Anda di halaman 1dari 3

ndonesian Aid Sebagai Single Agency Diplomasi Kemanusiaan, Ekonomi dan Politik

Indonesia Mulai Tahun 2019


Oleh :
Indra Pujianto (1806164861)
Pascasarjana Hubungan Internasional, Universitas Indonesia

Dalam memenuhi kepentingan nasional di luar wilayah negara, suatu negara harus menjalankan
sebuah rancangan yang telah ditetapkan yang disebut dengan kebijakan luar negeri. Kebijakan
luar negeri merupakan suatu ketetapan yang berisi tujuan – tujuan negara yang
diimplementasikan dalam sebuah instrumen yang disebut dengan istilah politik luar negeri.
Menurut Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, kebijakan luar negeri dapat diartikan
sebagai sikap serta langkah pemerintah Republik Indonesia yang diambil dalam menjalankan
hubungan dengan negara lain yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah internasional dan
mencapai tujuan nasional (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 23 Februari 2016).
Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam menjalankan kebijakan luar negerinya, Indonesia akan
terus berhubungan dengan negara – negara lain untuk mencapai tujuan – tujuan nasional.

Hal ini sudah tercermin sejak dahulu dalam prinsip politik luar negeri Indonesia yang dikenal
dengan istilah “bebas dan aktif”. Menurut Mohammad Hatta, yang pada saat itu sedang
mengemban amanat sebagai Wakil Presiden Indonesia, “bebas” diartikan bahwa Indonesia tidak
berada dalam kedua blok dan menentukan jalan sendiri untuk mengatasi masalah internasional
dan “aktif” berarti turut serta dalam upaya menciptakan perdamaian internasional (Mohammad
Hatta, 1976). Upaya Indonesia dalam ikut aktif dalam mewujudkan perdamaian internasional
telah dibuktikan dengan menjaga hubungan baik dengan negara – negara lain di dunia dan
menginisiasi institusi maupun kerjasama yang berfokus pada perwujudan perdamaian dunia
seperti Gerakan Non-Blok, Konferensi Asia Afrika, dan lain sebagainya.

Fokus dan bentuk politik luar negeri Indonesia juga merupakan suatu hal yang dapat dipengaruhi
oleh kepemimpinan dari pemimpin negara. Sebagai contohnya, Indonesia telah merasakan
perubahan bentuk politik luar negeri yang cukup signifikan dari era kepemimpinan Presiden
Soekarno yang anti imperialisme dan kolonialisme ke kepemimpinan Presiden Soeharto yang
cenderung berorientasi pada negara barat (Franklin B. Weinstein, 2007). Begitu pula hingga
masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo saat ini, karakteristik dan fokus politik luar negeri
Indonesia mengalami perubahan yang juga disebabkan oleh keadaan dan perkembangan dunia.
Karakteristik dari politik Presiden Joko Widodo adalah berfokus pada masalah dalam negeri
yang dikenal dengan istilah Politik Pro-Rakyat dan Politik Membumi. Dan dalam menjalankan
politik luar negerinya, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia akan fokus pada
penguatan hubungan dengan negara – negara lain di dunia melalui diplomasi (Asep Setiawan dan
Endang Sulastri, 2017).

Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia telah merilis delapan sasaran strategis utama yang
akan dicapai pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo periode 2015 – 2019. Delapan
sasaran strategis utama tersebut adalah: (1) Diplomasi maritim dan perbatasan yang kuat; (2)
Kepemimpinan Indonesia di ASEAN yang meningkat; (3) Peran Indonesia di dunia internasional
yang meningkat; (4) Diplomasi ekonomi yang kuat; (5) Pelayanan dan perlindungan WNI dan
BHI dan diaspora yang prima; (6) Kebijakan luar negeri yang berkualitas; (7) Dukungan dan
komitmen nasional yang tinggi atas kebijakan luar negeri dan kesepakatan internasional; (8)
Monitoring hasil diplomasi yang efektif (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 23
Februari 2016). Pada esai ini, penulis akan menitikberatkan pada pembahasan mengenai peran
Indonesia di dunia internasional yang meningkat melalui diplomasi.

Pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, penulis menilai bahwa peran Indonesia di dunia
internasional sudah semakin besar dan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan Indonesia
di dunia internasional terutama dalam upaya perwujudan perdamaian internasional melalui
diplomasi kemanusiaan Indonesia. Dan ini diperkuat oleh pernyataan Direktur Jenderal Kerja
Sama Multilateral, Febrian A. Rudyard, bahwa diplomasi kemanusiaan Indonesia adalah salah
satu prioritas kebijakan luar negeri Indonesia (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 27
Maret 2018). Sebagai contoh nyatanya, Indonesia telah menjalankan diplomasi kemanusiaan
melalui bantuan luar negeri untuk mengatasi masalah internasional seperti tragedi kemanusiaan
di Rakhine State, konflik Palestina – Israel, dan masalah kekeringan dan kelaparan di beberapa
negara di Benua Afrika.

Keterlibatan Indonesia yang semakin aktif dalam upaya mengatasi masalah global telah
memunculkan sebuah agenda untuk menjadi sebuah negara donor. Pada tanggal 9 Januari 2018,
melalui pidato tahunannya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan sebuah konsep
bahwa Indonesia tidak lagi menjadi negara yang meminta bantuan tetapi menjadi negara yang
siap memberikan bantuan (Dewi Santi dalam Rappler, 21 Januari 2018). Hal ini diperkuat
dengan rencana untuk membentuk suatu badan Single Agency untuk kepengurusan bantuan luar
negeri Indonesia yang disebut dengan Indonesian Aid. Sebenarnya, rencana pembentukan
Indonesian Aid sudah ada sejak 2010, tetapi hingga sekarang belum berhasil terbentuk.
Indonesian Aid ditargetkan akan sudah aktif dan beroperasi pada tahun 2019 mendatang.

