Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BAHASA INDONESIA

ANALISIS NOVEL NEGERI 5 MENARA DAN BUKU CHAIRUL TANJUNG


DOSEN PENGAMPU :

IKA PANGGIH WAHYU NINGTYAS,M.Pd

DISUSUN OLEH :

ELLY SEPTIANA MUSTOFA (201180241)

PRESTI OKTA VIOLA (201180248)

ANJAS AFRIYANDI (201180249)

PEBY ARMELINDA (201180255)

ANGGA WIYANTORO (201180258)

SRI FILLA YANI (201180260)

SONIA BINTANG SAFIRA (201180264)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI STS JAMBI
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan HidayahNya penulis dapat
menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia ini.. Tak lupa Shalawat serta Salam yang selalu kami curahkan
pada Nabi dan Rasul besar Muhammad SAW yang dengan tuntunannya yang menginspirasi dan
selalu mengiringi usaha kami dalam penyelesaian tugas Bahasa Indonesa ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang
terlibat dalam pengerjaan makalah ini. Tak lupa kepada Ibu Ika Panggih Wahyu Ningtyas,M.Pd selaku
Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan banyak pengarahan
mengenai penyusunan makalah ini. Serta pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian tugas ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Tetapi, besar harapan
kami agar makalah ini dapat diterima dengan baik oleh pembaca. Tak lupa pula penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan makalah ini agar
menjadi jauh lebih baik.

Apabila terdapat kata-kata yang kurang berkenan, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jambi, 12 Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….......................i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..................ii

BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………....................1

1.1. Latar Belakang …………………………………………………………...........................1

1.2. Topik Bahasan ……………………………………………………………........................1

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………………........................1

BAB 2. PEMBAHASAN ………………………………………………………….............….2

2.1. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Negeri 5 Menara....................…........................... 2

2.2. Analisis Buku Chairul Tanjung si Anak Singkong............................................................8

BAB 3. PENUTUP …………………………………………………………………..............10

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….....................10

LAMPIRAN

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan,


gagasan, semangat, keyakinan, dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan
pesona dengan alat-alat bahasa ( Sumarno dan Saini, 1991 : 3). Pernyataan di atas
mengandung makna bahwa manusia menggunakan karya sastra sebagai sarana untuk
mengungkapkan gagasan, pengalaman, pemikiran dan sebagainya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa karya sastra sangat bermanfaat bagi manusia dan pembacanya.

Karya sastra yang baik adalah karya sastra yang mampu meniggalkan kesan yang
mendalam bagi pembacanya. Pembaca dapat dengan bebas melarutkan diri bersama karya itu,
dan mendapatkan kepuasan karenanya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu karya bisa
dijadikan media dakwah.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan


permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah struktur instrinsik dan ekstrinsik novel “Negeri 5 Menara”
2. Bagaimana Cerita singkat dari buku chairul tanjung

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui unsur instrinsik dan ekstrinsik novel Negeri 5 Menara
2. Untuk mengetahui cerita singkat Chaiul Tanjung

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Novel Negeri 5 Menara

A. Unsut Intrinsik

1. Tema

Tema dari novel Negeri 5 Menara Karya A. Fuadi adalah pendidikan, dan sebuah kerja
keras yang menghasilkan kesuksesan. Hal ini dapat dilihat dari latar tempat yaitu dipesantren
dimana kegiatan utama yang dilakukan sehari-hari tokoh utama adalah belajar. Hal ini dapat
dibuktikan melalui kutipan novel berikut:
“Bagai sebuah konspirasi besar untuk mencuci otak, metode total immersion ini cocok
dengan lingkungan yang sangat mendukung. Tidak cukup dengan itu, entah siapa yang
menyuruh, banyak diantra kami yang membawa kamus. Kalau bukan kamus cetak, kami pasti
membawa buku mufradhat, buku tulis biasa yang dipotong kecil sehingga lebih tipis dan
gampang dibawah kemana-mana. Murid dengan buku mufradhat ditangan gampang
ditemukan sedang antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan di antara kegiatan olahraga
sekalipun.( hal. 133-135 ). Dan juga Hal ini dapat dibuktikan dari halaman awal, yaitu
kutipan dari imam syafi'i dan kalimat "MAN JADDA WAJADA" , yang di teriakan ustad
salman pada awal pertemuan alif di PM, arti dari man jadda wajadda sendiri adalah siapa
yang bersungguh-sungguh, akan berhasil [Hlm : 40-41}

