Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.

S
DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBIN

Disusun oleh :

Nama : Selgia Siahaya


Nim : 2008079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020
TINJAUAN TEORI

A. Batasan-Batasan
1. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah Ikterus yang
memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
 Timbul pada hari kedua-ketiga
 Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg% pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
 Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
 Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
 Ikterus hilang pada 10 hari pertama
 Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu

2. Ikterus Patologis/Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau tidak ditanggulangi
dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Brown
menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup
bulan, dan 15 mg % pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg
%.

3. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama
pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah
, dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

D. Etiologi
1. Peningkatan produksi :
 Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus
dan ABO.
 Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
 Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
 Defisiensi G6PD/ Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase.
 Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid).
 Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat lahir rendah.
 Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
2. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
3. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksion yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti Infeksi ,
Toksoplasmosis, Siphilis.
4. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
5. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

E . Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah
Bilirubin yang larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam
air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya
hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin
binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah
matang dan menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai
sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat patologis.
Diagram Metabolisme Bilirubin

ERITROSIT

HEMOGLOBIN

HEM GLOBIN

BESI/FE BILIRUBIN INDIREK Terjadi pada


( tidak larut dalal air ) Limpha, Makofag

BILIRUBIN BERIKATAN Terjadi dalam


DENGAN ALBUMIN plasma darah

MELALUI HATI

BILIRUBIN BERIKATAN Hati


DENGAN GLUKORONAT/
GULA RESIDU BILIRUBIN
DIREK
( larut dalam air )

BILIRUBIN DIREK
DIEKSRESI KE KANDUNG
EMPEDU
Melalui
Duktus Billiaris
KANDUNG EMPEDU KE
DEUDENUM

BILIRUBIN DIREK DI
EKSKRESI MELALUI URINE
& FECES
F. Patofisiologi Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan .
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat
peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia.
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan
peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y
dan Z berkurang, atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang
memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan
gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi
misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah
melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir
Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).
G. Penata Laksanaan Medis
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari
Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan Anemia
2. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
3. Meningkatkan Badan Serum Albumin
4. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya
dengan intensitas yang tinggi ( a boun of fluorencent light bulbs or bulbs in the
blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi
menurunkan kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin
tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah
Bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin.
Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme
difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke
Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam
Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati
(Avery dan Taeusch 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar
mengoksidasi Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar
Bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis
dapat menyebabkan Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4
-5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus
di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan
mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama
pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir Rendah.

Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2. Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3. Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam
pertama.
4. Tes Coombs Positif
5. Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6. Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7. Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8. Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9. Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
1. Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi
(kepekaan)
3. Menghilangkan Serum Bilirubin
4. Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan
keterikatan dengan Bilirubin

Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera


(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar
Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai stabil.

Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi
pertentangan karena efek sampingnya (letargi).
Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine
sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.

Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:


1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sbb:
 Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
 Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-
kadang Bakteri)
 Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.

Pemeriksaan yang perlu dilakukan:


 Kadar Bilirubin Serum berkala.
 Darah tepi lengkap.
 Golongan darah ibu dan bayi.
 Test Coombs.
 Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi
Hepar bila perlu.

2. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.


 Biasanya Ikterus fisiologis.
 Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau
golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat
misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
 Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih
mungkin.
 Polisetimia.
 Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis,
pendarahan Hepar, sub kapsula dll).

Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan


yang perlu dilakukan:
 Pemeriksaan darah tepi.
 Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
 Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
 Pemeriksaan lain bila perlu.

3. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.
 Sepsis.
 Dehidrasi dan Asidosis.
 Defisiensi Enzim G6PD.
 Pengaruh obat-obat.
 Sindroma Criggler-Najjar, Sindroma Gilbert.

4. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:


 Karena ikterus obstruktif.
 Hipotiroidisme
 Breast milk Jaundice.
 Infeksi.
 Hepatitis Neonatal.
 Galaktosemia.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan:
 Pemeriksaan Bilirubin berkala.
 Pemeriksaan darah tepi.
 Skrining Enzim G6PD.
 Biakan darah, biopsi Hepar bila ada indikasi.

