DISUSUN OLEH:
NIM : 201903003
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa
( )
Mengetahui,
( ) ( )
KONSEP DASAR KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Banyak ahli menguraikan pengertian tentang keluarga. Terdapat pengertian yang
berbeda dalam hal mendefinisikan tentang keluarga. UU. No. 10 tahun 1992
mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri,
atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Pakar
konseling dari yogyakarta, Sayekti (1994) mendefinisikan keluarga adalah suatu ikatan/
persekutuan hidup atas dasar perkawinan antar orang dewasa yang berlainan jenis yang
hidup bersama atau seorang laki-laki atau perempuan yang sudah sendirian dengan atau
tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi yang tinggal dalam sebuah rumah tangga.
Dari beberapa pengertian tentang keluarga tersebut di atas maka dapat disimpulkan
bahwa keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi.
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah
mereka tetap memperhatikan satu sama lain.
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial
a. Tujuan dasar keluarga
Bergabungnya dua orang atau lebih yang membentuk keluarga, mempunyai
suatu tujuan. Menurut Friedman (1998) tujuan utama keluarga adalah sebagai
perantara yaitu menanggung semua harapan dan kewajiban-kewajiban masyarakat
serta membentuk dan mengubah sampai taraf tertentu hingga dapat memenuhi
kebutuhan dan kepentingan setiap individu dalam keluarga.
2. Tipe/Bentuk Keluarga
Keluarga merupakan salah satu bagian dari bidang garap dunia keperawatan, oleh
karena itu supaya perawat bisa memberikan asuhan keperawatan dengan tepat, perawat
harus memahami tipe keluarga yang ada yaitu sebagai berikut :
2.2.1 Tradisional
a. The Nuclear family (keluarga inti) : keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak
b. The dyad family : keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
c. Keluarga usila : Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan
anak yang sudah memisahkan diri.
d. The childless family : Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena mengejar
karier/pendidikan yang terjadi pada wanita.
e. The extended family : Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup
bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua
(kakek-nenek), keponakan
f. The single parent family : Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau
ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan
ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)
g. Commuter family : Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat ”weekend”
h. Multigenerational family : Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
i. Kin-network family : Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau
saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang
sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)
j. Blended family : Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
k. The single adult living alone/single adult family : Keluarga yang terdiri dari orang
dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau
ditinggal mati)
ii. Non-Tradisional
a. The unmarried teenage mother : Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family : Keluarga dengan orang tua tiri
c. Commune family : Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexsual cohabiting family : Keluarga yan ghidup
bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
e. Gay and lesbian families : Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana ”marital pathners”
f. Cohabitating couple : Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan
karena beberapa alasan tertentu
g. Group-marriage family : Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.
h. Group network family : Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family : Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
j. Homeless family : Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang : Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
5. Struktur Keluarga
1. Struktur Keluarga Berdasarkan garis keturunan
a. Patrilinear. Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak,saudara sedarah, dalam
berbagai generasidimana hubungan itu menurut garis keturunan ayah.
b. Matriliniar.Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak, saudara dalam berbagai
generasi dimana hubungan itu menurut garis keturunan ibu.
2. Berdasarkan jenis perkawinan
a. Monogami adalah keluarga dimana terdapat seorang suami dan istri.
b. Poligami adalah keluarga diman terdapat seorang suami dan lebih dari orang istri
3. Berdasarkan pemukiman
a. Patrilokal adalah pasangan suami istri,tinggal bersama atau dekat keluarga sedarah
suami
b. Matrilokal adalah pasangan suami istri, tinggal bersama atau dekat dengan sedarah
istri.
c. Neolokal adalah pasangan suami istri, tinggal jauh dari keluarga suami maupun istri.
4. Berdasarkan kekuasaan
a. Keluarga kabapaan. Dalam keluarga suami memegang peranan paling penting
b. Keluarga keibuan. Dalam hubungan keluarga istri memegang peranan paling penting
c. Kaluarga setara. Peranan suami istri kurang lebih seimbang.
5. Peranan Keluarga
Posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan
pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peranan Ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peranan Ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah
tambahan dalam keluarganya.
