 April 1959 Soekarno memberikan amanatnya pada
rapat pleno konstituante berisi anjuran penetapan UUD 1945 yang lalu karena perdebatan antara
beberapa kubu yang kuat dan tidak memberikan hasil. Amanat tersebut dituangkan dalam Dekrit
Presiden 5 Juli 1959 yang diumumkan kepada halayak umum dan kembalinya UUD 1945
sebagai Konstitusi Indonesia. Pada periode ini sistem pemerintahannya adalah parlementer.
4. uud 1945 (5 Juli 1959 – hingga kini)

Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai, sehingga gagal menghasilkan UUD baru. Maka pada tanggal 5 Juli 1959 ,
Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya memberlakukan
kembali UUD 1945 sebagai Undang - Undang Dasar. Pada masa ini, terdapat berbagai
penyimpangan UUD 1945, yaitu :

a. Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/ DPR/ MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara.

b. MPRS menetapkan Soekarno sebagai Presiden seumur hidup.

c. Pemberontakan G30SPKI

Setelah Soeharto melakukan penumpasan Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia


(G30SPKI) menjadikan UUD 1945 sebagai kitab suci yang selalu harus ditaati. Penjelasan pada
makna pasal-pasal pada UUD 1945 memiliki dua pendapat :

1. UUD 1945 hanya terdiri dari Pembukaan dan Batang Tubuh saja. Penjelasan bukanlah
bagian resmi dari UUD 1945.
2. UUD 1945 terdiri dari Batang Tubuh, Pembukaaan, dan Penjelasan. Jadi Penjelasan UUD
tersebut merupakan bagian resmi dari UUD 1945.

Dengan pendapat kedua yang menyatakan bahwa penjelasan UUD 1945 merupakan bagian dari
Konstitusi sehingga dengan begitu Soeharto menggunakan penjelasan UUD sebagai alat untuk
mengkontrol pola pikir bangsa sehingga menjadi kendaraan kekuasaan rezim ORBA. Singkat
cerita runtuhnya masa ORBA membuat rakyat Indonesia tidak mengsakralkan kembali UUD
1945 sebagai kitab suci yang lalu terjadi amandemen sebanyak 4 kali setelah runtuhnya rezim
soekarno (1998) yaitu :

I. Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama UUD
1945 (9 penambahan / perubahan pasal)

II. Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua UUD
1945 (25 penambahan / perubahan pasal)
III. Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga UUD
1945 (23 penambahan / perubahan pasal.

IV. Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat UUD
1945 (18 penambahan / perubahan pasal).

Sehingga dapat dikatakan bahwa amandemen UUD 1945 telah mengubah 75% ketentuan pokok
yang dulu telah dirumuskan bersama masa ORLA dan ORBA. Latar belakang tuntutan
perubahan UUD 1945 antara lain Karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan
MPR ( dan pada kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada
Presiden, adanya pasal - pasal yang terlalu luwes sehingga dapat menimbulkan multi tafsir, serta
kenyataan rumusan UUD 11945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup
didukung ketentuan konstitusi. Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan
aturan dasarseperti tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, dan hal - hal
lain yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUdd 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan
susunan kenegaraan( staat structure) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai