Anda di halaman 1dari 11

1.

Uraikan konsep negara kesatuan (Unitarisme)


Jawab:
Negara kesatuan adalah negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu
kesatuan tunggal, di mana pemerintah pusat adalah yang tertinggi dan satuan-satuan
subnasionalnya hanya menjalankan kekuasaan-kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah
pusat untuk didelegasikan. Menurut C.F strong dalam bukunya A History Of Modern
Political Constitution (1963:84), negara kesatuan adalah bentuk negara dimana
wewenang legislatif tertinggi dipusatkan dalam suatu badan legislatif nasional.

2. Bagaimana karakteristik NKRI!


Jawab:
a) Unitarisme sudah merupakan cita-cita gerakan kemerdekaan Indonesia.
b) Negara tidak memberikan tempat hidup bagi provinsialisme.
c) Tenaga-tenaga terpelajar kebanyakan berada di Pulau Jawa sehingga tidak ada
tenaga di daerah untuk membentuk negara federal.
d) Wilayah-wilayah di Indonesia tidak sama potensi dan kekayaannya.
e) Dari sudut geopolitik, dunia internasional akan melihat Indonesia kuat apabila
sebagai negara kesatuan.

3. Kelebihan konsep Negara Kesatuan!


Jawab:
 berbagai kepentingan atau urusan dikendalikan oleh pemerintah pusat sehingga
bisa dilakukan secara merata
 struktur negara yang sederhana
 koordinasi antara daerah dan pusat yang lebih mudah karena jelas tentang
kepemimpinannya
 biaya untuk kegiatan perekonomian lebih murah
 korupsi lebih bisa dikendalikan karena peran negara yang dominan
4. Bagaimana persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada masa revolusi fisik (18
Agustus 1945-27 Desember 1949) ?
Jawab:
Pada periode awal kemerdekaan dasar hokum system pemerintahan Indonesia
adalah Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dengan system pemerintahan
presidensial. Kedudukan presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan
mempunyai kekuasaan yang sangat besar pada masa itu. Akibatnya, dikeluarkan beberapa
maklumat pemerintah, salah satunya adalah maklumat pemerintah pada 14 November
1945. Maklumat ini mengakibatkan terjadinya perubahan sistem pemerintahan
presidensial diganti menjadi sistem pemerintahan parlementer. Perubahan sistem
pemerintah ini menyebabkan keadaan bangsa Indonesia menjadi tidak stabil. DPR dapat
membubarkan cabinet dengan alas an mosi tidak percaya. Pada akhirnya, sistem
pemerintahan parlementer tidak berjalan lama. Terjadi beberapa kali pergantian cabinet
dan adanya beberapa pemberontakan menambah penderitaan rakyat dan bangsa
Indonesia. Pemberontakan tersebut merupakan gerakan-gerakan separatis yang bertujuan
ingin memisahkan diri dari NKRI. Contohnya pemberontakan Partai Komunis Indonesia
(PKI) di Madiun 1948 dan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di
daeraj Jawa Barat.

5. Bagaimana persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada masa RIS (27 Desember 1949-
17 Agustus 1950)?
Jawab:
Sistem pemerintaha yang dianut Konstitusi RIS adalah sistem pemerintahan
berdasarkan sistem cabinet parlementer. Akan tetapi, parlementer yang diterapkan
Indonesia pada periode ini bukan sistem parlementer murni, melainkan parlementer
semu. Pada masa RIS terdapat gerakan-gerakan separatis di beberapa wilayah Indonesia
seperti gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA), pemberontakan Andi Aziz di
Makassar, gerakan Republik Maluku Selatan (RMS), dan pemberontakan Kahar
Muzakar.
6. Bagaimana persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada masa demokrasi liberal (17
Agustus 1950-5 Juli 1959)?

