terjadi perdebatan mengenai wilayah Indonesia apabila telah merdeka. Mr. Mohammad Yamin sempat
mengusulkan konsep Indonesia Raya, yakni wilayah Indonesia mencakup wilayah eks-Hindia Belanda,
serta mencakup Borneo, Timor, dan Papua sesuai dengan wilayah pada zaman Majapahit. Hatta
menolak usulan Yamin tersebut mengingat konsep Indonesia Raya yang berdasarkan wilayah Majapahit
tersebut mengandung unsur imperialistik (Suryadinata, 1998). Pada akhirnya, wilayah Indonesia hanya
mencakup wilayah eks-Hindia Belanda saja. Namun, situasi kemudian berubah setelah pemimpin
Indonesia berusaha memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah Indonesia. Adanya usaha ini
membuat peran Indonesia dalam dunia internasional mulai meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan
diadakannya konferensi Asia-Afrika, pembentukan Gerakan Non-Blok, serta pendirian ASEAN.
Bahkan, Soekarno menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara penting yang seharusnya menjadi
pemimpin bagi negara-negara Asia-Afrika (Suryadinata, 1998).
Faktor kedua adalah kapabilitas yang dimiliki oleh Indonesia dalam menjalankan politik luar
negerinya. Oleh karena itu, ekonomi, militer, serta sumber daya memgang peranan penting dalam hal
ini. Pertama adalah ekonomi. Ekonomi Indonesia semenjak merdeka selalu mengalami naik turun.
Ekonomi Indonesia sempat mengalami kemajuan pada masa Soeharto, sebelum akhirnya turun lagi
setelah dihantam Krisis Asia tahun 1998. Hal ini membuat ekonomi Indonesia menjadi tidak stabil,
serta hutang luar negeri yang menumpuk. Kedua adalah militer. Indonesia dari segi personel
merupakan yang terbesar di antara negara-negara ASEAN. Namun, hal ini tidak diimbangi oleh
perlengkapan militer yang dinilai tidak memadai (Suryadinata, 1998). Meski demikian, pada masa
sekarang terdapat usaha-usaha untuk memodernisasi perlengkapan militer Indonesia. Terakhir adalah
sumber daya. Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah. Namun, untuk sumber daya
manusia, kualitasnya sendiri masih rendah. Oleh karena itu, Indonesia perlu untuk secepatnya
meningkatkan kualitas hidup rakyatnya agar mampu memodernisasikan diri dan mampu bersaing
dengan sumber daya manusia negara lain (Suryadinata, 1998).
Faktor terakhir yang memengaruhi pembentukan politik luar negeri Indonesia adalah budaya dan elite
politik, serta ancaman asing. Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat yang majemuk. Kondisi ini juga menyebabkan Indonesia rentan akan konflik
horizontal dan perpecahan (Suryadinata, 1998). Selain itu, ancaman asing juga merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap stabilitas politik Indonesia. Contohnya adalah ketika Soeharto yang menganggap
negara-negara komunis sebagai ancaman terhadap Indonesia.
Refrensi
1. Hanzel, M., 2013. The Three Spheres of Indonesias Foreign Policy. Foreign Policy: The Study
of International Relations
2. Kementrian