Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. St. Rahmatul .M, S.Kep (201903005)
2. Utari Dwi. Z. A, S.Kep (201903017)
3. Yayuk Diah W. W, S.Kep (201903028)
4. Fita Annisatur. R, S.Kep (201903039)
5. Rahmanda Prastyka, S.Kep (201903041)
6. Nurul Istifaiyah, S.Kep (201903050)
7. Yesy Novitasari, S.Kep (201903060)
8. Febry Arum. A, S.Kep (201903069)
9. Ayu Oktaviana Putri, S.Kep (201903072)
10. Nur Diana, S.Kep (201903084)
11. M. Izni Zoga Prakasa, S.Kep (201903092)
12. Muhamad Romli. F, S.Kep (201903110)
13. Yeni Arianti, S.Kep (201903119)
14. Nadhifatun Nisa’, S.Kep (201903137)
15. Adi Surya Imawan, S.Kep (201903148)
Penyakit diabetes berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus
menerus sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf, dan struktur internal
lainnya. Kadar gula yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi kronis
jika diabetesnya tidak di kelola dengan baik (Afrida, 2017).
I. PENGANTAR
Penyuluh
1.
2.
Moderator
1.
Fasilitator
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Supervisor
Afrida. (2017). Hubungsn Efiksia Diri dengan Kualitas Hidup pada pasien
Diabetes Melitus Tipe II di Rumah Sakit, 10, 595.
A. Definisi DM
d. Usia
Resiko diabetes meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama
setelah usia 40 tahun, karena jumlah sel-sel beta di dalam pankreas yang
memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya umur.
e. Jenis Kelamin
Baik pria maupun wanita memiliki resiko yang sama besar untuk
mengidap diabetes sampai usia dewasa awal. Setelah usia 30 tahun, wanita
memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan pria. Wanita yang terkena
diabets selama kehamilan memiliki resiko lebih tinggi untuk terjangkit
diabetes Tipe II pada usia lanjut.
f. Infeksi pada kelenjar pankreas
Hormon insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Apabila sampai terjadi infeksi dalam tubuh dan
kebetulan menyerang pankreas Anda sehingga pankreas tidak bisa
memproduksi hormon insulin dengan baik, maka tanda-tanda diabetes
akan muncul. Jaga kesehatan Anda agar tidak terkena infeksi oleh kuman
atau bakteri. Kecelakaan atau cedera yang merusak pankreas juga bisa
merusak sel-sel beta, dan karenanya menyebabkan diabetes
g. Kurang aktivitas fisik seperti olahraga
Kebanyakan orang di zaman medern ini tidak sempat sama sekali
melakukan olahraga. Padahal demi tubuh yang sehat seseorang dianjurkan
untuk melakukan olah raga setiap harinya. Bila tidak olahraga akan
mengakibatkan efek lanjutan berupa obesitas. Sudah dijelaskan diatas,
bahwa obesitas itu sendiri menjadi penyebab dari diabetes melitus.
D. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar.
Insulin adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas.
Bila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk ke sel dengan akibat
glukosa akan tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di
dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun
dipacu oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan
terhadap insulin itu sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang
kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam
darah menjadi meningkat.
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk
mengalami diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes
mellitus tergantung insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)),
atau diabetes tipe I, terjadi bila seseorang tidak mampu untuk memproduksi
insulin endogen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes
ini terutama dialami oleh orang yang lebih muda.
Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling
sering pada penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe
NIDDM, yang lebih dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan
ketidakmampuan untuk memproduksi insulin [ CITATION Mic06 \l 1057 ]
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah
ancaman serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan, antara lain :
a. Pertama, komplikasi kronis yang dialami dalam hubungannya dengan
fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan perkemihan dapat lebih
menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami penurunan
akibat penuaan.
b. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik, suatu komplikasi
diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia, peningkatan
osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia [
CITATION Mic06 \l 1057 ]
a. Karbohidrat : 60%
b. Protein : 10-15%
c. Lemak : 20-25%
G. Penatalaksanaan DM
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan
interaksi dari tiga factor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan
preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus pantang gula dan makanan
yang manis untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada
penderita diabetes mellitus adalah 3J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu:
1. J I :jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
2. J 2 :jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
3. J 3 :jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan
manis)
2) Jenis Insulin
a. Insulin kerja cepat Jenis – jenisnya adalah regular insulin,
cristalin zink, dan semilente.