2. Penokohan

a. Amak
Ramah kepada siapa saja. ["Mukanya selalu mengibarkan senyum ke siapa saja" (hlm : 6)]
Peduli kepada peradaban islam di masa depan. ["Amak ingin memberikan anak yang terbaik
untuk kepentingan agama. Ini tugas mulia untuk akhirat" (hlm : 9)]
Penyayang ["kasih sayang amak...." (hlm : 11)]

b. Ayah
Peduli dan setia kepada anaknya. ["Saya mau mengantar anak..." (hlm : 19)]
Orang yang Amanah ["Amanat dai jamaah surau untuk membeli sapi..." (hlm : 91)]

2
c. Alif
Tokoh utama dalam novel ini adalah tokoh yang protagonis. Alif digambarkan sebagai sosok
generasi muda yang penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju, tidak kenal menyerah,
penurut dan patuh. ["selama ini aku anak penurut" (hlm : 11)}
Tidak konsisten terhadap pilihan [" aku sendiri belum yakin betul terhadap keputusan ini"
(hlm : 13)]

d. Dulmajid
Mandiri ["Tentu saja aku datang sendiri" (hlm : 27)]
Rajin belajar ["Animo belajarnya memang maut" (hlm : 46)]
Setia kawan ["...paling setia kawan yang aku kenal" (hlm : 46)]

e. Raja Lubis
Percaya diri ["maju dengan penuh percaya diri" (hlm : 44)]
Rajin membaca["hobi utamanya membaca buku" (hlm : 45)]
Mau berbagi ["...dia tidak pelit dengan informasi" (hlm : 61)]

f. Said
Berpikiran dewasa ["dia yang paling dewasa di antara kami" (hlm : 45)]
kurang percaya diri ["dia memang tidak terlalu pede..." (hlm : 206)]

g. Baso
Baso adalah teman Alif merupakan anak yang paling rajin dan paling bersegera disuruh ke
mesjid.
Orang yang agamis ["saya ingin mendalami agama islam dan menjadi penghapal Al-Quran"
(hlm : 46)]
Orang yang sangat peduli ["....merawat nenek dan pulang, mungkin selamanya..." (hlm :
362)]
Berbakti kepada orangtua ["motivasi besar menghapal Al-Quran adalah pengabdian kepada
orangtua" (hlm : 363)]

h. Atang
Orang yang menepati janji ["susuai janji, Atang yang membayari ongkos"(hlm : 221)]
Humoris ["memasukkan berbagai macam guyon sunda yang membuat hadirin terpingkal-
pingkal" (hlm : 220]

3
3. Latar
a) Tempat

Pondok Madani ["selamat datang di pondok madani" (hlm : 30)]

Aula ["murid-murid berbndong-bondong memenuhi aula" (hlm : 48)]

Lapangan ["masing-masing melintasi lapangan besar..." (hlm : 62)]

Kamar ["pintu kayu kamar bergetar-getar digedornya" (hlm : 84)]

Menara ["Di bawah bayangan menara ini kami lewatkan waktu...." (hlm : 94)]

Kelas ["Ustad Salman masuk kelas..." (hlm : 105)]

Bandung ["kami telah masuk Bandung..." (hlm : 218)]

b) Waktu

Latar waktu adalah kapan terjadinya sebuah peristiwa dalam cerita. Latar waktu bisa
berupa detik, menit, jam, jari, minggu, bulan, tahun, dan seterusnya. Tetapi juga sangat
mungkin pengarang tidak menentukan secara persis tahun, tanggal atau hari terjadinya
peristiwa, namun hanya menyebutkan saat Hari Raya, tahun baru dan sebagainya yang pada
akhirnya juga akan mengacu kepada waktu seperti tanggal dan bulan tergantung latar tempat
dalam cerita. Misalnya tahun baru di Indonesia identik dengan 1 Januari, namun di Arab
tahun baru lebih identik pada 1 Muharram.

Di dalam novel negeri 5 menara ini latar yang menunjukkan waktu cukup mendominasi.
Contoh dalam bab I ‘Desember 2003 jam 16.00, hal 1” dan bab 15 “ bagi kami, kemudian
hari jum’at ialah hari favoite nabi Muhammad”.