ASUHAN KEPERAWATAN
Untuk memberikan keperawatan yang paripurna digunakan proses keperawatan
yang meliputi Pengkajian, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

Pengkajian
1. Riwayat orang tua :
Ketidakseimbangan golongan darah ibu dan anak seperti Rh, ABO, Polisitemia, Infeksi,
Hematoma, Obstruksi Pencernaan dan ASI.
2. Pemeriksaan Fisik :
Kuning, Pallor Konvulsi, Letargi, Hipotonik, menangis melengking, refleks menyusui
yang lemah, Iritabilitas.
3. Pengkajian Psikososial :
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua merasa bersalah,
masalah Bonding, perpisahan dengan anak.

4. Pengetahuan Keluarga meliputi :


Penyebab penyakit dan pengobatan, perawatan lebih lanjut, apakah mengenal keluarga
lain yang memiliki yang sama, tingkat pendidikan, kemampuan mempelajari
Hiperbilirubinemia (Cindy Smith Greenberg. 1988)

2. Diagnosa, Tujuan , dan Intervensi


Berdasarkan pengkajian di atas dapat diidentifikasikan masalah yang memberi
gambaran keadaan kesehatan klien dan memungkinkan menyusun perencanaan asuhan
keperawatan. Masalah yang diidentifikasi ditetapkan sebagai diagnosa keperawatan
melalui analisa dan interpretasi data yang diperoleh.
1. Diagnosa Keperawatan : Kurangnya volume cairan sehubungan dengan tidak
adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare.
Tujuan : Cairan tubuh neonatus adekuat
Intervensi : Catat jumlah dan kualitas feses, pantau turgor kulit, pantau intake output,
beri air diantara menyusui atau memberi botol.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan suhu tubuh (hipertermi) sehubungan dengan
efek fototerapi
Tujuan : Kestabilan suhu tubuh bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Beri suhu lingkungan yang netral, pertahankan suhu antara 35,5 - 37 C,
cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.

3. Diagnosa Keperawatan : Gangguan integritas kulit sehubungan dengan


hiperbilirubinemia dan diare
Tujuan : Keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan
Intervensi : Kaji warna kulit tiap 8 jam, pantau bilirubin direk dan indirek , rubah posisi
setiap 2 jam, masase daerah yang menonjol, jaga kebersihan kulit dan
kelembabannya.

4. Diagnosa Keperawatan : Gangguan parenting sehubungan dengan pemisahan


Tujuan : Orang tua dan bayi menunjukan tingkah laku “Attachment” , orang tua dapat
mengekspresikan ketidak mengertian proses Bounding.
Intervensi : Bawa bayi ke ibu untuk disusui, buka tutup mata saat disusui, untuk
stimulasi sosial dengan ibu, anjurkan orangtua untuk mengajak bicara anaknya,
libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan, dorong orang tua
mengekspresikan perasaannya.

5. Diagnosa Keperawatan : Kecemasan meningkat sehubungan dengan therapi yang


diberikan pada bayi.
Tujuan : Orang tua mengerti tentang perawatan, dapat mengidentifikasi gejala-gejala
untuk menyampaikan pada tim kesehatan
Intervensi :
Kaji pengetahuan keluarga klien, beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning,
proses terapi dan perawatannya. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara
perawatan bayi dirumah.

6. Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan efek fototherapi


Tujuan : Neonatus akan berkembang tanpa disertai tanda-tanda gangguan akibat
fototherapi
Intervensi :
Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya, biarkan neonatus dalam
keadaan telanjang kecuali mata dan daerah genetal serta bokong ditutup dengan kain
yang dapat memantulkan cahaya; usahakan agar penutup mata tida menutupi hidung
dan bibir; matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya konjungtivitis
tiap 8 jam; buka penutup mata setiap akan disusukan; ajak bicara dan beri sentuhan
setiap memberikan perawatan.

7. Diagnosa Keperawatan : Potensial trauma sehubungan dengan tranfusi tukar


Tujuan : Tranfusi tukar dapat dilakukan tanpa komplikasi
Intervensi :
Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan; basahi umbilikal dengan
NaCl selama 30 menit sebelum melakukan tindakan, neonatus puasa 4 jam sebelum
tindakan, pertahankan suhu tubuh bayi, catat jenis darah ibu dan Rhesus serta darah
yang akan ditranfusikan adalah darah segar; pantau tanda-tanda vital; selama dan
sesudah tranfusi; siapkan suction bila diperlukan; amati adanya ganguan cairan dan
elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang; monitor pemeriksaan laboratorium sesuai
program.