b. Insulin kerja sedang Jenis – jenisnya adalah NPH (Netral
Protamine Hagerdon)
c. Insulin kerja lambat Jenis – jenisnya adalah PZI (Protamine Zinc
Insulin)
4) Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat
mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien
tentang prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien
tentang membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih
sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang
adekuat dalam diet mereka.[ CITATION Mic06 \l 1057 ]
5) Pendidikan
Pendidikan yang dapat diberikan pada lansia antara lain, diet yang
harus dikosumsi, manfaat latihan atau olahraga, penggunaan insulin,
informasi mengenai diabetes melitus apabila tidak diobati, menjelaskan
prognosis atau dampak kedepannya mengenai penyakit tersebut, dan lain-
lain.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus, sedikitnya 2 kali
pemeriksaan:
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
(Suddarth, Brunner, 2002)
.1.4. Komplikasi DM
Kadar gula darah yang sangat tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada pembuluh darah , saraf, dan organ tubuh. Diabetes termasuk penyakit
kronis yang berkembang secara bertahap, hingga akhirnya bisa memicu
sejumlah komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. Berikut adalah
sejumlah komplikasi yang umumnya dialami oleh penderita DM.
1. Penyakit Kardiovaskular
Penderita diabetes memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit
jantung, stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
2. Kerusakan saraf atau neuropati
kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh
darah halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya sensasi
kesemutan atau perih yang biasanya berawal dari ujung jari tangan
dan kaki, lalu menyebar ke bagian tubuh lain. Neuropati pada sistem
pencernaan dapat memicu mual, muntah, diare, atau konstipasi.
3. Kerusakan pada organ kaki
Neuropati atau terhambatnya aliran darah pada kaki penderita diabetes
berkemungkinan meningkatnya resiko komplikasi kesehatan kaki
yang biasanya terlambat disadari. Sekitar 10% penderita diabetes
mengalami infeksi serius akibat luka atau goresan kecil pada kaki.
Gejala komplikasi kaki yang harus diwaspadai adalah pembengkakan,
kulit terasa panas saat disentuh, serta luka yang tidak kunjung sembuh.
4. Kerusakan mata
Khususnya retina, retinopati muncul saat terjadinya masalah pada
pembuluh darah di retina yang dapat mengakibatkan kebutaan jika
dibiarkan. Glaukoma dan katarak kuga termasuk komplikasi yang
mungkin terjadi pada penderita diabetes.
5. Kerusakan ginjal
Ginjal memiliki jutaan pembuluh darah halus yang menyaring limbah
dari darah. Jika pembuluh darah halus tersebut tersumbat atau bocor,
maka kinerja ginjal akan menurun. Kerusakan parah pada ginjal dapat
menyebabkan gagal hinjal yang membutuhkan dialisis (proses cuci
darah) atau bahkan transplantasi ginjal.
6. Disfungsi seksual
Kerusakan pembuluh darah halus serta saraf pada penderita diabetes
pria (terutama perokok) dapat mengakibatkan disfungsi ereksi. Pada
penderita diabetes wanita, komplikasi ini mungkin berupa kepuasan
sesksual menurun, kurangnya gairah seks, vagina yang kering, atau
gagal mencapai orgasme.
7. Gangguan kulit
Diabetes akan membuat penderitanya rentan terkena penyakit kulit
seperti seperti infeksi jamur maupun bakteri.
8. Keguguran
Kadar gula darah tinggi dapat membahayakan sang ibu dan janin.
Resiko keguguran dan kelahiran mati akan meningkat jika diabetes
gestasional tidak segera ditangani. Kadar gula darah yang tidak terjaga
pada awal kehamilan juga bisa mempertinggi resiko cacat lahir. Ibu
hamil yang menderita diabetes dianjurkan untuk memantau kadar gula
darahnya secara teratur.