3. Peranan Anak : Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978:2) dalam proses keperawatan keluarga terdapat
berbagai bentuk proses keperawatan kesehatan dimana perawatan kesehatan keluarga
adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada
keluarga sebagai unit terkecil d\atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagi
tujuannya dan melalui perawatan kesehatan sebagai sarananya. Sedangkan menurut
Effendi (1998:46) Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara
sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga,
merencanakan asuhan keperawatan dan melaksanakan intervensi terhadap keluarga sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan mengevaluasi mutu hasil asuhan keperawatan
yang dilaksanakan terhadap keluarga.
Proses keperawatan merupakan pusat bagi semua tindakan keperawatan, yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apa saja, dalam kerangka referensi tertentu, konsep tertentu,
teori atau falsafah (Yora & Walsh, 1979 dikutip oleh Friedman, 1998:54).
a. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan
informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya (Suprajitno, 2004:29).
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan
sederhana (Suprajitno: 2004).
Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal, dan tipe keluarga.
Pada umumnya penderita hipertensi merupakan penyakit yang dipengaruhi oleh
pola hidup terutama pola hidup yang salah, pola hidup yang berhubungan dengan
emosi yang negative seperti emosi yang tidak terkendali atau temperamental,
ambisius, pekerja kerasyang tidak tenang, takut dan kecemasan yang berlebihan
(Indomedia, 2002).
c. Pengobatan tradisional
Keluarga dapat mengobati hipertensi dengan pengobatan tradisional, yaitu
minum sari bawang putih yang ditumbuk halus dan diberi air secukupnya di minum
pagi dan sore (Hariadi, 2001:26). Hipertensi akan menjadi parah dan menimbulkan
komplikasi bila pasien tidak memilih pengobatan tradisional hipertensi yang benar
dan tepat justru akan memperparah dan bahkan akan menimbulkan gangguan pada
organ lain seperti hati, ginjal dan lambung.
4) Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya peningkatan tekanan
darah. Serangan hipertensi dapat timbul sesudah atau waktu melakukan kegiatan
fisik, seperti olah raga.
5) Data Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti lantai rumah,
penerangan dan fentilasi yang baik dapat mengurangai factor penyebab terjadinya
hipertansi dan juga ketenangan dalam rumah tangga dapat memperkecil serangan
hipertensi.
b. Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman,1998 :22) derajad kesehatan dipengaruhi oleh lingkungan.
Ketenangan lingkungan sangat mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali
pada hipertensi
6) Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi
Menurut (Nursalam, 2001:26) Semua interaksi perawat dengan pasien adalah
berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi teurapetik merupakan suatu tekhnik
diman usaha mengajak pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun non verbal, empati
dan rasa kepedulian yang tinggi.
b. Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan
yang otoriter dapat menyebabkan stress psikologik yang mempengaruhi dalam
hipertensi.
c. Struktur peran
Bila anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang dilakukan,
maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran,
dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan
maka akan mengakibatkan ketegangan dalam keluarga (Friedman, 1998).
7) Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya yang menderita
hipertensi, maka akan menimbulkan stressor tersendiri bagi penderita. Hal ini akan
menimbulkan suatu keadaan yang dapat menambah seringnya terjadi serangan
hipertensi karena kurangnya partisipasi keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit (Friedman, 1998).
b. Fungsi sosialisasi .
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga yang menderita
hipertensi dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak
memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan anggota
keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi labil dan
mudah stress.
c. Fungsi kesehatan
Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanganannya
a) Mengenal masalah kesehatan
Ketidaksanggupan keluarga mengenal masalah kesehatan pada keluarganya,
salah satunya adalah disebabkan karena kurang pengetahuan (Effendy, 1998:50).
Bila keluarga tidak mampu mengenali masalah hipertensi yang disertai anggota
keluarganya, maka hipertensi akan berakibat terjadinya komplikasi.
b) Mengambil keputusan.
Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat, disebabkan karena tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya
masalah tidak begitu menonjol (Eendy, 1998:50).
b. Diagnosa keperawatan
Menurut pendapat Friedman (1998:59) diagnosa keperawatan keluarga
merupakan perpanjangan dari diagnosa-diagnosa keperawatan terhadap sistem
keluarga dan merupakan hasil dari pengkajian. Diagnosa keperawatan keluarga di
dalamnya termasuk masalah-masalah kesehatan yang aktual dan potensial.
