Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENANGANAN PRA BENCANA TANAH LONGSOR”

Di susun oleh :

1. Addinul Fitri, S.Kep


2. Aldi Kurnia Pratama, S.Kep
3. Bagaskara Putra, S.Kep
4. Bobi, S.Kep
5. Heni Suheri, S.Kep
6. Nova Andriani, S.Kep
7. Puteri Dianti, S.Kep
8. Ririana Dewi, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES PERINTIS PADANG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Tanah Longsor


Sub pokok bahasan : Penangan Bencana Tanah Longsor
Sasaran : Masyarakat
Tempat :
Waktu : ± 30 menit
Pelaksanaan : November 2019

I. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
setelah mendapatakan penyuluhan selama ± 30 menit, peserta penyuluhan
sasaran mampu memahami Ancaman dari Tanah Longsor
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat:
1. Menjelaskan Pengertian Tanah Longsor
2. Menjelaskan Tanda-tanda terjadinya Tanah Longsor
3. Menjelaskan Bahaya Timbul dari Tanah Longsor
4. Menjelaskan Cara Penanganan ketika terjadi Tanah Longsor
II. Pokok Materi
1. Pengertian Tanah Longsor
2. Tanda-tanda terjadinya Tanah Longsor
3. Dampak Bencana Tanah Longsor
4. Penanganan pra, bencana, dan pasca bencana
III. Sasaran
Masyarakat
IV. Strategi Pembelajaran
Tahap
No Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Klien Media Metode Waktu
Penyuluhan
1. Orientasi  Mengucapkan salam  Menjawab - - 5 menit
 Memperkenalkan  Mendengarkan
diri
 Menjelaskan tujuan  Mendengarkan
 Melakukan kontrak  Mendengarkan

2. Pelaksanaan  Melakukan  Mendengarkan Leaflet Ceramah 20


apersepsi Power Diskusi menit
 Menyampaikan  Mendengarkan Point
materi
 Menjelaskan materi  Mendengarkan

 Memberikan  Memberikan
kesempatan kepada pertanyaan
klien untuk
bertanya

3. Evaluasi  Memberikan  Menjawab Leaflet Diskusi 5 menit


pertanyaan terkait Power
dengan materi yang Point
telah diberikan
 Menarik kesimpulan  Memberikan
pendapat

 Memberi salam  Menjawab


penutup dan ucapan salam
terimakasih

V. Pengorganisasian
1. Hari/Tanggal, Tempat dan Waktu
Hari/tanggal : November 2019
Tempat :
Waktu : 08.00 – 08.30 WIB
2. Metode dan Media
Metode : Ceramah dan Diskusi
Media : Power Point dan Leaflet
3. Tim Pelaksana
Moderator : Ririana Dewi
Penyuluh : Addinul Fitri
Fasilitator : Bobi, Nova Andriana, Aldi Kurnia Pratama,
Puteri Dianti
Dokumentasi : Bagaskara Putra
Observer : Heni Suheri
4. Tugas dan Fungsi Tim Pelaksana
a. Moderator:
1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan diberikan
5. Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu
penyuluhan
6. Menulis pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.
7. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
8. Mengatur waktu kegiatan penyuluhan
b. Penyuluh:
1. Menggali pengetahuan keluarga tentang pengertian hemodialisa
dan diet bagi pasien yang menjalani hemodialisa
2. Menjelaskan materi mengenai hemodialisa dan diet bagi pasien
yang menjalani hemodialisa
3. Menjawab pertanyaan peserta
c. Fasilitator:
1. Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
2. Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
3. Memotivasi keluarga klien agar berpartisipasi dalam penyuluhan
4. Memotivasi keluarga untuk mengajukan pertanyaan saat
moderator memberikan kesempatan bertanya
5. Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta
6. Membagikan leaflet kepada peserta di akhir penyuluhan
d. Observer:
1. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2. Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta selama kegiatan
penyuluhan saat berlangsung

VI. Setting Tempat

Peserta penyuluhan duduk berhadapan dengan penyuluh

Keterangan :
: Penyuluh
: Moderator
: Fasilitator
: Observer
: Peserta
VII. Evaluasi
1. Menjelaskan Pengertian Tanah Longsor
2. Menjelaskan Tanda-tanda terjadinya Tanah Longsor
3. Menjelaskan Bahaya Timbul dari Tanah Longsor
4. Menjelaskan Cara Penanganan ketika terjadi Tanah Longsor

VIII. Referensi
https://id.wikipedia.org/wiki/Tanah_longsor
http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/
http://www.ibnurusydy.com/tips-bencana/tanah-longsor/
MATERI PENYULUHAN
PENANGANAN TANAH LONGSOR

A. Pengertian Tanah Longsor


Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu
peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masabatuan atau tanah dengan
berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.
B. Jenis-jenis Tanah Longsor
Ada enam jenis tabanyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan
rombakan.

