Orientasi politik luar negeri Indonesia di awal reformasi masih sangat dipengaruhi oleh kondisi
domestik akibat krisis multidimensi akibat transisi pemerintahan. Perhatian utama politik luar
negeri Indonesia diarahkan pada upaya pemulihan kembali kepercayaan dunia internasional
terhadap Indonesia serta memulihkan perekonomian nasional. Politik luar negeri Indonesia saat
itu lebih banyak dipengaruhi oleh perkembangan politik domestik daripada politik
internasional.Pada masa awal reformasi yang dimulai oleh pemerintahan Presiden B.J.Habibie,
pemerintah Habibie disibukkan dengan usaha memperbaiki citra Indonesia di kancah
internasional yang sempat terpuruk sebagai dampak krisis ekonomi di akhir era Orde Baru dan
kerusuhan pasca jajak pendapat di Timor-Timur. Lewat usaha kerasnya, Presiden Habibie
berhasil menarik simpati dari Dana Moneter Internasional/International Monetary Funds(IMF)
dan Bank Dunia untuk mencairkan program bantuan untuk mengatasi krisis ekonomi.
Belajar dari pemerintahan presiden yang sebelumnya, Presiden Megawati lebih memerhatikan
dan memertimbangkan peran DPR dalam penentuan kebijakan luar negeri dan diplomasi
seperti diamanatkan dalam UUD 1945. Presiden Megawati juga lebih memprioritaskan diri
untuk mengunjungi wilayah-wilayah konflik di Tanah Air seperti Aceh, Maluku, Irian Jaya,
Kalimantan Selatan atau Timor Barat.
Pada era pemerintahan Megawati, disintegrasi nasional masih menjadi ancaman bagi keutuhan
teritorial. Selain itu, pada masa pemerintahan Megawati juga terjadi serangkaian ledakan bom
di tanah air. Sehingga dapat dipahami, jika isu terorisme menjadi perhatian serius bagi
pemerintahan Megawati.
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dilantik menjadi Presiden ke-6 Republik Indonesia pada
tanggal 20 Oktober 2004. SBY merupakan Presiden Indonesia pertama yang dipilih melalui
mekanisme pemilihan umum secara langsung. SBY berhasil mengubah citra Indonesia dan
menarik investasi asing dengan menjalin berbagai kerjasama dengan banyak negara pada masa
pemerintahannya, antara lain dengan Jepang. Perubahan-perubahan global pun dijadikannya
sebagai peluang. Politik luar negeri Indonesia di masa pemerintahan SBY diumpamakan
dengan istilah ‘mengarungi lautan bergelombang’, bahkan ‘menjembatani dua karang’. Hal
tersebut dapat dilihat dengan berbagai insiatif Indonesia untuk menjembatani pihak-pihak yang
sedang bermasalah. Indonesia tidak pandang bulu bergaul dengan negara manapun sejauh
memberikan manfaat bagi Indonesia.
Ciri politik luar negeri Indonesia pada masa pemerintahan SBY, yaitu:
1. Terbentuknya kemitraan-kemitraan strategis dengan negara-negara lain (Jepang, China,
India, dll).
2. Terdapat kemampuan beradaptasi Indonesia terhadap perubahan- perubahan domestik dan
perubahan-perubahan yang terjadi di luar negeri (internasional).
3. Bersifat pragmatis kreatif dan oportunis, artinya Indonesia mencoba menjalin hubungan
dengan siapa saja (baik negara, organisasi internasional, ataupun perusahaan multinasional)
yang bersedia membantu Indonesia dan menguntungkan pihak Indonesia.
4. Konsep TRUST, yaitu membangun kepercayaan terhadap dunia Internasional. Prinsip-
prinsip dalam konsep TRUST adalah unity, harmony, security, leadership, prosperity. Prinsip-
prinsip dalam konsep TRUST inilah yang menjadi sasaran politik luar negeri Indonesia di tahun
2008 dan selanjutnya.