Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KULIAH FILSAFAT ILMU

RESUME BUKU PENGANTAR FILSAFAT HUKUM


ROCOE POUND
“MILIK”

OLEH:
NAMA : JARMIATI
NPM : 2022011031

PEMBIMBING:
Dr. Yusdianto, S.H., M.H

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2020
BAB V
MILIK

Ada empat tuntutan dalam kehidupan ekonomi setiap orang di masyarakat. Pertama, suatu
tuntutan untuk menguasai harta benda, kekayaan alam yang kepadanya bergantung penghidupan
manusia. Kedua, suatu tuntutan terhadap kebebaaasan industry dan kontrak sebagai suatu harta
milik perorangan, terlepas dari penggunaan kekuasaan seseorang sebagai sutu taraf kepribadian,
karena di dalam masyarakat yang tersusun rapi, kehidupan umum mungkin Sebagian besarnya
bergantung kepada kerja perseorangan di lapangan pekerjaan yang khusus, dan kekuasaan untuk
bekerja secara bebas di lapangan pekerjaan yang dipilih sendiri oleh setiap orang, mungkin
merupakan harta utama tiap orang. Ketiga, suatu tuntutan terhadap keuntungan yang dijanjikan
terhadap pelaksanaan bernilai keuangan yang dijanjikan oleh orang lain, karena di dalam suatu
organisasi ekonomi yang kompleks dengan pembagian kerja yang terperinci dan perusahaan
yang meluas dalam masa yang lama, kredit makin lama makin banyak menempati kedudukan
kekayaan materiil sebagai alat penukar dan saluran kegiatan perdagangan. Keempat, suatu
tuntutan supaya terjamin terhadap campur tangan orang lain yang mengganggu hubungan
perekonomian yang menguntungkan dengan orang lain lagi baik hubungan kontrak, pergaulan,
perdagangan, jabatan, maupun hubungan di dalam rumah tangga.

Inilah satu postulat hukum dari masyarakat beradab. Hukum milik meliputi milik yang tak
terwujud dan doktrin yang tumbuh berkembang mengenai perlidungan bagi hubungan ekonomi
yang menguntungkan, memberikan efek kepada kebutuhan dan permintaan masyarakat yang
dirumuskan di dalam postulat ini.milik dan kontrak, adalah daerah yang didalamnya hukum
paling efektif dan yang sangat banyak meminta bantuan hukum. masyarakat beradab menuntut
supaya dapat dikuasainya dan dipergunakanya untuk tujuan apa yang sudah ditemukanya dan
ditundukanya kebawah kekuasaanya, apa yang diciptakanya dengan tenaganya, baik kerja secara
jasmani maupun kerja otaknya, dan apa yang diperolehnya dibawah system sosial, ekonomi dan
hukum dengan penukaran, pembelian, pemberiana atau pewarisan. Yang pertama dan kedua
diantaranya selalu disebutkan orang sebagai memberikan satu hak alamiah (Natural) atas milik.
Orang-orang romawi menyebutnya sebagai cara perolehan alamiah dengan pendudukan atau
dengan spesifikasi.

Pengadilan dan perundang-undangan kita sementara ini rupanya sepakat menjadikan segala
sesuatu selaku milik, kecuali udara, laut lepas, pada hakekatnya res communes (barang untuk
pemakaian umum) dan res nullius (barang yang tidak ada empunya) yang dikatakan kepunyaan
negara, tidak lain semacam penjagaan untuk tujuan masyarakat. Itulah yang dikatakan imperium
bukan dominium. Pemeliharaan sumber masyarakat yang penting menghendaki pengaturan untuk
penggunaan res communes untuk mencegah benturan serta menghindari pemborosan, dan
menghendaki pembatasan waktu, tempat dan orang yang boleh mengambil manfaat dari res
nullius itu, supaya daopat dicegah pemusnahan barang-barang yang tidak berupaya itu.

Dahulu Ketika daerah masih luas belum berpenghuni dan masih kaya akan seumber kekayaan
alam, tidak sulit satu teori tentang perolehan dengan penemuan dan mempunyai res nullies ,
mencadangkan sedikit barang sebagai res extra commercium (barang yang tidak boleh menjadi
milik pribadi). Berbeda dengan saat ini yang mana dunia sudah padat penduduknya, teori res
extra commercium tak lagi sesuai dengan milik prive dan teori penemuan da pendudukan
mengakibatkan pemborosan kekayaan alam. Oleh sebab itu dibuatlah undang-undang untuk
memelihara kekayaan alam.

Teori yang digunakan orang dalam usahanya memberikan suatu keterangan yang masuk akal
mengenai milik prive sebgaai suatu Lembaga sosial dan hukum, untuk memudahkan dimasukan
ke dalam enam kelompok pokok yakni teori hukum alam, teori metafisik, teori sejarah, teori
positif, teori psikologis dan teori sosiologis.