Dengan pengertian diatas yang telah disampaikan para ahli, keluarga merupakan
satu tipe kelompok dimana diagnosa keperawatan dapat diberlakukan, meskipun
demikian, diagnosa keperawatan masih berorientasi pada individu. Diagnosa yang
mungkin muncul dalam keluarga dengan penyakit hipertensi menurut Doenges
(2000:152) antara lain nyeri kepala, insomnia, gang perfusi jaringan, penurunan curah
jantung, intoleransi aktifitas, nyeri dada dan resti injuri (diplopia).
1) Prioritas masalah
Menurut Effendy (1998:52) hal-hal yang perlu diperhatikan dala penyusunan
prioritas masalah adalah tidak mungkin masalah-masalah kesehatan dan
keperawatan yang ditemukan dalam keluarga diselesaikan sekaligus, perlu
mempertimbangkan masalah-masalah yang dapat mengancam kesehatan seperti
masalah penyakit.
4 Menonjolnya masalah
Skala :
Segera 2
Tidak perlu 1 1
Tidak dirasakan 0
Cara Skoring :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria
2. Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.
Skor
X bobot
Angka Tertinggi
Potensial masalah hipertensi untuk dicegah, adalah sifat dan beratnya masalah
berhubungan dengan hipertensi yang timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan, misalnya dengan memberikan informasi tentang
hipertensi, cara mencegah terjadinya serta menganjurkan penderita hipertensi untuk
memeriksakan kesehatannya ke tempat palayanan kesehatan (puskesmas, rumah
sakit, dan dokter).
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam melihat potensi pencegahan masalah
hipertensi berhubungan dengan jangka waktu terjadinya masalah hipertensi.
Keadaan ini erat hubungannya dengan beratnya masalah hipertensi pada keluarga
dan potensi masalah untuk dicegah. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah adanya
keiompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang sangat peka menambah
potensi untuk mencegah masalah hipertensi (Effendy, 1998:54).
4. Klasifikikasi Hipertensi
a. Klasifikasi berdasarkan Etiologi
Menurut Aspiani (2016), Suddarth, (2016) penyakit darah tinggi atau hipertensi
dikenal dengan 2 klasifikasi, diantaranya hipertensi primer dan sekunder:
1) Hipertensi esensial (primer)
Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi. Dimana sampai saat ini belum
diketahui penyebab pasti. Beberapa faktor yang berpengaruh dalam terjadinya hipertensi
essensial, seperti: faktor genetik, stress dan psikologis, serta faktor lingkungan dan diet
(peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium dan kalsium)
2) Hipertensi sekunder
Pada hipertensi sekunder, penyebab dari patofisiologi dapat diketahui dengan jelas
sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-obatan. Penyebab hipertensi sekunder
diantaranya berupa kelainan ginjal seperti tumor, diabetes, kelainan adrenal, kelainan aorta,
kelainan endokrin lainya seperti obesitas, resistensi insulin, hipertiroidisme, dan pemakaian obat-
obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid.
b. Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi
Menurut Ignatavicius (2009) hipertensi dapat diklasifikasikan dalam beberapa kategori
berdasarkan pada JNC VII (The Seventh Joint National Commitee on Prevention Detection,
Evaluation, and Treatment of High Pressure) yaitu:
4. Hipertensi
Patofisiologi
Menurut Putri (2013) mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis, dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpati.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskanya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonrtiksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap enorepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainya, yang dapat memperkuat respon vasokontrikstor
pembuluh darah. Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada giliranya merangsa sekresi aldosterone dan
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relasasi otot polos pembuluh darah yang pada giliranya menurunkan
kemampuan distensi dan daya regang pembuluhdarah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuanya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Price, 2006).
WOC
Gangguan rasa
Intoleransi oedema
nyaman nyeri
aktivitas
Gangguan
keseimbangan
cairan
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Aspiani (2016) pemeriksaan penunjang yang sebaiknya dilakukan adalah :
a. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
b. Pemeriksaan retina
c. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung
d. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
e. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
f. Pemeriksaan : renjogram, pielogram intravena anterior renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
g. Foto dada dan CT scan
9. Komplikasi
Menurut Williams (2007), Aspiani (2016) komplikasi hipertensi yaitu :
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Proteinuria dan gangguan fungsi ginjal
c. Aterosklerosi pembuluh darah
d. Retinopati
e. Stroke atau Transient ischemic attack (TIA)
f. Infark miokard
g. Angina pectoris
h. Gagal jantung
Tekanan kerusakan darah tinggi pembuluh kecil dari jantung, otak, ginjal, dan retina. Hasilnya
adalah gangguan fungsional progresif dari organ-organ ini, dikenal sebagai penyakit sasaran-
organ.
10. Penatalaksanaan
Menurut Williams (2007), Aspiani (2016) tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi
adalah menurunkan menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas
yang berkaitan. Tujuan terapi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah
140 mmHg dan diastolik dibawah 90 mmHg dan mengontrol faktor resiko. Penatalaksanaan
yang dapat dilakukan antara lain :
a. Penatalaksanaan Nonfarmakologi :
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan memodifikasi dengan memodifikasi gaya hidup
sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi Penatalaksanaan hipertensi dengan
nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan
tekanan darah yai
1. Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai Body Mass Index (BMI) dengan rentang 18,5-
24,9 kg/m2). BMI dapat diketahui dengan membagi berat badan anda dengan tinggi badan anda
yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Mengatasi obesitas (kegemukan) juga dapat
dilakukan dengan melakukan diet rendah kolesterol namun dengan kaya serat dan protein, dan
jika berhasil menurunkan badan 2,5-5kg maka tekanan darah diastolic dapat diturunkan sebanyak
5 mmHg
2. Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara diet rendah garam yaitu tidak lebih
dari 100mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari). Jumlah yang lain dengan
mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1 sendok teh) setiap hari. Pengurangan
konsumsi garam menjadi ½ sendok teh/hari, dapat menurunkan sistolik sebanyak 5 mmHg dan
diastolik sekitar 2,5 mmHg.
3. Batasi konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan
tekanan darah. Para peminum berat mmpunyai resiko mengalami hipertensi empat kali lebih
besar dari pada mereka yang tidak minum minuman beralkohol.
4. Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Pertahankan asupan diet potassium (>90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara mengurangi
asupan lemak jenuh dan lemak total. Kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan
meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersama air kencing dengan setidaknya
menggonsumsi buah-buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan
potassium yang cukup.
5. Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapi
merokok dapat meningkatkan resiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung
dan stroke, maka perlu dihindari mengonsumsi tembakau (rokok) karena dapat memperberat
Meningkatkan hipertensi Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih keras karena
menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah,
maka pada penderita hipertensi dianjurkan nuntuk menghentikan kebiasaan merokok
6. aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi. Cara untuk meningkatkan
aktivitas fisik seperti melakukan olahraga aerobik seperti: bersepeda, berenang, berlari dan
berjalan cepat secara teratur setidaknya 30 menit sehari selama ≥ 3 kali seminggu.
7. Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stress
sering terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi. Menghindari stress
dengan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi penderita hipertensi dan
memperkenalkan berbagai metode relaksasi seperti yoga atau meditasi yang dapat mengontrol
system saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah
8. Terapi masase (pijat)
Prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar aliran
energi dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat diminimalisir, ketika
semua jalur energy terbuka dan aliran energy tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot dan
hambatan lain maka resiko hipertensi dapat dihentikan.
b. Pengobatan Farmakologi
Menurut Aspiani (2016) tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan
tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup
penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh komite dokter ahli hipertensi (Joint National
Committee on detection, evaluation and treatment of high blood preasure, USA, 2003)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE
dapat digunkan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan
penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatan meliputi:
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan di tubuh berkurang yang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (metildopa, klonidin dan reserpine) menghambat
aktivitas saraf simpatis
3) Beta blocker (metoprolol, propranolol dan atenolol)
a) Menurunkan daya pompa jantung
b) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
c) Pada penderita diabetes militus: dapat menutupi gejala hipoglikemia
4) Vasodilator (prasosin, hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.
5) ACE inhibitor (Captopril)
a) Menghambat pembentukan zat angiotensin II
b) Efek samping batuk kering , pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat reseptor angiotensin II pada reseptor sehingga memperingan
daya pompa jantung.