Sebelumnya, pengelolaan bantuan internasional Indonesia dapat dikatakan kurang teorganisir


karena belum menggunakan sistem satu pintu. Hal ini didukung oleh pernyataan Direktur
Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri, Cecep Herawan yang
mengatakan bahwa sampai saat ini pengelolaan bantuan luar negeri Indonesia masih terpecah ke
beberapa lembaga sehingga menyulitkan dalam proses koordinasi dan pendataan (Viva News, 17
Januari 2018). Dengan adanya Indonesian Aid nanti, diharapkan pengelolaan bantuan
internasional Indonesia akan menjadi lebih mudah, cepat, jelas dan terorganisir. Selain itu, jika
kita melihat negara lain yang telah dewasa dalam mengelola bantuan luar negerinya, seperti
Amerika Serikat dengan USAID dan Australia dengan Australian Aid, lembaga pengelolaan satu
pintu juga dapat membantu negara dalam menjalankan diplomasi negara dan mencapai
kepentingan nasionalnya.

Begitu juga dengan Indonesian Aid nantinya, Indonesia akan lebih mudah dalam menjalankan
fungsi diplomasi untuk mempererat hubungan dengan negara – negara lain di dunia. Penulis
melihat bahwa Indonesian Aid tidak akan hanya mendukung Indonesia dalam menjalankan
fungsi diplomasi kemanusiaan saja, tetapi juga fungsi diplomasi ekonomi dan diplomasi politik.
Dalam menjalankan fungsi diplomasi kemanusiaan, Indonesian Aid akan menjadi pintu utama
untuk mengelola bantuan luar negeri Indonesia dalam mengatasi masalah – masalah
internasional seperti kekeringan, kelaparan, kemanusiaan dan bencana alam. Untuk fungsi
diplomasi ekonomi, Indonesian Aid akan membantu mengamankan investasi Indonesia sebagai
negara donor yang menanamkan sahamnya di negara yang menerima bantuan. Hal ini diperkuat
oleh pernyataan Cecep Herawan, Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian
Luar Negeri. Ia mengatakan bahwa bentuk bantuan bisa saja berkembang menjadi hibah dalam
bentuk barang dan jasa dan juga pinjaman (IDN Times, 20 Januari 2018). Dan yang terakhir,
Indonesian Aid juga akan berperan dalam mendukung Indonesia dalam proses diplomasi politik.
Dalam menjalankan fungsi diplomasi politik, Indonesian Aid akan meningkatkan image
Indonesia sebagai negara pendonor dan mempererat hubungan dengan negara penerima donor.
Hal ini juga sejalan dengan salah satu dari delapan sasaran strategis utama Kementerian Luar
Negeri Republik Indonesia periode 2015 -2019, yaitu peningkatan peran Indonesia di dunia
internasional.

Dari pembahasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa politik luar negeri pada masa
kepemimpinan Presiden Joko Widodo berfokus pada penguatan peran Indonesia di dunia
Internasional melalui diplomasi. Indonesian Aid Single Agency, sebagai bentuk kebijakan luar
negeri Indonesia untuk mengelola bantuan internasional Indonesia, memiliki tiga fungsi yaitu
fungsi diplomasi kemanusiaan, diplomasi ekonomi dan diplomasi politik.

Daftar Pustaka
Hatta, Mohammad. (1976). Mendayung Antara Dua Karang. Jakarta: Bulan Bintang.
IDN Times. (20 Januari 2018). Indonesia Alokasikan Bantuan Luar Negeri Rp1 Triliun, untuk
Apa Saja Sih?. Dalam https://www.idntimes.com/news/indonesia/vannyrahman/
indonesia-alokasikan-bantuan-luar-negeri-rp1-triliun-untuk-apa-saja-sih/full.
Diakses pada tanggal 28 November 2018 pukul 21:00 WIB.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (23 Februari 2016). Sasaran Strategis
Kementerian Luar Negeri. Dalam https://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/landasan-visimisi-
polugri/Pages/Sasaran-Strategis-Kementerian-Luar-Negeri.aspx. Diakses pada
tanggal 28 November 2018 pukul 21:00 WIB.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. (27 Maret 2018). Diplomasi Kemanusiaan:
Kontribusi Indonesia untuk Perdamaian Global. Dalam
https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Diplomasi-Kemanusiaan-Kontribusi-
Indonesian-untuk-Perdamaian-Global.aspx. Diakses pada tanggal 28 November 2018
pukul 21:00 WIB.
Santi, Dewi. (21 Januari 2018). Aktif Berikan Bantuan, Indonesia Tak Lagi Jadi Negara
Tangan di Bawah. Dalam https://www.rappler.com/indonesia/berita/194184-indonesiaaktif-beri-
bantuan-negara-tangan-atas. Diakses pada tanggal 28 November 2018 pukul 21:00 WIB.
Setiawan, Asep & Sulastri, Endang. (2017). People-Oriented Indonesia’s Foreign Policy in
Support of Protecting Citizen. The 1st International Conference on Social Sciences.
Viva News. (17 Januari 2018). Kemlu: Semua Bantuan Internasional Harus lewat Indonesian
Aid. Dalam https://www.viva.co.id/berita/dunia/997873-kemlu-semua-bantuaninternasional-
harus-lewat-indonesia-aid. Diakses pada tanggal 28 November 2018 pukul 21:00 WIB.
Weinsteim, B. Franklin. (2007). Indonesian Foreign Policy and The Dilemma of Dependence
from Sukarno to Soeharto. Jakarta: Equinox Publishing.

Anda mungkin juga menyukai