Jawab:
Pada periode pemberlakuan UUDS 1950, muncul desakan dari rakyat untuk
membubarkan negara federal model RIS. Pada 19 Mei 1950 dilaksanakan perundingan
antara RIS dengan RI untuk membentuk negara kesatuan. Realisasi pembentukan negara
kesatuan akhirnya terlaksana dengan ditandatanganinya “Piagam Persetujuan” anara RIS
dan RI. Pada 15 Agustus 1950 Presiden Ir. Soekarno menandatangani rancangan UUD
tersebut yang selanjutnya dikenal dengan nama Undang-Undang Dasar Sementara
Republik Indonesia 1950 (UUDS 1950). Pada periode ini juga terjadi pergantian kebinet
dan beberapa geraka separatis di sebagian daerah, seperti gerakan Darul Islam/Tentara
Islam Indonesia (DII/TII) dan pemberontakan PRRI/PERMESTA ( Pemerintah
Revolusioner Republik Indonesia/Perjuangan Rakyat Semesta). Kondisi negara Indonesia
semakin kacau ketika Badan Konstituante gagal menyusun udang-undang dasar yang
baru. Kegagalan ini mengakibatkan keadaan semakin tidak menentu. Jika dibiarkan akan
membahayakan keselamatan bangsa dan negara serta kesatuan bangsa. Oleh karena itu,
pada 22 April 1959 Presiden Ir. Soekarno menyampaikan amanat untuk kembali ke UUD
1945 melalui Dekret Presiden 5 Juli 1959.
7. Bagaimana persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada masa orde lama ( 5 Juli 1959-
11 Maret 1966)?

Jawab:

Kabinet Inti, yang terdiri atas seorang perdana menteri yang dijabat oleh Presiden
dan 10 orang menteri. Menteri-menteri ex offi cio, yaitu pejabat-pejabat negara yang
karena jabatannya diangkat menjadi menteri. Pejabat tersebut adalah Kepala Staf
Angkatan Darat, Laut, Udara, Kepolisian Negara, Jaksa Agung, Ketua Dewan Perancang
Nasional dan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Agung. Menteri-menteri muda sebanyak
60 orang. Pada periode ini muncul pemikiran di kalangan para pemimpin bangsa
Indonesia, yang dipelopori Presiden Soekarno, yang memandang bahwa pelaksanaan
demokrasi liberal pada periode yang lalu hasilnya sangat mengecewakan. Sebagai akibat
dari kekecewaan tersebut, presiden Soekarno mencetuskan konsep demokrasi terpimpin.
Pada mulanya, ide demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Namun, lama kelamaan, bergeser
menjadi dipimpin oleh Presiden/Pemimpin Besar Revolusi. Maka, akhirnya segala
sesuatunya didasarkan kepada kepemimpinan penguasa dalam hal ini pemerintah.
Pelaksanaan pemerintahan pada periode ini, meskipun berdasarkan UUD 1945, tetapi
kenyataanya banyak terjadi penyimpangan terhadap Pancasila dan UUD 1945. Berikut ini
adalah beberapa penyimpangan selama pelaksanaan demokrasi terpimpin. Membubarkan
DPR hasil pemilu dan menggantikannya dengan membentuk DPR Gotong Royong
(DPRGR) yang anggotannya diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Membentuk MPR
sementara yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Penetapan Ir.
Soekarno sebagai Presiden seumur hidup oleh MPRS. Membentuk Front Nasional
melalui Penetapan Presiden No.13 Tahun 1959 yang anggotanya berasal dari berbagai
organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial politik yang ada di Indonesia. Terjadinya
pemerasan dalam penghayatan Pancasila. Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar
negara dan pandangan hidup bangsa diperas menjadi tiga unsur yang disebut Trisila,
kemudian Trisila ini diperas lagi menjadi satu unsur yang disebut Ekasila. Ekasila inilah
yang dimaksud dengan Nasakom (nasionalis, agama dan komunisme).

Gagasan Nasakom inilah yang memberi peluang bangkitnya Partai Komunis


Indonesia (PKI). Hal tersebut dimasukkan dalam UU RI Nomor 18 Tahun 1965 tentang
Pemerintah Daerah. Semua unsur Nasakom termasuk di dalamnya PKI harus
diperhatikan dalam penunjukan unsur pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Jadi,
bila di suatu daerah hanya ada seorang tokoh PKI, ia harus diikutsertakan sebagai
pimpinan DPRD apabila ia menjadi anggota DPRD di satu daerah. Hal inilah yang
membuat PKI mendapatkan posisi yang strategis bahkan dominan. Karena merasa
mempunyai posisi yang kuat, PKI melakukan pemberontakan pada tanggal 30 September
1965 yang menewaskan tujuh orang perwira TNI Angkatan Darat.
8. Bagaimana persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada masa orde Baru ( 11 Maret
1966-11 Mei 1998)?
Jawab:
Istilah "Orde Baru" digunakan untuk memisahkan masa kempimpian Soekarno
(Orde Lama). Orde Baru adalah masa dimana Soeharto memulai kekuasaanya. Era ini
digunakan untuk menandai keberhasilan Soeharto menumpas Pemberontakan PKI pada
1965 atau sering disebut G30S/PKI.
Pada masa ini, awalnya Demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup
signifikan. Tetapi perkembangannya, kehidupan di era Orde Baru ini tidak jauh berbeda
dengan era sebelumnya. Sistem Pemerintahan Presidensial lebih ditonjolkan. Atau bisa
dikatakan kekuasaan diktator. Kemudian Demokrasi Pancasila yang dicetuskan pada
masa ini
Pada tanggal 1 Maret 1966 Presiden Soekarno dituntut untuk menandatangani
sebuah surat yang memerintahkan pada Jenderal Soeharto untuk mengambil segala
tindakan yang perlu untuk keselamatan negara dan melindungi Soekarno sebagai
Presiden. Surat yang kemudian dikenal dengan sebutan Surat Perintah Sebelas Maret
(Supersemar) itu diartikan sebagai media pemberian wewenang kepada Soeharto secara
penuh. Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas nasional dalam
program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu diawali dengan
apa yang disebut dengan konsensus nasional.
Pada era Orde Baru ini, pemerintahan Soeharto menegaskan bahwa kerdaulatan
dalam politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang sosial
budaya. Tekad ini tidak akan bisa terwujud tanpa melakukan upaya-upaya restrukturisasi
di bidang politik (menegakkan kedaulatan rakyat, menghapus feodalisme, menjaga
keutuhan teritorial Indonesia serta melaksanakan politik bebas aktif), restrukturisasi di
bidang ekonomi (menghilangkan ketimpangan ekonomi peninggalan sistem ekonomi
kolonial, menghindarkan neokapitalisme dan neokolonialisme dalam wujudnya yang
canggih, menegakkan sistem ekonomi berdikari tanpa mengingkari interdependensi
global) dan restrukturisasi sosial budaya (nation and character building, berdasar
Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila serta menghapuskan budaya inlander).
Pada masa ini juga proses pembangunan nasional terus digarap untuk dapat
meningkatkan kapasitas masyarakat dan menciptakan lapangan kerja. Pendapatan
perkapita juga meningkata dibandingkan dengan masa orde lama. Kesemuanya ini
dicapai dalam blueprint nasional atau rencana pembangunan nasional. Itulah sebabnya di
jaman orde lama kita memiliki rencana-rencana pembangunan lima tahun (Depernas) dan
kemudian memiliki pula Pembangunan Nasional Semesta Berencana Delapan-Tahun
(Bappenas). Di jaman orde baru kita mempunyai Rencana Pembangunan Lima Tahun
(Repelita) I, Repelita II, Repelita III, Repelita IV, Repelita V,dan Repelita VII
(Bappenas).
Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter
tahun 1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan
krisis keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela,
sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang
sangat mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang
digerakkan oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan
ekonomi dan reformasi total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada
tanggal 12 Mei 1998. Pada saat itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-ninggalnya empat
mahasiswa Universitas Trisakti. Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian
diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”.
Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan mereshuffle
Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan membentuk
Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk
MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU Antikorupsi. Dalam
perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena 14 menteri menolak
untuk diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan tersebut menyebabkan
Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.
Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang
terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil
dalam artian tidak banyak gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini.
Stabilitas yang entah semu atau memang riil tersebut, diiringi juga dengan maraknya
pembangunan di segala bidang. Era pembangunan, era penuh kestabilan, yang saat ini
menimbulkan romantisme dari banyak kalangan di negara ini, ditandai dengan semakin
gencarnya campaign “piye kabare” di seantero pelosok nusantara. Menariknya, dua hal
yang menjadi warna Indonesia di era Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta
merta tidak lepas dari keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi pemerintah
(baca: Soeharto) untuk semakin menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu
diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada
rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal, kala
itu tentunya.
Gencarnya penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru salah satunya
dilatarbelakangi hal bahwa rakyat Indonesia harus sadar jika dasar negara Indonesia
adalah Pancasila itu sendiri. “Masyarakat pada masa itu memaknai pancasila sebagai hal
yang patut dan penting untuk ditanamkan”, ujar Hendro Muhaimin, peneliti di Pusat
Studi Pancasila UGM. Selain itu menurutnya pada era Orde Baru semua orang menerima
Pancasila dalam kehidupannya, karena Pancasila sendiri adalah produk dari kepribadian
dalam negeri sendiri, dan yang menjadi keprihatinan khalayak pada masa itu adalah
Pemerintahnya, bukan Pancasilanya.
Hendro Muhaimin juga menambahkan bahwa Pemerintah di era Orde Baru
sendiri terkesan “menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara
sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan. “Pada dasarnya, yang salah bukanlah
Pancasila, karena Pancasila dibuat dari penggalian kepribadian bangsa ini, dari cerminan
bangsa Indonesia, maka para pemegang kekuasaan pada rezim itu, yang menggunakan
Pancasila secara politis, adalah pihak yang seharusnya bertanggungjawab akan gejolak-
gejolak yang terjadi”, ujarnya. Namun disamping hal-hal tersebut, penanaman nilai-nilai
Pancasila di era Orde Baru juga dibarengi dengan praktik dalam kehidupan sosial rakyat
Indonesia. Kepedulian antarwarga sangat kental, toleransi di kalangan masyarakat cukup
baik, dan budaya gotong-royong kala itu sangat dijunjung tinggi.
Selain itu, contoh dari gencarnya penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari
penggunaan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi, yang
menyatakan bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi masyarakat,
komunitas, perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan Pancasila sebagai asas
utamanya. Apabila ada asas-asas organisasi lain yang ingin ditambahkan sebagai asasnya,
tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Oleh karena itu, muncul juga anggapan
bahwa Pancasila dianggap sebagai “pembius” bangsa, karena telah “melumpuhkan”
kebebasan untuk berorganisasi.

9. Bagaimana persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia pada masa Reformasi (21 Mei-
Sekarang)?
Jawab:

Era ini menandakan runtuhnya hegemoni kekuasaan Soeharto tahun 1998 hingga
sekarang. Di era ini Indonesia membuat revolusi besar-besaran di sistem
pemerintahannya. Dengan sistem pemerintahan yang lebih terbuka diharapkan peranan
demokrasi lebih ditonjolkan. berasal dari kata reformation dari akar kata reform,
sedangkan secara harfiah reformasi mempunyai pengertian suatu gerakan yang
memformat ulang, menata ulang, menata kembali hal-hal yang menyimpang, untuk
dikembalikan pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang di cita-
citakan rakyat. Reformasi juga di artikan pembaharuan dari paradigma, pola lama ke
paradigma, pola baru untuk memenuju ke kondisi yang lebih baik sesuai dengan harapan.

Inti reformasi adalah memelihara segala yang sudah baik dari kinerja bangsa dan
negara dimasa lampau, mengoreksi segala kekurangannya,sambil merintis pembaharuan
untuk menjawab tantangan masa depan. Pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara
masa lalu memerlukan identifikasi, mana yang masih perlu pertahankan dan mana yang
harus diperbaiki. Pancasila yang merupakan lima aksioma yang disarikan dari kehidupan
masyarakat Indonesia jelas akan mantap jika diwadahi dalam sistem politik yang
demokratis, yang dengan sendirinya menghormati kemajemukan masyarakat Indonesia.
Pemilihan umum, salah satu sarana demokrasi yang penting, baru dipandang bebas
apabila dilakukan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.

Pada pelaksanaan GBHN 1998 pada PJP II Pelita ke tujuh ini, bangsa Indonesia
menghadapi krisis ekonomi yang hebat, sehingga menyebabkan stabilitas ekonomi makin
ambruk dan menyebar luasnya tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme pada hampir
semua instansi pemerintahan serta penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang para
petinggi negara yang membuat rakyat semakin menderita. Pancasila yang pada dasarnya
sebagai sumber nilai, dasar moral etik bagi negara dan aparat pelaksana negara digunakan
sebagai alat legitimasi politik, semua tindakan dan kebijakan mengatasnamakan
Pancasila, kenyataannya tindakan dan kebijakan tersebut sangat bertentangan dengan
Pancasila.

Ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional, sehingga muncullah gerakan


masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendekiawan dan masyarakat sebagai
gerakan moral politik yang menuntut adanyaReformasi di segala bidang terutama bidang
hukum, politik, ekonomi, dan pembangunan. Awal dari gerakan Reformasi bangsa
Indonesia, yakni dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang
kemudian digantikan oleh Prof. Dr. B.J Habibie. Kemudian diikuti dengan pembentukan
Kabinet Reformasi Pembangunan. Dalam pemerintahan Habibie, melakukan reformasi
secara menyeluruh terutama pengubahan pada 5 paket UU. Reformasi terhadap UU
Politik harus dapat menjadikan para elit politik dan pelaku politik bersifat demokratis,
yang mau mendengar penderitaan masyarakat dan mampu menjalankan tugasnya dengan
benar.

10. Perbedaan konsep HAM, kewajiban asasi dan kewajiban warga negara!
Jawab:
 Hak Asasi adalah hak pokok atau dasar yang melekat sebagai kodrat pada setiap
manusia sejak lahir yang tak bisa diganggu gugat karena hak ini adalah anugerah
Tuhan Yang Maha Esa.
 Kewajiban Asasi adalah kewajiban pokok atau dasar yang melekat pada setiap
manusia sebagai konsekuensi dari adanya Hak Asasi. Kewajiban Asasi adalah
kewajiban dasar disertai tanggung jawab dalam menghormati hak asasi manusia
lain.
 Hak Warga Negara adalah seperangkat hak yang melekat pada manusia
sehubungan dengan kedudukannya sebagai warga atau anggota suatu Negara.
 Kewajiban Warga Negara adalah kewajiban yang melakat pada manusia berkaitan
dengan kedudukannya sebagai anggota suatu Negara.
11. Bagaimana perwujudan pelaksanaan nilai-nilai keterbukaan sebagai dampak kemajuan
IPTEK!
Jawab:
Perwujudan nilai-nilai keterbukaan sebagai wujud dampak kemajuan iptek dalam proses
penyelenggaraan negara antara lain adalah penerapan teknologi informasi (TI) dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Misalnya adalah:
 Tes Calon Pegawai Negeri Sipil dengan komputer,
 Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) melalui internet (e-filling) dan
 Pengurusan tilang secara online
 Pelaporan kondisi jalan rusak melalui aplikasi
 Keterbukaan penyelenggaraan pemerintahan dengan adanya situs lembaga negara.
Tugas PKN

Dinamika Persatuan dan Kesatuan dalam Konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia

Nama: Evy Nuryah Adha

Kelas: XII MIPA CI

SEKOLAH MENEGAH ATAS NEGRI 2 KENDARI

2019

Anda mungkin juga menyukai