7) Antagonis kalsium (diltiazem dan verapamil
1. Pengkajian Keperawatan Komunitas
Pengkajian komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengarui
status kesehatan masyarakat (Anderson & Mc. Farlane). Pengkajian komunitas dilakukan
dengan mengaplikasikan beberapa teori dan konsep model asuhan keperawatan yang
releven. Informasi atau data ini dapat diperoleh secara langsung atau tidak langsung di
kumunitas.
a) Jenis Data Komunitas
Dalam pengkajian komunitas ada bebrapa data yang perlu dikumpulkan meliputi :
1 Data inti komunitas
Data inti komunitas yang dikaji terdiri dari :
a. sejarah / riwayat ( riwayat daerah ini, perubahan daerah ini)
b. demografi (usia,jenis kelmin,distribusi ras, distribusi etnis)
c. tipe keluarga (keluarga,bukan keluarga, kelompok)
d. status perkawinan(kawin,janda,duda,single)
e. statistic vital (kelahiran,kematian,kelompok usia dan penyebab
kematian)
f. nilai-nilai dan keyakinan dan agama
2 Data sub system komunitas
Data subsistem yang perlu di kumpulkan dalam pengkajian meliputi
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik : Kualitas air, pembungan limbah, kualitas udara,flora,
ruang terbuka, perumahan, daerah hijau, musim, binatang,kualitas
makanan dan akses.
b. Pelayanan kesehatan dan social
Pelayanan kesehatan dan social perlu dikaji di komunitas : puskesmas,
klinik, rumah sakit, pengobatan tradisionl, agen pelayanan kesehatan
dirumah, pusat emergency, rumah perawatan, fasilitas pelayanan social,
pelayanan kesehatan mental, apakah ada yang mengalami sakit akut atau
kronis.
c. Ekonomi
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan ekonomi meliputi
karakteristik keungan keluarga dan individu, status pekerja, kategori
pekerjaan dan jumlah penduduk yang tidak bekerja, lokasi industry, pasar
dan pusat bisnis
d. Transportasi dan keamanan
Data yang perlu dikumpulkan terkait dengan transportasi dan keamanan
meliputi alat transportasi penduduk datang dan keluar wikayah,
transportasi umum (bus,taksi,angkot, dll dan transprtasi privat (sumber
transportasi, transportasi untuk penyandang cacat. Layanan perlindngan
kebakaran, polisi,sanitasi dan kualitas udara.
e. Politik dan pemerintahan
data yang baru dikumpulkan meliputi : pemerintahan ( RT, RW,
desa/kelurahan, kecamatan, dsb), kelompok pelayanan masyarakat
(posyandu, PKK, karang taruna, posbindu, poskesdes, panti, dll); Politik
(kegiatan yang ada di wilayah tersebut, dan peran peserta partai politik
dalam pelayanan kesehatan)
f. Komunikasi
Data yang dikumpulkan terkait dengan komunikasi dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu : 1) Komunikasi formal meliputi surat kabar, radio dan
televise, telepon, internet, dan hotline; 2) Komunikasi informal meliputi :
papan pengumuman, poster, brosur, pengeras suara dari masjid, dll).
g. Pendidikan
Data terkait dengan pendidikan meliputi sekolah yang ada di komunitas,
tipe pendidikan, perpustakaan, pendidikan khusus, pelayanan kesehatan
disekolah, program makan siang di sekolah, akses pendidikan yang lebih
tinggi.
h. Rekreasi
Data terkait dengan rekreasi yang perlu di kumpulkan meliputi : taman,
area
bermain, perpustakaan, rekreasi umum dan privat, fasilitas khusus.
3 Data Persepsi
Data persepsi yang dikaji meliputi :
a. Persepsi masyarakat
Persepsi masyarakat yang dikaji terkait tempat tinggal yaitu bagaimana
perasaan masyarakat tentang kehidupan bermasyarakat yang di rasakan di
lingkungan tempat tinggal mereka, apa yang menjadi kekuatan mereka,
permasalahan, tanyakan pada masyarakat dalam kelompok yang berbeda
( misalnya, lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu rumah tangga, dll).
b. Persepsi perawat
Persepsi perawat berupa pernyataan umum tentang kondisi kesehatan dari
masyarakat apa yang menjadi kekuatan, apa masalahnya atau potensial
masalah yang dapat diidentifikasi.
Sumber data pada data primer berasal dari masyarakat langsung yang di
dapat dengan cara : 1) Survey epidemiologi; 2) pengamatan epidemiologi;
3) dan screening kesehatan.
Sedangkan pada data sekunder, data didapatkan dari data yang sudah ada
sebelumnya. Sumber data sekunder didapat dari :
1) Sarana pelayanan kesehatan, misalnya rumah sakit, puskesmas, atau
balai pengobatan.
2) Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya kementrian
kesehatan, dinas kesehatan, atau biro pusat statistic.
3) Absensi sekolah,industry, dan perusahaan.
4) Secara internasional, data dapat diperoleh dari data WHO,seperti :
laporan populasi dan statistic vital, population bulletin, dll.
Data yang d kumpulkan dalam pengkajian keperawatan komunitas
dapat diperoleh dengan metode wawancara, angket , observasi dan
pemeriksaan. Setelah data terkumpul, analisis data komunitas dapat
dilakukan dalam beberapa tahap yaitu kategorisasi, ringkasan,
perbandingan dan kesimpulan.
1) Kategorisasi. Data dapat dikategorikan dlam berbagai cara.
Pengkategorian data pengkajian komunitas diantaranya : a)
karakteristik demografi (komposisi keluarga, usia, jenis kelamin,
etnis dan kelompok ras ); b) karakteristik geografis ( batas wilayah,
jumlah dan besarnya kepala keluarga (KK), ruang public dan
jalan); c) karakteristik social-ekonomi (pekerjaan dan jenis
pekerjaan, tingkat pendidikan dan pola kepemilikan rumah); d)
sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit , puskesmas, klinik,
pusat kesehatan mental, dll).
2) Ringkasan . setelah melakukan kategorisasi data, maka tugas
berikutnya adalah meringkas data dalam setiap kategori.
Pernyataan ringkasan disajikan dalam bentuk ukuran seperti
jumlah, bagan dan grafik.
3) Perbandingan adalah melakukan analisis data meliputi identifikasi
kesenjanggan dasa dan tidak kesesuaian. Data pembanding sangat
diperlukan untuk mentapkan pola atau kecenderungan yang ada
atau jika data tidak benar dan perlu revalidasi yang membutuhkan
data asli. Perbedaan data dapat terjadi karena terdapat ksalahan
pencatatan data. Contoh perbandingan dapat dilakukan dengan
menggunakan data hasil pengkajian kmunitas dan
membandingkannya dengan data lain yang sama yang merupakan
standart yang diteteapkan untuk suatu wilayah kabupaten/kota,
atau provinsi atau nasional. Misalnya terkait dengan angka
kematian bayi atau IMR disuatu wilayah dibandingkan IMR
standart pada tingkat kabupaten atau kota.
4) Membuat kesimpulan. Setelah data yang dikumpulkan dan dibuat
keteria, ringkasan dan dibandingkan maka tahap akhir adalah
membuat kesimpulan secara logis dari peristiwa yang kemuadian
dibuatkan pernyataan penegakkan diagnosis keperawatan
komunitas.
2. Diagnosa Keperawatan Komunitas ( NANDA (2015-2017) dan ICNP
a. Defisiensi kesehatan komunitas
b. Perilaku kesehata cenderung beresiko
c. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
d. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri
e. Ketidakefektivan management therapeutic keluarga
f. Deficit pengetahuan tentang latihan
g. Resiko terjadinya penyakit
h. Resiko cidera lingkungan
i. Kemampuan mempertahankan performa kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient
Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I Made Kariasa, Et. All. 2000. Jakarta: EGC
Effendy. N (1998). Dasar- dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC
Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih Bahasa:
Debora R. L & Asy. Y, Jakarta: EGC
Long. Barbara. C. Essential of Medical Surgical Nursing, Penerjemah. Karnaen R, Et. All, Edisi
ke 3. 1996. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran.
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis dan NANDA NIC –NOC, Jilid 1 Edisi Revisi. Media Action Publishing
Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8.
Jakarta: EGC
Nurarif Amin Huda dan Kusuma Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Cetakan 1. Jogja : Mediaction Publishing.
Price, Sylvia & Wilson, Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.