1. Longsoran Translasi Longsoran translasi


adalah bergeraknya
massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir
berbentuk rata atau
menggelom-bang
landai.

2. Longsoran Rotasi Longsoran rotasi


adalah bergeraknya
massa tanah dan batuan
pada bidang gelincir
berbentuk cekung.

3. Pergerakan Blok Pergerakan blok adalah


perpindahan batuan
yang bergerak pada
bidang gelincir
berbentuk rata.
Longsoran ini disebut
juga longsoran
translasi blok batu.

4. Runtuhan batu terjadi


ketika sejumlah besar
batuan atau material
lain bergerak ke bawah
Runtuhan Batu dengan cara jatuh
bebas. Umumnya
terjadi pada lereng
yang terjal hingga
menggantung, terutama
di daerah pantai. Batu-
batu besar yang jatuh
dapat menyebabkan
kerusakan yang parah.

5. Rayapan Tanah Rayapan tanah adalah


jenis tanah longsor
yang bergerak lambat.
Jenis tanahnya berupa
butiran kasar dan
halus. Jenis tanah
longsor ini hampir
tidak dapat dikenali.
Setelah waktu yang
cukup lama, longsor
jenis rayapan ini bisa
menyebab-kan tiang-
tiang telepon, pohon,
atau rumah miring ke
bawah.
6. Aliran Bahan Rombakan Jenis tanah longsor ini
terjadi ketika massa
tanah bergerak
didorong oleh air.
Kecepatan aliran
tergantung pada
kemiringan lereng,
volume dan tekanan
air, dan jenis
materialnya.
Gerakannya terjadi di
sepanjang lembah dan
mampu mencapai
ratusan meter jauhnya.
Di beberapa tempat
bisa sampai ribuan
meter, seperti di daerah
aliran sungai di sekitar
gunungapi. Aliran
tanah ini dapat
menelan korban cukup
banyak.
C. Tanda-tanda terjadinya Tanah Longsor
Tanda-tanda secara umum
1. Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
2. Biasanya terjadi setelah hujan.
3. Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
4. Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

D. Faktor Penyebab Tanah Longsor


1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November
seiring meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah
besar. Muncul-lah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan
rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian
yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim
hujan, kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan
lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang
merekah itulah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng,
sehingga menimbulkan gerakan lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan,
pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar
tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
2. Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong.
Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut,
dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180
apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
3. Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat
dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng > 220. Tanah jenis ini
memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama bila terjadi hujan.
Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena
menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika udara terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Pada umumnya, batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen
berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang kuat.
Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses pelapukan
dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila terdapat pada lereng
yang terjal.
5. Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan,
perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan
persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat
tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor.
Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya
terjadi di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan,
getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya
adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak.
7. Susut muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan
lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi
longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
8. Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan
kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di
sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya
penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah.
9. Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu
akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi
terjal.
10. Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada
lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di
bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang
kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi
pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat
atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:
a. Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal
kuda.
b. Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena
tanahnya gembur dan subur.
c. Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
d. Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
e. Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran
kecil pada longsoran lama.
f. Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan
longsoran kecil.
g. Longsoran lama ini cukup luas.

12. Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)


Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:
a. Bidang perlapisan batuan
b. Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
c. Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang
kuat.
d. Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan
batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
e. Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
f. Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi
sebagai bidang luncuran tanah longsor.
13. Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul
dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah
dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah
dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir
Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang
lebih meninggal.

E. Dampak Bencana Gunung meletu


Adapun dampak negatif dari terjadinya bencana tanah longsor adalah sebagai
berikut:
1. Jatuhnya korban jiwa yang membuat sedih keluarga maupun kerabat.
2. Kerugian negara akibat rusaknya insfrastruktur yang tertimbun tanah longsor.
3. Perekonomian yang tersendat, khusunya di wilayah terjadinya tanah longsor.
4. Menurunnya harga tanah di daerah setempat.
5. Trauma psikis bagi para korban selamat sehingga menimbulkan berbagai
gangguan jiwa baik ringan maupun berat.
dampak positif dari bencana yang diakibatkan adanya pergerakan tanah adalah
sebagai berikut:
1. Memotivasi para peneliti untuk meneliti struktur dan kondisi tanah di berbagai
tempat, hal ini biasanya dilakukan oleh para ahli geologi.
2. Menjadikan sikap waspada dan siaga bagi orang-orang yang tinggal di daerah
rawan tanah longsor.
3. Menambah kepedulian kita terhadap korban tanah longsor dan kepedulian
terhadap sesama pada umumnya.
4. Meningkatkan kesadaran diri terkait dengan sebab terjadinya tanah longsor
seperti penebangan hutan dan perluasan lahan.

F. Pencegahan ancaman Tanah Longsor

PENCEGAHAN TERJADINYA BENCANA TANAH LONGSOR

Jangan mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat
pemukiman (gb. Kiri) Buatlah terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila
membangun permukiman (gb. kanan)

Segera menutup retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah
melalui retakan. (gb. kiri) Jangan melakukan penggalian di bawah lereng terjal. (gb.
kanan)
Jangan menebang pohon di lereng (gb. kiri) Jangan membangun rumah di bawah
tebing. (gb. kanan)

Jangan mendirikan permukiman di tepi lereng yang terjal (gb.kiri) Pembangunan


rumah yang benar di lereng bukit. (gb.kanan)

Jangan mendirikan bangunan di bawah tebing yang terjal. (gb.kiri) Pembangunan


rumah yang salah di lereng bukit. (gb.kanan)
Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak. (gb.kiri) Jangan mendirikan rumah di
tepi sungai yang rawan erosi. (gb.kanan)

G. Penanganan pra, bencana, dan pasca bencana


Sebelum Bencana Alam Tanah Longsor
Sebelum bencana alam tanah longsor terjadi, lakukanlah hal-hal berikut ini:
1. Hindari membangun rumah, perkantoran, pabrik, dll di kawasan yang
memiliki kemiringan lereng terjal.
2. Rencanakan sarana komunikasi dengan sesama anggota keluarga baik itu
menyedian HP, WT, HT dan saranan komunikasi lainnya.
3. Tentukan tempat yang aman untuk berkumpul apabila bencana alam tanah
longsor terjadi.
4. Siapkan perlengkapan darurat dalam Tas Siaga Bencana.
5. Melakukan Town Watching atau berkeliling tempat anda tinggal dan
mengamati kawasan-kawasan yang berbahaya dan kawasan-kawasan yang
aman apabilan bencana alam tanah longsor terjadi.
6. Perkuat tebing di kawasan anda tinggal dengan retaining wall atau metode
penguatan tebing lainnya.
7. Kenali tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor.

Ketika Bencana Alam Tanah Longsor


Apabila anda sudah melakukan beberapa tips di atas dan bencana alam tanah
longsor tidak dapat dihindari, maka ketika terjadi bencana alam tanah longsor,
lakukan hal-hal berikut ini:
1. Ketika musim penghujan tiba, tetaplah terjaga karena banyak korban tanah
longsor yang terjadi pada malam hari karena mereka tertidur. Usahakan
membuat jadwal piket selama musim penghujan.
2. Dengarkan informasi terkini dari radio, jadi bagi masyarakat yang tinggal di
kawasan rawan longsor harus memiliki radio baterai.
3. Segera menuju ke tempat evakuasi yang telah anda rencanakan sebelumnya
4. Hindari kawasan-kawasan lebah sungai.

Setelah Bencana Alam Tanah Longsor


Setelah bencana alam tanah longsor terjadi, berikut ini hal-hal yang harus anda
lakukan:
1. Tetap menjauh dari kawasan bekas tanah longsor.
2. Mendengarkan informasi melalui radio untuk mendapat kondisi terkini
tentang kejadian bencana alam tanah longsor yang melanda kawasan anda.
3. Lakukan pertolongan kepada orang lain yang menjadi korban bencana alam
tanah longsor.
4. Apabila anda melihat kawasan-kawasan yang rusak parah seperti jalan dan
jembatan yang putus, segera laporkan kepada pihak yang berwenang.
Informasi anda sangat bermanfaat dalam tindakan penyaluran bantuan dan
pihak terkait bisa memikirkan jalur alternatif.

Anda mungkin juga menyukai