Aplikasi Discharge Planing.


Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi dengan
hiperbilirubin (seperti rangsangan, latihan, dan kontak sosial) selalu menjadi tanggung
jawab orang tua dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan gambaran yang
diberikan selama perawatan di Rumah Sakit dan perawatan lanjutan dirumah.

Faktor yang harus disampaikan agar ibu dapat melakukan tindakan yang terbaik dalam
perawatan bayi hiperbilirubinimea (warley &Wong, 1994):
1. Anjurkan ibu mengungkapkan/melaporkan bila bayi mengalami gangguan-
gangguan kesadaran seperti : kejang-kejang, gelisah, apatis, nafsu menyusui
menurun.
2. Anjurkan ibu untuk menggunakan alat pompa susu selama beberapa hari untuk
mempertahankan kelancaran air susu.
3. Memberikan penjelasan tentang prosedur fototherapi pengganti untuk menurunkan
kadar bilirubin bayi.
4. Menasehatkan pada ibu untuk mempertimbangkan pemberhentian ASI dalam hal
mencegah peningkatan bilirubin.
5. Mengajarkan tentang perawatan kulit :
 Memandikan dengan sabun yang lembut dan air hangat.
 Siapkan alat untuk membersihkan mata, mulut, daerah perineal dan daerah
sekitar kulit yang rusak.
 Gunakan pelembab kulit setelah dibersihkan untuk mempertahankan
kelembaban kulit.
 Hindari pakaian bayi yang menggunakan perekat di kulit.
 Hindari penggunaan bedak pada lipatan paha dan tubuh karena dapat
mengakibatkan lecet karena gesekan
 Melihat faktor resiko yang dapat menyebabkan kerusakan kulit seperti
penekanan yang lama, garukan .
 Bebaskan kulit dari alat tenun yang basah seperti: popok yang basah karena
bab dan bak.
 Melakukan pengkajian yang ketat tentang status gizi bayi seperti : turgor
kulit, capilari reffil.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah :


1. Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38  celsius)
2. Perawatan tali pusat / umbilikus
3. Mengganti popok dan pakaian bayi
4. Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak
dengan sesuatu yang baru
5. Temperatur / suhu
6. Pernapasan
7. Cara menyusui
8. Eliminasi
9. Perawatan sirkumsisi
10. Imunisasi
11. Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya :
 letargi ( bayi sulit dibangunkan )
 demam ( suhu > 37  celsius)
 muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x)
 diare ( lebih dari 3 x)
 tidak ada nafsu makan.
12. Keamanan
 Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting)
yang mudah dijangkau oleh bayi / balita.
 Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya
 Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan mobil atau
sarana lainnya.
 Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara - saudaranya.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak and Jansen (1984), Etential of Nursing. St. Louis : The CV Mosby Company
Hawkins, J.W. and Gorsine, B. (1985), Post Partum Nursing, New York: Springen
Nelson J.P. and May, K.A.(1986), Comprehensive Maternity Nursing. Philadelphia :
J.B. Lippincot Company.
Reeder,S.J. et al.(1983), Maternity Nursing, Philadelphia : J.B. Lippincot Company.
ASUHAN KEPERAWATAN PAda BAYI NY.S
DENGAN DIAGNOSA HIPERBILIRUBIN

A. Identitas Klien
1. Nama : An.E
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 4 hari
4. Berat Badan : 2600 kg
5. Alamat : Sendang Mulyo
6. Agama : Islam

Penanggung Jawab
1. Nama : Tn. A
2. Usia : 37 thn
3. Hubungan dengan klien : Ayah Kandung
4. Pekerjaan : Swasta
5. Nama Ibu : Ny. S
6. Usia : 35 th
7. Pekerjaan : IRT
8. Agama : Islam
9. Alamat : Jln. Sendang Mulyo

B. Keluhan Utama
Badan bayi bewarna kuning

C. Keluhan saat dikaji


Bayi dalam keadaan lemah, klien muntah, mendapat foto therapy dan tampak
kuning diseluruh permukaan tubuh.

D. Riwayat Perjalanan Penyakit


Bayi lahir dengan Sectio caesaria di Rumah Bersalin Ibunda, saat lahir bayi
langsung menangis, lahir jam 12.40 dengan BBL 2600 gr, PB : 49 cm, LK : 34 cm,
ibu bayi dengan  placenta previa, datang ke RS lewat IGD pada tanggal 27-06-2020
dan dibawa keruang nicu pada tanggal 1-07-2020 jam 08.40 wib dengan keluhan
nafas cepat, syanosis, nampak kuning diseluruh permukaan tubuh.

E. Riwayat Penyakit Sebelumnya


Karena umur bayi baru 4 hari, maka tidak ada riwayat penyakit bayi yang pernah di
alami sebelumnya.

F. Riwayat  Kehamilan
Usia kehamilan : 47-48 minggu
Anak ke : 6 (enam)
Penyakit ibu :-
Gerakan janin : Dirasakan
Hamil ke : 6 (enam)
Rencana KB : Setelah bayi lahir ibu disarankan steril dan ibu setuju
ANC : Posyandu 4x teratur, bidan 2x teratur.
TT : 2x lengkap

G. Riwayat Kehamilan yang lalu


Anak Ke 1          : Meninggal sejak lahir
Anak Ke 2          : Laki-laki, lahir spontan dibantu oleh dukun, usia 13 thn.
Anak Ke 3          : Laki-laki, lahir spontan dibantu oleh dukun, usia 10 thn.
Anak Ke 4          : Meninggal sejak lahir.
Anak Ke 5          : Laki-laki, lahir dengan secsio cesaria, usia 3 thn.
Anak Ke 6          : An. E

H. Riwayat Persalinan
Bayi lahir : 27 Juni 2020 jam 12.40 Wib, dengan Secsio Cesaria,
BBL. PB,LK : 2600 gr, 49 cm, 34 cm.

I. Riwayat \Penyakit Keluarga


Keluarga mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
sedang sakit, dan juga tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit menular
seperti TBC, atau penyakit menurun seperti DM, Asma.

J. Riwayat Bio, psiko, sosial, spiritual


1) Pola respirasi
Klien terlihat nafas cepat, RR 68x/mt, terpadang O2 .
     
2) Nutrisi
Klien masih dipuasakan, kebutuhan klein akan nutrisi 310 cc/ 24 jam. Karena
BB klien saat dikaji 2600 kg masuk pada hari ke 4 kelahiran dan dikalikan
dengan jumlah cairan yang dibutuhkan dan ditambah 30 cc dikarenakan klien
mendapat foto therapy. NGT terpasang dan retensi banyak klien juga di
spulling. 

3) Eliminasi
Saat dikaji klien BAB 3x dan BAK 5x, warna feces hitam kehijau-hijauan.
        
4) Aktifitas
Segala kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya dan perawat ruangan, aktivitas
klien berada dalam boks bayi dibawah sinar foto therapy selama 6 jam dan
diistirahatkan selama 2 jam dan dilanjutkan kembali hingga kadar bilirubinnya
turun.
  
5) Istirahat tidur
Klien dapat tidur dengan nyenyak,klien sering bangun dan menangis karena
popoknya basah akibat BAK dan BAB serta karena haus.

6) Suhu tubuh
Suhu tubuh bayi pada saat pengkajian 36,7 oC

7) Personal hygiene
Bayi dimandikan dengan diseka 1 kali sehari dan kebersihan bayi dibantu oleh
perawat dan ibu, popok diganti setiap kali popok basah oleh urin dan feses.

K. Pemeriksaan Fisik.
1) Reflek menggenggam       : lemah
2) Refleks menghisap            : lemah
3) Kekuatan menangis           : lemah
4) BB : 2600 kg, LK : 34 cm, LL : 14 cm, PB : 49 cm.
5) Kepala             : Rambut hitam, bagian depan dicukur, infus terpasang IVFD :
KA-EN 18 12 tts/mnt, tidak ada lesi dikulit kepala. Lingkar
kepala 34 cm
6) Wajah : warna wajah terlihat kuning, tidak ada lesi pada wajah, kulit
bersih.
7) Leher : tidak ada kelainan (pembesaran kelenjar tiroid/distensi vena
jugolaris)
8) Mata : mata tertutup verban saat terapy sinar, mata klien semetris
tidak ada lesi pada kedua mata.
9) Hidung            : tidak ada lesi pada hidung, lubang hidung bersih, terpasang O2
dan NGT.
10) Mulut              : mukosa bibir lembab, lidah klien berwarna merah keputih-
putihan, ada bekas muntah di sudut bibir klien.
11) Telinga            : bentuk simetris, tidak ada serumen
12) Dada               : warna dada terlihat kuning, tidak ada lesi, terdengar DJJ 138/ mnt
13) Abdomen        : tidak kembung, tidak ada nyeri tekan
14) Ektermitas       : atas bawah tidak ada lesi, kuku klien pendek, gerak aktif

L.   Pemeriksaan Penunjang


Tanggal 01-07-2020
Haemoglobin         :  16,6 g/dl
Lekosit                  : 19.000/uL
Eritrosit                 :  4,61/uL
Trombosit              :  279.000/uL
Hematokrit            :  48,2 %

M. Terapi
IVFD : KA-EN 18 12 tts/mnt
Cefotaxim : 2x 125 mg IV
Spuling dengan NaCl

ANALISA MASALAH

A. DATA FOKUS :

NO Data Subjektif Data Objektif


Mengatakan bayi lahir dengan syanosis, bayi tampak lemah, berumur 4
SC karena Placenta previa, BBL hari, distress pernafasan, DJ 138 x/mnt,
1
2600gr kekuatan menangis lemah, terpasang O2
nasal
2 Mengatakan bayi tampak lemah, KU bayi lemah, tampak kuning di
kuning di seluruh tubuh seluruh tubuh, mendapat foto therapy,
warna feces hitam kehijau-hijauan
3 - Bayi tampak lemah, muntah, tampak
kuning di seluruh tubuh, terpasang NGT
retensi banyak, reflek menghisap lemah

B. ANALISA DATA (SDKI)

DATA INTERPRETASI
NO MASALAH (PROBLEM)
(SIGN/SYMPTOM) (ETIOLOGI)
1 2 3 4
1 DS : mengatakan bayi lahir Imaturitas Pola nafas tidak efektif
dengan SC karena Placenta Neurologis
previa, BBL 2600gr
DO : syanosis, bayi tampak
lemah, berumur 4 hari, distress
pernafasan, DJ 138 x/mnt,
kekuatan menangis lemah,
terpasang O2 nasal

2 DS : mengatakan bayi tampak Kesulitan transsi ke Ikterik Neonatus


lemah, kuning di seluruh kehidupan ekstra
tubuh uteri, usia kurang
DO : KU bayi lemah, tampak dari 7 hari
kuning di seluruh tubuh,
mendapat foto therapy, warna
feces hitam kehijau-hijauan

3 DS : -
DO : Bayi tampak lemah, Ketidakmampuan Risiko deficit nutrisi
muntah, tampak kuning di mencerna makanan
seluruh tubuh, terpasang NGT
retensi banyak, reflek
menghisap lemah

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS MASALAH)/SDKI

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Imaturitas Neurologis (D0005)


dibuktikan dengan syanosis, bayi tampak lemah, berumur 4 hari, distress
pernafasan, DJ 138 x/mnt, kekuatan menangis lemah, terpasang O2 nasal
2. Ikterik Neonatus berhubungan dengan Kesulitan transisi ke kehidupan ekstra
uteri, usia kurang dari 7 hari dibuktikan dengan KU bayi lemah, tampak kuning
di seluruh tubuh, mendapat foto therapy, warna feces hitam kehijau-hijauan
3. Risiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
dibuktikan dengan Bayi tampak lemah, muntah, tampak kuning di seluruh tubuh,
terpasang NGT retensi banyak, reflek menghisap lemah
D. RENCANA KEPERAWATAN