Dalam teori hukum alam, Sebagian bekerja diatas satu konsepsi tentang asas-asas akal alamiah
yang diambil dari sifat benda-benda, dan Sebagian lagi diatas konsepsi tentang sifat manusia.
Ahli hukum romawi menemukan satu postulat tentang milik dengan deduksi menyipulkan milik
daripadanya. Teori serupa biasanya berpangkal baik dari gagasan pendudukan atau dari gagasan
ciptaan dengan kerja. Teori yang dikatakan berdasarkan tabiat manusia ada tiga bentuk, pertama
bekerja diatas suatu konsepsi tentang hak asasi, yang kedua bekerja diatas dasar suatu kontrak
sosial yang menyatakan atau menjamin hak-hak yang disimpulkan oleh akal dari sifat manusia
yang abstrak. Dalam pemikiran ketiga disebut sebagai suatu hukum alam ekonomi. Dalam teori
ini satu landasan umum untuk milik disimpulkan dari sifat ekonomis manusia sebagai suatu
wujud ekonomi. Ini adalah teori modern mengenai hukum alam di atas dasar ekonomi dan bukan
etika.

Menurut Grotius, semua benda pada mulanya adalah res nullius, (benda-benda yang tidak ada
pemiliknya). Tetapi manusia di dalam masyarakat menbagi-bagi hampir semua benda itu dengan
persetujuan. Benda-benda yang tidak dibagi secara demikian kemudian ditemukan oleh
perseorangan, dan dijadikan milik mereka. Begitulah benda-benda tersebut menjadi tunduk
kepada penguasaan individual.

Berbeda dengan Grotius, Pufendorf berpendapat bahsa pada mulanya semua benda adalah res
communes (kepunyaan Bersama). Tidak seorangpun menjadi pemiliknya dan barang-barang
tersebut boleh digunakan oleh semua orang. Kelompok ini dinamakan perkauman negative, dan
orang orang menghapuskan perkauman ini dengan persetujuan timbal balik dan dengan demikian
menegakan kepemilikan prive. Daalm hukum ingris-amerika, berkat Blackstone maka berlakulah
paham yang membenarkan milik berdasarkan asas alamiah dari pendudukan atas benda-benda
yang tidak ada pemiliknya. Ia berpendapat bahwa perlu adanya anggapan tentang satu fakta yang
asli. Ia berpendirian bahwa satu asas perolehan oleh satu kekuasaan mengontrol untuk sementara
ialah sama besarnya dan lamanya dengan pemunyaan yang menyatakan sifat manusia dalam
masa primitive; dan bahwa kemudian dengan majunya peradaban, sifat manusia di dalam satu
masyarakat yang beradab dinyatakan oleh satu asas control yang tetap dan penuh atas apa-apa
yang sudah diduduki secara eksklusif, termasuk ius disponendi (Hak ulayat) sebagai satu
peristiwa yang perlu dari control serupa itu.

Dengan bangkitnya hukum alam akhir-akhir ini, maka timbul pula satu tahapan baru dari
pembenaran milik atas dasar tabiat manusia, hal ini disarankan oleh sarjana ekonomi yang
menyimpulkan bahwa milik dari sifat ekonomis manusia sebagai suatu keharusan dari
penghidupan setiap orang di dalam masyarakat. Biasanya paham ini dihubungkan dengan satu
teori psikologis disatu pihak dengan teori soaial-utilitis di lain pihak,

Teori metafisik meneganai milik dilahirkan oleh imanuel kant. Pertama ia membenarkan gaagsan
abstrak mengenai satu hukum milik yakni gagasan tentang satu system dari meum dan tuum
(punyaku dan punya kau) terhadap benda di luar. Namun setelah meyelesaikan teori ini kant
berpaling pada satu teori tentang perolehan, dan dibedakanya suatu perolehan yang asli dan
pertama dengan satu perolehan yang diturunkan. Unsur transaksi hukum dari perolehan asli ini
ada tiga yakni:

1. Pemegangan suatu benda yang bukan kepunyaan orang lain


2. Satu perbuatan dari kemauan bebas yang melarang orang lain memepergunakanya
sebagai kepunyaan mereka.
3. Pengambilan untuk diri sendiri sebagai satu perolehan yang tetap, sambal menerima satu
kekuatan yang menciptakan hukum dari asas menyelaraskan kemauan menurut satu
hukum universal, dan berkenaan dengan benda yang diambilnya itu diwajibkan semua
orang menghormati dan berbuat sesuai dengan kemauan orang yang mengambil.

Kemudian Kant menyempurnakan teorinya dengan satu tepri tentang perolehan deriatif dengan
jalan pemindahan haka tau pengasingan, dengan penyerahan atau kontrak, sebagai satu efek
pemberian yang sah kepada kemauan perseorangan oleh kaidah universal. Jika kita perhatikan,
teori-teori kant ini mengandung gagasan kependudukan dan gaagsan perjanjian.