Sore hari ["matahari telah tergelincir di ufuk..." (hlm : 62)]

pagi hari ["rasanya udara pagi lebih segar...." (hlm : 127)]

Malam hari [malam ini untuk pertama kalinya kami..." (hlm : 238)]

Din hari ["sekitar jam dua pagi..." (hlm : 244)]

4
c) Suasana
Menegangkan ["kami mendengar suara orang berteriak dan bunyi kaki berlarimendekat ke
arah kami" (hlm : 246)]

Bahagia ["kami senang bisa menangkap pencuri dan lebih senang lagi lepas dari kewajiban
jadi jasus" (hlm : 249)]

Gelisah ["kegelisahanku yang naik turun..." (hlm : 369)]

4. Alur/Plot

Alur yang digunakan adalah alur campuran.

a. Eksposisi

Kisah berawal dari seorang wartawan VOA, yang sedang berada di Washington DC.
Wartawan itu bernama Alif Fikri. tanpa disengaja ia mengecek laptopnya dan tiba-tiba ada
pesan masuk dari seorang yang bernama Batutah. Setelah berbalas-balas esan, teryata dia
adalah teman lama Alif dari sekolah lamanya yaitu Pondok Madani.

b. Intrik

Alif tidak ingin bersekolah di sekolah madrastah ataupun pesantren, sedangkan Amaknya
tidak rela jika Alif masuk sekolah SMA umum, karena Amaknya ingin anak laki-lakinya
bersekolah agama, dan menjadikan anaknya menjadi pemmpin agama di masa depan, seperti
Buya Hamka.

c. Komplikasi

Baso bercerita kepada teman-teman shahibul menara, bawa sepertinya ia harus meninggalkan
PM duluan dibandingkan dengan teman-teman yang lain, karena ia harus merawat neneknya
yang sedang sakit parah. Akhrnya paman Latimbang menjemput Baso yang berada di PM,
dan Baso pun harus meninggalkan PM untuk selamanya.

d. Klimaks

Ustadz Torik begitu marah ketika mendengar bahwa ada siswa yang pergi dari PM tanpa izin
terlebih dahulu. Mera itu adalah Said, Alif, dan Atang. sebelum itu, mereka meminta izin ke
Ponorogo untuk mencari barang, tetapi barang itu tidak ada, dan mereka pun harus pergi ke

5
Surabaya untuk mendapatkan barang tersebut. Akhirnya mereka bertiga diberikan hukuman
yang sangat berat, yaitu dicukur habis rambutnya.

e. Antiklimaks

Seluruh siswa PM kelas 6, telah berhasil menyelesaikan ulangan akhir, untuk menentukan
kelulusan meraka. Kemudian meraka semua pun berisah, begitu juga dengan shahibul menara
yang akan menempuh jalannya masing-masing untuk mewujudkan impian meraka.

f. Resolusi

Shahibul menaratelah mencapai impiannya masing-masing dan berencana akan melakukan


reuinian setelah tidak bertemu selama bertahun-tahun.

5. Gaya Bahasa

a) Hiperbola

"Kami bisa makan bagai kesurupan" (hlm : 122)

"Kiai Rais telah menyetrum 3000 murid kesayangannya" (hlm : 190)

b) Personifikasi

"wajah dingin mencucuk tulang..." (hlm : 2)

"Jantungku melonjak-lonjak girang" (hlm : 5)

"Cerita Kiai Rais terus berputar di kepalaku" (hlm : 142)

"sejak dari pagi buta..." (hlm : 214)

c) Asosiasi

"kami seperti sekawanan tentara yang terjebak..." (hlm : 64)

"Mukanya dingin seperti besi" (hlm : 124)

6
6. Sudut Pandang

Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan
tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.

Kutipan Novel:

Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku juga iri.
Rencana masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan menatap kosong
kepuncak pohon kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok jadi jasus. Aku jera
menjadi drakula. ( hal. 102-103).

7. Amanat

Cerita negeri 5 menara memberikan pesan moral pendidikan yang sangat dalam. Kita harus
bersungguh - sungguh dan bekerja keras untuk meraih impian kita dan mencapai kesuksesan
kita, tapi dibalik kesuksesan tersebut ada doa dari kedua orangtua kita, jadi kita juga harus
serta-merta menghormati dan berbakti kepada orangtua. Penulis memberikan perenungan
bagi pembaca untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat bagi diri, keluarga,
masyarakat, bangsa dan agama.

Kutipan Novel:

Jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. ( hal.405 ).

B. Unsur Ekstrinsik

a. Nilai Agama

Novel ini menceritakan tentang kehidupan sekitar pesantren sehingga banyak mengajarkan
nilai agama yang tidak terdapat pada novel-novel lain. Salah satu bukti itu adalah kalimat
“Man Jadda Wa Jadda”, yang berarti siapapun dapat meraih cita-citanya asal ia bersungguh-
sungguh.