NO TUJUAN &Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Tanda


DP (SLKI) (SIKI) Tangan
1 Tujuan : setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan nafas Selgia
keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi
masalah pola nafas akan membaik 1. Monitor pola nafas
dengan Kriteria Hasil : 2. Monitor bunyi nafas tambahan
- Dyspnea menurun Terapeutik
- Penggunaan otot bantu nafas 1. Posisikan semi fowler
menurun 2. Berikan oksigen
- Frekwensi nafas membaik
- Kedalaman nafas membaik Pemantauan Respirasi
Observasi
1. Monitor frekwensi, irama,
kedalaman, dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas
3. Monitor adanya sumbatan
jalan nafas
4. Monitor saturasi oksigen
5. Auskultasi bunyi nafas
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasi hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaska tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan (jika perlu)

2 Tujuan : setelah dilakukan tindakan Fototerapy neonatus


keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi Selgia
ikterik neonatus akan berkurang 1. Monitor ikterik pada sklera
dengan Kriteria Hasil : dan kulit bayi
- Hidrasi meningkat 2. Identifikasi kebutuhan cairan
- Tidak terjadi kerusakan sesuai dengan usia gestasi
jaringan dan BB
- Tidak terjadi kerusakan 3. Monitor TTV setiap 4 jam
lapisan kulit sekali
- Tidak ada kemerahan 4. Monitor efek samping
- Tidak ada abrasi kornea fototerapy
Terapeutik
1. Siapkan lampu fototerapy
dan incubator
2. Lepaskan pakaian bayi
kecuali popok
3. Berikan penutup mata
4. Ukur jarak lampu dan
permukaan kulit bayi
5. Biarkan tubuh bayi terpapar
sinar fototerapy secara
berkelanjutan
6. Ganti segera alas dan popok
jika BAB /BAK
7. Gunakan linen warna putih
agar memantulkan cahaya
sebanyak mungkin
Kolaburasi
1. Kolaburasi pemeriksaan
darah vena bilirubin direk
dan indirek

3 Tujuan : setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


keperawatan selama 3 x 24 jam maka Observasi Selgia
status nutrisi bayi membaik dengan 1. Identifikasi status nutrisi
Kriteria Hasil : 2. Monitor asupan makanan
- BB meningkat 3. Monitor BB
- PB meningkat 4. Monitor hasil pemeriksaan
- Kulit kuning menurun laboratorium
- Sklera kuning menurun Terapeutik
- Preamturitas menurun 1. Hentikan pemberian makan
- Proses tumbuh kembang melalui NGT jika asupan
membaik makanan dapat di toleransi
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
di butuhkan

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO HARI/ DX. IMPLEMENTASI RESPON TTD


TGL KEP
1 Rabu 1 Monitor pola nafas DS : - Selgia
Monitor bunyi nafas DO:distress pernafasan,
01-07-2020
tambahan DJ 138 x/mnt, kekuatan
menangis lemah,
terpasang O2 nasal
Monitor ikterik pada
2 sklera dan kulit bayi DS:keluarga mengatakan
kuning di seluruh tubuh
DO: KU bayi lemah,
tampak kuning di seluruh
Monitor asupan tubuh,
makanan DS:-
DO:Bayi tampak lemah,
muntah, terpasang
3
NGT retensi banyak,
Berikan oksigen reflek menghisap
lemah
Siapkan lampu DS:-
fototerapy dan DO: bayi tampak
incubator terpasang O2 nasal
DS:keluarga mengatakan
1 kuning di seluruh
tubuh
DO: kuning di seluruh
2 Hentikan pemberian tubuh, mendapat foto
makan melalui NGT therapy
jika asupan makanan
dapat di toleransi DS: KU lemah
DO: masih terpasang
Monitor saturasi NGT
oksigen
DS:-
3
DO:bayi tampak
terpasang O2 nasal

2 Kamis 2 Monitor TTV setiap 4 DS: - Selgia


jam sekali DO: bayi tampak
02-07-2019
terpasang NGT, RR
0
60x/mnt,s:36 C
3
Monitor BB DS:-
DO: BB bayi 2600 kg

Lepaskan pakaian DS: bayi tampak kuning


2 bayi kecuali popok DO: bayi tampak
Berikan penutup mata memakai popok dan
memakai penutup mata

DS: -
Monitor hasil DO: Haemoglobin         : 
3 pemeriksaan 16,6
laboratorium Lekosit                  :
19.000
Eritrosit                 :  4,61
Trombosit              :  279.0
Hematokrit            :  48,2

DS: -
Ukur jarak lampu dan DO: bayi tampak terpapar
2 permukaan kulit bayi sinar fototerapy
Biarkan tubuh bayi
terpapar sinar
fototerapy secara
berkelanjutan

3 Jumat 2 Ganti segera alas dan DS: - Selgia


03-07-2020 popok jika BAB DO: bayi tampak ganti
/BAK popok waktu BAB 3x

3
DS: -
Kolaborasi dengan DO: kolaborasi dengan
ahli gizi untuk ahli gizi tentang jenis
menentukan jumlah nutrient
kalori dan jenis
nutrient yang di
butuhkan DS:-
2
DO: bayi tampak
Gunakan linen warna terpasang linen putih
putih agar
memantulkan cahaya
2 sebanyak mungkin
DS: -
Kolaborasi DO: bayi tampak diambil
pemeriksaan darah darah
vena bilirubin direk
dan indirek

F. EVALUASI KEPERAWATAN

N HARI/ DX. KEP EVALUASI TTD


O TGL
1 01-07-2020 Pola nafas tidak efektif S : anak saya masih bernapas Selgia
berhubungan dengan
dengan cepat
Imaturitas Neurologis
O:
-  Klien terlihat nafas cepat,
- RR 68x/mnt,
- Terpasang O2 
- BBL 2600 gr,
- PB : 49 cm,
- LK : 34 cm
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor frekwensi,
irama, kedalaman, dan
upaya nafas

01-07-2020 Ikterik Neonatus S : Anak saya masih terlihat Selgia


berhubungan dengan kuning
Kesulitan transisi ke
O:
kehidupan ekstra uteri,
usia kurang dari 7 hari 1. Warna dada terlihat
kuning
2. Syanosis
3. Nampak kuning
diseluruh permukaan
tubuh.
- BBL 2600 gr,
- PB : 49 cm,
4. LK : 34 cm

A : masalah belum teratasi


P : lanjutkan intervensi
1. Monitor ikterik pada sklera
dan kulit bayi
2. Siapkan lampu fototerapy
dan incubator

01-07-2020 Risiko deficit nutrisi S : - Selgia


berhubungan dengan
O : Bayi tampak lemah, muntah,
ketidakmampuan
tampak kuning di seluruh tubuh,
mencerna makanan
terpasang NGT retensi banyak,
reflek menghisap lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor asupan makanan
2. Monitor BB

2 02-07-2020 Ikterik Neonatus S : Anak saya masih terlihat Selgia


berhubungan dengan
kuningnya berkurang
Kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uteri, O :
usia kurang dari 7 hari
- Tidak syanosis
- Nampak kuningnya berkurang
dipermukaan tubuh.
- BBL 2700 gr,
- PB : 49 cm,
- LK : 34 cm
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor efek samping
fototerapy
02-07-2020 Risiko deficit nutrisi S : - Selgia
berhubungan dengan
O : Bayi tampak lemah, ,
ketidakmampuan
terpasang NGT retensi banyak,
mencerna makanan
reflek menghisap lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang di
butuhkan
3 03-07-2020 Ikterik Neonatus S : Anak saya masih terlihat Selgia
berhubungan dengan
kuningnya berkurang
Kesulitan transisi ke
kehidupan ekstra uteri, O :
usia kurang dari 7 hari
- Tidak syanosis
- Nampak kuningnya berkurang
dipermukaan tubuh.
- BBL 2700 gr,
- PB : 49 cm,
- LK : 34 cm
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor TTV setiap 4
jam sekali
03-07-2020 Risiko deficit nutrisi S : -
berhubungan dengan
O : Bayi tampak lemah, ,
ketidakmampuan
terpasang NGT retensi banyak,
mencerna makanan
reflek menghisap lemah
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Anda mungkin juga menyukai