Ahli hukum lain yakni Hegel mengembangkan teori metafisik dengan melepaskan diri dari
gagasan kependudukan dan memeperlakukan milik sebagai satu perwujudan dari gagasan
kebebasan. Dari teori hegel kita dapat menyimpulkan bahwa kepribadian itu menyangkut
penggunaan kemauan berkenaan dengan benda-benda. Apabila seseorang menjalankan
kemauanya berkenaan dengan suatu benda, dan dengan demikian memperoleh satu kekuasaan
untuk mengontrol bend aitu, kemauan orang lain dikucilkan dari bend aini dan harus diarahkan
kepada benda benda yang denganya kepribadian lain belum mengidentifikasikan dirinya. Teori
hegel dapat diterapkan pada awal abad ke 19 dimana sumber alam masih banyak dan penduduk
belum penuh sesak, namun teori ini suilit diterapkan dalam kondisi dunia yang sudah penuh
sesak.

Sarjana-sarjana hukum sejarah telah mempertahankan teori mereka berdasarkan dua tanggapan,
yakni:

1. Konsepsi tentang milik prive, seperti konsepsi kepribadian perseorangan, menempuh


perkembangan yang lambat tetapi tetap dari permulaan hukum
2. Pemilihan perseorangan telah tumbuh dari hak-hak kelompok, persis bagaimana
kepentingan perseorangan dari kepribadian telah dibebaskan secara berangsur-angsur dari
kepentingan kelompok.

Saat kita melihat secara analitis, hukum milik ini memiliki tiga tahapan di dalam kekuasaan atau
kesanggupan yang dipunyai orang untuk mempengaruhi perbuatan orang lain berkenaan dengan
benda berwujud. Tingkatan pertama hanya merupakan keadaan fakta, pegangan atau
pengontrolan fisik belaka atas suatu barang tanpa sesuatu unsur apa saja, ini disebut dengan
kepunyaan alamiah (posessio naturalis) atau juga dipandang sebagai pemunyaam. Tingkatan
kedua adalah, dimana pemunyaan menurut hukum sebagai sesuatu yang dibedakan dengan
pemunyaan alamiah. Dalam perkara pemunyaan alamiah, hukum menjamin hubungan antara
pribadi fisik dengan benda, sedangkan dalam pemunyaan menurut hukum, yang dijamin adalah
hubungan antara kemauan seseorang dengan bend aitu. Pada tingkatan ketiga yakni tingkatan
yang paling tinggi dari hubungan milik, hak milik, hukum bertindak lebih jauh dan menjamin
bagi bagi manusia pemikmatan ekslusif atas benda-benda yang jauh di luar kesanggupan mereka
baik dengan menjaga atau mempunyai.

Pemunyaan yuridis adalah suatu konsepsi tentang fakta dan hukum, yang ada sebagai hubungan
murni dari fakta, merdeka dari asal hukum, tetapi dilindungi dan dipertahankan oleh hukum
tanpa memandang campur tangan terhadap kepribadian. Hak milik adalah suatu konsepsi hukum
murni, yang berasal dari hukum dan bergantung pada hukum. saat ini, ahli hukum soviet
memandang hak milik sebagai satu Lembaga tetap dari masyarakat manusia, mereka
membenarkan bahwa hukum harus mengakui milik. Tapi disisi lain hendaklah ada milik
sosialistis dan di pihak lain hak milik perseorangan. Pembedaanya harus berdasarkan satu asas
bahwa negara memiliki alat-alat produksi dan perseorangan memiliki branag-barang konsumsi.

Jadi milik itu adalah satu Lembaga sosial yang berdasarkan satu kebutuhan ekonomi di dalam
satu masyarakat yang diatur melalui pembagian kerja. Teori psikologis-sosiologis mencari dasar
milik di dalam suatu isnting hendak memperoleh harta benda, dan atas dasar itu memandang
milik sebagai satu perkembangan sosial atau Lembaga sosial. Teori sosial-utilitis menjelaskan
dan membenarkan milik sebagai satu Lembaga yang menjamin satu maksimum kepentingan atau
memuaskan satu kebutuhan. Teori sosial-ekonomi menetapkan bahwa hak milik, satu kekuasaan
untuk memakai suati barang, pada mulanya adalah suatu Lembaga hukum yang adil dan cocok di
dalam suatu masyarakat, yang didalamnya milik, kerja dan penggunaan Kerjasama di dalam satu
ketertiban ekonomi yang sederhana.

Demikianlah sementara dalam bentuk hukum, milik itu merupakan satu Lembaga dari hukum
privat, satu kekuasaan penuh untuk melakukan apa yang dipunyainya, dalam akibat ekonomisnya
telah terjadi satu Lembaga dari hukum public, dalam arti dari satu kekuasaan memerintahkan
yang dijalankan melalui Lembaga insidentil, yang dikembangkan dari hukum kewajiban. Sebagai
manusia kita harus ingat bahwa apapaun yang kita lakukan, kita harus memperhatikan insting
hendak memperoleh harta benda dan tuntutan perseorangan berdasarkan insting itu,.

Anda mungkin juga menyukai