Anda di halaman 1dari 7

Teks Sejarah (Pengertian ,Ciri - Ciri, Jenis, Struktur,

Kaidah, Mengabstraksi, Menulis, Menganalisis, dan


Contoh)
Pengertian Teks Sejarah

Teks Sejarah merupakan teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan tentang fakta/kejadian


masa lalu yang menjadi asal muasal sesuatu yang memiliki nilai sejarah.
Ciri - Ciri Teks Sejarah

1. Disajikan secara kronologis atau urutan peristiwa atau urutan kejadian.

2. Bentuk teks rekon atau teks cerita ulang

3. Struktur teks orientasi, urutan peristiwa, reorientasi.

4. Sering menggunakan konjungsi temporal.

5. Berisi berupa fakta.


Struktur Teks Sejarah

1. Orientasi : merupakan bagian pengenalan atau pembuka dari teks cerita sejarah.
2. Urutan Peristiwa : merupakan rekaman peristiwa sejarah yang terjadi, yang biasanya
disampaikan dalam urutan kronologis.
3. Reorientasi : berisi komentar pribadi penulis tentang peristiwa atau kejadian sejarah yang
diceritakan. Bagian ini merupakan tahapan yang bersifat pilihan, artinya boleh saja bagian ini
tidak disajikan oleh penulis teks cerita sejarah.
Kaidah Kebahasaan Teks Sejarah

1. Pronomina (kata ganti) : kata yang digunakan untuk menggantikan benda dan menamai
seseorang atau sesuatu secara tidak langsung.
2. Frasa adverbial : kata yang menunjukan kejadian atau peristiwa, waktu, dan tempat.
3. Verba material : kata yang berfungsi untuk menunjukan aktivitas atau perbuatan nyata
yang dilakukan oleh partisipan. Kata kerja material menunjukan perbuatan fisik atau peristiwa,
misalnya membaca, menulis, dan menyapu.
4. Konjungsi Temporal (kata sambung waktu) : berguna untuk menata urutan-urutan
peristiwa yang diceritakan, teks cerita sejarah banya memanfaatkan konjungsi (kata penghubung)
temporal.
Jenis - Jenis Teks Sejarah

Sejarah Fiksi :
1. Novel : sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya dalam
bentuk cerita. Penulis novel disebut novelis. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang
berarti "sebuah kisah atau sepotong berita".
2. Cerpen : Cerita pendek atau sering disingkat sebagai cerpen adalah suatu bentuk
prosa naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan
karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel.
3. Legenda : cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai
sesuatu yang benar-benar terjadi.
4. Roman : sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya
melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Bisa juga roman
artinya adalah "kisah percintaan"
Sejarah Non-Fiksi :
1. Biografi : kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang ditulis oleh
orang lain.
2. Autobiografi : kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang yang ditulis
oleh orang itu sendiri.
3. Certia Perjalanan : teks yang didalamnya menceritakan tentang perjalanan.
4. Catatan Sejarah : teks yang didalamnya menjelaskan/menceritakan tentang
fakta/kejadian masa lalu yang menjadi asal muasal sesuatu yang memiliki nilai sejarah.

Perbedaan Sejarah Fiksi dan Non-Fiksi

Sejarah Fiksi :
Jalan pengisahan disusun bedasarkan dunia nyata atau menurunkan pengisahanya
dari dunia nyata.
Penggambaran kehidupan batin seorang tokoh lebih mendalam.
Pengembangan kharakter tokoh tidak diungkapkan sepenuhnya.
Menyajikan kehidupan sesuai dengan pandangan pribadi pengarang.

Sejarah Non-Fiksi :

Disusun bedasarkan data atau fakta yang objektif


Penggambaran tokoh ditulis lengkap bedasarkan fakta.
Menyajikan kehidupan sesuai dengan data atau fakta.
Cara Mengabstraksi Teks Sejarah

1. Membaca teks secara lengkap

2. Menentukan ide pokok

3. Menentukan kalimat utama

4. Menentukan kata kunci

5. Membuat kalimat bedasarkan kata kunci

6. Menyusun teks menjadi sebuah abstraksi.


Cara Menganalisis Teks Sejarah

1. Menentukan ide pokok paragraf

2. Mengindentifikasi Struktur dan kaidahnya.


Kelompok V:

Adinda Triany Putri


Contoh Teks Sejarah
Choiruriwayancanti F
Sejarah Hari Buruh M. Fariz Rizanda
Menganalisis Teks Sejarah Hari Buruh oleh penulis.
Paragraf 1 (Tahap Orientasi)
Peristiwa yang diidentifikasikan adalah Hari Buruh. Pelaku dalam peristiwa tersebut adalah
kaum buruh. Peristiwa yang dimaksud terjadi pada setiap Mei. Peristiwa tersebut terjadi di
beberapa negara. Peristiwa itu terjadi karena menuntut pemberlakuan 8 jam kerja. Peristiwa itu
berawal dari usaha gerakan serikat butuh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial
kaum buruh.

Paragraf 2 (Tahap Urutan Peristiwa 1)


Peristiwa yang digambarkan adalah tuntutan kaum buruh. Pelaku dalam peristiwa tersebut adalah
kelas pekerja. Peristiwa tersebut terjadi pada awal abad ke-19. Peristiwa tersebut terjadi di
Amerika Serikat. Peristiwa itu terjadi karena pengetatan disiplin jam kerja, minimnya upah, dan
buruhnya kondisi kerja. Peritiwa itu berawal dari pemogokan kelas pekerja Amerika Serikat.

Paragraf 3 ( Tahap Urutan Peristiwa 2 )


Peristiwa yang diidentifikasikan adalah demontrasi. Pelakunya adalah buruh kulit hitam dan
putih. demontrasi itu terjadi di berbagai kota di Amerika Serikat pada April 1886. Peristiwa itu
mempersatukan buruh kulit hitam dan kulit putih.

Paragraf 4 (Tahap Urutan Peristiwa 3 )


Peristiwa yang diidentifikasi tentang reaksi pengusaha dan pejabat terhadap demontrasi kaum
buruh.

Paragraf 5 (Tahap Urutan Peristiwa 4)


Peristiwa yang diidentifikasikan adalah meledaknya bom. Pelakunya adalah kaum buruh.
peristiwa terjadi 3 Mei 1886. Akibat dari peritiwa itu polisi melarang demontrasi kaum buruh.

Paragraf 6 (Tahap Urutan Peristiwa 5)


Peristiwa yang diidentifikasikan adalah rangkaian demontrasi kaum buruh di Amerika Serikat
dan menjalar di Eropa untuk menuntut pengurangan jam kerja.

Pargaraf 7 (Tahap Urutan Peristiwa 6)


Peristiwa yang diidentifikasikan tentang Kongres Buruh Internasional pada tahun 1889. Kongres
itu memutuskan pemogokan umum 1 Mei 1890 dan menjadikan tanggal 1 Mei sebagai Hari
Buruh se-Dunia.

Paragraf 8 (Tahap Reorientasi)


Yang didentikasikan adalah standar perburuhan internasional yaitu 8 jam kerja/hari atau 40
jam/minggu.

Kelompok V:

Adinda Triany Putri

Choiruriwayancanti F

M. Fariz Rizanda
Biografi Kapitan Pattimura Pahlawan Nasional dari Maluku

Perlawanannya terhadap penjajahan Belanda pada tahun 1817 sempat merebut benteng
Belanda di Saparua selama tiga bulan setelah sebelumnya melumpuhkan semua tentara Belanda
di benteng tersebut. Namun beliau akhirnya tertangkap. Pengadilan kolonial Belanda
menjatuhkan hukuman gantung padanya. Eksekusi yang dilakukan pada tanggal 16 Desember
1817 akhirnya merenggut jiwanya.
Dari sejarah tentang Pattimura yang ditulis M Sapija, gelar kapitan adalah pemberian
Belanda. Padahal tidak.
Menurut Sejarawan Mansyur Suryanegara atas saran abdul gafur, leluhur bangsa ini, dari
sudut sejarah dan antropologi, adalah homo religiosa (makhluk agamis). Keyakinan mereka
terhadap sesuatu kekuatan di luar jangkauan akal pikiran mereka, menimbulkan tafsiran yang
sulit dicerna rasio modern. Oleh sebab itu, tingkah laku sosialnya dikendalikan kekuatan-
kekuatan alam yang mereka takuti.
Jiwa mereka bersatu dengan kekuatan-kekuatan alam,
kesaktian-kesaktian khusus yang dimiliki seseorang. Kesaktian
itu kemudian diterima sebagai sesuatu peristiwa yang mulia dan
suci. Bila ia melekat pada seseorang, maka orang itu adalah
lambang dari kekuatan mereka. Dia adalah pemimpin yang
dianggap memiliki kharisma. Sifat-sifat itu melekat dan
berproses turun-temurun. Walaupun kemudian mereka sudah
memeluk agama, namun secara genealogis/silsilah/keturunan
adalah turunan pemimpin atau kapitan. Dari sinilah sebenarnya
sebutan kapitan yang melekat pada diri Pattimura itu bermula.
Perlawanan sejati ditunjukkan oleh pahlawan ini dengan
keteguhannya yang tidak mau kompromi dengan Belanda.
Beberapa kali bujukan pemerintah Belanda agar beliau bersedia
bekerjasama sebagai syarat untuk melepaskannya dari hukuman
gantung tidak pernah menggodanya. Beliau memilih gugur di tiang gantung sebagai Putra
Kesuma Bangsa daripada hidup bebas sebagai penghianat yang sepanjang hayat akan disesali
rahim ibu yang melahirkannya.
Dalam sejarah pendudukan bangsa-bangsa eropa di Nusantara, banyak wilayah Indonesia
yang pernah dikuasai oleh dua negara kolonial secara bergantian. Terkadang perpindahtanganan
penguasaan dari satu negara ke negara lainnya itu malah kadang secara resmi dilakukan, tanpa
perebutan. Demikianlah wilayah Maluku, daerah ini pernah dikuasai oleh bangsa Belanda
kemudian berganti dikuasai oleh bangsa Inggris dan kembali lagi oleh Belanda.
Thomas Matulessy sendiri pernah mengalami pergantian penguasaan itu. Pada tahun 1798,
wilayah Maluku yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda berganti dikuasai oleh pasukan Inggris.
Ketika pemerintahan Inggris berlangsung, Thomas Matulessy sempat masuk dinas militer Inggris
dan terakhir berpangkat Sersan.
Namun setelah 18 tahun pemerintahan Inggris di Maluku, tepatnya pada tahun 1816,
Belanda kembali lagi berkuasa. Begitu pemerintahan Belanda kembali berkuasa, rakyat Maluku
langsung mengalami penderitaan. Berbagai bentuk tekanan sering terjadi, seperti bekerja rodi,
pemaksaan penyerahan hasil pertanian, dan lain sebagainya. Tidak tahan menerima tekanan-
tekanan tersebut, akhirnya rakyat pun sepakat untuk mengadakan perlawanan untuk
membebaskan diri. Perlawanan yang awalnya terjadi di Saparua itu kemudian dengan cepat
merembet ke daerah lainnya diseluruh Maluku.
Di Saparua, Thomas Matulessy dipilih oleh rakyat untuk memimpin perlawanan. Untuk
itu, ia pun dinobatkan bergelar Kapitan Pattimura. Pada tanggal 16 mei 1817, suatu pertempuran
yang luar biasa terjadi. Rakyat Saparua di bawah kepemimpinan Kapitan Pattimura tersebut
berhasil merebut benteng Duurstede. Tentara Belanda yang ada dalam benteng itu semuanya
tewas, termasuk Residen Van den Berg.
Pasukan Belanda yang dikirim kemudian untuk merebut kembali benteng itu juga
dihancurkan pasukan Kapitan Pattimura. Alhasil, selama tiga bulan benteng tersebut berhasil
dikuasai pasukan Kapitan Patimura. Namun, Belanda tidak mau menyerahkan begitu saja
benteng itu. Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan mengerahkan pasukan
yang lebih banyak dilengkapi dengan persenjataan yang lebih modern. Pasukan Pattimura
akhirnya kewalahan dan terpukul mundur.
Di sebuah rumah di Siri Sori, Kapitan Pattimura berhasil ditangkap pasukan Belanda.
Bersama beberapa anggota pasukannya, dia dibawa ke Ambon. Di sana beberapa kali dia dibujuk
agar bersedia bekerjasama dengan pemerintah Belanda namun selalu ditolaknya.
Akhirnya dia diadili di Pengadilan kolonial Belanda dan hukuman gantung pun
dijatuhkan kepadanya. Walaupun begitu, Belanda masih berharap Pattimura masih mau berobah
sikap dengan bersedia bekerjasama dengan Belanda. Satu hari sebelum eksekusi hukuman
gantung dilaksanakan, Pattimura masih terus dibujuk. Tapi Pattimura menunjukkan kesejatian
perjuangannya dengan tetap menolak bujukan itu. Di depan benteng Victoria, Ambon pada
tanggal 16 Desember 1817, eksekusi pun dilakukan.
Kapitan Pattimura gugur sebagai Pahlawan Nasional. Dari perjuangannya dia
meninggalkan pesan tersirat kepada pewaris bangsa ini agar sekali-kali jangan pernah menjual
kehormatan diri, keluarga, terutama bangsa dan negara ini.

Kelompok V:
Kelompok V:
Adinda Triany Putri
Adinda Triany Putri
Choiruriwayancanti F
Choiruriwayancanti F
M. Fariz Rizanda
M. Fariz Rizanda

Anda mungkin juga menyukai