Anda di halaman 1dari 9

PETISI SUTARJO

Pada 19 Juli 1936


Nama Kelompok 5 :

1. Ivander Ari Rohi 10211710010072


2. Faisal Rizki Prayoga 10211710010086
3. Achmad David Maulana 10211710010101
4. Muhammad Ainul Yaqin 10211710010120
5. Adam Ammar Yunendar 10211710010123
Review kelompok :

• Kelompok 3 : - PPT lebih diperbaiki lagi desainnya


- Kurang Rapi
- Harus Justify
• Kelompok 1 : - PPT tidak terdapat video
- Sudah bagus
• Kelompok 9 : - Terlalu simple
- kurang warna
Masukan

• Kelompok 3 : - Ditambahkan Video


- Ditambahkan Gambar
• Kelompok 1 : - Ditambahkan video
- Kurang Rapi
• Kelompok 9 : - Ditambah Video
- Gambarnya diperbanyak
Petisi Soetardjo
Isi Petisi Sutarjo
Isi petisi adalah permohonan supaya diselenggarakan suatu musyawarah antara
wakil-wakil Indonesia dan negeri Belanda dengan kedudukan dan hak yang sama.
Tujuannya adalah untuk menyusun suatu rencana pemberian kepada Indonesia
suatu pemerintahan yang berdiri sendiri (otonom) dalam batas Undang-undang
Dasar Kerajaan Belanda. Pelaksanaannya akan berangsur-angsur dijalankan dalam
waktu sepuluh tahun untuk menyiapkan kemerdekaan Hindia Belanda yang akan
tetap dalam kesatuan dengan Kerajaan Belanda sebagaimana negeri
persemakmuran

Reaksi Reaksi
01 golongan Vaderlandse Club 02 Dalam surat kabar Tjahaja Timoer
yang berpendapat bahwa disinggung adanya orang-orang Belanda
Indonesia belum dari kalangan pemerintah Belanda yang
matang untuk berdiri sendiri menyetujui Petisi Soetardjo.
atau mendapat hak otonomi.
Sidang Petisi Sutarjo
Kemudian diputuskan untuk membicarakan usul petisi tersebut
dalam sidang khusus tanggal 17 September 1936.
Pada tanggal 29 September 1936 selesai sidang perdebatan,
diadakanlah pemungutan suara dimana petisi disetujui oleh
Volksraad dengan perbandingan suara 26 suara setuju lawan 20
suara menolak.
Dan pada tanggal 1 Oktober 1936 petisi yang telah menjadi petisi
Volksraad itu dikirim kepada Ratu, Staten-Generaal, dan Menteri
Koloni di negeri Belanda.
Hasil Petisi
Akhirnya dengan keputusan Kerajaan Belanda No. 40 tanggal 14 November 1938, petisi yang diajukan atas
nama Volksraad ditolak oleh Ratu Wilhelmina. Alasan penolakannya antara lain ialah: "Bahwa bangsa Indonesia
project title
belum matang untuk memikul tanggung jawab memerintah diri sendiri".

Gagalnya perjuangan Petisi Soetardjo menjadi salah satu cambuk bagi kaum pergerakan nasional
untuk menuntut dan menyusun barisan kembali dalam wadah organisasi persatuan, yakni Gabungan
Politik Indonesia (Gapi) yang menuntut "Indonesia Berparlemen".
Point Petisi

Volksraad dijadikan parlemen Direktur departemen diberikan


yang sesungguhnya tanggung jawab
Keadaan setelah petisi
Golongan reaksioner Belanda, seperti Vaderlandsche Club berpendapat Indonesia belum matang untuk berdiri
sendiri. Tetapi ada juga orang-orang Belanda dari kalangan pemerintah yang menyetujui petisi, dengan
mengirim surat kepada Soetardjo.
Dari pihak Indonesia baik di dalam maupun di luar Volksaard reaksi terhadap usul petisi juga bermacam-
macam.
Beberapa anggota Volksraad berpendapat bahwa usul petisi kurang jelas, kurang lengkap dan tidak mempunyai
kekuatan. Pers Indonesia seperti surat kabar Pemandangan, Tjahaja Timoer, Pelita Andalas, Pewarta Deli,
Majalah Soeara Katholiek menyokong usul petisi. Oleh karena itu usul petisi dengari cepat tersebar luas di
kalangan rakyat.
Setelah ditolaknya Petisi Sutarjo pada umumnya tidak terlalu banyak menimbulkan kekecewaan, karena masih
banyak jalan lain untuk melanjutkan perjuangan. Salah satu reaksi adalah berupa gagasan Tabrani yang
mempunyai usul untuk menyebarkan petisi dikalangan rakyat dan kemudian membentuk Komite Sentral Petisi
Soetardjo. PSII dan PNI baru tidak ikut bergabung karena tidak menyetujui petisi yang bisa membunuh
semangat perjuangan bangsa.
Dengan ditolaknya petisi Soetardjo terbukti bahwa perjuangan kemerdekaan lewat Volsksaraad tidak
bermanfaat.Perjuangan kemerdekaan harus mengutamakan penyusunan diluar Volksraad dan untuk itulah
dibentuklah GAPI.

Anda mungkin juga menyukai