Boentaran Martoatmodjo
Selain itu ia adalah salah satu pendiri dan ketua PELTI (Persatuan Lawn Tenis Indonesia)
pertama selama 5 tahun sejak pendiriannya pada 26 Desember 1935.[2]
Ia pulalah yang membentuk PMI (Palang Merah Indonesia) pada tanggal 5 September 1945
atas perintah Presiden Soekarno.
Latar belakang kedokteran melekat pada diri Boentaran, pria kelahiran Purworejo, Jawa
Tengah, 11 Januari 1896. Ia menyelesaikan pendidikan di STOVIA Jakarta selesai Mei 1819
lalu melanjutkan ke Universitan Leiden, Belanda. Gelar doktoralnya diperoleh di Belanda
dan tercatat resmi sebagai dokter pada 1918.
Sepulangnya ke Indonesia, ia pernah bekerja di Rumah Sakit (CBZ) Jakarta pada 1931-1933
bagian penyakit dalam. Pengabdian di bidang kedokteran makin cemerlang, pada 1932-1938
ia bekerja di Jawatan Pemberantasan Lepra Semarang. Lalu ia menjadi dokter Karesidenan
Banyumas pada 1938-1941.
Pada masa pendudukan Jepang, Boentaran menjadi pimpinan Jawa Izi Hokokai
(Perkumpulan Dokter Indonesia). Pada tahun 1941-1945 Boentaran menjadi Direktur Rumah
Sakit (CBZ) Semarang.
Berlanjut pada tahun 1945 menjadi Kepala Jawatan Kesehatan Pusat, Jakarta, dikutip dari
laman Empat Pilar MPR.
Sempat ditahan
Ia berjuang mengusir Belanda hingga Jepang. Ia tercatat sebagai anggota BPUPKI dan PPKI
untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Presiden Soekarno kagum dengan kinerjanya, kemudian Boentaran diangkat menjadi Menteri
Kesehatan Pertama RI pada 19 Agustus 1945-14 November 1945.
Dikutip dari Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, Boentaran sempat ditahan karena dituduh
ikut merencanakan makar untuk menggulingkan Kabinet Sjahrir. Ia ditahan pada Juli 1946-30
Juli 1948.