7
b. Nilai Moral

Kebersamaan Sahibul Menara dalam menghadapi kerasnya pendididkan di pesantren


mengajarkan bahwa sebagai penuntut ilmu, kita harus sabar dan tidka pantang menyerah
menuntaskan apa yang telah dimulai.

2.2 Analisis Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong

Buku “Chairul Tanjung si Anak Singkong” ditulis oleh Tjahja Gunawan Direja yang
merupakan seorang wartawan harian kompas. Buku ini diawali dengan kisah di tengah
keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, waktu itu Chairul Tanjung (CT) tinggal di gang Abu,
Batutulis, keluruhan Kebon Kelapa, kecamatan Gambir, Jakarta Pusat yang pada tahun 1970-
an adalah salah satu di antara lokasi terkumuh di Jakarta. Keadaan keuangan orang tua CT
pada waktu sangat terbatas, tetapi CT mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Kedua orang tua sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua memiliki prinsip
“agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh
dengan segala daya dan upaya”. Sang bunda yang bernama Halimah sampai-sampai harus
menggadaikan kain halus kepunyaannya untuk biaya kuliah pertama CT di Fakultas
Kedokteran Gigi (FKG) UI.

Saat kuliah di FKG UI, CT harus mencari uang sendiri agar dapat membiayai
keperluan kuliahnya. Dimulai membuka usaha foto copy yang bermodalkan kepercayaan,
lantas masuk ke bisnis alat-alat kedokteran gigi untuk memenuhi keperluan rekan-rekannya.
Sambil menggerakkan bisnis, CT juga aktif dalam urusan gerakan kemahasiswaan, terbukti
bahwa ia pernah menjadi ketua Ex-officio dewan mahasiswa UI. Tahun 1984, ia terpilih
menjadi koordinator mahasiswa se-Jakarta. Pada tahun yang sama, ia juga terpilih sebagai
mahasiswa teladan tingkat nasional.

Setelah lulus dari FKG UI, CT sempat ragu antara menjadi dokter gigi atau
meneruskan jiwa bisnisnya. Akhirnya CT mantap menapaki dunia bisnis. CT sempat
membangun PT Pariarti Shindutama yang memproduksi sepatu anak-anak untuk diekspor. Di
bidang keuangan ia mengambil alih Bank Karman yang kini menjadi Bank Mega. Di bidang
bisnis penyiaran dan multimedia, CT berhasil membesarkan nama Trans tv dan membeli TV
7 kemudian mengubah namanya menjadi Trans 7. Kemudian membuat Trans Studio yang
berada di Bandung dan Makassar. CT mengembangkan Para Group, kemudian pada 1
Desember CT mengganti nama perusahaannya menjadi CT Corp. Secara umum CT Corp

8
terdiri atas tiga perusahaan yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources. CT juga
menunjukkan kepeduliannya di bidang sosial dengan mendirikan Chairul Tanjung Fundation
(CTF) yang menaungi lembaga-lembaga semisal Rumah Anak Mandiri (RAM) untuk
siapapun yang berprestasi yang tidak mampu melanjutkan sekolah.

CT juga menyampaikan pandangan-pandangan tentang persoalan ekonomi,


menggagas visi Indonesia 2030 dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha serta lika-
liku kehidupannya. Dalam buku ini, CT mengungkapkan bahwa kunci kesuksesan salah
satunya adalah Ibu “bagi saya ibu adalah segalanya’. CT percaya bahwa surga ada di telapak
kaki Ibu “Bila kita benar-benar berbakti kepada Ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan
kita gapai di dunia” demikian CT berpendapat.

Kelebihan buku ini adalah disusun dengan bahasa yang sederhana, bertutur, disertai
sikap rendah hati sehingga dapat dengan mudah dipahami banyak kalangan. Selain itu kisah
yang disajikan merupakan faktual, penuh motivasi, religius, dan jiwa enterpreuner yang ada
pada sosok CT menbuat buku ini lebih menarik untuk dibaca.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam membuat suatu karya sastra pastinya terdapat suatu pesan yang ingin disampaikan
oleh penulis kepada pembacanya. Pesan yang tertuang dalam novel Negeri 5 Menara dan
buku Chairul Tanjung ini lebih bersifat mendidik. Amanat-amanat yang disampaikan baik
yang tersirat maupun tertulis, merupakan amanat yang sifatnya mendidik pembaca agar
mencari ilmu setinggi-tingginya, karena orang berilmu memiliki derajat yang lebih tinggi dan
mudah meraih surga.

10
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai